Anda di halaman 1dari 7

Extra Dilian Bintang Putra Subandi 1

KESETIMBANGAN MASSA DAN KALOR SERTA EFISIENSI


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP PADA BERBAGAI
PERUBAHAN BEBAN DENGAN MEMVARIASIKAN JUMLAH
FEEDWATER HEATER

Extra Dilian Bintang Putra Subandi
NIM : 1204405023

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 80361
Email : bintangputra93@gmail.com


Abstrak

Mendesain suatu instalasi pembangkit listrik memerlukan parameter-parameter yang
harus dipertimbangkan. Aspek ekonomis sangat memegang peranan penting didalam
menentukan desain instalasi yang efisien dan menguntungkan bagi investor. Salah satu
parameter yang dipertimbangkan adalah berapa jumlah feedwater heater yang harus digunakan
dan diperlukan demi tercapainya tujuan tersebut. Didalam penelitian ini memvariasikan jumlah
feedwater heater dari satu sampai dengan tujuh buah dengan menggunakan satu buah open
feedwater heater dan beberapa closed feedwater heater. Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa semakin banyak feedwater heater yang digunakan efisiensi instalasi semakin naik.
Jumlah feedwater heater yang efektif berkisar antara lima dan tujuh buah feedwater
heater, serta memperlihatkan kecendrungan bahwa kenaikan efisiensi tidak terlalu signifikan
antara lima sampai dengan tujuh feedwater heater. Semua perhitungan menggunakan
parameter input yang sama seperti tekanan uap dan temperatur uap pada boiler tidak boleh
melebihi 35 Mpa (350 bar) dan tidak melebihi 650 C, tekanan uap dan temperatur uap pada
reheater adalah sekitar 70% 85% dari tekanan pada boiler dan temperatur reheater
diasumsikan sama dengan temperatur pada boiler. Kesimpulan bahwa penambahan feedwater
heater lebih dari tujuh tidak akan meningkatkan efisiensi instalasi secara signifikan.

Kata kunci : efisiensi, pembangkit listrik, feedwater heater

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siklus merupakan rangkaian dari
beberapa proses yang dimulai dari
suatu tingkat keadaan kemudian
kembali ke tingkat keadaan semula dan
terjadi secara berulang (Cengel, Yunus
A., Boles, Michael A.). Pada
pembangkit tenaga uap, fluida yang
mengalami proses-proses tersebut
adalah air. Air berfungsi sebagai fluida
kerja. Air dalam siklus kerjanya
mengalami beberapa proses seperti
pemanasan, penguapan, ekspansi,
pendinginan, dan kompresi. Siklus
pembangkit tenaga uap yang telah
diterima sebagai standar siklusnya
adalah menggunakan siklus Rankine.
Siklus Rankine sederhana terdiri dari
empat komponen utama, yaitu pompa,
boiler, turbin dan condenser. Skematik
siklus Rankine sederhana ditunjukkan
pada Gambar 1.

Gambar 1. Siklus Rankine Sederhana (a).
Kurva T-s (b). Komponen-komponen pada
siklus Rankine sederhana
(Cengel, Yunus A., Boles, Michael A.)

Untuk meningkatkan efisiensi
instalasi pembangkit listrik, sebelum air
dipompa memasuki ke boiler, feedwater
harus dipanaskan terlebih dahulu


Extra Dilian Bintang Putra Subandi 2


hingga mencapai suhu tertentu.
Pemanasan tersebut dilakukan dengan
heater (heat exchanger), yang
berlangsung secara konduksi dengan
memanfaatkan uap panas yang diambil
(diekstraksi) dari turbin. Jadi selain
diteruskan ke condenser, ada sejumlah
kecil uap dari turbin yang diambil untuk
memanaskan feedwater heater atau
dengan istilahnya sejumlah uap
diekstraksi ke feedwater heater
(tekanan ekstraksi).
Faktor ekonomis dalam
perancangan dan pembangunan suatu
instalasi pembangkit listrik merupakan
pertimbangan yang penting dan faktor
yang sangat signifikan bagi pengusaha
instalasi karena biaya yang
diinvestasikan sangat besar.
Pengembalian biaya diharapkan bisa
diperoleh setelah beberapa tahun
instalasi pembangkit dioperasikan.
Penghitungan kesetimbangan
massa dan kalor serta efisiensi dari
instalasi pembangkit listrik tenaga uap
dapat diasumsikan sebagai
kesetimbangan entalpinya sehingga
bisa dibuatkan suatu software untuk
mempersingkat waktu perhitungan
dengan menggunakan variasi didalam
parameter-parameter yang dimasukan
(input).

