Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

IPS
FLORA DAN FAUNA LANGKA DI INDONESIA






Disusun Oleh :
Nama : Alfi Febrian Rusdianto
Kelas : VII F
No. Absen : Empat (4)




SMP NEGERI 1 CEPIRING
TAHUN AJARAN 2014/2015

FLORA DAN FAUNA LANGKA INDONESIA
FLORA LANGKA
1. Bunga Edelweis Anaphalis Javanica
1


Edelweis Anaphalis Javanica adalah tumbuhan gunung yang terkenal, tumbuhan ini dapat
mencapai ketinggian 8 m dan memiliki batang sebesar kaki manusia, tetapi tumbuhan yang
cantik ini sekarang sangat langka.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu
membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan
yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
Bunga-bunganya sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu,
tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan dan lebah terlihat mengunjunginya.
Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat
menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian-
bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis
dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga
Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Gunung Gede-
Pangrango. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang
dipetik, tekanan ini dapat dihadapi.
Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak
populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui
pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat
dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.

2. Raflesia Arnoldi

Ditemukan oleh rombongan Sir Stamfort (gubernur East Indi Company di Sumatera dan
Jawa) dan Dr. Joseph Arnord, seorang naturalis yang mengadakan ekspedisi di Bengkulu
pada tanggal 20 Mei 1818. Kedua nama tersebut diabadikan menjadi nama latin bungan ini
oleh Robert Brown.
Indonesia dilimpahi dengan kekayaan hayati yang tiada taranya. Hutan yang terbentang di
belasan ribu pulau mengandung berbagai jenis flora dan fauna, yang kadang tidak dapat
dijumpai di bagian bumi lainnya dan merupakan salah satu negara Mega Biodiversity
(kekayaan akan keanekaragaman hayati ekosistem, sumberdaya genetika, dan spesies yang
sangat berlimpah). Tidak kurang dari 47 jenis ekosistem alam yang khas sampai jumlah
2

spesies tumbuhan berbunga yang sudah diketahui, sebanyak 11 % atau sekitar 30.000 jenis
dari seluruh tumbuhan berbunga di dunia. Sayangnya, banyak jenis tumbuhan tertentu,
mengalami kepunahan.
Sampai saat ini, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta tiga cabangnya (Kebun Raya Cibodas,Purwodadi, dan
Bedugul Bali) baru mengoleksi 20 % total jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Koleksi
anggrek kurang dari 5 % yang ada di Kawasan Timur Indonesia. Untuk jenis durian saja,
Indonesia memiliki puluhan jenis, talas ada 700-an jenis, yang semuanya sangat potensial
untuk dikembangkan. Menurut data base yang ada, terdapat 2 juta spesies tumbuhan di
dunia dan 60%nya ada di Indonesia. Pemerintah kini terus berupaya untuk menyelamatkan
berbagai kekayaan Sumbar Daya Alam berupa tumbuhan langka yang bermanfaat bagi
manusia melalui usaha memperbanyak kebun raya, taman nasional, cagar alam dan daerah-
daerah konservasi di seluruh Indonesia.

3. Bayur

Bayur (Pterospermum sp). Tanaman langka indonesia ini memiliki nama daerah Balang,
wadang, walang, wayu. bayur adalah jenis tanaman langka yang memiliki kualitas kayu
bagus.

4. Cendana

Cendana atau cendana wangi, merupakan tanaman langka penghasil kayu cendana dan
minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aroma terapi,
campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Cendana adalah tumbuhan parasit pada
awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung
pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya.
Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan. Kayu
cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Kayu
cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan.
Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan
terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cemas.
FAUNA LANGKA

1. Badak Jawa
3


Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus); Disebut juga sebagai Badak Bercula Satu, Binatang
endemik jawa yang hanya bisa dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon (Banten) dengan
populasi hanya 35 hingga 45 ekor saja (hasil sensus Badak 2011).
Di Indonesia, Badak Jawa dahulu diperkirakan tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa. Di
Sumatera saat itu badak bercula satu ini tersebar di Aceh sampai Lampung. Di Pulau Jawa,
badak Jawa pernah tersebar luas diseluruh Jawa.
Badak Jawa kini hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUT), Banten. Selain
di Indonesia Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus) juga terdapat di Taman Nasional Cat
Tien, Vietnam. Individu terakhir yang di luar TNUT, ditemukan ditembak oleh pemburu di
Tasikmalaya pada tahun 1934. Sekarang specimennya disimpan di Museum Zoologi Bogor.

