Anda di halaman 1dari 11

Masalah Faktor Daya dan Pemasangan Kapasitor

Kadek Fendy Sutrisna


13 Agustus 2010
Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan
Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -
> Catatan Fendy Sutrisna
Salah satu permasalahan yang sering kita dengar dalam penggunaan energi listrik untuk level industri
adalah masalah faktor daya atau cos dan pemasangan kapasitor. Apabila cos lebih rendah dari
0.85 maka daya reaktif yang dihasilkan dari beban industri tersebut akan dikenakan biaya dalam
penentuan besarnya tagihan listrik. Dalam kasus ini, pihak industri diwajibkan membayar daya
reaktif yang digunakan kepada penyedia layanan listrik. Untuk mengatasi masalah rendahnya faktor-
daya atau tingginya daya reaktif, banyak industri atau bangunan modern memasang
kapasitor. Penjelasan tentang kenapa hal ini dikenakan denda, gimana cara mengukurnya dan hal-hal
apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemasangan kapasitor, akan coba dibahas pada artikel di
bawah ini.
I. Dasar Teori
Dalam sistem tenaga listrik dikenal tiga jenis daya, yaitu daya aktif atau real power (P), daya
reaktif atau reactive power (Q), dan daya nyata atau apparent power(S). Daya aktif adalah daya
listrik yang dibangkitkan di sisi keluaran generator, kemudian termanfaatkan oleh konsumen; dapat
dikonversi ke bentuk energi lainnya seperti energi gerak pada motor; bisa juga menjadi energi panas
pada heater; ataupun dapat diubah kebentuk energi listrik lainnya. Perlu diingat bahwa daya ini
memiliki satuan watt (W), kilowatt (kW) atau tenaga kuda (HP).
Sedangkan daya reaktif adalah suatu besaran yang digunakan untuk menggambarkan adanya
fluktuasi daya pada saluran transmisi dan distribusi akibat dibangkitkannya medan/daya magnetik
atau beban yang bersifat induktif (seperti : motor listrik, trafo, dan las listrik). Walaupun namanya
adalah daya, daya reaktif ini tidak nyata dan tidak bisa dimanfaatkan. Daya ini memiliki satuan volt-
ampere-reaktif (VAR) atau kilovar (kVAR). Pada konsumen level industri, beban induktif yang paling
banyak digunakan adalah motor listrik atau pompa listrik. Adanya daya reaktif ini menyebabkan
aliran daya aktif tidak bisa dilakukan secara efisien dan memerlukan peralatan listrik
yang kapasitasnya lebih besar dari daya aktif yang diperlukan.
Untuk menggambarkan seberapa efisien daya aktif yang dapat disalurkan, dalam dunia kelistrikan
dikenal suatu besaran yang disebut faktor-daya atau cos . Nilai maksimum cos adalah 1 dan nilai
minimumnya adalah 0. Semakin tinggi faktor-daya maka semakin efisien penyaluran dayanya.
Artinya juga, semakin kecil faktor-daya maka semakin besar daya reaktifnya.
Bagi konsumen kecil atau rumah tangga, keberadaan daya reaktif tidak terlalu menjadi masalah
karena PT. PLN tidak memperhitungkannya dalam penentuan tagihan listrik. Akan tetapi bagi
konsumen besar, pabrik atau bangunan modern, PT. PLN mensyaratkan faktor-daya harus lebih dari
0,85. Jika nilai faktor-daya kurang dari nilai itu maka daya reaktif akan diukur dan diperhitungkan
dalam penentuan besarnya tagihan. PT. PLN melakukan ini karena aliran daya reaktif yang besar
menyebabkan peralatan milik PT. PLN tidak bisa bekerja secara efisien dan tidak bisa digunakan
secara maksimum.
II. Faktor Daya
Daya nyata merupakan jumlah daya total yang terdiri dari daya reaktif (P) dan daya reaktif (Q) yang
dirumuskan :

Hubungan ketiga daya itu dapat juga digambarkan dalam bentuk segitiga daya seperti pada Gambar
1 berikut :

