Pada sistem komunikasi radio, kualitas penerimaan sinyal sangat tergantung pada lintasan dan struktur permukaan bumi. Propagasi gelombang radio lebih banyak pengaruhi oleh fenomena fading lintasan jamak dimana sinyal mengalami pantulan, penghamburan dan pembiasan. Selain itu juga dipengaruhi oleh gangguan ionosfer. Pengukuran karakteristik propagasi adalah kegiatan dasar yang cukup penting untuk rancang bangun suatu sistem komunikasi. Pengukuran yang tepat terkait karakteristik propagasi dari komunikasi melalui kanal VHF merupakan acuan untuk penentuan seberapa besar pengaruh parameter-parameter tersebut sehingga dapat dirancang suatu sistem dengan performansi optimal. Karena propagasi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, maka penelitian ini akan mengukur dan memodelkan parameter-parameter komunikasi pada kanal VHF dengan membandingkan data dari 2 daerah (Surabaya dan Rembang), dimana akan dilakukan pengukuran dengan menggunakan spectrum analyzer sehingga didapatkan nilai level daya terima. Hasil data yang didapat akan dianalisa dengan berbagai macam teorema distribusi agar diketahui jenis model distribusinya. Dengan mendapatkan nilai n dan X dari pengukuran, selanjutnya dapat di generate untuk melakukan pemodelan kanal VHF dengan memasukkan random data normal pada rumus PL = PL(d 0 ) + 10 n log (d/d 0 ) + X dimana X terdistribusi log-normal. Keyword: VHF, model distribusi, random data normal
1. Pendahuluan Komunikasi radio merupakan suatu bentuk komunikasi yang memanfaatkan gelombang radio dimana kualitas penerimaan sinyalnya sangat tergantung pada lintasan yang dipengaruhi oleh struktur permukaan bumi. Dalam komunikasi radio, konfigurasi dari ketidakteraturan permukaan tanah yang alamiah, macam- macam bentuk struktur bangunan, perubahan cuaca, pepohonan dan kondisi sinyal yang diterima ketika unit mobil/kapal pemancar bergerak semuanya akan dapat menimbulkan rugi-rugi propagasi yang mengurangi kekuatan sinyal pada unit penerima. Propagasi gelombang radio dapat menimbulkan lintasan jamak atau disebut multipath. Terjadinya multipath ini karena adanya difraksi, refleksi dan scattering. Karena adanya lintasan jamak tersebut sinyal informasi yang dikirimkan dari transmitter akan diterima oleh receiver secara berulangulang dengan level daya dan waktu yang berbeda. Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya mengenai pengukuran karakteristik propagasi seperti oleh Frank H. Palmer (Measurements of VHF/UHF Propagation Characteristics over Arctic Paths), S. Gokhun Tanyer and Cemil B. Eron (1998), dalam penelitiannya yang berjudul Broadcast Analysis and Prediction in the HF Band. Penelitian ini membandingkan antara hasil perhitungan menggunakan teknik the ray tracing method dengan hasil pengukuran data menggunakan Coverage Area Prediction (CAP) Method : REC 533, Voice of America Communication Analysis and prediction Program (VOACAP) dan Ionospheric Communication Enhanced Profile Analysis and Circuit Prediction Program (ICEPAC), dimana pemancar yang beroperasi pada frekuensi 7,9 19,1 MHz (HF Band I) diletakkan di daerah Cricklade, Inggris, sedangkan penerimanya di daerah Kandilli Istambul, Turki yang berjarak sekitar 2500 km dari pemancar. Agar dapat mengetahui karakteristik dan pemodelan kanal suatu lokasi diperlukan metode pengukuran karakteristik kanal radio. Oleh karena itulah dalam Penelitian ini akan dilakukan pengukuran karasteristik propagasi yang meliputi Fading dan Redaman propagasi dalam domain frekuensi VHF yaitu frekuensi maritim (156.8 174 MHz) dengan menggunakan Spektrum Analyzer merk Tektronik tipe 2711. Antena yang digunakan sebagai pemancar adalah Antena Mobile VHF merk Larsen PO-150 dan di penerima adalah antena Groundplane yang berjenis monopole.
The 12th Industrial Electronics Seminar 2010 (IES 2010) Electronics Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia,Nopember 3, 2010 ISBN: 978-979-8689-13-0 214 2. Propagasi VHF 2.1. Karakteristik kanal VHF pada Gelombang Radio Kanal VHF pada gelombang radio yang bekerja pada frekuensi 30 300 MHz dengan panjang gelombang berkisar 1 10 m. Karakteristik dari kanal VHF yaitu dapat dipantulkan oleh ionosfer pada ketinggian 60 600 km di atas permukaan bumi. Kanal VHF ini dapat digunakan untuk komunikasi bergerak di laut/udara dan mobile satellite.
