Belahan otak kanan merupakan sumber intusisi, insight, kiasan, dan imajinasi. Otak kanan memiliki potensi yang begitu besar dalam hal mendorong seseorang untuk menjadi pribadi yang kreatif dan kaya akan ide-ide baru. Dengan kerja otak kanan yang maksimal, sama halnya dengan mencipta diri menjadi manusia yang kreatif dan berguna, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Beberapa ciri khas yang dapat kita temukan pada diri seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan otak kanan yang tinggi, antara lain suka lelucon, menyenangkan bagi orang lain, memiliki jiwa seni yang tinggi, peniuh daya kreativitas, nyeleneh dan terkesan kacau, percaya pada intuisi, berjiwa agamis, serta memiliki rasa kepedulian dan solidaritas yang tinggi terhadap orang-orang disekitarnya. Seseorang yang lebih dominan otak kanannya dapat didefinisakan melalui beberapa cirri khas tersebut yang terakumulasi menjadi sebuah karakter pribadi yang khas dan dapat diandalkan dalam berbagai segi kehidupan. Berbeda dari otak kiri yang berperan sebagai pengendali IQ, otak kanan memiliki fungsi sebagai penunjang utama bagi perkembangan EQ. Artinya, otak kanan berfungsi sebagai pendorong dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik, serta warna, dan sosialisasi. Selain itu, daya ingat otak kanan bersifat jangka panjang atau long term memory. Bila terjadi kerusakan otak kanan yang disebabkan oleh adanya penyakit stroke, tumor otak, dan berbagai penyakit lainnya, maka fungsi otak kanan yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosinya. Bahkan adanya gangguan dalam otak kanan manusia dapat berakibat pada kepribadian dan kejiwaan seseorang. Kemampuan otak kiri pun akan mengalami penurunan seiring dengan kerusakan yang terjadi pada otak kanan. Hal tersebut terjadi karena keberadaan otak kanan pada dasarnya memiliki peran yang cukup besar dalam mengendalikan perkembangan otak kiri. Salah satu buktinya adalah ketika kecerdasan otakk kanan seseorang semakin maksimal maka dapat dipastikan kecerdasan otak kirinya pun semakin meningkat. Namun, jika kecerdasan otak kiri seseorang semakin meningkat, yang terjadi bukan bertambahnya kecerdasan otak kanan, tetapi dominasi otak kiri tersebut justru berakibat pada semakin lemahnya kemampuan otak kanan. Terlepas dari itu semua, walaupun antara otak kiri dan kanan memiliki fungsi yang saling berbeda satu sama lain, namun keberadaan keduanya selalu berkaitan dan berkesinambungan. Meski demikian, hampir dapat dipastikan bahwa setiap individu memiliki kecenderungannya masing-masing untuk menggunakan salah satu belahan otak kanan ataupun kiri dalam menyelesaikan berbagai masalah hidup dan pekerjaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, pusat pengendalian diri seseorang (termasuk otak kiri) sebagian besar berada di otak kanan. Otak kanan yang berfungsi sebagai penyeimbang otak kiri juga berfungsi sebagai pengendali dan pendongkrak perkembangan otak kiri. Sedangkan pada otak kiri, yang terjadi justru sebaliknya. Semakin dominan otak kiri seseorang, otak kanannya akan semakin melemah. Dengan demikian, potensi seseorang untuk menemukan kesuksesan dalam menjalani kehidupan sebagiann besar terdapat pada otak kanan. Dominasi salah satu bagian otak dalam diri seseorang berakibat langsung pada pembentukan karakter individu. Seseorang yang dominan pada otak kanannya akan memunculkan karakter yang berbeda dari individu yang lebih dominan pada otak kirinya, begitupun sebaliknya. Akan tetapi, pembentukan karakter individu akan lebih maksimal dengan terbentuknya kerja sama yang seimbang antara keduanya, yakni otak kanan dan otak kiri.
Kecerdasan Simfoni Kecerdasan simfoni yang dimiliki otak kanan merupakan sebiah potensi yang dapat menggabungkan data atau realitas yang terpecah-pecah menjadi sebiah karya yang berarti dan memiliki makna. Kecerdasan ini dapat menggabungkan, menganalisis, serta menghubungkan antara satu dengan yang lainnya, meski pada dasarnya (dalam prespektif logika) tidak memiliki hubungan sama sekali. Kecerdasan ini juga lebih berpotensi untuk melihat realitas umum ketimbang yang khusus dan dapat memunculkan suatu konsep baru yang merupakan hasil penggabungan dari berbagai bidang atau realitas yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain atau mustahil menurut orang lain.