Gambar 1. Segitiga Daya
Perbandingan antara daya aktif (P) dan daya nyata (S) inilah dikenal dengan istilah faktor
daya atau power factor (PF). Apabila dilihat pada segitiga daya diatas, perbandingan daya aktif (P)
dan daya nyata (S) merupakan nilai cos . Oleh karena hal ini, istilah faktor daya (PF) juga sering
dikenal dengan sebutan nilai cos .
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, beban yang sering digunakan pada konsumen level industri
kebanyakan bersifat induktif. Peningkatan beban yang bersifat induktif ini pada sistem tenaga listrik
dapat menurunkan nilai faktor daya (PF) dalam proses pengiriman daya. Penurunan faktor daya (PF)
ini dapat menimbulkan berbagai kerugian, yang antara lain:
1. Memperbesar kebutuhan kVA
2. Penurunan Efisiensi penyaluran daya
3. Memperbesar rugi-rugi panas kawat dan peralatan
4. Mutu listrik menjadi rendah karena adanya drop tegangan
Untuk alasan kerugian akibat penurunan faktor daya (PF) inilah, penyedia layanan listrik, PLN,
menetapkan denda VAR, dalam usaha untuk menghimbau konsumennya agar ikut berkontribusi
menjaga faktor daya pada kondisi idealnya.
Adapun perhitungan kelebihan pemakaian kVARH dalam rupiah dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sbb :
[ B - 0,62 ( A1 + A2 ) ] Hk
dimana :
B = pemakaian k VARH
A1= pemakaian kWH WPB
A2 = pemakaian kWH LWBP
Hk = harga kelebihan pemakaian kVARH
II. Perbaikan Faktor Daya atau Cos dan Perhitungan Kompensasi Daya Reaktif
Salah satu cara untuk memperbaiki faktor daya adalah dengan memasang kompensasi kapasitif
menggunakan kapasitor. Pada konsumen level industri istilah ini lebih dikenal dengan sebutan
pemasangan power factor correction (PFC). Pemasangan PFC disini sama artinya dengan
pemasangan PF controller dan capacitor bank (kumpulan dari kapasitor-kapasitor yang dipasang
secara paralel).
Kapasitor adalah peralatan listrik yang bisa menghasilkan daya reaktif yang diperlukan oleh
konsumen sehingga aliran daya reaktif di saluran bisa berkurang. Dengan kata lain, kapasitor
bermanfaat untuk menaikkan faktor-daya. Dengan memasang kapasitor, konsumen besar bisa
terhindar dari tambahan tagihan listrik karena daya reaktif yang berlebih. Semakin mahalnya
tarif listrik dan semakin tingginya keinginan untuk mengoperasikan peralatan secara efisien,
menyebabkan penggunaan kapasitor semakin banyak dan meluas. Idealnya, kapasitor dipasang di
dekat peralatan yang memerlukan daya reaktif sehingga tidak perlu terjadi adanya aliran daya
reaktif melalui kabel, trafo, atau peralatan lainnya.
II.1 PF controller
Fungsi PF controller adalah untuk mengatur switching step-step capacitor banksesuai dengan nilai
kompensasi daya reaktifnya (Qc) yang diperlukan untuk mencapai target faktor daya (PF) idealnya
atau yang telah ditentukan. PF controller bekerja berdasarkan sensing parameter yang disebut C/k
faktor yang diperoleh dari input tegangan dan arus. Ada 2 cara untuk mensetting faktor C/k, yaitu
secara automatic dan manual. Cara automatic mensetting C/k dapat dilakukan dengan cara
mengaktifkan mode automatic pada perhitungan C/k pada PF controller. Cara setting ini akan
tergantung pada 4 parameter, yaitu :
Nilai tegangan kerja kapasitor Un
Skala arus (rasio CT yang dipakai)
Konfigurasi jaringan, 3 phasa atau 1 phasa
Rating kapasitor step pertama
PF controller secara otomatis akan mengeset nilai C/k apabila ada perubahan pada 4 parameter
diatas. Untuk cara manual dapat dilakukan dengan mengacu pada perhitungan berikut :

dimana,
Q = reactive 3-phase power of one step (kVAR)
U = system voltage (V)
k = CT ratio
II.2 Capasitor Bank
Capacitor bank adalah kumpulan kapasitor yang digunakan untuk memberikan kompensasi reactive
power (Qc). Kebutuhan kompensasi reactive power (Qc) yang dibutuhkan untuk mencapai power
factor (p.f) dapat dihitung berdasarkan formula :

dimana :
Qc = kompensasi reactive power yang dibutuhkan (kVAR)
P = active power (kW)
cos 1 = power factor (p.f) lama
cos 2 = power factor (p.f) baru atau target
Perhitungan ini juga dapat digambarkan pula dalam segitiga daya pada Gambar 2.

