Anda di halaman 1dari 21

1

A. MEMBRAN DI ALYZER
Pada proses hemodialisa, peralatan yang memiliki peran paling penting adalah
ginjal buatan atau membran dialyzer. Membran ini berperan menggantikan fungsi
ginjal yang tidak bisa bekerja lagi dari seorang pasien. Membran dialyzer ini harus
dirancang sedemikian rupa sehingga menyerupai basal membran glomerulus.
Membran dialyzer dapat dibuat dari beberapa bahan seperti selulosa, selulosa
tersubtitusi, selulo sintetik dan polimer buatan. Bahan-bahan ini ada yang bersifat
hidrofilik dan hidrofobik. Membran yang bersifat hidrofobik terbukti dapat
mengabsorbsi protein lebih porotis dan mempunyai koefisien ultrafiltrasi paling
tinggi. Implikasi klinis yang terjadi adalah eliminasi toksin lebih efektif dan beresiko
kehilangan protein (hipoproteinemia).
Membran semi permeabel adalah suatu selaput atau lapisan yang sangat tipis
dan mempunyai lubang (pori) sub mikroskopis. Dimana partikel dengan BM kecil &
sedang (small dan middle moleculler) dapat melewati pori membran, sedangkan
partikel dengan BM besar (large moleculler) tidak dapat melalui pori membran
tersebut. Dialyzer merupakan suatu tabung yang terdiri dari 2 ruangan (2
kompartemen) yang dipisahkan oleh selaput semi permeabel.
Proses yang terjadi pada membran dialyzer ini adalah terjadi pertukaran zat-
zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Berikut ini adalah penjelasan proses-proses
yang terjadi selama pertukaran zat-zat pada membran dialyzer:
1. Proses Difusi
Difusi merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan
karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat.
Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang
berkonsentrasi lebih rendah. Pada hemodialisa pergerakan molekul / zat ini melalui
2

suatu membran semi permeabel yang membatasi kompartemen darah dan
kompartemen dialisat.
Proses difusi dipengaruhi oleh:
Perbedaan konsentrasi
Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar)
QB (Blood Pump)
Luas permukaan membran
Temperatur cairan
Tahanan / resistensi membran
Besar dan banyaknya pori pada membran
Ketebalan / permeabilitas dari membran
Faktor-faktor di atas menentukan klirens dialyzer. Klirens suatu dialyzer
adalah kemampuan dialyzer untuk mengeluarkan zat-zat yang harus dibuang dari
darah. Jumlah atau banyaknya darah yang dapat dibersihkan dari suatu zat secara
komplit oleh suatu dialyzer yang dinyatakan dalam ml/mnt.
2. Proses Ultrafiltrasi
Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membran semi permeabel akibat
perbedaan tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen dialisat.
Tekanan hidrostatik / ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen
darah ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif
dalam kompartemen darah (positive pressure) dan tekanan negative dalam
kompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut TMP (trans membran
pressure) dalam mmHg. Driving force yang digunakan pada ultrafiltrasi ini adalah
perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dan dialyzer.
3

Perpindahan & kecepatan berpindahnya dipengaruhi oleh:
TMP
Luas permukaan membran
Koefisien Ultra Filtrasi (KUf)
Qd & Qb
Perbedaan tekanan osmotik
Proses ultrafiltrasi adalah proses pergeseran zat terlarut dan pelarut secara
simultan dari kompartemen darah kedalam kompartemen dialisat melalui membran
semipermiabel. Proses ultrafiltrasi ini terdiri dari ultrafiltrasi hidrostatik dan osmotik.
a. Ultrafiltrasi hidrostatik
Transmembran pressure (TMP)
TMP adalah perbedaan tekanan antara kompartemen darah dan
kompartemen dialisat melalui membran. Air dan zat terlarut didalamnya
berpindah dari darah ke dialisat melalui membran semipermiabel adalah akibat
perbedaan tekanan hidrostatik antara kompertemen darah dan kompartemen
dialisat. Kecepatan ultrafiltrasi tergantung pada perbedaan tekanan yang
melewati membran.
Koefisien ultrafiltrasi (KUf)
Besarnya permeabilitas membran dialyzer terhadap air bervariasi
tergantung besarnya pori dan ukuran membran. KUf adalah jumlah cairan
(ml/jam) yang berpindah melewati membran per mmHg perbedaan tekanan
(pressure gradient) atau perbedaan TMP yang melewati membran.
b. Ultrafiltrasi osmotic
Dimisalkan ada 2 larutan A dan B dipisahkan oleh membran
semipermiabel, bila larutan B mengandung lebih banyak jumlah partikel dibanding
A maka konsentrasi air dilarutan B lebih kecil dibanding konsentrasi larutan A.
Dengan demikian air akan berpindah dari A ke B melalui membran dan sekaligus
4

