Anda di halaman 1dari 25

UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI DAN SURVEILANS PENYAKIT

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah epidemiologi dan statistik





Disusun Oleh:
1. Garnis Yuniar 130103100007
2. Ai Rosmiati 130103100009
3. Febi Alvianti 130103100035
4. Putri M C B 130103100038
5. Lastiar V S 130103100041
6. Siti Nurjanah 130103100066
7. Popy Meilia Anzani 130103100067
8. Sylvia Sulis 130103100068
9. Saskia Kusuma Wardhani 130103100070
10. Irna Purwanti Rahayu 130103100073
11. Liriana Dita Pramestika 130103100075

Angkatan
VI


PROGRAM STUDI DIPLOMA III FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2012

UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI
Cara untuk mengukur frekuensi masalah kesehatan yang dapat
dipergunakan dalam Epidemiologi sangat beraneka ragam, tergantung dari macam
masalah kesehatan yang ingin diukur atau diteliti. Secara Umum Ukuran ukuran
dalam Epidemiologi dapat dibedakan atas :
1. Ukuran Untuk Mengukur Masalah Penyakit ( Angka Kesakitan / Morbiditas )
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap
sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya
dikategorikan di dalam istilah tunggal MORBIDITAS.
Morbiditas merupakan angka kesakitan, cedera atau gangguan pada suatu
populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat
dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu
pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan
populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau
kelompok yang beresiko.
Di dalam Epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi &
prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap
kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan
angka insidensi dan angka prevalensi.
A. INSIDENSI
Adalah gambaran tentang frekwensi penderita baru terhadap suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu waktu di satu kelompok masyarakat.
Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya
harus diketahui terlebih dahulu tentang:
Data tentang jumlah penderita baru dan Jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru (Population at Risk ).
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Incidence Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat
menjadi sakit. Periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati
selama sehat hingga menjadi sakit.
Rumus incidence rate=jumlah penderita baru : jumlah penduduk
yg mungkin terkena penyakit K
K = Konstanta ( 100%, 1000 )
Manfaat dari Incidence Rate adalah :
Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
Mengetahui resiko untuk terkena masalah kesehatan yang
dihadapi
Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu
fasilitas pelayanan kesehatan.

2) Insidens kumulatif (Incidence Risk)
Probabilitas individu berisiko berkembang menjadi penyakit
dalam periode waktu tertentu. Berarti rata-rata risiko seorang
individu terkena penyakit, Denominator haruslah terbebas dari
penyakit pada permulaan periode (observasi atau tindak lanjut)
Subyek bebas dari penyakit pada awal studi Subyek potensial
untuk sakit Sedikit atau tidak adanya kasus yang lolos dari
pengamatan karena kematian, berisiko tinggi, hilang dari
pengamatan.
Merujuk pada individu yang Mempunyai periode rujukan waktu
yang ditentukan dengan baik Incidence risk=jumlah kasus
insidens selama periode waktu tertentu : jumlah orang yang
berisiko pada permulaan waktu




3) Attack Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu waktu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.
Manfaat Attack Rate adalah :
Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.
Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan
Penularan Penyakit tersebut.
4) Secondary Attack Rate
Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada
serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi
orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan
pertama.

B. PREVALENSI
Adalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat
tertentu. Pada perhitungan angka prevalensi digunakan jumlah seluruh
penduduk tanpa memperhitungkan orang / penduduk yang kebal atau
penduduk dengan resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan
bahwa angka prevalensi sebenarnya bukan suatu rate yang murni, karena
penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam
perhitungan.
Prevalens tergantung pada 2 faktor :
I. Berapa banyak orang yang telah sakit
II. Durasi/lamanya penyakit

Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Period Prevalen Rate
Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan
untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya
pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.

2) Point Prevalen Rate
Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu
saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.

C. HUBUNGAN ANTARA INSIDENSI DAN PREVALENSI
Angka Prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya
sakit/durasi penyakit. lamanya sakit/durasi penyakit adalah periode mulai
didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu :
sembuh, mati ataupun kronis.
Hubungan ketiga hal tersebut dabat dinyatakan dengan rumus: P = I x D
P = Prevalensi
I = Insidensi
L = Lamanya Sakit
Rumus hubungan insidensi dan prevalensi tersebut hanya berlaku jika
dipenuhi 2 syarat, yaitu :
1. Nilai insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan, tidak
menunjukkan perubahan yang mencolok.
2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak
menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok.

