Anda di halaman 1dari 5

PEMODELAN STATISTIK PROPAGASI BERGERAK DIATAS

PERMUKAAN LAUT PADA KANAL VERY HIGH FREQUENCY




Muhammad Said
1,2
, Ahmad Fuad
1,2
, Lesti Setianingrum
1
, Achmad Affandi
1

1
Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
2
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Khairun, Ternate

Email : said10@mhs.ee.its.ac.id; fuad.ahmad09@mhs.ee.its.ac.id; affandi@elect-eng.its.ac.id



Abstrak

Pada sistem komunikasi radio, kualitas penerimaan
sinyal sangat tergantung pada lintasan dan struktur
permukaan bumi. Propagasi gelombang radio lebih
banyak pengaruhi oleh fenomena fading lintasan jamak
dimana sinyal mengalami pantulan, penghamburan dan
pembiasan. Selain itu juga dipengaruhi oleh gangguan
ionosfer. Pengukuran karakteristik propagasi adalah
kegiatan dasar yang cukup penting untuk rancang
bangun suatu sistem komunikasi. Pengukuran yang tepat
terkait karakteristik propagasi dari komunikasi melalui
kanal VHF merupakan acuan untuk penentuan seberapa
besar pengaruh parameter-parameter tersebut sehingga
dapat dirancang suatu sistem dengan performansi
optimal.
Karena propagasi sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan komunikasi, maka penelitian ini akan
mengukur dan memodelkan parameter-parameter
komunikasi pada kanal VHF dengan membandingkan
data dari 2 daerah (Surabaya dan Rembang), dimana
akan dilakukan pengukuran dengan menggunakan
spectrum analyzer sehingga didapatkan nilai level daya
terima. Hasil data yang didapat akan dianalisa dengan
berbagai macam teorema distribusi agar diketahui jenis
model distribusinya.
Dengan mendapatkan nilai n dan X dari pengukuran,
selanjutnya dapat di generate untuk melakukan
pemodelan kanal VHF dengan memasukkan random
data normal pada rumus PL = PL(d
0
) + 10 n log (d/d
0
)
+ X dimana X terdistribusi log-normal.
Keyword: VHF, model distribusi, random data normal

1. Pendahuluan
Komunikasi radio merupakan suatu bentuk
komunikasi yang memanfaatkan gelombang radio
dimana kualitas penerimaan sinyalnya sangat tergantung
pada lintasan yang dipengaruhi oleh struktur permukaan
bumi. Dalam komunikasi radio, konfigurasi dari
ketidakteraturan permukaan tanah yang alamiah, macam-
macam bentuk struktur bangunan, perubahan cuaca,
pepohonan dan kondisi sinyal yang diterima ketika unit
mobil/kapal pemancar bergerak semuanya akan dapat
menimbulkan rugi-rugi propagasi yang mengurangi
kekuatan sinyal pada unit penerima. Propagasi
gelombang radio dapat menimbulkan lintasan jamak atau
disebut multipath. Terjadinya multipath ini karena
adanya difraksi, refleksi dan scattering. Karena adanya
lintasan jamak tersebut sinyal informasi yang dikirimkan
dari transmitter akan diterima oleh receiver secara
berulangulang dengan level daya dan waktu yang
berbeda.
Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya
mengenai pengukuran karakteristik propagasi seperti
oleh Frank H. Palmer (Measurements of VHF/UHF
Propagation Characteristics over Arctic Paths), S.
Gokhun Tanyer and Cemil B. Eron (1998), dalam
penelitiannya yang berjudul Broadcast Analysis and
Prediction in the HF Band. Penelitian ini
membandingkan antara hasil perhitungan menggunakan
teknik the ray tracing method dengan hasil pengukuran
data menggunakan Coverage Area Prediction (CAP)
Method : REC 533, Voice of America Communication
Analysis and prediction Program (VOACAP) dan
Ionospheric Communication Enhanced Profile Analysis
and Circuit Prediction Program (ICEPAC), dimana
pemancar yang beroperasi pada frekuensi 7,9 19,1
MHz (HF Band I) diletakkan di daerah Cricklade,
Inggris, sedangkan penerimanya di daerah Kandilli
Istambul, Turki yang berjarak sekitar 2500 km dari
pemancar.
Agar dapat mengetahui karakteristik dan
pemodelan kanal suatu lokasi diperlukan metode
pengukuran karakteristik kanal radio. Oleh karena itulah
dalam Penelitian ini akan dilakukan pengukuran
karasteristik propagasi yang meliputi Fading dan
Redaman propagasi dalam domain frekuensi VHF yaitu
frekuensi maritim (156.8 174 MHz) dengan
menggunakan Spektrum Analyzer merk Tektronik tipe
2711. Antena yang digunakan sebagai pemancar adalah
Antena Mobile VHF merk Larsen PO-150 dan di
penerima adalah antena Groundplane yang berjenis
monopole.

