Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan dari
pembekuan darah pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar
antara 150.00-450.00/ul, rata rata berumur 7-10 hari kira kira 1/3 dari jumlah
trombosit didalam sirkulasi darah mengalami penghancuran didalam limpa oleh
Karena itu untuk mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal
di produksi 150.000 - 450000 sel trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang
dari30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanyagangguan
baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari10.000/mL.
(Sudoyo, dkk ,2006). Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau di dapat,
danterjadi akibat penurunan reproduksi trombosit, seperti pada anemiaaplastik
, mielofibrosis, terapi radiasi atau leukimia, peningkatanpenghancuran
trombosit, seperti pada infeksi tertentu ; toksisitas obat,
ataukoagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC); distribusi abnormal atausekuest
rasi pada limpa ; atau trombositopenia dilusional setelah hemoragiatau tranfusi sel
darah merah. (Sandara, 2003).
Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi anti bodi yangdiinduksi
oleh obat seperti yang ditemukan pada quidinin dan emas. Atauoleh
autoantibodi(anti bodi yang bekerja melawan jaringannya sendiri).Antibodi-
antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus eritematosus,leukimia
limfositik kronis, limfoma tertentu, dan purpura trombositopenik idiopatik (ITP).
ITP terutama ditemukan pada perempuan muda, bermanifestasisebagai
trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosityang sering
kurang dari 10.000/mm3. antibodi Ig G yang ditemukan padamembran trombosit
dan meningkatnya pembuangan dan penghancurantrombosit oleh sistem
makrofag. (Sylvia & Wilson, 2006).
Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kmatian akibatkehilangan
darah atau perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100
juta kasus baru setiap tahun. Dengan anak melingkupi
separuh daripada bilangan tersebut. Kejadian atau insiden immune
Trombositopenia Purpura diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-ana dan2 kasus
per 100.000 orang dewasa. Tetapi data tersebut dari populasi atauperkumpulan
berbasis pendidikan yang sangat luas. Kebanyakan kesusutan immune
trombositopenia purpura (ITP) yang pada umumnya terjadi pada anakanak
kurang perhatian medis. Immunetrombositopenia purpura (ITP) dilaporkan 9,5 per
100.000 orang di mirland.(Emedicine, 2008).

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan ITP?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui cara memberikan dan membuat asuhan keperawatan pada
pasien ITP dengan baik dan benar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi Dari ITP.
2. Mengetahui Anatomi Fisiologi Darah
3. Mengetahui Etiologi Dari ITP.
4. Mengetahui Jenis Dari ITP.
5. Mengetahui Epidemiologi Dari ITP.
6. Mengetahui Patofisiologi Dari ITP.
7. Mengetahui Manifestasi Klinis Dari ITP.
8. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang ITP.
9. Mengetahui Penatalaksanaan Medis ITP.
10. Mengetahui Komplikasi Dari ITP.
11. Mengetahui Prognosis Dari ITP.
12. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan ITP.


1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mendalami pemahaman tentang konsep penyakit yang
disebabkan karena ITP.
2. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat
mengerti tentang konsep penyakit yang disebabkan
karena ITP yang sesuai dengan standart kesehatan demi
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat
dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.
1.4.2 Manfaat praktis
Mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien ITPdengan baik.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik
artinya penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia artinya berkurangnya
jumlah trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai platelet yang cukup.
Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di dalamkulit, membrane mukosa atau
permukaan serosa (Dorland, 1998).
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari
penghancuran trombosit yang berlebihan (Suraatmaja, 2000).
ITP adalah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya
petekia atau ekimosis di kulit ataupun pada selaput lendir dan adakalanya terjadi
pada berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang
tidak diketahui (FK UI, 1985).
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan
bagian dari pembekuan darah. ITP adalah jenis trombositopenia berat yang dapat
mengancam kehidupan dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3 yang ditandai
dengan mudahnya timbul memar serta perdarahan subkutaneus yang multiple.
Biasanya penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarnan ungu. Karena
jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak memadai dan
konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie/ekimosis di kulit
maupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit
karena sebab yang tidak diketahui. Purpura Trombositopenia Idiopatika adalah
suatu kelainan yang didapat, yang ditandai oleh trombositopenia, purpura, dan
etiologi yang tidak jelas. ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic
berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti
seseorang memiliki lukamemar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga
merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor,
2006).
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat ppenurunan jumlah
trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. ITP adalah suatu
keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan
berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 8 tahun), lebih sering
terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2). ITP adalah salah satu
gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.(Perawatan Pediatri
Edisi 3). ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah
trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal.
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang
berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena
adanya penghancuran trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat
adanya autoantibody terhadap trombosit yang biasanya berasal dari
Immunoglobulin G. Adanya trombositopenia pada ITP ini akan megakibatkan
gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem
vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan
hemostasis normal.