1. Untuk Mengukur Masalah Kematian ( Angka Kematian / Mortalitas )
Dewasa ini di seluruh dunia mulai muncul kepedulian terhadap ukuran
kesehatan masyarakat yang mencakup penggunaan bidang epidemiologi
dalam menelusuri penyakit dan mengkaji data populasi. Penelusuran
terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan penduduk
paling baik dilakukan dengan menggunakan ukuran dan statistik yang
distandardisasi, yang hasilnya kemudian juga disajikan dalam tampilan
yang distandardisasi.
Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk
Kematian. Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang
menyebabkan kematian, yaitu :
a. Degenerasi organ vital & kondisi terkait.
b. Status penyakit.
c. Kematian akibat lingkungan atau masyarakat ( bunuh diri, kecelakaan,
pembunuhan, bencana alam, dsb.)
Macam macam / jenis angka kematian (Mortality Rate/Mortality Ratio)
dalam Epidemiologi antara lain :
a. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka
waktu ( umumnya 1 tahun ) dibandingkan dengan jumlah penduduk
pada pertengahan waktu yang bersangkutan.
Istilah crude digunakan karena setiap aspek kematian tidak
memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variabel lain.
Rumus :
CDR/AKK=jml seluruh kematian : jml penduduk pertengahan x XK

b. Perinatal Mortality Rate (PMR) / Angka Kematian Perinatal (AKP)
PMR adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia
kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian
bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. ( WHO, 1981 ).
Manfaat PMR adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PMR adalah :
Banyaknya Bayi BBLR
Status gizi ibu dan bayi
Keadaan social ekonomi
Penyakit infeksi, terutama ISPA
Pertolongan persalinan

Rumus :
PMR/AKP=jml kematian janin yg dilahirkan pd usia kehamilan 28
minggu+dg jml kematian bayi yg berumur kurang dr 7 hari yg di
catat selama 1tahun : jml bayi lahir hidup pd tahun yg sama x XK

c. Neonatal Mortality Rate ( NMR ) = Angka Kematian Neonatal
(AKN)
Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang
sama. Manfaat NMR adalah untuk mengetahui :
Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal.
Program imunisasi.
Pertolongan persalinan.
Penyakit infeksi, terutama saluran napas bagian atas.
Rumus :
NMRAKN=jml kematian bayi umur kurang dr 28 hari : jml
lahir hidup pd tahun yg sama x XK
d. Infant Mortality Rate (IMR) / Angka Kematian Bayi ( AKB)
Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun
yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama.
Manfaat IMR adalah sebagai indikator yg sensitive terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
e. Under Five Mortality Rate ( Ufmr ) / Angka Kematian Balita
Adalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun per 1000
penduduk balita pada tahun yang sama.
Manfaat UFMR adalah untuk mengukur status kesehatan bayi.
f. Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)
Angka kematian pascaneonatal diperlukan untuk menelusuri
kematian di Negara belum berkembang , terutama pada wilayah
tempat bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya akibat
malnutrisi, defisiensi nutrisi, dan penyakit infeksi.
Postneonatal Mortality Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi
usia 28 hari sampai 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu
tahun.
Rumus :
pasca-neonatal mortality rate=jml kematian bayi usia 28 hari-1 thn :
jml kelahiran hidup pd thn yg sama x XK