1.2 Identifikasi dan Perumusan
Masalah
Perencanaan pembangunan
suatu pembangkit memerlukan
keefektifan dalam merancang desain
pembangkit yang baru dan menemukan
konfigurasi yang optimal. Melalui suatu
program yang dibuat sedemikian rupa
sehingga dengan memasukan
parameter seperti kriteria desain dan
asumsi-asumsi, maka program akan
menghitung kesetimbangan massa dan
kalor serta efisiensi sistem tersebut.

1.3 Batasan Masalah
Dalam menghitung
kesetimbangan massa dan kalor serta
efisiensi dari siklus Rankine dengan
reheater, batasan-batasan yang
digunakan sebagai berikut.
1. Fluida kerja adalah air.
2. Material dari boiler, turbin,
condenser, feedwater heater dan
pompa tidak dibahas pada
penelitian ini dan tidak termasuk
parameter dalam perhitungan.
3. Pressure drop pada boiler, turbin,
condenser, feedwater heater dan
pompa diabaikan.
4. Dalam perhitungan
memvariasikan penggunaan satu
buah feedwater heater sampai
tujuh buah feedwater heater.
5. Tekanan ekstraksi di masing-
masing feedwater heater
ditentukan nilainya atau dihitung
kalau tidak diberikan.
6. Didalam desain diberikan dua
buah pompa.
7. Kondisi uap yang memasuki high
pressure turbine diketahui
tekanan, temperatur dan laju
massa, serta kondisi uap berada
di superheated phase dan
tekanan memasuki low pressure
turbine diberikan pada feedwater
heater lebih dari dua buah.
8. Kondisi uap yang keluar reheater
diasumsikan temperaturnya sama
dengan temperatur uap keluar
dari Boiler.
9. Kondisi ketika keluar kondenser
adalah saturated phase, dengan
diasumsikan tekanan condenser
adalah tekanan jenuh.
10. Dalam perhitungan menggunakan
sofware untuk menghitung
properti uap dan air, yaitu EES
(Engineering Equation Solver)
dan Microsoft Visual Basic for
Excel.

1.4 Tujuan Penilitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian adalah membuat suatu
program untuk menghitung
kesetimbangan massa dan kalor serta
efisiensi suatu instalasi pembangkit
listrik (siklus Rankine reheater) dengan
menvariasikan penggunaan satu buah
feedwater heater sampai tujuh buah
feedwater heater.



Extra Dilian Bintang Putra Subandi 3


BAB II TEORI
Efisiensi bisa dihitung dengan
berbagai parameter dengan cara
menghitung kesetimbangan massa dan
kalor dari instalasi pembangkit listrik
tersebut. Semua perhitungan ini
menggunakan bahasa pemograman
untuk mempermudah proses
perhitungan dengan menvariasikan
parameter-parameter inputnya.
Kondisi uap yang digunakan
dalam perhitungan mempunyai batas-
batas yang ditentukan serta tidak
menggunakan kondisi super kritisnya
dan berada < 650 C dan < 35 Mpa
(350 bar).
Perhitungan mass dan heat
balance untuk sistem turbin uap
biasanya dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut.
1. Menggunakan kondisi masuk
turbin, efisiensi internal, tekanan
ekstraksi dan tekanan condenser
untuk memperkirakan jalur
ekspansi turbin.
2. Menghitung laju massa uap
ekstraksi, dimulai dengan
feedwater heater terdekat dengan
generator uap dan dilanjutkan
perhitungan, heater per heater,
sampai yang terakhir (heater
yang terdekat dengan
kondenser).
3. Hitung output dari semua silinder
turbin. Jumlah dari semua output
adalah gross output dari turbin
uap. Ketika dikalikan dengan
efisiensi mekanis dan efisiensi
generator, net output dari
generator turbo akan didapat.
4. Hitung pemakaian daya oleh
pompa feedwater serta panas
yang dimasukan ke sistem siklus
turbin dan akhirnya
memperkirakan net heat rate dari
turbin.
Parameter-parameter yang
digunakan sebagai input di dalam
perhitungan adalah kondisi uap yang
keluar dari boiler yang meliputi tekanan,
temperatur keluar dan laju massa yang
melewati boiler. Uap setelah keluar
boiler akan memasuki high pressure
turbine sebagian uap akan diekstraksi
ke sebuah feedwater heater dan
sebagian akan dialirkan ke reheater,
biasanya tekanan pada reheater
berkisar 25% sampai 30% dari tekanan
pada boiler (ElWaki, l M.M., 1985).
Parameter lain yang
diperhitungkan adalah efisiensi-efisiensi
yang dimiliki oleh beberapa komponen
pada siklus Rankine dengan reheater.
Efisiensi tersebut terdapat pada setiap
tingkatan turbin yang digunakan (high
pressure turbine, intermediate pressure
turbine dan low pressure turbine),
efisiensi kopling mekanis yang
menghubungkan turbin dengan
generator, dan efisiensi turbo-
generator.
Perhitungan dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