2.2. Anatomi Fisiologi
2.2.1 Sel darah merah (eritrosit).
Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel
lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume
darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel
darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke
seluruh jaringan tubuh.
Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan
limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah
dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
2.2.2 Sel darah putih (leukosit).
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah
putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel
darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh
dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibody.
Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang
mengandung granul-granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu
melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda
asing sisa-sisa peradangan. Ada 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk
pita (imatur, belum matang) dan neutrofil bersegmen (matur, matang).
Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan
perlindungan terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak
beberapa sel kanker) dan limfosit B (membentuk sel-sel yang menghasilkan
antibodi atau sel plasma).
Monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan
memberikan perlawanan imunologis terhadap berbagai organisme penyebab
infeksi.
Eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan
dalam respon alergi.
Basofil juga berperan dalam respon alergi.
2.2.3 Platelet (trombosit).
Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil
daripada sel darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari
mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit
berkumpul dapa daerah yang mengalami perdarahan dan mengalami
pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan, trombosit akan melekat satu
sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan yang membantu
menutup pembuluh darah dan menghentikan perdarahan.
Pada saat yang sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu
mempermudah pembekuan. Sel darah merah cenderung untuk mengalir
dengan lancar dalam pembuluh darah, tetapi tidak demikian halnya dengan
sel darah putih. Banyak sel darah putih yang menempel pada dinding
pembuluh darah atau bahkan menembus dinding untuk masuk ke jaringan
yang lain.
Jika sel darah putih sampai ke daerah yang mengalami infeksi atau
masalah lainnya, mereka melepaskan bahan-bahan yang akan lebih banyak
menarik sel darah putih. Fungsi sel darah putih adalah seperti tentara,
menyebar di seluruh tubuh, tetapi siap untuk dikumpulkan dan melawan
berbagai organisme yang masuk ke dalam tubuh.
Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel
yang disebut sel stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali
terbentuk adalah sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah
putih atau sel yang membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel
imatur membelah, akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel
darah merah, sel darah putih atau trombosit. Fungsinya adalah mencegah ke
bocoran darah spontan pada pembuluh darah kecil,membant proses
pembekuan darah

2.3. Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi
melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel
trombosit mati.(Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun,
dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri.
Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri
atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya
bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri. (Family Doctor, 2006).
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan
trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian
besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh
sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum
diketahui. (ana information center,2008). ITP kemungkinan juga disebabkan oleh
hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia,
pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (misalnya
malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan
etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan
penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan
(umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya
terjadi pada orang dewasa). (ana information center, 2008) Selain itu, ITP juga
terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman
keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan Rombositopenia.
Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit
ini adalah seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan
tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi,
immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.
ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan akibat
dari:
a) Hipersplenisme,
b) Infeksi virus,
c) Intoksikasi makanan/obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil
butazon, diamokkina, sedormid).
d) Bahan kimia,
e) Pengaruh fisi (radiasi, panas),
f) Kekurangan factor pematangan (malnutrisi),
g) Koagulasi intra vascular diseminata CKID,
h) Autoimnue.



2.4 Jenis ITP
2.4.1 Akut.
Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan).
Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2.4.2 Kronik
v Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.
v Awitan tersembunyi dan berbahaya.
v Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
v Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
2.4.3 Kambuhan
Mula-mula terjadi trombositopenia.
Relaps berulang.
Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.