g. Angka Kematian Janin / Angka Lahir Mati (Fetal Death Rate)
Istilah kematian janin penggunaannya sama dengan istilah lahir mati.
Kematian janin adalah kematian yang terjadi akibatkan keluar atau
dikeluarkannya janin dari rahim, terlepas dari durasi kehamilannya.
Jika bayi tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda tanda
kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda tanda
kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung,
Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot Volunter.
Angka Kematian Janin adalah proporsi jumlah kematian janin yang
dikaitkan dengan jumlah kelahiran pada periode waktu tertentu,
biasanya 1 tahun.
h. Maternal Mortality Rate ( Mmr ) / Angka Kematian
Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi
kehamilan, persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :
Sosial ekonomi
Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas
Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas
i. Age Spesific Mortality Rate ( ASMR / ASDR )
Manfaat ASMR/ASDR adalah :
Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan
masyarakat dengan melihat kematian tertinggi pada golongan
umur.
Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di
berbagai wilayah.
Untuk menghitung rata rata harapan hidup.
j. Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )
adalah jumlah seluruh kematian yang disebabkan karena suatu
penyakit tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang terkena
penyakit tersebut.
k. Case Fatality Rate ( CFR )
membandingkan antara jumlah seluruh kematian karena penyakit
tertentu dalam satu tahun dan jumlah penderita penyakit lainnya
dalam satu tahun yang sama. Rumus ini digunakan untuk
mengetahui penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan tingkat
kematian yang tinggi.










PENGERTIAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Surveilans semula sebelum tahun 1950 artinya observasi pada seorang
atau orang-orang yang disangka menderita suatu penyakit menular dengan cara
mengadakan berupa pengawasan medis, tanpa mengatasi kebebasan bergerak dari
seorang atau orang-orang yang bersangkutan. Surveilans dalam konteks penderita.
Surveilans epidemiologi diidentifikasikan sebagai observasi medis pada seorang
atau lebih karier atau populasi terancam oleh penyakit infeksi. Yang diobservasi
adalah gejala-gejala dan tanda-tandadari penyakit infeksi/menular yang
bersangkutan. Tujuan surveilans adalah untuk meyakinkan diagnosis dari
pengobatan sedini mungkin, hingga karier dan populasi terancam yang
bersangkutan tidak sampai menularkan penyakitnya kepada orang lain yang sehat.
Yang diobservasi adalah mereka yang menderita penyakit menular yang
termasuk penyakit karantina seperti lekore, cacar, dan demam. Teknik observasi
adalah dengan melakukan pemantauan sehari-hari atau terus menerus selama kira-
kira masa inkubasi tersebut dengan karantina atau dengan memasukkan penderita
yang bersangkutan di rumah sakit.
Sejak tahun 1950, surveilans epidemiologi dalam konteks penyakit.
Surveilansepidemiologi memantau insidensi penyakit-penyakit yang termasuk
dalam program-program vertikal WHO seperti malaria, frambusiadan demam
kuning perkotaan. Dalam kegiatan ini diperlukan data penyakit yang
didistribusikan menurut orang, waktu dan tempat. Disamping itu diperlukan data
