Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu masalah yang mungkin ditemukan dari
masalah persepsual pada skizofrenia., dimana halusinasi tersebut didefenisikan
sebagai pengalaman atau kesan sensori yang salah terhadap stimulus sensori.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien
mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya timulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.
Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien
Schizofrenia !" diantaranya mengalami halusinasi. #lien skizofrenia dan psikotik
lain $!" mengalami campuran halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Pada halusinasi dapat terjadi pada kelima indera sensoris utama yaitu :
%. Pendengaran terhadap suara : #lien mendengar suara dan bunyi yang
tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
$. &isual terhadap penglihatan : #lien melihat gambaran yang jelas atau
samar'samar tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
(. )aktil terhadap sentuhan : #lien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa
stimulus yang nyata.
*. Pengecap terhadap rasa : #lien merasa makan sesuatu yang tidak nyata.
Biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak.
+. Penghidu terhadap bau : #lien mencium bau yang muncul dari sumber
tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
B. RENTANG RESPON HALUSINASI
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif indi,idu yang berada
dalam rentang respon neurobiologi. -ni merupakan respon persepsi paling
maladaptif. .ika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indra / pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan 0, klien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra 1alaupun sebenarnya
stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon indi,idu yang
karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan
stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. #lien mengalami ilusi jika
interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai
stimulus yang diterima.
2entang respon :
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikiran 3angguan pikir4delusi
Persepsi akurat -lusi Halusinasi
5mosi konsisten dengan 2eaksi emosi berlebihan Sulit berespon emosi
pengalaman atau kurang
Perilaku sesuai Perilaku aneh4tidak bias Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial 6enarik diri -solasi sosial

C. JENIS JENIS HALUSINASI
JENIS
HALUSINASI
!ARA!TERISTI!
Pendengaran
70 %
6endengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata'kata
yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bah1a klien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan.
Penglihatan 20% Stimulus ,isual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
Penghidu 6embaui bau'bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau'bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
Pengecapan 6erasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan 6engalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. 2asa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
D. "ASE HALUSINASI.
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan
keparahannya. 7ase halusinasi terbagi empat:
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
#lien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stress. 8ara ini menolong untuk sementara.
#lien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun
intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
#ecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat 9listening: pada halusinasi.
Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi
dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar
dan klien merasa tak mampu mengontrolnya.
#lien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan
seolah'olah halusinasi datang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan
tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman
sementara.
4. Fase Keempat.
#lien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam,
memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain
karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang
menakutkan dalam 1aktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan inter,ensi.
E. PENG!AJIAN !LIEN DENGAN HALUINASI
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang
mengalami psikotik, khususnya schizofrenia. Pengkajian klien dengan halusinasi
demikian merupakan proses identifikasi data yang melekat erat dengan pengkajian
respon neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga pada schizofrenia.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
)elah diketahui bah1a genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertentu. ;amun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi factor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga
letak gen schizoprenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi
genetik tambahan ;o.*,<,+ dan $$ /Buchanan dan 8arpenter,$!!$0. =nak
kembar identik memiliki kemungkinan mengalami schizofrenia sebesar +!"
jika salah satunya mengalami schizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar %+ ", seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami schizofrenia berpeluang %+" mengalami schizofrenia, sementara
bila kedua orang tuanya schizofrenia maka peluangnya menjadi (+ ".
b. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bah1a korteks pre frontal dan korteks limbiks pada klien
schizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien
schizofrenia terjadi penurunan ,olume dan fungsi otak yang abnormal.
;eurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.
c. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan
neurotransmitter dimana dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotin.
d. Teori virus
Paparan ,irus influenza pada trimester ke'( kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi schizofrenia.
e. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi faktor predisposisi schizofrenia
antara lain anak yang di pelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu
melindungi, dingin dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil
jarak dengan anaknya.