2.1. Menghitung Jalur Ekspansi
Turbin
Untuk menghitung lajur ekspansi
HP turbine, IP turbine dan LP turbine
dapat menggunakan efisiensi internal.

..................................... (2.1)

Keterangan :

= efisiensi internal turbin

= entalpi masuk turbin

= entalpi keluar turbin

= entalpi keluar turbin isentropis



2.2. Menghitung Kondisi Uap Di
Berbagai Lokasi
Untuk menghitung kondisi
ekstraksi uap, dapat menggunakan
fakta bahwa jalur ekspansi turbin bisa
dihitung melalui jalur lurus (straight line)
dan informasi input mengenai tekanan
ekstraksi. Kondisi sekitar heater
dihitung dengan menggunakan terminal
temperature difference (TTD) dan
pendekatan drain cooler (DC). Sebagai
contoh, temperatur air meninggalkan
heater adalah :

............................... (2.2)
Keterangan :

= temperatur jenuh dari uap


ekstraksi


Extra Dilian Bintang Putra Subandi 4


Temperatur drain yang
meninggalkan heater adalah :

................................ (2.3)
Keterangan :

= temperatur memasuki feedwater


heater

2.3. Menghitung Laju Aliran
Ekstraksi Pada Feedwater
Heater (FWH)
Penghitungan harus dimulai
dengan feedwater heater tekanan tinggi
(uap yang diekstraksi dari high
pressure turbine) dan perhitungan
feedwater heater lainnya sama dengan
feedwater heater tekanan tinggi sampai
feedwater heater yang terakhir yang
dekat dengan condenser. Dengan kata
lain, kita harus menghitung massa
aliran uap ekstraksi dan tekanan
ekstraksi pada setiap feedwater heater.
Dengan mengetahui kondisi
temperatur dan tekanan ekstraksi pada
setiap feedwater heater, entalpi dapat
dengan mudah diketahui menggunakan
tabel uap (di dalam perhitungan
mengunakan rumus-rumus
termodinamika yang dikeluarkan oleh
IAPWS, sebuah organisasi
internasional yang mengeluarkan
rumus-rumus pendekatan
termodinamika untuk menghitung
properti dari uap dan air), dengan
memasukan semua harga-harga
tersebut laju aliran ekstraksi dapat
dihitung.

... (2.4)

Dengan mengulang cara yang
sama akan didapatkan laju aliran
ekstraksi pada setiap feedwater heater.



Gambar 2. Kesetimbangan energi pada
feedwater heater
(Cengel, Yunus A., Boles, Michael A.)