tentang sektoryang menularkan penyakit yang bersangkutan, dan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kejadian penyakit itu. dalam konteks ini muncul teori
bahwapenyakit infeksi disebabkan oleh kuman yang mungkin berasal dari
binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai lawan dari bahwa penyakit disebabkan
oleh banyak faktor. Timbulnya penyakit infeksi tergantung pada dosis dari agen
yang infeksius, jenis dan lamanya transmisi, keadaan umum dan gizi dari hospes,
gaya hidup dari hospes, dan keadaan lingkungan.
Beberapa ahli telah mendefinisikan surveilans epidemiologi. Langmuls
dari Center of Disease Control (CDC)dari Atlanta, Amerika serikat
mendefinisikan surveilans epidemiologi adalah lahan pengawasan berhati-hati
yang terusmenerus, dan berjaga-jaga terhadap distribusi dari penyebaran infeksi
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan
sempurnadan relevan untuk menanggulangi yang efektif.
Karel paska dari praha. Cekoslowakia mendevinisikan surveilans
epidemiologi adalah studi epidemiologi penyakit yang merupakan proses yang
dinamis termasuk etilogi agen yang infeksius, hospes reservoir dan vektor, begitu
pula merupakan mekanisme yang komplek yang menyangkut penyebaran infeksi
dan perluasan karena infeksi akan terjadi. Tujuan surveilans adalah menggunakan
metode epidemiologi dan metode lain yang tepat sebagai bimbingan untuk
menanggulangi penyakit.
Surveilans epidemiologi dari suatu penyakit adalah kewaspadaan kegiatan
untuk mengawasi timbul dan penyebaran penyakit beces faktor yang
mempengaruhinya pada masyarakat, yang dilakukan secara terus menerus, tetap
dan menyeluruh (Depkes, 1994).
Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering dipahami
hanya sebagai kegiatan pengumpulan data dan penanggulangan KLB (Kejadian
Luar Biasa), pengertian seperti itu menyembunyikan makna analisis dan
penyebaran imformasi epidemiologi sebagai bagian yang sangat penting dari
proses kegiatan surveilans epidemiologi. Menurut WHO surveilans adalah proses
pengumpulan, pengelolaan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan
terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk
dapat mengambil tindakan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu definisi
surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau melupakan
pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengelolaan data.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia
nomor16/Menkes/SK/VIII/2003 tentang pedoman penyelenggaraan sistem
surveilans epidemiologi kesehatan yang dimaksud dengan surveilans
epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara
efektip dan efisien melalui akses pengumpulan data, pengelolaan dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggaraan program kesehatan.
Secara singkat surveilans epidemiologi adalah pengumpulan data atau
informasi yang secara terus menerus untuk menentukan tindakan. Ciri-ciri khas
surveilans epidemiologi adalah:
Pengumpulan data epidemiologi
Komplikasi data analisis data dan interpretasi data
Penyebarluasan dari hasil kegiatan analisis dan interpretasi data
Kepada yang memerlukannya selain hasil tersebut dipakai sendiri, karena
hasil tersebut merupakan informasi yang berguna untuk menentukan
tindakan yang diambil
Surveilans dalam hal ini hampir sama dengan sistem informasi kesehatan.

TUJUAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Tujuan melakukan surveilan epidemiologi adalah:
1. Untuk mengetahui besar masalah kesehatan / penyakit (frekuensi data
insidensi) dimasyarakat, sehingga bisa dibuat perencanaan dalam hal
pencegahan, penanggulanagn maupun pemberantasan.
2. Untuk mengetahui informasi yang up to date mengenai masalah
kesehatan/penyakit (menjawab pertanyaan siapa, dimana, kapansehingga
dapat digunakan untuk memonitor program yang sedang berjalan,
mengevaluasi hasil program dan sistem kewaspadaan dini )

KEGUNAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Surveilans epidemiologi digunakan untuk:
1. Mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau penyakit. Yang
dimaksud gambaran epidemiologi dari suatu penyakit adalah epidemiologi
deskriptif dari penyakit itu yaitu distribusi penyakit itu menurut waktu,
tempat dan orang.


2. Menetukan prioritas masalah kesehatan
Minimal ada 3 persyratan untuk mendapatkan prioritas masalah kesehatan
untuk ditangulangi yaitu besarnya msalah, adanya metode untuk mengatasi
masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi masalah
3. Mengetahui cakupan pelayanan
Atas dasar data kunjungan ke puskesmas, dapat diperkirakan cakupan
pelayanan puskesmas terhadap karakteristik tertentu dari penderita, dengan
membandingkan proporsi penderita menurut karakteristik tertentu yang
berkunjung ke puskesmas, dan proporsi penderita menurut karakteristik
yang sama dipopulasi atas dasar data statistik dari daerah yang
bersangkutan.
Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)
KLB adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi suatu
penyakit dalam periode waktu tertentu disuatu wilayah. Di indonesia,
penyakit menular yang sering menimbulkan klb adalah penyakit yang
menimbulkan diare, penyakit yang dapat diimunisasi, infeksi saluran nafas,
dan lain-lain.
Salah satu penyakit yang dapat diimunisasi yang dapat menimbulkan KLB
adalah campak, yang harus dilaporkan oleh puskesmas setiap minggu ke
eselon yang lebih atas. Bila puskesmas melakukan pengolahan dan analisis
data setiap minggu, maka ini merupakan kewaspadaan dini untuk
mengetahui minggu ke berapa frekuensi kasus campak lebih meningkat dari
pada biasanya. Untuk memantau dan menilai program.
Ruang Lingkup Surveillans Epidemiologi
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu
secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh
sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana integrasi dan komprehensif
dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga
perlu dikembangkan subsistem survailans epidemiologi kesehatan yang
terdiri dari surveilans epidemiologi penyakit menular, surveilans
epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku, surveilans epidemiologi
masalah kesehatan, dan surveilans epidemiologi kesehatan matra.
1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular merupakan analisis terus
menerus dan sistemastis terhadap penyakit menular dan faktor risiko
untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.
2. Surveilans Epidemiologi Penyakiot Tidak Menular merupakan analisis
terus menerus dan sistemastis terhadap penyakit tidak menular dan
faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak
menular.
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku
merupakan analisis terus menerus dan sistemastis terhadap penyakit dan
faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan merupakan analisis terus
menerus dan sistemastis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko
untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra merupakan analisis terus
menerus dan sistemastis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko
untuk mendukung program kesehatan matra.
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
1. Pengorganisasian
Setiap instansi kesehatan pemerintah, instansi kesehatan propinsi,
instansi kesehatan kabupaten/kota dan lembaga kesehatan masyarakat
dan swasta wajib menyelenggarakan surveilans epidemiologi, baik
secara fungsional atau struktural. Dengan demikian bidan yang
menyelenggarakan surveilans epidemiologi.
2. Mekanisme kerja
Kerja surveilans spidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara terus menerus dan sistematis dengan mekanisme
kerja sebagai berikut :
a. Pengumpulan data (identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta
informasi terkait lainnya).
Data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat, dana
da hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.
Tujuan pengumpulan data adalah untuk :
Menentukan kelompok / golongan populasi yang mempunyai
resiko terbesar terserang penyakit (umur, jenis kelamin, bangsa,
pekerjaan, dan lain-lain
Menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan
akarkteristiknya
Menentukan reservoir dari infeksi
Memastikan keadaan-keadaan yanga bagaimana yang
menyebabkan dapat berlangsungnya transmisi penyakit
Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
Penyelidikan letusan-letusan wabah, bertujuan untuk
memastikan sifata dasar wabah, sumber wabah, cara penularan,
dan area penyebaran/menjalarnya wabah.
b. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data
Data yang terkumpul segera diolah menurut tujuan surveilans
c. Analisis dan interpretasi data
Setelah data diolah, dikompilasi, selanjutnya dilakukan analisis dan
interpretasi adta. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, dapat
dibuat tanggapan-tanggapan, sraan-saran untuk mennetukan tindakan
dalam menanggulangi masalah yang ada berdasarkan prioritas.

SUMBER DATA, LAPORAN, DAN PENYEBARAN DATA INFORMASI
1. Sumber Data
Sumber data surveilans epidemiologi meliputi :
a. Data kesakitan (laporan morbiditas) yang dapat diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan dan masyarakat.
1) Diagnosis penyakit
Diagnosis penyakit harus dilakukan sedemikian rupa agar didapatkan
diagnosis sebenar mungkin (valid), sehingga didapatkan hasil
informasi yang benar pula. Kemudian dilakukan interpretasi yang
hasilnya diharapkan benar pula sehingga berguna dalam siklus
manajemen yaitu pemantauan, penilaian dan perencanaan kembali
pelayanan/program kesehatan.