Gambar 2. Segitiga Daya Kompensasi KVAR
II.2.1 Proses Kerja Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk meperbesar pf dipasang paralel dengan rangkaian beban. Bila
rangkaian itu diberi tegangan maka elektron akan mengalir masuk ke kapasitor. Pada saat kapasitor
penuh dengan muatan elektron maka tegangan akan berubah. Kemudian elektron akan ke luar dari
kapasitor dan mengalir ke dalam rangkaian yang memerlukannya dengan demikian pada saaat itu
kapasitor membangkitkan daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu kembali normal (tetap) maka
kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor mengeluarkan elektron (Ic) berarti
sama juga kapasitor menyuplai daya treaktif ke beban. Keran beban bersifat induktif (+) sedangkan
daya reaktif bersifat kapasitor (-) akibatnya daya reaktif yang berlaku menjadi kecil.
II.2.2 Pemasangan Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperkecil atau memperbaiki PF penempatannya ada dua
cara :
1. Terpusat kapasitor ditempatkan pada:
(a) Sisi primer atau sekunder transformator
(b) Pada bus pusat pengontrol
2. Cara terbatas kapasitor ditempatkan
(a) Feeder kecil
(b) Pada rangkaian cabang
(c) Langsung pada beban
III. Perawatan Capasitor Bank
III.1 Perawatan Fisik
Kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki PF supaya tahan lama tentunya harus dirawat secara
teratur. Dalam perawatan itu perhatian harus dilakukan pada tempat yang lembab yang tidak
terlindungi dari debu dan kotoran. Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan bahwa kapasitor tidak
terhubung lagi dengan sumber. Kemudian karena kapasitor ini masih mengandung muatan berarti
masih ada arus/tegangan listrik maka kapasitor itu harus dihubung singkatkan supaya muatannya
hilang. Adapun jenis pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi :
Pemeriksaan kebocoran
Pemeriksaan kabel dan penyangga
Pemeriksaan isolator
III.2 Proteksi Kapasitor dari Gangguan Harmonisa Frekuesi Tinggi
Sedikit orang yang memahami bahwa kapasitor mempunyai impedansi atau hambatan yang rendah
pada frekuensi tegangan yang tinggi. Atau dengan kata lain apabila gelombang tegangan dan arus
listrik mengandung harmonisa frekuensi tinggi, maka arus listrik cenderung mengalir melalui
rangkaian yang hambatannya rendah, yaitu kapasitor yang terpasang ini.
Semakin banyaknya penggunaan perangkat elektronika daya seperti inverter untuk menaikkan
efisiensi peralatan industri, penggunaan ballast elektronik untuk meningkatkan efisiensi lampu, dan
penggunaan penyearah untuk memasok sumber daya searah membuat bentuk gelombang tegangan
dan arus berubah menjadi non-sinusoidal. Suatu besaran yang digunakan untuk menggambarkan
seberapa jauh suatu gelombang tidak berbentuk sinusoidal dinyatakan dengan besaran harmonisa.
Arus harmonisa adalah arus listrik yang frekuensinya mengandung kelipatan bulat dari frekuensi
dasarnya, dalam hal ini PT. PLN menggunakan frekuensi dasar sebesar 50 Hz. Arus harmonisa yang
banyak muncul akibat penggunaan alat-alat elektronika daya adalah arus harmonisa yang mempunyai
frekuensi 150, 250, dan 350 Hz. Di banyak bangunan modern, kandungan arus harmonisa yang
mengalir di jaringan listrik bisa mencapai lebih dari 30%.
Impedansi atau hambatan dari kapasitor berubah sesuai dengan frekuensi arus listrik yang mengalir
melalui kapasitor. Jika hambatan kapasitor mempunyai nilai yang sama dengan hambatan jaringan
sumber maka tercapailah suatu kondisi yang disebut resonansi. Pada kondisi resonansi, hambatan
total sistem menjadi nol. Kondisi ini mirip dengan kondisi rangkaian pendek yang membahayakan
kapasitor dan peralatan lainnya. Kondisi inilah yang sering menyebabkan rusaknya kapasitor dan
peralatan lainnya.
Kapasitor sering dilalui arus lebih pada harmonisa frekuesi tinggi. Karena kapasitor biasanya berisi
minyak, kapasitor akan mudah terbakar. Kejadian inilah yang sering memicu banyak kebakaran di
industri dan bangunan modern.
Untuk mengatasi masalah terbakarnya kapasitor karena adanya arus harmonisa, bermacam cara
sederhana bisa dilakukan. Cara pertama yang umum ditawarkan oleh banyak pabrik pembuat
kapasitor adalah dengan memasang induktor secara seri dengan kapasitor untuk mencegah
mengalirnya arus harmonisa melalui kapasitor. Cara ini cukup efektif tetapi menyebabkan biaya
pemasangan kapasitor menjadi mahal.
Cara lain yang paling sederhana dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah tentu saja
menjauhkan pemasangan kapasitor dari posisi beban yang diperkirakan banyak menghasilkan
harmonisa. Cara ini sering sekali bisa dilakukan tanpa banyak mengeluarkan biaya tambahan.
Secara umum, pemasangan kapasitor tidak mengkhawatirkan jika :
(i) kapasitas peralatan elektronik yang diperkirakan menghasilkan harmonisa tidak lebih dari 30%
kapasitas sumber, dan
(ii) besar kapasitor yang dipasang tidak lebih dari 50% kapasitas sumber.
Jika penggunaan peralatan elektronik sangat banyak dan kapasitor yang akan dipasang besar maka
suatu studi khusus tentang kemungkinan terjadinya resonansi harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya kebakaran. Di banyak bangunan modern yang penggunaan peralatan elektroniknya sangat
banyak, peluang terjadinya resonansi sangat tinggi sehingga studi semacam ini menjadi sangat sering
diperlukan. Dengan melakukan studi ini diharapkan kebakaran yang menyebabkan kerugian ratusan
milyar rupiah bisa dicegah.
Artikel lainnya tentang permasalahan di dunia kelistrikan dapat dilihat disini.
Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan
Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -
> Catatan Fendy Sutrisna
IV. Daftar Pustaka :
1. Saiful Adib, Evaluasi Kelayakan Capacitor Bank
2. Arwindra Rizqiawan, Memahami Faktor Daya
3. Pekik Argo Dahono, Kapasitor : bermanfaat sekaligus berbahaya
4. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG TARlF
TENAGA LlSTRlK YANG DlSEDlAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT
PERUSAHAAN LlSTRlK NEGARA
5. Diskusi Milis Elektro ITB 2004
