2. Faktor presipitasi
7aktor >faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. 6ekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu / mekanisme
gateing abnormal0
c. 3ejala'gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan
perilaku seperti yang tercantum pada tabel diba1ah ini :
Kesehatan ;utrisi #urang
#urang tidur
#etidak siembangan irama sirkardian
#elelahan infeksi
?bat'obatan system syaraf pusat
#urangnya latihan
Hambatan unutk menjangkau pelayanan kesehatan
Lingkungan @ingkungan yang memusuhi, kritis
6asalah di rumah tangga
#ehilangan kebebasan hidup, pola akti,itas sehari'hari
#esukaran dalam berhubungan dengan orang lain
-soalsi sosial
#urangnya dukungan sosial
)ekanan kerja / kurang keterampilan dalam bekerja0
Stigmasasi
#emiskinan
#urangnya alat transportasi
#tidak mamapuan mendapat pekerjaan
ikap!Perilaku 6erasa tidak mampu / harga diri rendah0
Putus asa /tidak percaya diri 0
6erasa gagal /kehilangan moti,asi menggunakan
keterampilan diri
#ehilangan kendali diri /demoralisasi0
6erasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala
tersebut.
6erasa malang /tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual0
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan
2endahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasan
#etidak adekuatan pengobatan
#etidak adekuatan penanganan gejala.
3. "ekanisme Koping.
6ekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi adalah:
Register, menjadi malas beraktifitas sehari'hari.
Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung ja1ab kepada orang lain atau sesuatu benda.
Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
#eluarga mengingkari masalah yang dialami klien.
4. Perilaku
Halusinasi benar'benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya,
seperti mimpi saat tidur. #lien mungkin tidak punya cara untuk menentukan
persepsi tersebut nyata. Sama halnya seperti seseorang mendengarkan suara'
suara dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut.
#etidakmampuannya mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan
kehidupan klien. #arenanya halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera
diatasi. Antuk memfasilitasinya klien perlu dibuat nyaman untuk menceritakan
perihal haluinasinya.
#lien yang mengalami halusinasi sering kece1a karena mendapatkan
respon negatif ketika mencoba menceritakan halusinasinya kepada orang
lain.#arenanya banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman >
pengalaman aneh halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk
dibicarakan dengan orang lain. #emampuan untuk memperbincangkan tentang
halusinasi yang dialami oleh klien sangat penting untuk memastikan dan
mem,alidasi pengalaman halusinasi tersebut. Pera1at harus memiliki ketulusan
dan perhatian untuk dapat memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. =pabila pera1at mengidentifikasi adanya tanda >tanda dan
perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya
sekedar mengetahui jenis halusinasi saja. &alidasi informasi tentang halusinasi
yang diperlukan meliputi :
Isi Halusinasi.
-ni dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. =pa bentuk bayangan yang
dilihat oleh klien, jika halusinasi ,isual, bau apa yang tercium jika halusinasi
penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang
dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
Waktu dan Frekuensi.
-ni dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman
halusinasi itu muncul. -nformasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi
pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat
mengalami halusinasi.
Situasi Pencetus Halusinasi.
Pera1at perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu pera1at juga bias mengobser,asi apa yang dialami klien
menjelang munculnya halusinasi untuk mem,alidasi pernyataan klien.
Reson !lien
Antuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. =pakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau
sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Selain data tentang halusinasinya, pera1eat juga dapat mengkaji data yang
terkait dengan halusinasi, yaitu :
Bicara, senyum dan terta1a sendiri.
6enarik diri dan menghindar dari orang lain.
)idak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
)idak dapat memusatkan perhatian4konsentrasi.
8uriga, bermusuhan, merusak /diri sendiri, orang lain dan lingkungan0
dan takut.
5kspresi muka tegang dan mudah tersinggung.
". DIAGNOSA !EPERA#ATAN
#lien yang mengalmi halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga
bias membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Hal ini terjadi jika
halusinasi sudah sampai pada fase -&, dimana klien mengalami panik dan
perilakunya di kendalikan oleh isi halusinasinya. #lien benar'benar kehilangan
kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat
melakukan bunuh diri / suicide0, membunuh orang lain /homocide0 dan merusak
lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien biasanya juga
mengalami masalah'masalah kepera1atan yang menjadi penyebab munculnya
halusinasi. 6asalah itu antara lain harga diri rendah dan isolasi social /stuart dan
laria,$!!%0. =kibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan
sosial, klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya lebih
dominan di bandingkan stimulus eksternal. #lien selanjutnya kehilangan
kemampuan membedakan stimulus internal dengan stimulus eksternal. -ni memicu
timbulnya halusinasi.