2) Distribusi penyakit
Distribusi penyakit disebut juga sebagai gambaran epidemiologi
suatu penyakit yang merupakan distribusi penyakit menurut waktu,
orang, dan tempat.
Distribusi menurut waktu, dapat ditentukan apakah suatu
penyakit meningkat pada musim tertentu, apakah ada siklus
yang berarti bahwa frekuensi penyakit meningkat dalam
beberapa tahun, apakah terjadi epidemic yang berarti frekuensi
penyakit lebih meningkat dari pada biasanya dalam suatu daerah
tertentu.
Distribusi menurut orang, dapat ditentukan distribusi penyakit
menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lain-
lain dari yang bersangkutan.
Distribusi menurut tempat, dapat ditentukan distribusi penyakit
menurut kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten dan lain-lain.
Apabila pengisian data dalam kartu penderita difasilitas
kesehatan tercatat dengan lengkap, distribusi penyakit menurut
tempat dapat ditentukan melalui data yang terkumpul oleh
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut (puskesmas, rumah sakit
dan lain-lain),
b. Data kematian dari unit pelayanan kesehatan serta laporan kantor
pemerintah dan masyarakat.
1) Pengumpulan data kematian dalam komunitas.
Data kematian dapat diperoleh dari laporan dokter yang
mengobservasi orang yang telah meninggal yang diketahui apa
penyebab kematian dari yang bersangkutan. Atau mungkin petugas
puskesmas dilatih sedemikian rupa sehingga dapat melakukan biopsi
oral yaitu mengumpulkan data kematian dengan melakukan
wawancara kepada seseorang ditempat yang meninggal dengan
menggunakan koesioner dimana sudah tersedia pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah untuk menentukan penyebab kematian.
2) Pengumpulan data di rumah sakit
Pada setiap rumah sakit bila ada penderita penyakit tertentu
meninggal, maka dokter yang bersangkutan dengan menggunakan
formuler tertentu mencatat penyakit penyebab kematian dari
penderita tersebut. Data kematian terdokumentasikan dalam rekam
medik di setiap rumah sakit.
c. Data demografi dari unit statistik kependudukan dan masyarakat.
Informasi tentang distribusi penduduk menurut umur, jenis kelamin, ras,
etnis, pendidikan, dan lain-lain diperlukan sebagai penyebut dari
perhitungan indikator dalam epidemiologi seperti angka proporsi, angka
prevalensi, angka insidensi, angka setengah dan lain-lain.
d. Data geografi dari unit-unit meteorologi dan geofisika.
e. Data laboratorium dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
1) Pemeriksaan laboratorium
Dengan pemeriksaan laboratorium, akan diketahui etiologi penyakit
dengan tepat, namun bila pemeriksaan laboratorium tidak dapat
dilakukan, maka diagnosis harus ditegakkan dengan gejala-gejala
dan tanda-tanda penyakit. Pada waktu terjadi epidemi sering tidak
dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium, karena itu diagnosis
penyakit pada waktu epidemi hanya didasarkan pada gejala-gejala
dan tanda-tanda penyakit. Dengan penyelidikan epidemi ini
diharapkan akan dapat ditentukan masa inkubasi, dan dapat
ditentukan etiologi penyakit.
2) Penggunaan obat, serum, dan vaksin
Surveilens ini bertujuan untuk memperoleh data tentang jumlah,
jenis, dan waktu penggunaan dari obat serum dan vaksin itu.
Surveilens obat terutama dilakukan terhadap jenis obat yang diduga
menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan individu atau
komunitas yang menggunakannya. Contohnya adalah anti serum
untuk tetanus (ATS) yang digunakan dokter pada seseorang yang
dijahit lukanya jika yang bersangkutan belum pernah mendapat ATS
sejak 3 tahun yang lalu: hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyakit tetanus. Program pencegahan penyakit yang diberikan
kepada komunitas secara gratis oleh pemerintah melalui Departemen