2.2. Standar dan Regulasi Alokasi Frekuensi VHF Penggunaan alokasi frekuensi gelombang radio VHF di Indonesia diatur oleh pemerintah dalam perundang-undangan, yaitu: Keputusan Menteri Perhubungan nomor: KM. 5 tahun 2001 tentang penyempurnaan tabel alokasi spektrum frekuensi radio Indonesia.[4]
2.3. Mekanisme Dasar Propagasi Pada propagasi terdapat 3 mekanisme dasar yaitu Refleksi (Pemantulan), Refraksi (Pembiasan), Difraksi, Scattering (Penghamburan) [1],[6], yang nantinya akan menyebabkan terjadinya multipath fading yang dapat menimbulkan perlambatan waktu, peredaman amplitudo dan pergeseran fasa.
2.4. Redaman Propagasi Redaman propagasi merupakan selisih antara daya yang dipancarkan dengan daya yang diterima. Redaman propagasi pada komunikasi radio mobile, semata-mata disebabkan karena pengaruh permukaan bumi dan adanya scattering pada lingkungan radio mobile. Redaman (path loss) diekspresikan sebagai fungsi jarak dengan menggunakan tetapan redaman propagasi (n). Secara umum path loss dirumuskan [7]:
. (1)
Tetapan redaman propagasi n merupakan parameter yang mengkarakterisasi lingkungan dari sistem komunikasi radio. Oleh karena itu, tipe ruangan yang berbeda memiliki nilai n yang berbeda. Tetapan redaman propagasi dari berbagai tipe lingkungan yang didapat dari beberapa penelitian dapat dilihat dalam tabel 1.
3. Metode Penelitian Untuk komunikasi darat ke darat (Rembang Surabaya), dilakukan dengan kedua konfigurasi (gambar 1) pengukuran karakterisasi respon tone dan karakterisasi pengukuran pada transmisi digital. Hasil terhadap pengukuran ini sangat bermanfaat terhadap pengetahuan propagasi gelombang pita frekuensi VHF di dalam kondisi stasiun tidak bergerak. Sehingga pengamatan interferensi, noise akibat lingkungan dan atmosfer dapat diperoleh. Gangguan tersebut merupakan margin minimal untuk persyaratan link komunikasi. Pengamatan dilakukan dalam beberapa hari untuk mendapatkan pengetahuan variasi kanal VHF akibat perubahan ionosfer. Tabel 1. Tetapan Redaman Propagasi untuk Berbagai Lingkungan[2]
Tipe Lingkungan n (tetapan redaman propagasi) Free Space 2 Urban area celluler radio 2.7 to 3.5 In building line of sight 1.6 to 1.8 Obstructed in building 4 to 6 Obstructed in factories 2 to 3
Untuk pengukuran propagasi darat (Rembang) ke laut Jawa, dan sebaliknya, konfigurasi yang dilaksanakan adalah konfigurasi satu saja. Tujuan utama pengukuran ini adalah mengamati dan memperoleh pengetahuan kanal propagasi pada kondisi bergerak. Hasil pengamatan ini menjadi bagian penting dalam pertimbangan perencanaan dan pembuatan terminal dan setup modem radio serta transceiver HF/VHF pada komunikasi bergerak. Selain dilakukan pengamatan terhadap fenomena propagasi, juga diamati kegiatan komunikasi dalam frekuensi di band maritim tersebut. Pengamatan ini akan menghasilkan karakteristik trafik suara yang menduduki kanal radio. Selanjutnya data-data pengukuran yang diperoleh akan diolah secara statistik.
HF Transceiver Modem Radio 2 Spectrum analyser/ all band Data logge PC Signal Generator PC 1 HF Transceiver Modem Radio 2 1
Gambar 1. Konfigurasi pengukuran propagasi kanal VHF.
3.1. Distribusi Log-Normal Distribusi log-normal merupakan distribusi probabilitas dari variabel acak yang terdistribusi normal logaritma. Jika Y adalah variabel random dengan distribusi normal, maka X = exp (Y) memiliki distribusi log-normal. Jika Y log-terdistribusi normal, maka log (Y) adalah distribusi normal. Log-normal juga ditulis log normal atau log-normal. Hal ini kadang-kadang disebut Communication and Network System 215 sebagai distribusi Galton's. Suatu variabel dapat dimodelkan sebagai log-normal jika dapat dianggap sebagai hasil perkalian dari banyak variabel acak independen yang masing-masing adalah positif. Dalam komunikasi nirkabel, attenuasi yang disebabkan oleh bayangan atau lambat memudar dari objek acak sering diasumsikan terdistribusi log-normal. Lihat model path loss log-jarak. PDF log-normal dapat dilihat pada gambar 2 (fungsi kepadatan probabilitas dari distribusi log-normal).
. (2)
Gambar 2. Probability density function. [3]
3.2. Standard Deviation (Simpangan Baku) Simpangan baku diturunkan dari parameter yang disebut varians. Varians, var (x) adalah besaran yang memberikan ukuran mengenai seberapa dekat nilai-nilai yang terdata terhadap nilai sentral apakah memusat atau menyebar. Simpangan baku dinyatakan dalam persamaan:
(3)
3.3. Mean Squared Error Dalam statistik, Mean Squared Error (MSE) sebuah estimator adalah nilai yang diharapkan dari kuadrat error. Error yang ada menunjukkan seberapa besar perbedaan hasil estimasi dengan nilai yang akan diestimasi. Perbedaan itu terjadi karena adanya keacakan pada data atau karena estimator tidak mengandung informasi yang dapat menghasilkan estimasi yang lebih akurat.
(4)
Prosentase MSE:
......(5)
3.4. Proses pengolahan data untuk pemodelan
Data redaman Didapat nilai n dengan regresi linier Cari perbedaan nilai regresi linier dan data Didapat model distribusi, mean dan standar deviasi Masukkan data random Data random*standar deviasi PL = n 10 log(d/d 0 + X
Gambar 3. Diagram alir proses pemodelan.
4. Pembahasan dan Analisis Data 4.1. VHF Surabaya Dari proses regresi linier seperti gambar 4, didapatkan nilai n sebesar 3.46. Selanjutnya dicari nilai selisih antara regresi dan data redaman VHF Surabaya sehingga didapat model distribusi log-normal seperti gambar 5 dengan nilai mean, varians dan standar deviasi sebesar 0.00712821, 41.3812, 6.4328. Communication and Network System 216
Gambar 4. Regresi linier VHF Surabaya
Gambar 5. Hasil model distribusi VHF Surabaya
Dengan nilai tetapan redaman propagasi dan standar deviasi yang ada, dibangkitkan data random dengan menggunakan rumus (1) yang selanjutnya di plot dan dibandingkan dengan pengukuran seperti terlihat pada gambar 6. Selisih nilai antara model dan pengukuran dihitung dengan rumus (4) untuk mendapatkan nilai MSE. Dengan perhitungan dan proses yang telah dilakukan didapatkan pemodelan untuk kanal VHF Surabaya adalah sebesar: PL = 34.6*log(d/0.0896) + randn(1,105)*7.4282 dengan MSE sebesar 10.06%.
Gambar 6. Hasil perbandingan model dan pengukuran VHF Surabaya
4.2. HF Rembang Dari proses regresi linier sperti gambar 7, didapatkan nilai n sebesar 1.33. Selanjutnya dicari nilai selisih antara regresi dan data redaman VHF Rembang sehingga didapat model distribusi lognormal seperti gambar 8 dengan nilai mean, varians dan standar deviasi sebesar 1.82139, 2.45945, 1.5682
Gambar 7. Regresi linier VHF Rembang
Communication and Network System 217
Gambar 8. Hasil model distribusi VHF Rembang
Gambar 9. Hasil perbandingan model dan pengukuran HF Rembang
Dengan nilai tetapan redaman propagasi dan standar deviasi yang ada, dibangkitkan data random dengan menggunakan persamaan (1) yang selanjutnya di plot dan dibandingkan dengan pengukuran seperti terlihat pada gambar 9. Selisih nilai antara model dan pengukuran dihitung dengan rumus (4) untuk mendapatkan nilai MSE. Dengan perhitungan dan proses yang telah dilakukan didapatkan pemodelan untuk VHF Rembang adalah sebesar: PL = 13.3*log(d/0.1014) + randn(1,88)*1.7508 dengan MSE sebesar 5.41%.
5. Kesimpulan Setelah melakukan proses pengukuran dan pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa Pemodelan yang sesuai untuk VHF Surabaya dengan rumus (1) adalah: PL = PL(d)34.6*log(d/0.0896) + randn(1,105)*7.4282 Dengan X terdistribusi log-normal dan MSE pemodelan 10.06%. Sedangkan daerah Rembang memiliki pemodelan yang sesuai adalah: PL = PL(d)13.3*log(d/0.1014) + randn(1,88)*1.7508 Dengan X terdistribusi log-normal dan MSE pemodelan 5.41%.
Daftar Pustaka [1] Parsons J. D., The Mobile Radio Propagation Channel, John Wiley & Sons, Inc, New York- Toronto, 1992. [2] T. S. Rappaport, Wireless Communication Principle and Practice, IEEE Press, 1996. [3] Johnson, E.E, Fast Propagation Predictions for HF Network Simulations, Proceedings of MILCOM, IEEE, 1997. [4] Keputusan menteri perhubungan Nomor: KM.5, Tentang Penyempurnaan Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia, 2001. [5] Johnson, E.E, Interactions Among Ionospheric Propagation, HF Modems, and Data Protocols, Proceedings of MILCOM, IEEE, 2002. [6] Nachwan Mufti Adriansyah, ST, Modul 1 Propagasi Gelombang EM-Pendahuluan Propagasi Gelombang EM, 2004. [7] Nachwan Mufti Adriansyah, ST, Modul 7 Sistem Komunikasi Bergerak-Prediksi Redaman Propagasi, 2004. [8] National Maritime VHF Web/Audio Conference, Use of Marine VHF Public Correspondece Channel to Suport Ship Movement Service, Maritel ,September, 2004. [9] Nasipuri dan Asis, RF and Wireless Technologies, Chapter Mobile Ad-hoc Network, pp. 59-100, 2004. [10] .PengantarStatistik, http://www.google.com/ standarddeviasi [11] National Telecommunication and Information (NTIA), High Frequency Radio Automatic Link Establishment (ALE) Application Handbook, Annex 1.pdf.