B. Mata Pelajaran yang Dominan Otak Kiri (Tutorial Mengajar : Ahmad Faidi : 2013 : 85) Lebih dari 70% materi pelajaran mengandalkan kemampuan otak kiri. Hanya beberapa pelajaran, seperti seni music, olahraga,, bahasa, menggambar, melukis, menulis indah atau kaligrafi, dan kesenian lainnya, yang mengandalkan otak kanan. Berikut ini adalah beberapa materi pelajaran yang dominan menggunakan otak kiri. 1. Matematika Matematika merupakan mata pelajaran yang mempelajari hal-hal bersifat angka dan eksak. Dengan demikian, belajar matematika otomatis menggunakan otak kiri. Dasar-dasarnya sederhana, yaitu penjumlahan, perkalian, pengurangan, dan pembagian yang seluruhnya merupakan fungsi dari otak kiri. Dari segi proses maupun penentuanhasil, matematika murni menggunakan cara berfikir rasional, faktual, dan sistematis. 2. Fisika Fisika juga termasuk salahh satu mata pelajaran yang dominan menggunakan otak kiri dalam praktik pembelajarannya. 3. Kimia Pelajaran pokok dalam kimia adalah pengetahuan dan penemuan, yang semuanya masuk dalam ranah kognitif yang merupakan bagian dari pekerjaan otak kiri. Satu-satunya dimensi otak kanan dalam kimia adalah menciptakan atau meramu formula baru yang sebenarnya juga bukan murni pekerjaan dari otak kanan. Karena itulah ilmu kimia masih tergolong ke dalam ilmu yang dominan menggunakan otak kiri. Mata pelajaran kimia yang diajarakan di sekolah juga cenderung disampaikan dengan penekanan yang sangat banyak terhadap aspek kognitif. 4. Biologi Biologi termasuk ilmu yang juga mengendalikan otak kiri. Ketika seseorang mengidentifikai ciri-ciri mahluk hidup kemudian mengklasifikasinya menurut jenis, habitat, dan ekosistem, maka saat itulah otak kiri mereka bermain. Ketika seseorang mengamati tentang perilaku, pola makan, dan perkembangbiakan mahluk hidup, otak kiri mereka jugalah yang bekerja. 5. Geografi Pelajaran geografi merupakan bagian dari sains yang dominan menggunakan kemampuan otak kiri. Bahkan diantara semua mata pelajaran sains, yang palinh membutuhkan kinerja otak kiri adalah geografi. Maka, cukup sulit untuk mempelajari geografi dengan otak kanan, karena semua hal yang dipelajari menyangkut fenomena alam saja. Pengetahuan kognitif benar-benar menjadi tumpuan dalam mata pelajaran ini. C. Mata Pelajaran yang Dominan Otak Kanan Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri adalah dengan memberikan porsi serta perhatian yang lebih pada mata pelajaran yang dominan menggunakan otak kanan. Akan lebih baik lagi jika mampu mengintegrasikan keduanya (mengasah kemampuan otak kanan dan otak kiri) dalam setiap mata pelajaran yang ada, baik dalam mata pelajaran eksakta maupun pelajaran yang dominan menggunakan otak kanan. 1. Seni Budaya Seni budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membantu siswa untuk secara khusus mengembangkan otak kanannya. Dalam mata pelajaran ini, siswa diminta untuk mengeksplorasi baka seninya masing- masing dan memahami esensi dari keberadaan seni itu sendiri. 2. Bahasa Indonesia Pengajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa ibu yang baik dan benar. Baik dan benar yang dimaksudkan disini adalah tidak hanya sebagai bahasa yang sesuai dengan standar dasar kebahasaan atau sesuai EYD. Akan tetapi, lebih jauh lagi, siswa diajak untuk memahami bahasa sebagai media komunikasi antara satu individu dengan individu yang lain. 3. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam mata pelajaran Kewarganegaraan ini siswa diajak untuk tidak hanya memahami mata pelajaran tersebut sebagai konsep, tetapi juga sebagai pola sikap yang harus mereka tanamkan dan terapkan pada diri mereka masing-masing. 4. Pendidikan Agama 5. Sosiologi Mata pelajaran Sosiologi memiliki hubungan yan berkesinambungan dengan mata pelajaran lainnya, khususnya mata pelajaran kewarganegaraan dan pendidikan agama. Hal tersebut terjadi karena keduanya merupakan kumpulan ari berbagai nilai yang dijadikan sebagai landasan utama dalam menjaga serta menjalin hubungan antara individu dan masyarakat.