Kesehatan RI adalah imunisasi berbagai vaksin untuk mencegah
penyakit tetanus pada bayi baru lahir, difteri, pertusis, tuberkolosis,
campak, polio, hepatitis B, dan lain-lain.
f. Data kondisi lingkungan
Informasi tentang lingkungan, menyangkut tentang iklim, seperti waktu
dimana penyakit-penyakit tertentu dapat terjadi yaitu musim hujan,
musim panas, musim dingin atau menyangkut kondisi geografis seperti di
sawah dapat berkembang nyamuk Anopheles aconitus yang dapat
menularkan malaria dan irigasi dapat pula mengembangkan Anopheles
jenis lain yang menularkan malaria.
g. Laporan wabah/laporan epidemi
Setiap kejadian epidemi perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi
untuk mengetahui penyebab dan sumber epidemi.
h. Laporan penyelidikan wabah/KLB (penyelidikan letusan penyakit)
Letusan penyakit adalah keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi
penyakit disuatu daerah tertentu, jadi letusan penyakit sama dengan
epidemi, namun epidemi menyangkut daerah yang lebih luas dan
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tujuan dari penyelidikan letusan
penyakit adalah untuk mengetahui penyebab dari sumber penularan
sehingga dapat dirumuskan penanggulangannya dan diharapkan supaya
tidak terjadi epidemi didaerah yang lebih luas.
i. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan (investigasi kasus)
Investigasi kasus biasanya dilakukan terhadap penyakit yang belum jelas
diagnosisnya. Para dokter di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya
melakukan penyelidikan tentang riwayat alamiah dari penyakit yang
belum jelas diagnosanya tersebut. Penyelidikan itu dilakukan sedemikian
rupa sehingga akan diketahui penyebab dari penyakit tersebut.
j. Studi epidemiologi, survei, dan hasil penelitian lainnya
Survei bertujuan untuk mengetahui prevalensi penyakit. Metode survei
dapat digunakan untuk melihat suatu program penanggulangan penyakit.
Misalnya dalam program penanggulangan malaria dilakukan survei
pertama untuk mengetahui prevalensi malaria disuatu daerah, lalu setelah
dilakukan program pencegahan, dilakukan survei kedua di daerah itu
untuk mengetahui apakah terjadi penurunan prevalensi malaria di daerah
itu.
k. Data hewan dari vektor sumber penyakit yang dapat diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan dan masyarakat
Vektor adalah makhluk yang dapat menularkan kuman penyakit dari
orang atau binatang yang sakit kepada orang atau binatang yang sehat.
Reservoir adalah tempat dimana kuman penyakit bersarang seperti pada
manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang sakit atau tidak sakit
yang ada didalam lingkungan. Bila terjadi letusan dari penyakit tertentu,
maka biasanya dilakukan penyelidikan epidemiologi dan bila perlu
dilakukan pula penyelidikan entomologi terhadap vektor atau reservoir
yang bersangkutan.
l. Laporan kondisi pangan
Informasi tentang makanan diperlukan untuk mengetahui apakah
makanan tertentu yang mungkin terkontaminasi dapat menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) karena adanya kuman yang infeksius atau
racun dalam makanan dan untuk mengetahui kecukupan penyediaan
makanan dalam rangka mencegah kejadian penyakit kwarsiorkor karena
kelaparan.
m. Data dan informasi penting lainnya, misalnya informasi mengenai
program kesehatan
Untuk menulis usulan dan laporan surveilens epidemiologi, diperlukan
informasi dari kepustakaan yang relevan. Kepustakaan yang utama
adalah program kesehatan yang menyangkut masalah atau penyakit yang
akan dilaporkan. Misalnya bila seseorang akan menulis usulan dan
laporan surveilans epidemiologi tuberkolusis, maka kepustakaan utama
adalah program pemberantasan tuberkolusis; disamping itu mungkin
perlu pula untuk mendapatkan informasi lain dari kepustakaan yang
relevan.

