Anda di halaman 1dari 4

Hidup Berawal Dari Mimpi

Tinggalkanlah gengsi
Hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi
Agar semua terjadi
Rasakan semua
Peduli tuk ironi tragedi
Senang bahagia
Hingga kelak kau mati

Seperti biasa sebelum pulang sekolah aku menyempatkan diri untuk mengunjungi mushalla. Dari
kelas, aku berjalan menuju mushalla sambil menyanyikan lagu Bondan (lirik diatas). Lagu ini merupakan
salah satu lagu favoritku. Dari awal hingga akhir, lirik lirik dalam lagu ini sangat membuka pikiranku.
Sesampainya, aku mendapati banyak orang di mushalla. Di antara keramaian itu aku bertemu
dengan teman teman akrabku. Mereka adalah Danu, Sigit, dan Eros.
Setelah membuka sepatu, aku langsung menghampiri mereka. Dari kejauhan, tampak mereka
sedang bersenda gurau.
Assalamu`alaikum! sapaku.
Wa`alaikumsalam. jawab mereka secara serempak.
Silakan duduk akhi! Danu mepersilakanku untuk duduk.
Syukron ya akhi.
Keliatannya kalian lagi senang. Ada durian runtuh ya?
Biasa, si Sigit baru dapat uang kiriman dari Ayahnya. jawab Eros sambil mengedipkan mata.
Asik nih. Aku pesan capuccino ya Git! kataku.
Gampang itu. Jangankan satu, dua akan kubayar. Asalkan pakai uang kamu. jawab Sigit.
Mendengar jawaban Sigit, kami semua langsung tertawa.
Disela-sela perbincangan, Danu ditelpon oleh Ayahnya.
Bro,, ane pulang dulu. Ayahku sudah nyuruh pulang nih. Banyak kerjaan di rumah. ucap Danu.
Ngangkut pasir ya Dan! kata Sigit dengan nada mengejek.
Ah... kamu Git. Kerjanya ngolok orang terus. Bukan ngangkut pasir, tapi nebas rumput.
Hahahaha.... gumamku sambil tertawa.
Terserah kalian deh. Assalamu`alaikum! jawab Danu sambil tergesa-gesa.
Wa`alaikumsalam... Titi DJ Dan. sambung Eros.
Titik Puspa! jawabnya yang membuat kami tertawa.
Tidak lama setelah pulangnya Danu, kami bertiga pulang ke rumah masing-masing.

