Belanja PNSD
Penerimaan umum APBD = PAD + DAU + (DBH DBHDR)
518
Ayat (2)
Indeks fskal netto dirumuskan:
FN i = (PU
i, t-2
BP
i, t-2
)
i = 1, 2, , N
IFN
i
= Indeks Fiskal Netto daerah i
FN
i
= Fiskal Netto daerah i
N = Jumlah Daerah
PU
i, t-2
= Penerimaan Umum (PAD+(DBH-DBH DR)+DAU) daerah i, pada
waktu t-2
BP
i, t-2
= Belanja Pegawai (Gaji PNSD) daerah i, pada waktu t-2
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Huruf a
Misalnya UU No. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua
dan UU No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam.
Huruf b
Contoh karakteristik daerah antara lain adalah daerah pesisir dan
kepulauan, daerah perbatasan darat dengan negara lain, daerah
tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor,
serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan.
Ayat (2)
Indeks kewilayahan dirumuskan:
N = jumlah daerah
IKW
i
= Indeks Kharakeristik wilayah daerah i
519
X1 = daerah perbatasan
X2 = daerah pesisir dan kepulauan
Kriteria khusus ini ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah sesuai dengan
kebijakan pembangunan nasional pada tahun anggaran bersangkutan.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi DAK per daerah ditetapkan paling
lambat 2 (dua) minggu setelah UU APBN ditetapkan.
Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK ditetapkan paling lambat 2 (dua) minggu
setelah penetapan alokasi DAK oleh Menteri Keuangan.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Ayat (1)
Kewajiban penyediaan Dana Pendamping menunjukkan komitmen daerah
terhadap bidang kegiatan yang didanai dari DAK yang merupakan kewenangan
daerah.
Ayat (2)
Yang dimaksud kegiatan fsik adalah kegiatan diluar kegiatan administrasi
proyek, kegiatan penyiapan proyek fsik, kegiatan penelitian, kegiatan
pelatihan, kegiatan perjalanan pegawai daerah, dan kegiatan umum lain
yang sejenis.
Ayat (3)
Yang dimaksud daerah dengan kemampuan keuangan tertentu adalah daerah
yang selisih antara penerimaan umum APBD dan Belanja Pegawainya sama
dengan 0 (nol) atau negatif.
520
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Format laporan diatur lebih lanjut oleh menteri terkait.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Mekanisme penundaan penyaluran DAK diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Menteri Keuangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Formula DAU digunakan mulai tahun anggaran 2006, tetapi sampai dengan
tahun anggaran 2007 alokasi DAU yang diberlakukan untuk masing-masing
daerah ditetapkan tidak lebih kecil dari tahun anggaran 2005.
521
Sampai dengan tahun anggaran 2007 apabila DAU untuk provinsi tertentu
lebih kecil dari tahun anggaran 2005, kepada provinsi yang bersangkutan
dialokasikan Dana Penyesuaian yang besarnya sesuai dengan kemampuan
dan perekonomian negara.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4575
523
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2005
TENTANG
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 32 ayat (2) Undang- Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).
524
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
2. Akuntansi adalah proses pencatatan, pengukuran, pengklasifkasian, peng-
ikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penginterpretasian atas hasilnya,
serta penyajian laporan.
3. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip- prinsip yang
mendasari penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan
bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dan merupakan rujukan penting
bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, dan
pemeriksa dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur
secara jelas dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
4. Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut SAP, adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah.
5. Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun
yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.
6. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut KSAP, adalah
komite sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara yang berfungsi menyusun dan mengembangkan SAP.
7. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut
IPSAP, adalah klarifkasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas pernyataan
SAP yang diterbitkan oleh KSAP.
8. Buletin Teknis adalah informasi yang diterbitkan oleh KSAP yang memberikan
arahan/pedoman secara tepat waktu untuk mengatasi masalah-masalah
akuntansi maupun pelaporan keuangan yang timbul.
9. Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan adalah uraian yang memuat latar
belakang penyusunan SAP.
525
Pasal 2
(1) SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang selanjutnya disebut PSAP.
(2) SAP dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan.
(3) PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan dikembangkan oleh KSAP
dengan mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
(4) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dikembangkan oleh KSAP.
(5) Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran I.
(6) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran II.
Pasal 3
(1) PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dilengkapi dengan
IPSAP dan/atau Buletin Teknis.
(2) IPSAP dan Buletin Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan
ditetapkan oleh KSAP dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
(3) IPSAP dan Buletin Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari SAP.
Pasal 4
PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri dari:
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, adalah sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran III;
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran, adalah sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran IV;
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas, adalah sebagaimana ditetapkan dalam
lampiran V;
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan, adalah sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran VI;
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan, adalah sebagaimana ditetapkan
dalam lampiran VII;
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi, adalah sebagaimana ditetapkan
dalam lampiran VIII;
526
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, adalah sebagaimana ditetapkan
dalam lampiran IX;
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan, adalah
sebagaimana ditetapkan dalam lampiran X;
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban, adalah sebagaimana ditetapkan
dalam lampiran XI;
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa, adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran XII; dan
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian, adalah sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran XIII.
Pasal 5
Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 serta PSAP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dan tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini, merupakan
satu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 6
(1) Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang mengacu pada
SAP.
(2) Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah pusat diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
(3) Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah daerah diatur dengan
peraturan gubernur/bupati/walikota, mengacu pada Peraturan Daerah tentang
pengelolaan keuangan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Pasal 7
Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
akuntansi pemerintahan sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 8
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada saat ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
527
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juni 2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juni 2005
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
HAMID AWALUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 49
529
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2005
TENTANG
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
UMUM
Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat (2) yang menyatakan bahwa
standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen
dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar akuntansi pemerintahan dimaksud dibutuhkan dalam rangka penyusunan
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan
yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus
Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Peraturan Pemerintah ini juga merupakan pelaksanaan Pasal 184 ayat (1)
dan (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang
menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
530
Pasal 3
Ayat (1)
IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna
menghindari salah tafsir pengguna PSAP.
Buletin Teknis merupakan arahan/pedoman untuk penerapan PSAP
maupun IPSAP.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 2005 NOMOR 4503