Lingkungan Visual Berbagai elemen esensial dari lingkungan visual yang dapat menarik perhatian siswa adalah sesuatu yang kontras, kemiringan, lekukan, ujung garis, warna, dan ukuran. Berbagai elemen tersebut sangat berpotensi untuk dijadikan media yang bisa dimasukkan sebagai unsur-unsur pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Dalam bahasa yang sederhana, tariklah perhatian siswa dengan visualisasi berbagai elemen esensial tersebut. Lingkungan visual haruslah dibentuk sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat berjalan secara maksimal. Sebuah lingkungan visual yang positif akan memberikan dampak positif pula bagi perkembangan siswa, dan begitu pun sebaliknya. Dampak positif yang dimaksudkan dalam hal ini adalah sebuah pengaruh tak sadar melalui lingkungan visual yang dapat mendukung proses pembelajaran siswa. Oleh karena itu, pengaturan sebuah lingkungan visual seakan-akan menjadi elemen penting yang tidak bisa diabaikan. Lingkungan visual memberikan pengaruh yang sangat dominan bagi perkembangan masing-masing individu. Secara tidak sadar, siswa senantiasa belajar dan mengumpulkan berbagai informasi dari apa yang mereka lihat, kemudian diolah dan diproses dalam pikiran mereka. Akan tetapi, perlu kita pahami bahwa tidak semua unsur visual dapat mendukung proses pembelajaran. Dengan demikian, sangat penting untuk mengetahui beberapa hal terkait upaya mempersiapkan dan menciptakan lingkungan yang memberikan pengaruh positif bagi siswa. Visualisasi pembelajaran sangat penting untuk ditingkatkan. Semakin banyak visualisasi yang kita gabungkan, maka hasilnya akan semakin baik pula bagi proses pembelajaran siswa. Lingkungan visual akan memberikan pengaruh positif jika kita dapat melakukan perubahan-perubahan lokasi dan peralatan pembelajaran. Jadi pada dasarnya visualisasi bergambar gambar yang konkrit merupakan hal penting yang dapat mengoptimalkan hasil pembelajaran. Mulai sekarang, kita harus membuat suasana belajar-mengajaar di dalam kelas menjadi lebih bersahabat dan santai dengan menggunakan teknik visualisasi objek melalui foto, gambar, diagram, dan warna. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam sebuah pembelajaran, hendaknya kita sering mengganti-ganti media yang kita gunakan, termasuk video yang dapat menginspirasi, poster-poster hidup, mind mapping, gambar, dan simbol. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan efek rasa bosan dalam diri siswa yang dapat mengurangi minat belajar mereka. Semakin banyak kita menunjukan sesuatu yang baru bagi siswa, maka semakin besar pula perhatian dan ketertarikan mereka terhadap proses pembelajaran. Dalam hal ini yang perlu menjadi pertimbangan bagi seorang guru bahwasanya sebuah perencanaan yang matang salam menciptakan sebuah lingkungan visual yang optimal akan berpengaruh positif bagi proses pembelajaran. Maka, menjadi penting bagi guru untuk senantiasa memperhatikan beberapa factor lingkungan yang sangat berpengaruh bagi proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar terhadap diri kita dan siswa, meliputi bagaimana kita dapat mengembangkan iklim fisik di sekolah, apa yang dirasakan siswa ketika masuk ke lingkungan sekolah, apakah siswa merasa nyaman, berada di dalam lingkungan sekolah, dan sebagainya. Berbagai pendekatan tersebut perlu diterapkan sebagai salah satu elemen penting dalam sebuah proses pembelajaran. Pendekatan yang pasif terhadap lingkungan akan berakibat pada menurunnya hasil pembelajaran. Karena itu, sebisa mungkin kita harus menciptakan lingkungan visual yang menarik bagi siswa. Itulah tugas utama yang harus bisa kita lakukan demi menciptakan sebuah iklim pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh positif bagi proses pembelajaran.
(Visual Perception - Nicholas J. Wade and Michael T. Swanston 2001 : 1) Object have positions, shapes, colours, that seem to be perceived instantly, and we can reach for them or move to where they are, without any apparent effort. Clearly, there must be some process that gives rise to visual experience, and it is not surprising then throughout history people have found it fascinating. (Visual Perception - Nicholas J. Wade and Michael T. Swanston 2001 : 7) Marr defined three levels at which any information processing system, including the visual system, can be understood. At the top levels is the description of the computational theory. This involves stating the purposes, and goal of the process, why it is appropriate in the context of other functions, and the general logic of the strategy needed to carry it out. Below this is the algorithmic level of representation. This level requires statements about the actual sequence of processes that take place that take place, so that the computation is achieved. As an example, consider the process of multiplication. If you wish two numbers, then the goal of your computation is to generate a third number which is the product of the two. To achieve this, various logical procedures, called algorithm, could be employed. You could repetitively add one number to itself, as often as specified by the second number. (Visual Perception - Nicholas J. Wade and Michael T. Swanston 2001 : 21) Most perceptual research is now conducted with a computer display because computers provide more accurate and precise control of both the stimuli that can be presented and the responses that can be measured. Increasingly efficient computers and graphics cards have en