Dari masalah tersebut diatas dapat disusun pohon maslah sebagai berikut :
E"E! 2esiko mencedrai diri sendiri,
?rang lain, dan lingkungan
C.P Perubahan persepsi sensori : Defisit pera1atan diri :
Halusinasi pendengaran 6andi4#ebersihan
diri,berpakaian4berhias
ETIOLOGI #erusakan interaksi sosial : -ntoleransi aktifitas
6enarik diri
3angguan konsep diri :
Harga diri rendah
Dari pohon masalah diatas dapat dirumuskan diagnosa kepera1atan sebagai berikut :
%. 2esiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
berhubungan dengan halusinasi audiotorik.
$. Perubahan persepsi sensorik : =udiotorik berhubungan
dengan menarik diri
(. #erusakan interaksi sosial : 6enarik diri berhubungan
dengan Harga diri rendah
*. Defisit pera1atan diri: mandi4kebersihan,
berpakaian4berhias berhubungan dengan intoleransi aktifitas.
G. TUJUAN ASUHAN !EPERA#ATAN
#u$uan umum %
#lien dapat mengenal, dan mengontrol halusinasi
)ujuan itu dapat dirinci sebagai berikut :
%. #lien dapat membina hubungan saling percaya
$. #lien dapat mengenal halusinasinya
(. #lien dapat mengontrol halusinasinya.
*. #lien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
+. #lien dapat memanfaatkan obat untuk mengatasi halusinasinya.
H. TINDA!AN !EPERA#ATAN
)indakan kepera1atan untuk membantu klien mengatasi masalahnya di
mulai dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.
Setelah hubungan saling percaya terbina , inter,ensi kepera1atan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya.
Setelah klien mengenal halusinasinya selanjutnya klien dilatih bagaimana
cara yang biasa terbukti efektif mengatasi atau mengontrol halusinasi.
?beser,asi tanda halusinasi pada klien.
Hindari untuk menyentuh pasien sebelum memberi isyarat kepadanya
bah1a anda menerima diperlakukan yang sama.
Suatu sikap menerima akan mendorong klien membagikan isi
halusinasinya dengan anda.
.angan menguatkan halusinasi. 3unakan kata'kata 9suara tersebut: dari
pada kata'kata seperti 9mereka: yang menyatakan ,alidasi secara tidak langsung.
8obalah untuk menghubungkan 1aktu'1aktu terjadinya kesaahan
persepsi dengan 1aktu'1aktu terjadinya ansietas.
8obalah untuk mengalihkan pasien dari kesalahan persepsi.
=dapun cara yang efektif dalam memutuskan halusinasi adalah :
%. 6enghardik halusinasi.
$. Berinteraksi dengan orang lain.
(. Berakti,itas secara teratur dengan
menyusun kegiatan harian.
*. 6emanfaatkan obat dengan baik.
#eluarga perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting karena
keluarga adalah sebuah system dimana klien berasal dan halusinasi sebagai salah
satu gejala psikosis dapat berlangsung lama /kronis0 sehingga keluarga perlu
mengetahu cara pera1atan klien halusinasi dirumah.
Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka oleh tim medis
sehingga pera1at juga perlu memfasilitasi klien untuk dapat menggunakan obat
secara tepat. Prinsip lima benar harus menjadi focus utama dalam pemberian obat.
I. E$ALUASI
=suhan kepera1atan klien dengan halusinasi berhasil jika :
%. #lien mampu memisahkan antara kejadian'kejadian atau situasi'siatuasi
realita dan tidak realita.
$. #lien mampu tidak berespon terhadap persepsi sensori yang salah.
(. #lien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi
*. 6ampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan
+. #eluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam
membantu klien mengatasi masalahnya.
DA"TAR PUSTA!A
8arpenito,@..., &uku saku diagnosa kepera'atan, 538, .akarta, %BB+.
#eliata,B.=. S#p, 6.=pp, Sc, Proses kepera'atan kesehatan $i'a, 538 Penerbit Buku
#edokteran, .akarta %BBB.
#umpulan bahan kuliah, (lmu Kepera'atan )i'a, tidak diterbitkan.
2asmun, S#p, Kepera'atan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga,
tidak diterbitkan.
Stuart, 3.C. dan Sundeen, S...,Principles and practice o* ps+chiatric nursing /+
th
ed0 St
louis :6osby Dear Book, %BB+.
Stuart, 3.C. dan @araia, 6.).,Principles and practice o* ps+chiatric nursing /E
th
ed0 St
louis :6osby Dear Book, %BB<.
)o1nsend, 6.8., ,iagnosa kepera'atan pada kepera'atan psikiatri% pedoman untuk
pembuatan rencana kepera'atan, 538, .akarta, %BB<.

Anda mungkin juga menyukai