The 12th Industrial Electronics Seminar 2010 (IES 2010)
Electronics Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia,Nopember 3, 2010
ISBN: 978-979-8689-13-0 214
2. Propagasi VHF
2.1. Karakteristik kanal VHF pada Gelombang Radio
Kanal VHF pada gelombang radio yang bekerja
pada frekuensi 30 300 MHz dengan panjang
gelombang berkisar 1 10 m. Karakteristik dari kanal
VHF yaitu dapat dipantulkan oleh ionosfer pada
ketinggian 60 600 km di atas permukaan bumi. Kanal
VHF ini dapat digunakan untuk komunikasi bergerak di
laut/udara dan mobile satellite.

2.2. Standar dan Regulasi Alokasi Frekuensi VHF
Penggunaan alokasi frekuensi gelombang radio
VHF di Indonesia diatur oleh pemerintah dalam
perundang-undangan, yaitu: Keputusan Menteri
Perhubungan nomor: KM. 5 tahun 2001 tentang
penyempurnaan tabel alokasi spektrum frekuensi radio
Indonesia.[4]

2.3. Mekanisme Dasar Propagasi
Pada propagasi terdapat 3 mekanisme dasar yaitu
Refleksi (Pemantulan), Refraksi (Pembiasan), Difraksi,
Scattering (Penghamburan) [1],[6], yang nantinya akan
menyebabkan terjadinya multipath fading yang dapat
menimbulkan perlambatan waktu, peredaman amplitudo
dan pergeseran fasa.

2.4. Redaman Propagasi
Redaman propagasi merupakan selisih antara
daya yang dipancarkan dengan daya yang diterima.
Redaman propagasi pada komunikasi radio mobile,
semata-mata disebabkan karena pengaruh permukaan
bumi dan adanya scattering pada lingkungan radio
mobile.
Redaman (path loss) diekspresikan sebagai fungsi jarak
dengan menggunakan tetapan redaman propagasi (n).
Secara umum path loss dirumuskan [7]:

. (1)

Tetapan redaman propagasi n merupakan
parameter yang mengkarakterisasi lingkungan dari
sistem komunikasi radio. Oleh karena itu, tipe ruangan
yang berbeda memiliki nilai n yang berbeda.
Tetapan redaman propagasi dari berbagai tipe
lingkungan yang didapat dari beberapa penelitian dapat
dilihat dalam tabel 1.

3. Metode Penelitian
Untuk komunikasi darat ke darat (Rembang
Surabaya), dilakukan dengan kedua konfigurasi (gambar
1) pengukuran karakterisasi respon tone dan karakterisasi
pengukuran pada transmisi digital. Hasil terhadap
pengukuran ini sangat bermanfaat terhadap pengetahuan
propagasi gelombang pita frekuensi VHF di dalam
kondisi stasiun tidak bergerak. Sehingga pengamatan
interferensi, noise akibat lingkungan dan atmosfer dapat
diperoleh. Gangguan tersebut merupakan margin
minimal untuk persyaratan link komunikasi. Pengamatan
dilakukan dalam beberapa hari untuk mendapatkan
pengetahuan variasi kanal VHF akibat perubahan
ionosfer.
Tabel 1. Tetapan Redaman Propagasi untuk Berbagai
Lingkungan[2]

Tipe Lingkungan
n (tetapan redaman
propagasi)
Free Space 2
Urban area celluler radio 2.7 to 3.5
In building line of sight 1.6 to 1.8
Obstructed in building 4 to 6
Obstructed in factories 2 to 3