akan membawa zat-zat terlarut didalamnya yang berukuran kecil dan permiabel
terhadap membran, akhirnya konsentrasi zat terlarut pada kedua bagian menjadi
sama.
3. Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya
perbedaan tekanan osmotik (osmolalitas) darah dan dialisat. Proses osmosis ini lebih
banyak ditemukan pada peritoneal dialysis.
Ada 3 tipe dialyzer yang siap pakai, steril dan bersifat disposibel yaitu bentuk
hollow-fiber (capillary) dialyzer, parallel flat dialyzer dan coil dialyzer. Setiap
dialyzer mempunyai karakteristik tersendiri untuk menjamin efektifitas proses
eliminasi dan menjaga keselamatan penderita. Yang banyak beredar dipasaran adalah
bentuk hollowfiber dengan membran selulosa.
Berikut ini adalah beberapa sifat dari membran dialyzer yang harus
diperhatikan, karena akan menentukan proses-proses yang terjadi berjalan dengan
semestinya :
1. Luas permukaan dialyzer
2. Ukuran besar pori atau permeabilitas ketipisanya
3. Koefisien ultrafiltrasi
4. Volume dialyzer
5. Kebocoran darah tidak boleh terjadi
6. Dapat di re-use tanpa merubah kemampuan klirens dan ultrafiltrasinya
7. Harga
Pada mulanya HD dilakukan dengan menggunakan membran yang
mempunyai klirens dan ultrafiltrasi yang rendah yang memerlukan waktu sampai 6
5

jam untuk mendialisis pasien. Kemajuan biomaterial dialyzer memungkinkan dialysis
lebih pendek lagi (4 jam) dalam 3 kali seminggu.
Adapun pemilihan membran dialyzer dapat berdasarkan pertimbangan teoritis
(biokompatibilitas dan fluks), berdasarkan pertimbangan klinis(gejala intradialisis,
morbiditas dan mortalitas). Secara praktis pemilihan membran dialyzer berdasarkan
Bahan membran sintesis dan tidak sintesis, KoA dialyzer, Koeffisient Ultrafiltrasi,
Dialyzer standard, Dialyzer high efficiency atau high flux, Model Sterilisasi, Desain
plat paralel atau hollow-fiber (capillary).
1. Pemilihan dialyzer berdasarkan pertimbangan teoritis.
a. Biokompatibilitas
Secara teori, membran yang mengaktifkan komplemen dan mengakibatkan
pelepasan fragmen komplemen tidak disukai, karena pengaktifan komplemen
dapat meningkatkan produksi superoksida neutrophil. Secara kronis terpajan
terhadap membran pelepasan fragmen komplemen bisa mengganggu kemampuan
fagositosis granulosit dan kemampuan leukosit untuk menciptakan superoksida.
Pada sisi lain, pada pemakaian ulang, apabila blach (obat pengelantang) tidak
dipakai, membran sellulosa yang belum disubstitusikan menjadi terlapis dengan
protein darah selama pemakaian pertama, pada pemakaian berikutnya komplemen
sangat direduksi.
b. Fluks
Dahulu membran sintesis cenderung lebih terbuka, yakni memiliki permeabilitas
yang lebih tinggi terhadap solut berat molekul besar dan memiliki klearansi
molekul yang tinggi, dalam rentang BM 1000. Pada saat sekarang membran
sintesis dengan karakteristik fluks rendah, atau membran fluks tinggi yang terbuat
dari sellulosa yang belum disubstitusi ataupun dari sellulosa asetat. Penghilangan
yang meningkat dari ``molekul tengah`` yang berhubungan dengan pemakaian
membran fluks tinggi kadang dapat menguntungkan secara klinis. Beta-2
mikroglobulin adalah molekul lain justru lebih banyak dihilangkan secara efektif
6