Masalah Faktor Daya pada Konsumen Industri dan Solusinya
Kadek Fendy Sutrisna
14 Agustus 2010
Salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam penggunaan energi listrik untuk level
industri adalah masalah faktor daya atau cos yang lebih rendah daripada yang
diterapkan oleh penyedia listrik. Dalam kasus ini khususnya di Indonesia, pihak industri
diwajibkan membayar daya reaktif yang digunakan kepada penyedia layanan listrik, atau
dalam istilah PLN-nya lebih dikenal dengan istilah denda KVAR. Penjelasan tentang
kenapa hal ini dikenakan denda, gimana cara mengukurnya dan bagaimana cara
mengembalikan nilai faktor daya ini ke nilai idealnya, akan coba penulis bahas pada
artikel di bawah ini.
Perlu diperhatikan disini bahwa pada artikel ini, asumsi yang digunakan adalah sistem
listrik dengan menggunakan sumber tegangan berbentuk sinusoidal murni dan
menggunakan beban linier. Beban linier yang dimaksud disini adalah beban yang tidak
merubah bentuk arus sumber, atau dengan kata lain menghasilkan bentuk arus yang
sama dengan bentuk tegangan sumber.
I. Dasar Teori
Dalam sistem tenaga listrik dikenal tiga jenis daya, yaitu daya aktif atau real
power (P), daya reaktif atau reactive power (Q), dan daya nyata atau apparent
power (S). Daya aktif adalah daya yang termanfaatkan oleh konsumen, dapat dikonversi
ke pekerjaan yang bermanfaat (pekerjaan yang sebenarnya); bisa berubah menjadi
energi gerak pada motor; bisa menjadi panas pada heater; ataupun dapat diubah
kebentuk energi nyata lainnya. Perlu diingat bahwa daya ini memiliki satuan watt (W)
atau kilowatt (kW).
Sedangkan daya reaktif adalah daya yang digunakan untuk membangkitkan medan/daya
magnetik. Daya ini memiliki satuan volt-ampere-reaktif (VAR) atau kilovar (kVAR).
Daya reaktif sering juga dijelaskan dengan daya yang timbul akibat penggunaan beban
yang bersifat induktif atau kapasitif. Contoh beban yang bersifat induktif (menyerap
daya reaktif) adalah transformer, lampu TL, dan belitan. Pada konsumen level industri,
beban induktif yang paling banyak digunakan adalah motor listrik atau pompa listrik.
Sedangkan contoh beban kapasitif (mengeluarkan daya reaktif) adalah kapasitor.
Pembahasan tentang hubungannya dengan faktor daya atau cos akan dibahas
berikutnya.
Daya nyata merupakan jumlah daya total yang terdiri dari daya reaktif (P) dan daya
reaktif (Q) yang dirumuskan :