Untuk pengukuran propagasi darat (Rembang) ke
laut Jawa, dan sebaliknya, konfigurasi yang dilaksanakan
adalah konfigurasi satu saja. Tujuan utama pengukuran
ini adalah mengamati dan memperoleh pengetahuan
kanal propagasi pada kondisi bergerak. Hasil
pengamatan ini menjadi bagian penting dalam
pertimbangan perencanaan dan pembuatan terminal dan
setup modem radio serta transceiver HF/VHF pada
komunikasi bergerak. Selain dilakukan pengamatan
terhadap fenomena propagasi, juga diamati kegiatan
komunikasi dalam frekuensi di band maritim tersebut.
Pengamatan ini akan menghasilkan karakteristik trafik
suara yang menduduki kanal radio.
Selanjutnya data-data pengukuran yang diperoleh akan
diolah secara statistik.

HF
Transceiver
Modem
Radio
2
Spectrum
analyser/
all band
Data
logge
PC
Signal
Generator
PC
1
HF
Transceiver
Modem
Radio
2
1


Gambar 1. Konfigurasi pengukuran propagasi kanal
VHF.

3.1. Distribusi Log-Normal
Distribusi log-normal merupakan distribusi
probabilitas dari variabel acak yang terdistribusi normal
logaritma. Jika Y adalah variabel random dengan
distribusi normal, maka X = exp (Y) memiliki distribusi
log-normal. Jika Y log-terdistribusi normal, maka log
(Y) adalah distribusi normal. Log-normal juga ditulis log
normal atau log-normal. Hal ini kadang-kadang disebut
Communication and Network System
215
sebagai distribusi Galton's. Suatu variabel dapat
dimodelkan sebagai log-normal jika dapat dianggap
sebagai hasil perkalian dari banyak variabel acak
independen yang masing-masing adalah positif.
Dalam komunikasi nirkabel, attenuasi yang
disebabkan oleh bayangan atau lambat memudar dari
objek acak sering diasumsikan terdistribusi log-normal.
Lihat model path loss log-jarak. PDF log-normal dapat
dilihat pada gambar 2 (fungsi kepadatan probabilitas dari
distribusi log-normal).

. (2)



Gambar 2. Probability density function. [3]

3.2. Standard Deviation (Simpangan Baku)
Simpangan baku diturunkan dari parameter yang
disebut varians. Varians, var (x) adalah besaran yang
memberikan ukuran mengenai seberapa dekat nilai-nilai
yang terdata terhadap nilai sentral apakah memusat atau
menyebar. Simpangan baku dinyatakan dalam
persamaan:

(3)

3.3. Mean Squared Error
Dalam statistik, Mean Squared Error (MSE)
sebuah estimator adalah nilai yang diharapkan dari
kuadrat error. Error yang ada menunjukkan seberapa
besar perbedaan hasil estimasi dengan nilai yang akan
diestimasi. Perbedaan itu terjadi karena adanya keacakan
pada data atau karena estimator tidak mengandung
informasi yang dapat menghasilkan estimasi yang lebih
akurat.

(4)

Prosentase MSE:

......(5)

3.4. Proses pengolahan data untuk pemodelan

Data redaman
Didapat nilai n dengan regresi linier
Cari perbedaan nilai regresi linier
dan data
Didapat model distribusi,
mean dan standar deviasi
Masukkan data random
Data random*standar deviasi
PL = n 10 log(d/d
0
+ X


Gambar 3. Diagram alir proses pemodelan.

4. Pembahasan dan Analisis Data
4.1. VHF Surabaya
Dari proses regresi linier seperti gambar 4,
didapatkan nilai n sebesar 3.46. Selanjutnya dicari nilai
selisih antara regresi dan data redaman VHF Surabaya
sehingga didapat model distribusi log-normal seperti
gambar 5 dengan nilai mean, varians dan standar deviasi
sebesar 0.00712821, 41.3812, 6.4328.
Communication and Network System
216


Gambar 4. Regresi linier VHF Surabaya


Gambar 5. Hasil model distribusi VHF Surabaya

Dengan nilai tetapan redaman propagasi dan
standar deviasi yang ada, dibangkitkan data random
dengan menggunakan rumus (1) yang selanjutnya di plot
dan dibandingkan dengan pengukuran seperti terlihat
pada gambar 6. Selisih nilai antara model dan
pengukuran dihitung dengan rumus (4) untuk
mendapatkan nilai MSE. Dengan perhitungan dan proses
yang telah dilakukan didapatkan pemodelan untuk kanal
VHF Surabaya adalah sebesar:
PL = 34.6*log(d/0.0896) + randn(1,105)*7.4282
dengan MSE sebesar 10.06%.