2. Pelaporan
Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam penyelenggaraan
surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit, puskesmas, laboratorium, unit
penelitian, unit program, sektor dan unit statistik lainnya.

3. Penyebaran Data dan Informasi
Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans
epidemiolgi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan
penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat-
pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring
surveilans epidemiologi.






PERAN UNIT SURVEILANS EPIDEMIOLGI KESEHATAN
Untuk menjamin berlangsungnya penyelenggaraan system surveilans
epidemiologi :
1. Unit surveilans Epidemiologi Pusat
a. Pengaturan penyelenggaraan surveilans epidemiologi nasional.
b. Menyusun pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi nasional.
c. Menyelenggarakan manajemen surveilans epidemiologi nasional.
d. Melakukan kegiatan surveilans epidemiologi nasional. Termasuk
SKD-KLB
e. Pembinaan dan asistensi teknis.
f. Monitoring dan evaluasi
g. Melakukan penyelidikan KLB sesuai kebutuhan nasional.
h. Pengembangan pemanfaatan teknologi surveilans epidemiologi.
i. Pengembangan metodologi surveilans epidemiologi.
j. Pengembangan kompetensi sumber daya manusia surveilans
epidemiologi nasional.
k. Menjalin kerjasama nasional dan internasional secara teknis dan
sumber-sumber dana.
2. Unit Pelaksana Teknis Pusat
a. Menjadi pusat rujukan surveilans epidemiologi regional dan nasional.
b. Pengembangan dan pelaksanaan surveilans epidemiologi regional dan
nasional.
c. Kerjasama surveilans epidemiologi dengan propinsi, nasional dan
internasional.
3. Pusat Data dan Informasi
a. Koordinasi pengelolaan sumber data dan informasi kesehatan
nasional.
b. Koordinasi kajian strategis dan penyajian informasi kesehatan.
c. Asistensi teknologi informasi.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
a. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi dan metode
surveilans epidemiologi
b. Melakukan penelitian lebih lanjut terhadap temuan dan atau
rekomendasi surveilans epidemiologi
5. Unit Surveilans Epidemiologi Proponsi
a. Melaksanakan surveilans epidemiologi nasional di wilayah propinsi,
termasuk SKD-KLB.
b. Menyelenggarakan manajemen surveilans epidemiologi propinsi.
c. Melakukan penyelidikan KLB sesuai kebutuhan propinsi.
d. Membuat pedoman teknis operasional surveilans epidemiologi sesuai
dengan pedoman yang berlaku.
e. Menyelenggarakan pelatihan surveilans epidemiologi.
f. Pembinaan dan asistensi teknis ke kabupaten/kota.
g. Monitoring dan evaluasi.
h. Mengembangkan dan melaksanakan surveilans epidemiologi penyakit
dan masalah kesehatan spesifik local.
6. Unit Pelaksana Teknis Propinsi
a. Pusat rujukan surveilansm epidemiologi propinsi.
b. Pengembangan dan pelaksanaan surveilans epidemiologi propinsi.
c. Kerjasama surveilans epidemiologi dengan pusat dan kabupaten/kota.
7. Rumah Sakit Propinsi
a. Melaksanakan surveilans epidemiologi rumah sakit dan infeksi
nosokomial di rumah sakit.
b. Identifikasi dan rujukan kasus sebagai sumber data surveilans
epidemiologi kabupaten/kota, propinsi dan pusat.
c. Melakukan kajian epidemiologi penyakit menular dantidak menular
serta masalah kesehatan lainnya di rumah sakit.
8. Laboratorium Kesehatan Propinsi
a. Melaksanakan surveilans epidemiologi.
b. Melakukan identifikasi dan rujukan specimen pemeriksaan
laboratorium.
9. Unit Surveilans Kabupaten/Kota
a. Pelaksana surveilans epidemiologi nasional di wilayahkabupaten/kota.
b. Menyelenggarakan manajemensurveilans epidemiologi.
c. Melakukan penyelidikan dan penanggulangan KLB di wilayah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
d. Supervise dan asistensi teknis ke puskesmas dan rumah sakit dan
komponen surveilans di wilayahnya.
e. Melaksanakan pelatihan surveilans epidemiologi.
f. Monitoring dan evaluasi.
g. Melaksanakan surveilans epidemiologi penyakit spesifik local.
10. Rumah Sakit Kabupaten/Kota.
a. Melaksanakan surveilans epidemiologi rumah sakit dan infeksi
nosokomial di rumah sakit.
b. Identifikasi dan rujukan kasus sebagai sumber data surveilans
epidemiologi kabupaten/kota, propinsi dan pusat.
c. Melakukan kajian epidemiologi penyakit menular dan tidak menular
serta masalah kesehatan lainnya di rumah sakit.
11. Puskesmas
a. Pelaksana surveilans epidemiologi nasional di wilayah puskesmas.
b. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penyakit dan masalah
kesehatan.
c. Melakukan koordinasi surveilans epidemiologi dengan prakter dokter,
bidan swasta dan unit pelayanan kesehatan yang berada di wilayah
kerjanya.
d. Melakukan kordinasi surveilans epidemiologi antar puskesmas yang
berbatasan.
e. Melakukan SKD-KLB dan peyelidikan KLB di wilayah puskesmas.
f. Melaksanakan surveilans epidemiologi penyakit dan masalah
kesehatan spesifik local.
12. Laboratorium Kesehatan Kabupatn/Kota
a. Melaksanakan surveilans epidemiologi
b. Melakukan identifikasi dan rujukan specimen pemeriksaan
laboratorium.
13. Mitra
a. Sebagai sumber data dan informasi serta referensi yang berkaitan
dengan factor resiko penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
b. Kerjasama dalam kajian epidemiologi penyakit dan masalah
kesehatan.
c. Kerjasama dalam pengembangan teknologi dan metode surveilans
epidemiologi.
d. Kemitraan dalam mengupayakan dana dan sarana penyelenggaraan
surveilans epidemiologi.



















DAFTAR PUSTAKA
1. Rajab, W, 2009. Buku ajar epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan.
jakarta: EGC
2. Sulistyaningsih, 2011. Epidemiologi dalam praktik kebidanan. Yogyakarta:
Graha ilmu

Anda mungkin juga menyukai