2.4. Menghitung Output Turbin Uap
Output dari turbin uap adalah
jumlah dari output semua silinder turbin
(HP turbine, IP turbine, dan LP turbine).
Persamaan yang digunakan untuk
menghitungnya adalah :

.................. (2.5)
Jika ada pompa yang berada di
dalam siklus, biasanya pompa yang
dipasang setelah uap keluar dari
kondenser disebut pompa kondensat,
pompa yang dipasang ketika uap keluar
dari open feedwater heater dan kalau
diperlukan ada penambahan pompa
tambahan untuk mengantisipasi adanya
pressure drop selama uap mengalir
pada sistem siklus. Jadi daya yang
digunakan untuk mengerakan pompa-
pompa tersebut akan mengurangi daya
yang dihasilkan karena sebagian daya
harus digunakan ke pompa tersebut.
Untuk menghitung daya pompa
digunakan rumus sebagai berikut :

........................... (2.6)
Keterangan :

= daya pompa 1

= daya pompa 2
Dengan mempertimbangkan rugi-
rugi di atas dan efisiensi kopling
mekanik dan efisiensi generator akan
didapatkan net output dari
turbogenerator :

............................................... (2.7)



Extra Dilian Bintang Putra Subandi 5


2.5. Menghitung Back Work Ratio
(BWR)
Back Work Ratio (BWR) adalah
daya total yang dibutuhkan untuk
menggerakkan pompa-pompa yang
terdapat pada instalasi pembangkit
listrik dibandingkan dengan daya yang
dihasilkan oleh turbin, persamaannya
adalah :

.................................... (2.8)
Keterangan :

= daya total pompa

= daya total turbin



2.6. Menghitung Net Heat Rate
Turbin
Net Heat Rate (NHR) turbin dapat
dihitung dengan persamaan berikut :



...... (2.9)
Input panas (heat input) yang
dimasukkan ke sistem adalah :

........ (2.10)
Keterangan :

= jumlah total panas


yang diterima oleh boiler

= jumlah total panas


yang diterima oleh reheater

2.7. Menghitung Efisiensi Sistem
Efisiensi sistem dihitung dengan
persamaan :

............................. (2.11)



2.8. Menentukan Nilai Tekanan
Ekstraksi Di Setiap Feedwater
Heater (FWH)
Dalam perhitungan diberikan dua
pilihan, pertama jika diberikan tekanan
ekstraksi di setiap feedwater heater dan
yang kedua tekanan ekstraksi tidak
diberikan yang berarti harus dihitung
berdasarkan parameter-parameter
input yang ada.
Kalau pilihan pertama diberikan
tekanan ekstraksinya dihitung dari
feedwater heater yang paling dekat
dengan kondenser. Syarat yang harus
dipenuhi didalam menentukan nilai
tekanan ekstraksi adalah :
1. Tekanan ekstraksi
FWH1<Tekanan ekstraksi FWH2
2. Tekanan ekstraksi
FWH2<Tekanan ekstraksi FWH3
3. Tekanan ekstraksi
FWH3<Tekanan ekstraksi FWH4
4. Tekanan ekstraksi
FWH4<Tekanan ekstraksi FWH5
5. Tekanan ekstraksi
FWH5<Tekanan ekstraksi FWH6
6. Tekanan ekstraksi
FWH6<Tekanan ekstraksi FWH7
7. Tekanan ekstraksi
FWH7<Tekanan Reheater
Jika tekanan ekstraksi tidak
diberikan harus ditentukan nilainya
dengan mempertimbangkan paramater-
parameter input yang diberikan.
Parameter-parameter tersebut adalah
tekanan uap pada boiler dan tekanan
pada kondenser. Secara umum
penentuan tekanan ekstraksi adalah :
1. Tentukan temperatir jenuh boiker
(

) dengan tekanan
boiler sebagai acuan.
2. Tentukan temperatur jenuh
kondenser (

)
dengan tekanan kondenser
sebagai acuan.
3. Jumlah feedwater heater
diasumsikan n buah.
4. Selisih temperatur (T) adalah

.... (2.12)
5. Temperatur di setiap FWH ke i
adalah :



..... (2.13)
Dimana i dimulai dari FWH yang paling
dekat dengan kondenser.
6. Tekanan ekstraksi di setiap FWH
adalah tekanan jenuh di setiap
temperatur FWH-nya.