2.5 Epidemologi
Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita. Tipe pertama umumnya
menyerang kalangan anak-anak, sedangkan tipe lainnya menyerang orang dewasa.
Anak-anak berusia 2 hingga 4 tahun yang umumnya menderita penyakit ini.
Sedangkan ITP untuk orang dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda,
tapi dapat pula terjadi pada siapa saja. ITP bukanlah penyakit keturunan. (Family
Doctor, 2006).
ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan
yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6
bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak sedangkan
kronik ITP sering terjadi pada dewasa. (Imran, 2008)

Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik
(Bakta, 2006; Mehta, et. al, 2006)
ITP akut ITP kronik
Awal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahun
Rasio L:P 1:1 1:2-3
Trombosit <20.000/mL 30.000-100.000/mL
Lama penyakit 2-6 minggu Beberapa tahun
Perdarahan Berulang Beberapa
hari/minggu

2.6 Patologi dan Patofisiologi
2.6.1 Patologi
1. ITP akut :
Proses alergi terhadap trombosit, megakariosit dan terhadap pembuluh darah.
Didapat antiplatelet aglutinin da atau lysin, akan tetapi sukar memperlihatkan
aglutininl/lysin tersebut.
2. ITP menahun
Pengaruh hormonal memegang peranan pada tahap ini terutama terhadap
terjadinya purpura dan trombositopenia sebelum menstruasi
2.6.2 Patofisiologi
Diatas telah di singgung bahwa trombosit dapat dihancurkan oleh
pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada
kinidin dan senyawa emas) atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja
melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga
lama hidup trombosit diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa gangguan
gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering
menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini
terkait dengan penyakit ITP, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam
sirkulasi dengan trombosit hospes.
Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak
menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi
bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah
dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang membawa reseptor membran
untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi utama dari ITP dengan trombosit
kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae. Petechiae ini dapat muncul
karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit yang akan
mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan serta
penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi trombosit yang
terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil.
Pada proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam
jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan
berdasarkan pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang
menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum
ITP. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu dengan ITP, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena
masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat juga timbul setelah infeksi,
khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa
pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.

2.7 Manifestasi Klinik
1. ITP akut :
Hanya 16% yang betul-betul idiopatik.
Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat-obatan atau menarche.
Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia
rusaknya megakariosit, juga terjadi perubahan pembuluh darah.
Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum.
Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar
2. ITP menahun :
Biasanya pada dewasa, terjadi beberapabulan sampai beberapa tahun, kadang
menetap.
Permulaan tidak dapat ditentukan, ada riwayat perdarahan menahun, menstruasi
yang lama.
Perdarahan relatif lebih ringan.
Jumlah trombosit 30.000-80.000/mm3.
Biasanya tanpa anemi, lekopeni dan splenomegali.
Penghancuran trombosit lebih dari normal.
Sering terjadi relaps dan remisi yang berulang-ulang
3. ITP recurrent
Diantaranya episode perdarahan, trombosit normal dan tak ada
purpura/petechiae dan masa hidup trombosit norma.
Hasil pengobatan dengn kortikosteroid baik.
Kadang tanpa pengobatan, dapat sembuh sendiri.
Remisi berkisar bebrapa minggu sam pai 6 bulan
4. ITP siklik
Menstruasi hebat pada wanita. Secara umum, gambaran klinis ITP adalah :
o Adanya petechiae, echymose atau perdarahan .
o Trombositopenia.
o Megakariosit dalam sumsum tulang normal / bertambah dengan morfologi
abnormal.
o Splenomegali atau tidak


2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:
Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome
mycrosyter.
Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal.
Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi.
Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali
morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted,
sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula).
Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi
merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena dengan
cara ini dapat ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-
kadang dapat ditentukan penyebabnya.