oleh banyak membran sintesis dari pada membran selulosa. Akumulasi beta-2
mikroglobulin pada penderita hemodialisis dapat mengakibatkan amyloidosis
yang bermanifestasi sebagai sindroma tunnel carpal, arthropathy, dan kista
tulang.
c. Backfiltrasi (filtrasi-balik)
Kemungkinan terdapat kelemahan pada pemakaian membran fluks tinggi, karena
sangat tembus terhadap air dan membutuhkan pemakaian mesin dialisis yang
mahal dengan sirkuitas kontrol ultrafiltrasi volumetris. Sebagian mesin dialisis ini
sulit dibebaskan dari infeksi secara tepat karena kompleksitas jalur cairannya. Jika
tidak dibersihkan dengan baik setelah pemakaian, mesin tersebut dapat
berhubungan dengan reaksi pirogen selama dialisis. Di banyak pusat dialisis, air
yang dipakai untuk membuat larutan dialisis mengandung tingkat bakteri yang
tinggi dan pirogen. Dengan membran fluks tinggi akan ada fluks balik yang
meningkatkan material pirogen dari larutan dialisis ke darah (karena perbedaan
tekanan yang lebih rendah antara darah dan kompartemen dialisat dan pembukaan
membran).
2. Pemilihan dialyzer berdasarkan pertimbangan klinis
a. Gejala-gejala intradialisis
Penelitian terkontrol yang baik saat ini, tidak melaporkan perbedaan dalam hal
gejala intradialisis diantara beberapa membran dalam mengaktifkan komplemen.
Kelemahan teori dari filtrasi balik adalah sulitnya untuk mendapatkan secara
klinis terjadinya reaksi pirogen karena pemakaian membran dialisis fluks tinggi.
Reaksi dialyzer karena membran, sterilant, larutan dialisis terkontaminasi,
ataupun bahan kimia lain dalam sirkuit dialisis dapat menjadi masalah klinis
penting.
b. Morbiditas dan mortalitas
Sejumlah penelitian tidak-acak telah menunjukkan bahwa morbiditas dan
mortalitas lebih rendah pada penderita yang didialisis dengan membran sintesis
daripada membran sellulosa yang belum disubstitusi. Alasannya belum jelas
7

tetapi dapat disebabkan kejadian infeksi yang lebih rendah pada penderita yang
didialisis dengan membran sintesis.
3. Pemilihan dialyzer secara praktis
a. Bahan membran sintesis dan tidak sintesis
Material dari membran terbuat dari:
(1).Sellulose seperti cuprammonium cellulose (cuprophan), cuprammonium
rayon, saponified cellulose ester.
(2).Sellulose yang disubstitusi seperti cellulose acetat, dacetat, triacetat.
(3).Cellulosynthetic seperti cellosyn atau hemophan.
(4).Synthetic seperti polyacrylonitrile (PAN) seperti polysulfone, polycarbonate,
polyamide, dan polymethylmethacrylate (PMMA).
b. KoA dialyzer.
KoA merupakan koeffisien luas permukaan transfer adalah kemampuan
penjernihan dalam ml/menit dari ureum pada kecepatan aliran darah dan
kecepatan aliran dialisat tertentu. Luas permukaan membran berkisar 0,8 s/d 2,2
m2 . KoA terdiri dari dialyzer effisiensi rendah terutama untuk penderita berat
badan kecil dengan KoA <500, dialyzer effisiensi sedang dengan KoA 500-700,
dan dialyzer effisiensi tinggi dengan KoA >700. KoA equivalen dengan luas
permukaan membran, makin luas permukaan membran semakin tinggi klearensi
ureum. Nilai KoA dari dialyzer yang sering dipakai ada yang telah didaftarkan.
Nilai KoA dari dialiser yang belum didaftarkan bisa diperoleh dari lembar rincian
dialyzer.
c. Koeffisient Ultrafiltrasi (KUf)
KUf disebut juga dengan permiabilitas air merupakan spesifikasi dialyzer. Kuf
terdiri dari KUf rendah 2,0 , KUf sedang 4,0 dan KUf tinggi dan high flux >10,0.
Contoh; KUf 2,0 adalah memerlukan TMP 500 untuk ultrafiltrasi 1000 ml,
sedang KUf 8,0 hanya memerlukan TMP 125 ml untuk ultrafiltrasi 1000 ml.
Pemilihan dialyzer berdasarkan pada permeabilitas air. Apabila tersedia kontroler
ultrafiltrasi, pemakaian dialyzer dengan permeabilitas air yang tinggi (Kuf>6,0)
8