BAB III APLIKASI
Hasil perhitungan menunjukan
kenaikan efisiensi desain ketika
feedwater heatar ditambah, kenaikan
yang signifikan mungkin antara satu
sampai empat feedwater heater tetapi
pada lima buah feedwater heater
sampai tujuh buah feedwater heater
akan terlihat kenaikan efisiensi sistem
cendrung stabil. Jadi seandainya ada


Extra Dilian Bintang Putra Subandi 6


penambahan feedwater heater melebihi
tujuh buah feedwater heater tidak akan
memberikan kenaikan pada efisiensi
desain instalasi pembangkit listrik
secara signifikan, karena dengan
semakin banyaknya feedwater heater
rugi-rugi aliran, rugi-rugi gesekan, rugi-
rugi tekanan (pressure drop), rugi-rugi
panas yang terbuang akan lebih
banyak mempengaruhi desain. Gambar
3 menunjukkan kecendrungan dari
penurunan kenaikan efisiensi desain
instalasi pembangkit listrik dengan
penambahan feedwater heater ketika
lebih dari tujuh.
Gambar 4 adalah hasil
perhitungan memperlihatkan bahwa
adanya kecendrungan adanya
penambahan feedwater heater akan
mengurangi kalor yang masuk (boiler
dan reheater) mungkin dengan
mengekstraksi uap yang melalui
tingkatan turbin pada beberapa
feedwater heater akan menghemat
rugi-rugi kalor yang terjadi selama uap
mengalir di aliran sistem.


Gambar 3. Hubungan Efisiensi dengan
Jumlah Feedwater Heater

Pengurangan suplai kalor akan
membuat sistem instalasi akan lebih
menguntungkan secara ekonomis
karena akan mengurangi pemakaian
bahan bakar untuk instalasi pembangkit
listrik tersebut, baik bahan bakar itu
berupa minyak bumi, diesel, batu bara,
dan nuklir. Pengurangan pemakaian
bahan bakar akan banyak memberikan
keuntungan baik bagi investor dan bagi
negara, dengan bahan bakar yang bisa
diefisienkan pemakaiannya akan
menekan biaya-biaya lainnya seperti
biaya pengangkutan bahan bakar,
biaya penyimpanan, biaya
penanggulangan limbah dan yang
diharapkan konsumen pengguna listrik
dapat menekan biaya pemakaian listrik.


Gambar 4. Hubungan Kalor Masuk dengan
Jumlah Feedwater Heater

BAB IV SIMPULAN
Penambahan jumlah feedwater
heater akan menaikan efisiensi instalasi
pembangkit listrik. Kenaikan efisiensi
akan semakin turun dan cendrung
stabil pada penambahan antara lima
dan tujuh buah feedwater heater, serta
dapat disimpulkan penambahan
feedwater heater diatas tujuh buah
tidak akan memperbaiki efisiensi
instalasi pembangkit listrik.
Pengefisienan pemakaian bahan
bakar, sepertiminyak bumi, diesel,
batubara atau nuklir untuk
menghasilkan panas akan bisa
dilakukan dengan mengurangi rug-rugi
panas yang terjadi selama uap
mengalir di sistem instlasi, dengan
mengekstraksi sebagian uap yang


Extra Dilian Bintang Putra Subandi 7


mengalir di tingkatan turbin kepada
beberapa feedwater heater akan bisa
menghindari terbuangnya panas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Asthana V., Panigrahi P. K.,
Performance of Power Plants
with High Temperature
Conditions at Sub-Critical
Pressures, 5
th
European
Thermal-Sciences Conference,
The Netherlands, 2008.
2. Srinivas T., Gupta A. V. S. S. K.
S., Reddy B.V., Generalized
Thermodynamic Analysis of
Steam Power Cycles with n
Number of Feedwater Heaters,
International Journal of
Thermodynamics, Vol .10, No. 4,
pp. 177-185, December 2007.
3. Li, Kam W., Priddy, A. Paul,
Power Plant System Design,
John Wiley & Sons,Inc, Canada,
1985.
4. Cengel, Yunus A., Boles, Michael
A., Thermodynamics An
Engineering Approach, Fourth
Editon in SI Units, McGraw-Hill.
5. W. Wagner et al., The IAPWS
Industrial Formulation 1997 for
the Thermodynamic Properties
of Water and Steam, ASME
Journal Engineering Gas
Turbines and Power, Vol. 122,
2000.
6. El-Wakil, M. M., Powerplant
Technology, International
Student Edition, McGraw-Hill,
United State of Amerika, 1985

Anda mungkin juga menyukai