Hubungan ketiga daya itu dapat juga digambarkan dalam bentuk segitiga daya seperti
pada Gambar 1 berikut :

Gambar 1. Segitiga Daya
Perbandingan antara daya aktif (P) dan daya nyata (S) inilah dikenal dengan
istilah faktor daya atau power factor (PF). Apabila dilihat pada segitiga daya diatas,
perbandingan daya aktif (P) dan daya nyata (S) merupakan nilai cos . Oleh karena hal
ini, istilah faktor daya (PF) juga sering dikenal dengan sebutan nilai cos .
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, beban yang sering digunakan pada konsumen
level industri kebanyakan bersifat induktif. Peningkatan beban yang bersifat induktif ini
pada sistem tenaga listrik dapat menurunkan nilai faktor daya (PF) dalam proses
pengiriman daya. Penurunan faktor daya (PF) ini dapat menimbulkan berbagai kerugian,
yang antara lain:
1. Memperbesar kebutuhan kVA
2. Penurunan Efisiensi penyaluran daya
3. Memperbesar rugi-rugi panas kawat dan peralatan
4. Mutu listrik menjadi rendah karena adanya drop tegangan
Untuk alasan kerugian akibat penurunan faktor daya (PF) inilah, penyedia layanan listrik,
PLN, menetapkan denda VAR, dalam usaha untuk menghimbau konsumennya agar ikut
berkontribusi menjaga faktor daya pada kondisi idealnya. Dengan cara seperti ini, para
konsumen level industri akan berusaha untuk mendapatkan faktor daya yang baik agar
tidak sia-sia bayar mahal kepada penyedia layanan listrik. Denda atau biaya kelebihan
penggunaan daya reaktif ini dikenakan apabila jumlah pemakaian faktor daya atau cos
rata-rata tercatat lebih rendah daripada 0.85. Perhitungan kelebihan pemakaian kVARH
dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sbb :
[ B - 0,62 ( A1 + A2 ) ] Hk
dimana :
B = pemakaian k VARH
A1= pemakaian kWH WPB
A2 = pemakaian kWH LWBP
Hk = harga kelebihan pemakaian kVARH
II. Perbaikan Faktor Daya atau Cos dan Perhitungan Kompensasi Daya
Reaktif
Salah satu cara untuk memperbaiki faktor daya adalah dengan memasang kompensasi
kapasitif menggunakan kapasitor. Pada konsumen level industri istilah ini lebih dikenal
dengan sebutan pemasangan power factor correction(PFC). Seperti yang dijelaskan
sebelumnya kapasitor adalah komponen listrik yang menghasilkan daya reaktif pada
jaringan dimana dia tersambung. Pemasangan PFC disini sama artinya dengan
pemasangan PF controller dancapacitor bank (kumpulan dari kapasitor-kapasitor yang
dipasang secara paralel).
II.1 PF controller
Fungsi PF controller adalah untuk mengatur switching step-step capacitor banksesuai
dengan nilai kompensasi daya reaktifnya (Q
c
) yang diperlukan untuk mencapai target
faktor daya (PF) idealnya atau yang telah ditentukan. PF controller bekerja berdasarkan
sensing parameter yang disebut C/k faktor yang diperoleh dari input tegangan dan arus.
Ada 2 cara untuk mensetting faktor C/k, yaitu secara automatic dan manual. Cara
automatic mensetting C/k dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan mode automatic
pada perhitungan C/k pada PF controller. Cara setting ini akan tergantung pada 4
parameter, yaitu :
Nilai tegangan kerja kapasitor Un
Skala arus (rasio CT yang dipakai)
Konfigurasi jaringan, 3 phasa atau 1 phasa
Rating kapasitor step pertama
PF controller secara otomatis akan mengeset nilai C/k apabila ada perubahan pada 4
parameter diatas. Untuk cara manual dapat dilakukan dengan mengacu pada
perhitungan berikut :