2.9 Penatalaksaan Klinis
a. ITP Akut
Ringan: observasi tanpa pengobatan sembuh spontan.
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka
berikan kortikosteroid.
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
Imunosupressan: 6 merkaptopurin 2,5 5 mg/kgBB/hari peroral.
o Azatioprin 2 4 mg/kgBB/hari per oral.
o Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
Splenektomi.
o Indikasi:
Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 3 bulan.
Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja
dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis
tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
o Kontra indikasi:
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih
oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus)

2.10 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain :
Hemorrhages
Penurunan kesadaran
Splenomegali

2.11 Prognosis
Pada umumnya baik. Pada anak kadang terjadi remisi lengkap tanpa
pengobatan.
90% penderita ITP mengalami remisi setelah mendapat pengobatan selama 3
minggu-3 bulan dan tidak timbul lagi gejala.
10% jadi ITP menahun dan < 1% meninggal.
Pada dewasa sering relaps dalam waktu 4-15 tahun.
Prognosa lebih buruk pada wanita hamil dan bila ada komplikasi, terutama
perdarahan otak yang dapat menyebabkan kematian.















BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan
asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian,
perencanaan, palaksanaan dan evaluasi.
Proses keperawatan ini merupakan suatu proses pemecahan masalah yang
sistimatik dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan
rencana keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap klien seperti
yang tersebut diatas yaitu melalui empat tahapan keperawatan. (Proses
keperawatan : 9 & 12)
1) Pengkajian
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
a) Petekie terjadi spontan.
b) Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
c) Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
d) Menoragie.
e) Hematuria.
f) Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
a) Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Toleransi terhadap latihan
rendah.
b) Tanda : Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat. Kelemahan
otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
a) Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat. Palpitasi (takikardia kompensasi).
b) Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
a) Gejala : Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan:
penolakan transfuse darah.
b) Tanda : Depresi.
g. Eliminasi.
a) Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
b) Tanda : Distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
a) Gejala : Penurunan masukan diet. Mual dan muntah.
b) Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
a) Gejala : Sakit kepala, pusing. Kelemahan, penurunan penglihatan.
b) Tanda : Epistaksis.
c) Mental: Tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
a) Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
b) Tanda : Takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
a) Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
b) Tanda : Takipnea, dispnea.
l. Keamanan
a) Gejala : Penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
b) Tanda : Petekie, ekimosis.



Analisa data
Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk
menentukan masalah klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari jenis
data yang meliputi data subyek dan dan data obyek. Data subyek adalah data
yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien sedangkan data obyek
adalah data yang didapat dari suatu pengamatan atau pendapat yang digunakan
untuk menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga bisa diperoleh dari
keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk
perawat harus jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai bahan
perbandingan apakah keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan standart yang
sudah ada. (Lismidar, 1990).
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang
masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian data. Demam menggambarkan
tentang masalah kesehatan yang nyata atau potensial dan pemecahannya
membutuhkan tindakan keperawatan sebagai masalah klien yang dapat
ditanggulangi. (Lismidar, 1990).
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul
pada kasus demam tifoid dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai
berikut:
1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


2) Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa
keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan
dan mengemukakan rasional dari rencana tindakan. Setelah itu dilakukan
pendokumentasian diagnosa aktual atau potensial, kriteria hasil dan rencana
tindakan. (Lismidar, 1990 : 34&44).
Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan klien pada dasarnya sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
klien dengan demam tifoid dan hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ada. Perencanaan berisi suatu tujuan pelayanan keperawatan dan rencana
tindakan yang akan digunakan itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan
rasionalisai berdasarkan susunan diagnosa keperawatan diatas, maka perencanaan
yang dibuat sebagai berikut :
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria
Hasil
Intervensi/rasional
1 Kekurangan volume
cairan elektrolit b.d
perdarahan
Tujuan:Menghentikan
perdarahan
Memenuhi kebutuhan
Cairan
Kriteria hasil:
Perdarahan
dapat teratasi
Cairan pasien
dapat diatasi
Berikan nutrisi yang
adekuat secara
kualitas maupun
kuantitas.
Rasional :
mencukupi
kebutuhan kalori
setiap hari.
Berikan makanan
dalam porsi kecil
tapi sering.
Rasional : porsi
lebih kecil dapat
meningkatkan
masukan yang
sesuai dengan
kalori.
Pantau pemasukan
makanan dan
timbang berat badan
setiap hari.
Rasional : anoreksia
dan kelemahan
dapat
mengakibatkan
penurunan berat
badan dan malnutrisi
yang serius.
Lakukan konsultasi
dengan ahli diet.
Rasional : sangat
bermanfaat dalam
perhitungan dan
penyesuaian diet
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien.
Libatkan keluarga
pasien dalam
perencanaan makan
sesuai dengan
indikasi.
Rasional :
meningkatkan rasa
keterlibatannya,
memberikan
informasi pada
keluarga untuk
memahami
kebutuhan nutrisi
pasien.
2 Perubahan perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
penurunankosentrasi
Hb dan darah;suplai
oksigen berkurang.
Tekanan darah
normal.
Pangisian kapiler
baik.