Keesokan harinya...
Eros berlari mengejarku dengan wajah yang tergesa-gesa.
Kenapa Ros? tanyaku.
Nanti sebelum pulang sekolah, mampir ke mushalla dulu ya. Ada hal penting yang ingin aku
sampaikan. Jawab Eros.
Insya Allah deh.
Insya Allah orang Arab ya, jangan Insya Allah orang Melayu.
Hahahahaha... Ok! tegasku.
Saat bel pulang sekolah berbunyi aku langsung bergegas menuju mushalla. Aku merasakan hari
ini Eros berbeda dengan biasanya. Ia jarang sekali melakukan hal yang mendadak seperti ini. Biasanya, ia
selalu melakukan sesuatu dengan penuh persiapan. Berbagai pikiran muncul di kepalaku. Aku mencoba
menerka apa yang akan dilakukan Eros nanti.
Dalam perjalanan menuju mushalla, aku bertemu dengan Danu dan Sigit. Kami saling
menceritakan apa yang terjadi. Dan ternyata sama. Danu dan Sigit juga diundang oleh Eros untuk
mampir ke mushalla. Hal ini membuat aku semakin bingung.
Aku, Danu, dan Sigit sampai di mushalla secara bersamaan. Aku lihat di dalam mushalla,
terdapat sosok yang sedang sibuk dengan laptopnya. Sepertinya itu Eros. Ya, itu memang Eros.
Sebelum masuk ke mushalla, kami bertiga mengambil air wudhu terlebih dahulu.
Assalamu`alaikum! ucapku.
Wa`alaikumsalam. Silakan duduk akhi. jawab Eros.
Ketika akan hendak duduk, kami terkejut karena didepan kami terdapat beberapa balon yang
belum ditiup.
Balon untuk apa itu Ros? tanya Danu yang agak keheranan.
Oh,, ini. Ada deh. Nanti kamu juga bakal tau kok. jawab Eros sambil tersenyum.
Aku menjadi semakin bingung dengan apa yang terjadi. Eros yang biasa bersifat terbuka, kok
sekarang menjadi misterius begini sih. Minum obat apa dia tadi malam.
Baik. Untuk mempersingkat waktu, langsung saja kita masuk ke permasalan utama.
Jadi begini, kemarin aku mengikuti seminar di Auditorium Untan. Seminar itu bertemakan
Temukan Jati Dirimu. Isinya sangat bagus. Pengisi acaranya merupakan motivator ternama di
Indonesia. Dari awal hingga akhir acara, aku tiada henti-hentinya kagum pada seminar itu. Seminar itu
telah membangkitkan semangat yang berapi-api pada diriku. Salah satu point penting yang aku
dapatkan dalam seminar itu adalah jangan pernah meremehkan mimpimu. Karena pada dasarnya, hidup
ini berawal dari mimpi. Jelas Eros.
Jadi, apa hubungannya dengan kami? tanya Sigit.
Aku mengundang kalian kesini, karena aku ingin membagi terhadap kalian apa yang telah aku
dapatkan kemarin
Dapat apa? Dapat uang! Sambung Danu sambil tersenyum.
Bukan uang. Tapi sesuatu yang lebih berharga dari uang.
Apa itu? tanyaku dengan penuh keheranan.
Mimpi.... jawab Eros.
Lho... Emang ada apa dengan mimpi?
Mimpi itu indah lho. Semua keinginan kita dapat terwujud melalui mimpi. Kalau kalian tidak
percaya, aku lihatkan pada kalian sebuah cerita tentang seorang pemuda ITB yang merantau ke Negara
Matahari Terbit. Jawab Eros dengan mukanya yang agak sok cool.
Sesaat kemudian, Eros memperlihatkan kepada kami tentang kisah seorang pemuda asal ITB
melalui laptopnya. Pemuda itu awalnya mengikuti sebuah tarbiyah di salah satu fakultas di ITB. Dari
tarbiyah itu, ia ditugaskan untuk menulis 100 mimpinya di kertas selembar. Ia tuliskan mimpi itu satu per
satu. Setelah itu, kertas tersebut ia tempelkan di dinding kamarnya.
Di kertas tersebut ia menuliskan berbagai mimpi yang membuat banyak kawan-kawannya
tertawa setelah membaca kertas tersebut. Kawan-kawannya seakan menganggap semua mimpi itu sulit
diraih olehnya. Namun, ia tetap percaya diri dengan apa yang ditulisnya.
Hari demi hari berlalu, tanpa terasa coretan menghiasi kertas tersebut. Hingga akhirnya, semua
mimpi tersebut telah tercoret semua. Semua mimpi yang ia tuliskan dulu, kini telah terwujud.
Subhanallah. Ia telah berhasil menjadi yang terbaik di kampusnya. Dan yang membuat saya geleng
kepala adalah saat ia bisa meraih mimpinya yang ke-63. Mimpi itu adalah pergi ke Negara Matahari
Terbit. Dan kini, ia telah berhasil mencapai mimpi itu. Ia menjadi seorang fotografer di Jepang. Benar
benar cerita yang menggugah motivasi.
Subhanallah... Hebat benar kisah pemuda satu ini! ucapku.
Ya benar. Kisah pemuda ini merupakan contoh dari seseorang yang menganggap hidup itu
memang berawal dari mimpi. Untuk itu aku minta kepada kalian untuk menuliskan mimpi kalian
sebanyak banyaknya dalam sebuah kertas. Aku juga akan melakukannya. jelas Eros dengan muka
yang bahagia.
Seketika, kami semua langsung mengambil sebuah pen dan beberapa lembar kertas. Aku
tuliskan mimpi-mimpiku dalam kertas tersebut. Setelah semuanya selesai, Eros memberi kami masing-
masing sebuah balon. Kami diminta untuk menggulung kertas tersebut, dan memasukkannya ke dalam
balon. Setelah itu, kami harus meniup balon itu hingga pecah.
Dooor... Door... Door.. Door... Masing-masing balon kami telah pecah. Setelah itu, kami harus
menempelkan kertas tersebut di dinding kamar kami masing-masing. Kami bertiga mengucapkan terima
kasih kepada Eros, karena sudah membagi ilmunya.
Berterima kasihlah kepada Allah, bukan kepadaku. Ucap Eros.
Ok teman. Kami pulang dul ya. Wassalamu`alaikum.
Wa`alaikumsalam
Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa kami semua telah lulus SMA. Setelah lulus SMA, kami
berpisah. Sigit dan Eros melanjutkan kuliah di pulau Jawa. Sedangkan aku dan Danu tetap di Pontianak.
8 tahun telah berlalu. Tanpa terasa aku melihat sebuah kertas mimpiku. Dan ternyata
Subhanallah, semuanya telah ku raih. Kini aku telah menjadi seorang dokter. Dan aku juga sering ke luar
negeri untuk ikut berbagai pelatihan. Dan yang terutama, kini aku telah mendapat pasangan hidup
sesuai dengan apa yang aku dambakan. Mimpi-mimpiku pada saat SMA kini telah terwujud. Aku merasa
bahagia dengan semua ini. Aku yakin diluar sana, Danu, Eros, dan Sigit juaga mengalami hal yang sama
seperti aku. Mereka pasti telah berhasil meraih mimpi mereka masing-masing.
Aku yang dulu tidak percaya dengan yang namanya mimpi. Kini percaya, bahwa Hidup Berawal
Dari Mimpi.

SELESAI............

Randa Reynaldi
(ide yang hanya terlintas sesaat di kepala)

Anda mungkin juga menyukai