dimana,
Q = reactive 3-phase power of one step (kVAR)
U = system voltage (V)
k = CT ratio
II.2 Capasitor Bank
Capacitor bank adalah kumpulan kapasitor yang digunakan untuk memberikan
kompensasi reactive power (Qc). Kebutuhan kompensasi reactive power (Qc) yang
dibutuhkan untuk mencapai power factor (p.f) dapat dihitung berdasarkan formula :

dimana :
Qc = kompensasi reactive power yang dibutuhkan (kVAR)
P = active power (kW)
cos 1 = power factor (p.f) lama
cos 2 = power factor (p.f) baru atau target
Perhitungan ini juga dapat digambarkan pula dalam segitiga daya padaGambar 2.

Gambar 2. Segitiga Daya Kompensasi KVAR
II.2.1 Proses Kerja Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk meperbesar pf dipasang paralel dengan rangkaian
beban. Bila rangkaian itu diberi tegangan maka elektron akan mengalir masuk ke
kapasitor. Pada saat kapasitor penuh dengan muatan elektron maka tegangan akan
berubah. Kemudian elektron akan ke luar dari kapasitor dan mengalir ke dalam
rangkaian yang memerlukannya dengan demikian pada saaat itu kapasitor
membangkitkan daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu kembali normal (tetap)
maka kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor mengeluarkan
elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai daya treaktif ke beban. Keran beban
bersifat induktif (+) sedangkan daya reaktif bersifat kapasitor (-) akibatnya daya reaktif
yang berlaku menjadi kecil.
II.2.2 Pemasangan Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperkecil atau memperbaiki PF
penempatannya ada dua cara :
1. Terpusat kapasitor ditempatkan pada:
a. Sisi primer atau sekunder transformator
b. Pada bus pusat pengontrol
2. Cara terbatas kapasitor ditempatkan
a. Feeder kecil
b. Pada rangkaian cabang
c. Langsung pada beban
II.2.3 Perawatan Capasitor Bank
Kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki PF supaya tahan lama tentunya harus
dirawat secara teratur. Dalam perawatan itu perhatian harus dilakukan pada tempat
yang lembab yang tidak terlindungi dari debu dan kotoran. Sebelum melakukan
pemeriksaan pastikan bahwa kapasitor tidak terhubung lagi dengan sumber. Kemudian
karena kapasitor ini masih mengandung muatan berarti masih ada arus/tegangan listrik
maka kapasitor itu harus dihubung singkatkan supaya muatannya hilang. Adapun jenis
pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi :
Pemeriksaan kebocoran
Pemeriksaan kabel dan penyangga
Pemeriksaan isolator
III. Daftar Pustaka :
1. Saiful Adib, Evaluasi Kelayakan Capacitor Bank
2. Arwindra Rizqiawan, Memahami Faktor
Daya(http://konversi.wordpress.com/2010/05/05/memahami-faktor-daya/)
3. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG TARlF TENAGA
LlSTRlK YANG DlSEDlAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT
PERUSAHAAN LlSTRlK NEGARA
4. Diskusi Milis Elektro ITB 2004 (elektroitb_2004@yahoogroups.com)

Anda mungkin juga menyukai