akan menjadi pilihan. Apabila tidak tersedia kontroler ultrafiltrasi, maka dialyzer
dengan KUf yang lebih rendah menjadi pilihan. Pemakaian dialyzer dengan KUf
relatif rendah membutuhkan pemakaian tekanan transmembran yang lebih tinggi
untuk mempengaruhi penghilangan jumlah cairan. Keadaan ini meminimalkan
pengaruh variasi dalam tekanan transmembran terhadap penghilangan cairan.
Sebagai suatu aturan baku, apabila kontroller ultrafiltrasi tidak tersedia, KUf
dialiser in vivo (ml/jam/mmHg) akan sekitar 4 kali angka penghilangan cairan
yang diharapkan dalam liter/jam. Contoh; jika ingin menghilangkan cairan 0,75
liter/jam, KUf dialyzer in vivo akan 4 x 0,75 = 3,0. Tekanan tansmembran yang
dibutuhkan kemudian menjadi 750/3 = 250 mmHg.
d. Dialyzer standard
Terdiri dari klearensi ureum <200 ml/menit, kecepatan darah yang dipakai 250
ml/menit, low-flux dengan Kuf <15 ml/mmHg/jam. Contohnya adalah
Cuphrophane, Cellulosa asetat dan hemophane.
e. Dialyzer high efficiency atau high flux.
Dialyzer high efificiency adalah dialyzer yang mempunyai luas permukaan
membran yang besar. Dialyzer high flux adalah dialyzer yang mempunyai pori-
pori besar yang dapat melewatkan molekul yang lebih besar, dan mempunyai
permiabilitas terhadap air yang tinggi. Dialyzer high-efficiency/high-flux terdiri
dari terdiri dari klearens ureum >200 ml/menit, kecepatan darah yang dipakai
>250 ml/menit, high-flux dengan Kuf >15 ml/mmHg/jam, dan membrannya
adalah Polysulfone, Celuloasa triasetat, dan AN-69.
f. Desain plat paralel terhadap hollow-fiber (capillary).
Dengan tersedianya dewasa ini dialiser plat paralel dan hollow-fiber, hanya
sedikit alasan untuk memilih satu konfigurasi atas yang lain.




9

B. CAIRAN DIALISAT
a. Dialisat asetat
Dialisat asetat telah dipakai secara luas sebagai dialisat standard untuk
mengoreksi asidosis uremikum dan untuk mengimbangi kehilangan bikarbonat
secara difusi selama HD. Dialisat asetat tersedia dalam bentuk konsentrat yang cair
dan relative stabil. Dibandingkan dengan dialisat bikarbonat, maka dialisat asetat
harganya lebih murah tetapi efek sampingnya lebih banyak. Efek samping yang
sering seperti mual, muntah, kepala sakit, otot kejang, hipotensi, gangguan
hemodinamik, hipoksemia, koreksi asidosis menjadi terganggu, intoleransi
glukosa, meningkatkan pelepasan sitokin.
b. Dialisat bikarbonat
Dialisat bikarbonat terdiri dari 2 komponen konsentrat yaitu larutan asam dan
larutan bikarbonat. Kalsium dan magnesium tidak termasuk dalam konsentrat
bikarbonat oleh karena konsentrasi yang tinggi dari kalsium, magnesium dan
bikarbonat dapat membentuk kalsium dan magnesium karbonat. Larutan
bikarbonat sangat mudah terkontaminasi mikroba karena konsentratnya
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Kontaminasi ini dapat
diminimalisir dengan waktu penyimpanan yang singkat. Konsentrasi bikarbonat
yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan alkalosis metabolik
yang akut. Namun dialisat bikarbonat bersifat lebih fisiologis walaupun relatif
tidak stabil. Biaya untuk sekali HD bila menggunakan dialisat bikarbonat relatif
lebih mahal dibanding dengan dialisat asetat.







10


Sebelum melakukan hemodialisa diperlukan persiapan cairan dialisatnya. Ada
3 cara penyediaan cairan dialisat :
1. Batch Recirculating
Cairandialisatpekatdicampur air yang sudah diolah dengan perbandingan 1 : 34
hingga 120L dimasukan dalam tangki air kemudian mengalirkannya ke ginjal
buatan dengan kecepatan 500 600 cc/menit.
2. Batch Recirculating/single pas
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung buang.
3. Proportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat di campur secara konstan oleh
proportioning dari mesin cuci darah dengan perbandingan air : dialisat 34 : 1
cairan yang sudah dicampur tersebut dialirkan ke ginjal buatan secara langsung
dan langsung dibuang, sedangkan kecepatan aliran 400 600 cc/menit.



11

Table perbandingan darah dan dialisat :

Darah Dialisat
1. Natrium/sodium 136mEq/L 1. Natrium/sodium 134mEq/L
2. Kalium/potassium 4,6mEq/L 2. Kalium/potassium 2,6mEq/L
3. Kalium 4,5mEq/L 3. Kalium 2,5mEq/L
4. Chloride 106mEq/L 4. Chloride 104mEq/L
5. Magnesium 1,6mEq/L 5. Magnesium 1,5mEq/L



12

C. WATER TREATMENT HAEMODIALYSIS
Perangkat hemodialisa adalah suatu perangkat kesehatan yang melakukan
proses cuci darah bagi penderita disfungsi ginjal. Air merupakan salah satu aspek
penting dalam pelaksanaan proses hemodialisa. Air memiliki fungsi sebagai
pembentuk cairan dialisat, yaitu cairan yang berisi unsur-unsur penting yang
diperlukan tubuh yang dialirkan ke dalam tubuh dalam proses hemodialisa. Air yang
digunakan biasa disebut ultrapure water atau air ultra murni. Resiko bahaya
kesehatan dan bahkan kematian pasien dalam proses hemodialisa berkaitan dengan
terbatasnya air bersih untuk proses hemodialisa (AAMI, 2001, 2004; Luehman,
Keshaviah, Ward, Klein, & Thomas, 1989). Upaya yang dilakukan untuk
mendapatkan air yang sesuai standard yang ada adalah dengan pengolahan air (water
treatment) sebelum digunakan untuk proses hemodialisa.
Sistem pengolahan air yang digunakan dalam proses hemodialisa merupakan
faktor penting bagi pasien hemodialisa, apabila sistem pengolahan air tidak berfungsi
secara baik dapat menjadi sumber racun terbesar bagi pasien (Northwest Renal
Network, 2005). Kinerja sistem pengolahan air dapat dilihat dari analisa kualitas air
hasil pengolahan. Air ditampung pada tanki tampung kemudian dipompa menuju
instalasi pengolahan air untuk dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Unit-
unit pengolah air yang ada di instalasi pengolahan air dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
pre-treatment, reverse osmosis, post-treatment and recirculation, by-pass, dan ozone
sterilization system. Berikut ini penjelasan untuk setiap bagian system pengolahan air.

1. Pre-treatment
Filter stainless steel mesh
Air akan melewati filter ini yang secara otomatis mengalami pembersihan air dari
partikel yang berukuran 50 mikron. Filter ini akan mempertahankan partikel yang
lebih besar untuk mengurangi beban pada filter berikutnya.
13


I nlet Conductivity-meter (feed-water)
sebagai indikator jika terdapat variasi pada feed-water untuk memberikan
rekomendasi penyesuaian parameter kerja alat serta sebagai alarm jika kualitas
air buruk yang dapat dilihat pada control panel display.
Sand filter
Proses penyaringan ini menggunakan media pasir kuarsa yang dibuat berlapis-
lapis dengan bentuk butiran yang bulat dan ukuran butiran kuarsa yang berbeda-
beda. Bentuk tersebut diharapkan supaya air yang melewati kuarsa tersebut tidak
mengikis butiran pasir kuarsa.




14

Activated charcoal filter
Pada tahap ini dilakukan eliminasi klorin pada air, suatu elemen yang dapat
merusak membran osmosis sehingga tidak dapat diperbaiki.
Chemical conditioning
merupakan bagian terakhir dari pendingin feed-water sebelum masuk ke proses
osmosis, termasuk system untuk menghindari kesalahan dosis. Sistem ini terdiri
dari pompa pengukur diafragma, yaitu tempat penyimpanan akumulasi dari zat
kimia dan anti kesalahan zat kimia.
Safety filtering
Berfungsi untuk menyaring kembali dari pertikel-partikel yang lolos dari proses
filter sebelumnya, melindungi pompa dari tekanan tinggi, dan membran RO.


Ultraviolet sterilizer
Pada tahap ini dilakukan sterilisasi dengan sinar untuk melengkapi proses
sterilisasi air bebas dari mikroba dan zat-zat lain yang berbahaya. UV dipasang
setelah security filtering untuk mencegah kesalahan dari kuarsa yang melindungi
lampu, bintik-bintik atau bayangan pada lampu menyebabkan penurunan daya
kuman pada cahaya UV.
15


2. Reverse osmosis
Langkah berikutnya adalah melakukan reverse osmosis yang menggunakan perangkat
tertentu adalah inti dari proses perlakukan terhadap air yang akan digunakan untuk
hemodialisa. Komponen utama proses ini yang pertama adalah pompa bertekanan
tinggi yaitu pompa multiselular sentrifugal stainless steel grundfos. Pompa ini
berfungsi untuk memastikan tekanan cukup untuk membrane memperoleh produksi
yang spesifik. Komponen yang kedua adalah pengatur kecepatan, dimana komponen
ini bergantung pada peralatan yang dibutuhkan. Untuk kontrol keseluruhan pada
pompa bertekanan tinggi adalah: aliran, mulai atau berhentinya kecepatan, parameter
control kerja dan sebagainya. Komponen ketiga adalah membran osmosis reversible
dimana setelah penyaringan dan pengkondisian air akan berpindah ke membrane
yang berada di tekanan pembuluh darah pada stainless steel AISI 316L. komponen
keempat adalah instrumentasi yang terdiri dari beberapa proses yaitu:
Produced water conductivity-meter
Menginfornasikan pembacaan konstan dari kadar garam yang diserap dan
mengirimkan signal alarm ke panel kontrol saat konduktivitas air telah
melebihi batas.
16

Tekanan tinggi gauges (0 a 40 bar) dan tekanan rendah gauges (0 a 6 bar).
Transduser tekanan tinggi.
Perubahan tekanan dari tinggi ke rendah pada stainless steel AISI 316L.
Rendah tidak dapat memulai tekanan tinggi jika aliran air tidak diterima dengan
tekanan yang cukup. Tekanan tinggi tidak dapat memberikan tekanan pompa yang
tinggi pada tekanan tinggi yang direkomendasikan.
2 flowmeter digital/2 rotameter untuk mengukur hasil produksi dan
pembuangan aliran air. Dengan pembacaan langsung dan penotalan.
1 tranduser penghasil aliran air.
Termometer dari temperature pengukur airpakai dapat membantu
menormalkan pengoperasian data.
Komponen selanjutnya adalah autoflushing, yaitu komponen yang beroperasi secara
otomatis dengan mengeluarkan zat-zat kotor yang nanti akan dikumpulkan pada
membran. Komponen kelima adalah sistem pengembangan yaitu dengan
menggunakan membrane ekstra. Design alat ini dengan alat penyaring, pompa dan
komponen hidrolik untuk mempermudah penambahan ukuran panjang.


17

3. Post-treatment dan recirculation
Flector tank, pumping group and storage prior to ring
Hasil produksi dari reverse osmosis dikumpulkan pada 1 buah wadah. Wadah
tersebut akan mengakumulasi hanya pada periode waktu yang singkat. Untuk
menghindari polusi air digunakan stainless steel AISI 316L. Kontainer ini
memiliki penyaring donalds, untuk menghindari polusi udara ke dalam air.

Terdapat pula Donaldson filter untuk menghindari pulutan atau pengotor dari
udara pada osmosis


18

Deionizer
Setelah osmosis reversibel, air melewati mixed-bed resin(anion-kation)deionizer,
untuk memastikan konduktivitas cukup rendah dibanding nilai standard yang
sudah ditentukan. Desain dari deionizer sendiri bergantung pada volume
berjalannya air pada perputaran air selama 6 bulan.

Ultraviolet sterilization
Penyaringan menggunakan ultraviolet ini berfungsi untuk memastikan tidak
adanya mikrobiologi pada penyaringan kedua. Setelah penyaringan ultraviolet
digunakan filter polysulphone untuk menghilangkan bakteria, endoktoksin dan
pyrogen kurang dari 0.05 EU/ml.

Recycling
Air murni yang telah disterilisasi dapat mencapai unit dialysis dan dapat menjadi
pengingat jika perlu dilakukan pengulangan reverse osmosis. Rangkaian berikut
menyediakan proses resirkulasi dari produksi air: reverse osmosis, deionized,
ultraviolet, polusulfone filter, dialysis unit dan kembali ke ionizer.
19



4. By-pass
Seandainya terjadi kegagalan atau perbaikan serentak dari dua perlengkapan
reverse osmosis atau sistem-sistem sebelumnya, perlu mempunyai pilihan
persediaan air yang aman untuk waktu yang diperlukan untuk menjalankan mesin.
Deretan Filter 20 dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Filtrasi campuran padat: 3 dari 20, masing-masing 5 dan 1 mikron.
2. Pengeluaran klorin dan zat-zat pengotor lain yang mudah menguap: 1 filter
batu arang dan 1 filter arang. Keduanya dengan lapisan kecil 5 mikron.
3. Pengeluaran garam-garam terlarut: 3 kartrid deionisasi dengan campuran
getah.
Sebaiknya sebagian keluaran air dari analisa by-pass dicoba dulu untuk
memastikan filter, kartrid, dan komponen-komponen lainnya dapat digunakan
secara aman ketika dibutuhkan.
5. Ozone sterilization system
Ozon adalah zat pengoksidasi yang paling kuat. Ozon mempunyai potensial
redoks yang lebih tinggi dari florin. Potensial redoks ini membuat ozon menjadi
desinfektan yang lebih efektif dari yang biasa digunakan. Hal inilah yang
digunakan untuk water treatment dan aplikasi-aplikasi lainnya.
20

Keuntungan menggunakan ozon sebagai desinfektan:
1. Tidak meninggalkan sisa pemasangan, zat kimia, detergen, dan klorin.
2. Molekul turunannya sesuai dan lebih murah dibandingkan desinfektan kimia
3. Mengoksidasi lebih kuat dengan efisiensi tinggi dan rendah iritasi
dibandingkan klorin dan molekul turunannya.
4. Bisa digunakan pada material yang tidak bisa menggunakan desinfektan
dengan plastik panas.
5. Membutuhkan waktu yang sedikit untuk pemanasan dan desinfektan kimia.
6. Lebih bersih dibandingkan menggunakan detergen.
7. Ozon juga membersihkan virus, bakteri, dan jamur.
Metode yang digunakan
Secara berkala, peralatan water treatment seperti pipa dan cincin hemodialisa
selalu di disinfektasi untuk memastikan kondisi steril yang maksimal di seluruh
instalasi. Untuk membuat desinfektan, perlu menentukan konsentrasi residu ozon
yang cukup untuk mensterilkan seluruh instalasi.
System pembangkit ozon memiliki komponen:
1. Tangki ozonasi
2. System daur ulang
3. Pengering air
4. Pembangkit ozon

21

DAFTAR PUSTAKA

Gatot, Dairot. 2003. Rasio Reduksi Ureum Dializer dan Dua Dializer Seri. Medan:
USU. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6343/1/penydalam-
dairot%20gatot.pdf(diakses pada tanggal 15 November 2012 pukul 19.00
WIB).

Haryati, Eko. 2010. Prinsip dan Proses Hemodialisa. Surakarta:
http://hemodialisa.wordpress.com/2010/08/24/19/.(diakses pada tanggal 15
November 2012 pukul 19.30 WIB).

http://dioramaduniaku.blogspot.com/2011/12/hemodialisa.html(diakses pada tanggal
15 November 2012 pukul 20.00 WIB).

Taboada, Peter. 2002. Water Treatment System for Dialysis. Spain: Millarada, 68-
Villar de Infesta.

Anda mungkin juga menyukai