Gambar 6. Hasil perbandingan model dan pengukuran
VHF Surabaya

4.2. HF Rembang
Dari proses regresi linier sperti gambar 7,
didapatkan nilai n sebesar 1.33. Selanjutnya dicari nilai
selisih antara regresi dan data redaman VHF Rembang
sehingga didapat model distribusi lognormal seperti
gambar 8 dengan nilai mean, varians dan standar deviasi
sebesar 1.82139, 2.45945, 1.5682


Gambar 7. Regresi linier VHF Rembang

Communication and Network System
217


Gambar 8. Hasil model distribusi VHF Rembang



Gambar 9. Hasil perbandingan model dan pengukuran
HF Rembang

Dengan nilai tetapan redaman propagasi dan
standar deviasi yang ada, dibangkitkan data random
dengan menggunakan persamaan (1) yang selanjutnya di
plot dan dibandingkan dengan pengukuran seperti
terlihat pada gambar 9. Selisih nilai antara model dan
pengukuran dihitung dengan rumus (4) untuk
mendapatkan nilai MSE. Dengan perhitungan dan proses
yang telah dilakukan didapatkan pemodelan untuk VHF
Rembang adalah sebesar:
PL = 13.3*log(d/0.1014) + randn(1,88)*1.7508
dengan MSE sebesar 5.41%.



5. Kesimpulan
Setelah melakukan proses pengukuran dan
pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa
Pemodelan yang sesuai untuk VHF Surabaya dengan
rumus (1) adalah:
PL = PL(d)34.6*log(d/0.0896) + randn(1,105)*7.4282
Dengan X terdistribusi log-normal dan MSE
pemodelan 10.06%.
Sedangkan daerah Rembang memiliki pemodelan yang
sesuai adalah:
PL = PL(d)13.3*log(d/0.1014) + randn(1,88)*1.7508
Dengan X terdistribusi log-normal dan MSE
pemodelan 5.41%.

Daftar Pustaka
[1] Parsons J. D., The Mobile Radio Propagation
Channel, John Wiley & Sons, Inc, New York-
Toronto, 1992.
[2] T. S. Rappaport, Wireless Communication Principle
and Practice, IEEE Press, 1996.
[3] Johnson, E.E, Fast Propagation Predictions for HF
Network Simulations, Proceedings of MILCOM,
IEEE, 1997.
[4] Keputusan menteri perhubungan Nomor: KM.5,
Tentang Penyempurnaan Tabel Alokasi Spektrum
Frekuensi Radio Indonesia, 2001.
[5] Johnson, E.E, Interactions Among Ionospheric
Propagation, HF Modems, and Data Protocols,
Proceedings of MILCOM, IEEE, 2002.
[6] Nachwan Mufti Adriansyah, ST, Modul 1
Propagasi Gelombang EM-Pendahuluan Propagasi
Gelombang EM, 2004.
[7] Nachwan Mufti Adriansyah, ST, Modul 7 Sistem
Komunikasi Bergerak-Prediksi Redaman
Propagasi, 2004.
[8] National Maritime VHF Web/Audio Conference,
Use of Marine VHF Public Correspondece
Channel to Suport Ship Movement Service,
Maritel ,September, 2004.
[9] Nasipuri dan Asis, RF and Wireless
Technologies, Chapter Mobile Ad-hoc Network,
pp. 59-100, 2004.
[10] .PengantarStatistik, http://www.google.com/
standarddeviasi
[11] National Telecommunication and Information
(NTIA), High Frequency Radio Automatic Link
Establishment (ALE) Application Handbook, Annex
1.pdf.



Communication and Network System
218

Anda mungkin juga menyukai