2. Orang Utan (Pongo Pygmaeus)


Orangutan Sumatera adalah jenis orangutan yang paling terancam di antara dua spesies
orangutan yang ada di Indonesia. Dibandingkan dengan 'saudaranya' di Borneo, orangutan
Sumatera mempunyai perbedaan dalam hal fisik maupun perilaku. Spesies yang saat ini
hanya bisa ditemukan di propinsi-propinsi bagian utara dan tengah Sumatera ini kehilangan
habitat alaminya dengan cepat karena pembukaan utan uantu perkebunan dan pemukiman
serta pembalakan liar.
Terdapat 13 kantong populasi orangutan di pulau Sumatera. Dari jumlah tersebut
kemungkinan hanya tiga kantong populasi yang memiliki sekitar 500 individu dan tujuh
kantong populasi terdiri dari 250 lebih individu. Enam dari tujuh populasi tersebut
diperkirakan akan kehilangan 10-15% habitat mereka akibat penebangan hutan sehingga
populasi ini akan berkurang dengan cepat.
4

Menurut IUCN, selama 75 tahun terakhir populasi orangutan Sumatera telah mengalami
penurunan sebanyak 80%. DAlam kurun waktu 1998 da 1999, laju kehilangan tersebut
dilaporkan mencapai sektar 1000 orangutan per tahun dan terdapat di Ekosistem Leuser,
salah satu luasan hutan terbesar di bagian utara Pulau Sumatera. Saat ini populasi orangutan
Sumatera diperkirakan hanya tersisa sekitar 6.500-an ekor (Rencana Aksi dan Strategi
Konservasi Orangutan, Dephut 2007) dan dala IUC Red List edisi tahun 2002, orangutan
Sumatera dikategorikan Critically Endangered atau sudah sanat terancam kepunahan.
Kebalikan dari orangutan Borneo, orangutan Sumatera mempunyai kantung pipi yang
panjang pada orangutan jantan. Panjang tubuhnya sekitar 1,25 meter sampai 1,5 meter.
Beart orangutan dewasa betina sekitar 30-50 kilogram, sedangkan yang jantan sekitar 50-90
kilogram. Bulu-bulunya berwarna coklat kemerahan.
Jantan dewasa umumnya penyendiri sementara para betina sering dijumpai bersama
anaknya di hutan. Rata-rata setiap kelompok terdirid ari 1-2 orangutan dan kedua jenis
kelamin mempunyai day jelajah sekitar 2-10 kilometer yang banyak bertumpang tindih
tergantung pada ketersediaan buah di hutan. Setelah disapih pada umur 3,5 tahun, anak
orangutn akan berasur-angsur independen dari induknya setelah kelahiran anak yang lebih
kecil. Orangutan Sumatera betin mulai berproduksi pada usia 10-11 tahun, dengan rata-rata
usia reproduksi sekitar 15 tahun.
Sekitar 60% makanan orangutan adalah buah-buahan seperti durian, nangka, leci, mangga
dan buah ara, sementara sisanya adalah pucuk daun muda, serangga, tanah, kulit pohon dan
kadang-kadang telur serta vertebrata kecil. Mereka juga tidak hanya mendapatkan air dari
buah-buahan tetapi juga dari lubang-lubang pohon. Orangutan Sumatera diketahui
menggunakan potongan ranting untuk mengambil biji buah. Hal ini menunjukkan tingkat
intelegensi yang tinggi pada orangutan Sumatera.
Ancaman terhadap populasi orangutan Sumatera mencakup hilangnya habitat hutan yang
menjadi perkebunan sawit, pertambangan, pembukaan jalan, legal dan illegal logging,
kebakaran hutan dan perburuan..

3. Gajah Sumatra

Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah yang paling kecil dari ketiga
subspesies dari Gajah Asia, dan merupakan endemic untuk Pulau Sumatra. Sebelum terjadi
perusakan besar-besaran pada habitatnya, gajah secara luas tersebar di seluruh Sumatra
pada ekosistem yang beragam, Gajah Sumatra ditemukan sampai hutan primer pada
ketinggian di atas 1,750 m di Gunung Kerinci Barat Sumatra (Freywyssling, 1933 dalam
Satiapillai. 2007).
Habitat yang paling disukai adalah hutan dataran rendah, dari berbagai ekosistem di daerah
jelajahnya. Di masa lalu, ketika habitatnya belum rusak, gajah mengadakan migrasi luas.
Pergerakan ini pada umumnya mengikuti aliran sungai. Gajah berpindah dari daerah
gunung ke dataran rendah pantai selama musim kering dan naik ke bukit satu kali ketika
hujan datang


4. Jalak Bali

5


Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang,
dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Ia turut dikenali sebagai Curik
Ketimbang Jalak. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang
putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam.
Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-
abuan. Burung jantan dan betina serupa.
Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung
ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan
sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-
undang.
Dengan ukuran tubuh sedang serta bulu yang cantik, tak heran burung ini jadi langka
lantaran jadi incaran beberapa pemburu untuk diperjualbelikan. Burung ini asli endemik
Indonesia yang cuma bisa didapati di Bali. Diprediksikan jumlah Jalak Bali waktu ini
sekitar 1.000 ekor.
5. Bekantan

Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan
(Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri
khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Dalam
bahasa ilmiah, Bekantan disebut Nasalis larvatus.
Bekantan termasuk jenis monyet yang keberadaannya berada di Pulau Kalimantan. Hewan
jenis ini sangat gampang dikenali dengan tanda-tanda yang menonjol yaitu mempunyai
hidung yang panjang dan mempunyai rambut tubuh yang berwarna cokelat kemerah-
merahan. Bekantan dikategorikan hewan langka sejak tahun 2000.

Anda mungkin juga menyukai