Menunjukkan
perbaikan
perfusi yang
dibuktikan
dengan TTV
stabil.

Awasi TTV, kaji
pengisian kapiler.
Rasional :
memberikan
informasi tentang
derajat/ keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu
menentukan
kebutuhan
intervensi.
Tinggikan kepala
tempat tidur sesuai
toleransi.
Rasional :
meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
Kaji untuk respon
verbal melambat,
mudah terangasang.
Rasional : dapat
mengindikasikan
gangguan fungsi
serebral karena
hipoksia.
Awasi upaya
parnafasan,
auskultasi bunyi
nafas.
Rasional : dispne
karena regangan
jantung lama /
peningkatan
kompensasi curah
jantung.
3 Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan.

Meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas.

Menunjukkan
peningkatan
toleransi
aktivitas.

Kaji kemampuan
pasien untuk
melakukan aktivitas
normal, catat
laporan kelemahan,
keletihan.
Rasional :
mempengaruhi
pilihan intervensi.
Awasi TD, nadi,
pernafasan.
Rasional :
manifestasi
kardiopulmonal dari
upaya jantung dan
paru untuk
emmbawa jumlah
oksigen ke jaringan.
Berikan lingkungan
tenang.
Rasional :
meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan
kebutuhan oksigen
tubuh.
Ubah posisi pasien
dengan perlahan dan
pantau terhadap
pusing.
Rasional : hipotensi
postural / hipoksin
serebral
menyebabkan
pusing, berdenyut
dan peningkatan
resiko cedera.

3) Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan
(sesuai dengan literature). Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan
baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan
dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi.
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk
melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil
dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan
yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan
tindakan. Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan
perencanaan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi
evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah realistik
dapat dicapai dan efektif.



BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami
ataupada resiko tinggi untuk mengalami insufisiensi trombosit sirkulasi.
Penurunan ini dapat disebabkan oleh produksi trombosit yang menurun,distribusi
trombosit yang berubah, pengrusakan trombosit, atau dilusivaskuler. Gejala dan
tanda pada pasien yang menderita penyakit ITP adalah Hidung mengeluarkan
darah atau pendarahan pada gusi Ada darahpada urin dan feses Beberapa macam
pendarahan yang sukar dihentikandapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi
yang berkepanjangan padawanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala
pendarahan padaotak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah
platelet yangrendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit
berkonsentrasi,atau gejala yang lain. Tindakan keperawatan yang utama adalah
dengan mencegah atau mengatasi perdarahan yang terjadi.
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura.
Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah
yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang
memiliki lukamemar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan
singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).
Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP) merupakan
kelainan autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk mengikat
trombosit.Tidak jelas apakah antigen pada permukaan trombosit dibentuk. ITP
adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput
lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab
yang tidak diketahui.kemungkinan akibat dari:Hipersplenisme, Infeksi virus dan
Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon,
diamokkina, sedormid).


4.2 Saran
4.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan bisa mengerti dan
memahami tentang pengertian,
penyebab, pencegahan dan pegobatan dari ITP agar saat menerapkan pada pasien
tidak terjadi suatu kesalahan yang menyebabkan pasien tambah parah atau bahkan
bisa mengalami kematian karena kesalahan dalam melakukan asuhan
keperawatan.
4.2.2 Bagi Pasien dan Keluarga
Bagi pasien diharapkan mengerti tentang penyebab, pengobatan dan
pencegahan dari ITP, agar pada saat terjadi ITP dapat melakukan pencegah dini
sebelum dilakukan asuhan keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta
. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.
Dor l a nd, W. A Newma . 2006. Kamus Kedokteran
Dorland, E d i s i 2 9 . Jakarta: EGC.
Guyton. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC: Jakarta
Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai