Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga
munculnya penyakit dapat dihindari. Sehingga dapat dikatakan bahwa sanitasi adalah
suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan untuk mencegah timbulnya suatu
penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut,
sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat optimal (Depkes RI, 2002).
2.2. Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan
penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan
atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk
mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi
kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan
lainnya (Chandra, 2007).
Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam
masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu
tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang
medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan demikian sanitasi tempat-tempat
umum harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2005).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi
lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara komersial,
tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum
yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum semacam itu
meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan pertokoan,
bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman hiburan,
gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lain-lain
(Chandra, 2007).
2.3. Terminal
Terdapat beberapa terminologi tentang terminal. Berdasarkan Undang-
Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terminal
merupakan prasarana transportasi jalan untuk barang serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu wujud simpul jaringan
transportasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang
angkutan jalan umum, terminal adalah sarana transportasi untuk keperluan memuat
dan menurunkan orang atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum yang merupakan satu simpul jaringan transportasi. Berdasarakan
kedua terminologi diatas, terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk
keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan
dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul
jaringan transportasi (Kepmenhub 35/2003). Keberadaan terminal merupakan salah
satu prasarana utama dalam pelayanan angkutan umum. Keberadaan terminal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berperan dalam menentukan tingkat kinerja dari pelayanan angkutan umum dalam
suatu wilayah (Menteri Pekerjaan Umum, 2010).
2.3.1. Kategori Terminal
Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik
lokasi perpindahan penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas
antar lokasi tujuan, antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam sistem
transportasi dan infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal tersebut perlu
diperhatikan dan dikembangkan untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan
pengelolaan, regulasi (peraturan) dan norma-norma yang disepakati akan menentukan
perkembangan terminal secara terarah (coach terminal).
Terminal dibagi beberapa kategori yang meliputi (Menteri Pekerjaan Umum, 2010):
1. Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan
menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda transportasi
serta mengatur kedatangan pemberangkatan kendaraan angkutan penumpang
umum. Terminal penumpang dapat dikelompokan atas dasar tingkat penggunaan
terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut :
a. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara,
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
b. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan
pedesaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan pedesaan.
Unsur penting bagi eksistensi sebuah terminal penumpang adalah adanya
angkutan umum dan penumpang, tanpa keduanya terminal tidak bermakna
apapun hanya sebatas sebuah bangunan. Angkutan umum merupakan salah satu
media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan
membayar tarif. Angkutan umum yang biasa beroperasi dalam terminal meliputi :
angkot, bis, ojek, bajaj, taksi dan metromini. Penumpang adalah masyarakat yang
menaiki atau menggunakan jasa angkutan (bus). Jadi ruang transit penumpang
adalah bangunan peneduh terbuka besar yang berfungsi sebagai tempat istirahat
sementara atau duduk-duduk, menunggu bus, menunggu teman, membaca koran
serta mengobrol santai yang berada dalam terminal.
2. Terminal Barang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan
membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra/atau moda transportasi
angkutan barang.
3. Terminal Peti Kemas adalah terminal dimana dilakukan pengumpulan peti kemas
dari pelabuhan lainnya untuk selanjutnya diangkut ke tempat tujuan ataupun
terminal peti kemas yang lebih besar lagi. Terminal peti kemas yang berkembang
dengan pesat dalam beberapa tahun belakangan ini adalah Terminal peti kemas
JICT, KOJ A di Jakarta, TPS di Surabaya, TPK Semarang, TPK Belawan.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.2. Fasilitas Sanitasi Terminal
Fasilitas sanitasi terminal dapat dikelompokkan atas fasilitas utama dan
fasilitas pendukung, semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang bisa
disediakan. Fasilitas-faslitas tersebut antara lain (Menteri Pekerjaan Umum, 2010):
1. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di
dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum.
2. Bangunan kantor terminal.
3. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar.
4. Menara pengawas.
5. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
6. Kamar kecil/toilet.
2.3.3. Lokasi dan Pembangunan Terminal
Penentuan lokasi terminal penumpang dilakukan dengan memperhatikan
rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umumjaringan
transportasi jalan (Menteri Pekerjaan Umum, 2010).
1. Lokasi terminal penumpang Tipe A , B, dan C ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. Rencana Umum Tata Ruang;
b. Kepadatan lalu lintasdan kapasitasjalan sekitar Terminal;
c. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda;
d. Kondis topografi lokasi Terminal;
e. Kelestarian lingkungan .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Penetapan lokasi terminal penumpang tipe A selain harus memperhatikan
ketentuan sebagaimana tersebut diatas, harus memenuhi persyaratan :
a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi, antar kota dalam
propinsi;
b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A;
c. Luas lahan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) ha;
d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan
jarak sekurang-kurangnya 200 (duaratus) M.
3. Penetapan lokasi Terminal Penumpang Tipe B selain harus memperhatikan
ketentuan sebagaimana yang tersebut diatas, harus memenuhi persyaratan :
a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;
b. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurangkurangnya
kelas III B;
c. Luas jalan sekurang-kurangnya 3 (tiga) ha;
d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan
jarak sekurang-kurangnya 50 (limapuluh) meter.
4. Penetapan lokasi terminal penumpang Tipe C selain harus memperhatikan
ketentuan sebagaimana yang tersebut diatas, harus memenuhi persyaratan :
a. Terletak di dalam kota dan dalam jaringan trayek perkotaan ;
b. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas III
A;
c. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan ;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sesuai
dengan kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.
2.4. Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal
Secara garis besar persyaratan sanitasi terminal dikelompokkan menjadi 2
bagian besar, yaitu bagian luar terdiri dari tempat parkir, pembuangan sampah, dan
penerangan; dan bagian dalam terdiri dari gedung perkantoran, ruang tunggu, jamban
dan urinoir, tempat cuci tangan, pembuangan air hujan dan air kotor, pemadam
kebakaran, dan kotak P3K yang dikelompokkan menjadi kelompok kecil, antara lain
(Chandra, 2007):
2.4.1. Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal Bagian Luar
2.4.1.1. Tempat Parkir
Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian
yang bersifat tidak sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu.
Tujuan fasilitas parkir adalah memberikan tempat istirahat kendaraan (Direktorat
Perhubungan Darat, 1998).
Jenis fasilitas parkir menurut penempatannya dibagi 2 macam, yaitu
(Warpani, 2002):
1. Parkir di badan jalan (On Street Parking).
Parkir di jalan sudah pasti mengurangi kapasitas ruas jalan yang bersangkutan,
dan karena itu tidak dapat dibiarkan begitu saja. Di beberapa negara diberlakukan
beberapa ketentuan, diantaranya: parkir di jalan dikenai tarif dan denda sangat
tinggi sehingga pengemudi memarkir kendaraan seperlunya saja, sebelum
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dikenai denda karena melewati batas waktu, atau parkir di bangunan parkir
meskipun tarifnya agak mahal.
Pada ruas-ruas jalan tertentu perlu diterapkan kebijakan bebas parkir, artinya
pada ruas-ruas jalan tersebut dilarang memarkir kendaraan, sedangkan pada ruas-
ruas jalan lain yang tidak terlalu mengganggu sirkulasi lalu lintas dapat
diterapkan kebijakan parkir bebas, dalam pengertian tetap ada batasan waktu
dan bisa diterapkan pembebanan biaya parkir.
2. Parkir di luar badan jalan (Off Street Parking)
Perparkiran yang ideal adalah parkir di luar jalan berupa fasilitas pelataran
(taman) parkir atau bangunan (gedung) parkir. Di pusat kegiatan kota yang sulit
memperoleh lahan yang cukup luas, fasilitas yang sesuai adalah gedung parkir
yang dibangun bertingkat sesuai dengan kebutuhan.
Yang dimaksud dengan di luar jalan antara lain pada kawasan-kawasan tertentu
seperti pusat-pusat perbelanjaan, bisnis, maupun perkantoran yang menyediakan
fasilitas parkir untuk umum.
Adanya tempat parkir di halaman terminal merupakan suatu keharusan.
Dengan adanya pemisahan tempat parkir kendaraan roda empat dan kendaraan roda
dua, dan halaman parkir yang terpelihara dengan baik, maka di samping kecelakaan
dapat dihindari juga akan memberikan suasana yang rapi dan enak dipandang
(Mukono, 2005).
Persyaratan tempat parkir pada terminal (Chandra, 2007):
a. Terdapat tempat parkir kendaraan umum yang bersih.
b. Tidak terdapat sampah berserakan, genangan air, dan lain-lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.1.2. Pembuangan Sampah
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
2.4.1.2.1. Pembagian Sampah
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut
(Chandra, 2007):
1. Berdasarkan zat kmia yang terkandung di dalamnya.
a. Organik, misalnya, sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
b. Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.
a. Mudah terbakar, misalnya, kertas plastik, daun kering, kayu.
b. Tidak mudah terbakar, misalnya, kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.
a. Mudah membusuk, misalnya, sisa makanan, potongan daging, dan
sebagainya.
b. Sulit membusuk, misalnya, plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah.
a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan
cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukkan sering kali
menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat
pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Rubbish, terbagi menjadi dua:
1) rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya, kertas, kayu,
karet, daun kering, dan sebagainya.
2) rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas za-zat anorganik, misalnya, kaca,
kaleng, dan sebagainya.
c. Ashes, semua sisa pembakaran dan industri.
d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau
manusia.
e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang
mati akibat kecelakaan atau secara alami.
f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya, garbage, ashes,
rubbish) yang berasal dari perumahan.
g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.
h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.
i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.
j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa
zat organik.
k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti
kaleng dan zat radioaktif.
2.4.1.2.2. Pengelolaan Sampah
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik,
diantaranya, tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber; dan tahap
pengangkutan (Chandra, 2007).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber.
Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, terminal dan
sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat
sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat
yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya.
Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus
memenuhi persyaratan berikut ini:
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.
b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkat oleh satu orang.
Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke
dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk
menampung sampah rumah tangga. Pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak
pemerintah.
Untuk membangun sebuah dipo, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
diantaranya:
a. Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi
kendaraan pengangkut sampah.
b. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.
c. Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan
binatang lain masuk ke dalam dipo.
d. Ada kran air untuk membersihkan.
e. Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
f. Mudah dijangkau masyarakat.
2. Tahap Pengangkutan
Dari dipo, sampah diangkut ke pembuangan akhir atau pemusnahan sampah
dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas
Kebersihan Kota.
2.4.1.2.3. Hubungan Sampah dan Kesehatan Lingkungan
Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif terhadap masyarakat
dan lingkungan yang tampak pada 4 aspek (Mukono, 2005):
a. Aspek kesehatan.
1) Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti:
serangga, tikus, cacing, dan jamur.
2) Dari vektor yang tersebut di atas dapat menimbulkan penyakit antara lain:
a) Diare, kholera, typus, DHF (Dengue Haemorrhagic Fever).
b) Pes, murine typus.
c) Penyakit kulit dan candidiasis.
d) Taenia.
b. Aspek lingkungan.
1) Estetika lingkungan.
2) Penurunan kualitas udara.
3) Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air.
c. Aspek sosial masyarakat.
1) Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan
sosial masyarakat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2) Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan
hasrat turis untuk berkunjung.
Persyaratan pembuangan sampah pada terminal (Chandra, 2007):
1. Tersedianya tempat pengumpulan sampah sementara sebelum dibuang.
2. Tempat pengumpulan sampah harus tertutup dan kedap air.
2.4.1.3. Penerangan (Pencahayaan)
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi
menjadi pencahayaan alami yang sumbernya berasal dari sinar matahari, dan
pencahayaan buatan yang sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi (Prabu,2009).
Intensitas cahaya di ruang kerja perkantoran minimal 1000 Lux dalam rata-
rata pengukuran 8 jam, sedangkan untuk perindustrian, intensitas cahaya minimal di
ruang kerja sebagai berikut (Menteri Kesehatan, 1998):







UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2.1. Intensitas Cahaya Ruang Kerja Perindustrian
Jenis kegiatan Tingkat pencahayaan
minimal (lux)
Keterangan
Pekerjaan kasar dan tidak
terus-menerus
100 Ruang penyimpanan dan
ruang peralatan/instalasi
yang memerlukan
pekerjaan yang kontinu.
Pekerjaan kasar dan terus-
menerus
200 Pekerjaan dengan mesin
dan perakitan kasar.
Pekerjaan rutin 300 Pekerjaan
kantor/administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin
dan perakitan/penyusun.
Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin
kantor pekerja
pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin.
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan/warna,
pemrosesan, tekstil,
pekerjaan mesin halus dan
perakitan halus.
Pekerjaan amat halus 1500
Tidak menimbulkan
bayangan
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan
mesin dan perakitan yang
sangat halus.
Pekerjaan detail 3000
Tidak menimbulkan
bayangan
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus
Sumber: KepMenKes No. 261/MENKES/SK/II/1998
Bus datang dan berangkat dari terminal tidak hanya siang hari saja tetapi juga malam
hari. Dengan demikian di terminal perlu diberi penerangan yang cukup dan tidak
menyilaukan (Chandra, 2007).


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.2. Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal Bagian Dalam
2.4.2.1. Gedung Perkantoran
Kantor adalah tempat dimana dilakukan berbagai macam kegiatan pelaksanaan
organisasi dalam rangka mencapai tujuannya, tempat yang digunakan untuk perniagaan
atau perusahaan yang dijalankan secara rutin. Kantor bisa hanya berupa suatu kamar
atau ruangan kecil maupun bangunan bertingkat tinggi. Kantor sering dibagi kepada
dua jenis, yaitu kantor yang terbesar dan terpenting biasanya dijadikan kantor pusat,
sedangkan kantor-kantor lainnya dinamakan kantor cabang (Kurniady, 2011).
Syarat dari gedung perkantoran ini antara lain (Mukono, 2005):
1. Lantai dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak meresap air.
2. Dinding dibuat dari bahan yang kuat dan tidak meresap air serta tidak mudah
terbakar.
3. Pintu dan jendela yang kuat, bagian luar diberi kawat kassa (kecuali jika ada
AC).
4. Penerangan harus cukup dan tidak silau.
5. Ventilasi harus cukup dan memenuhi persyaratan minimal (20% dari luas
lantai).
6. Disediakan telepon untuk komunikasi.
2.4.2.2. Ruang Tunggu
Bagi para calon penumpang bus, selama menungggu keberangkatan,
keberadaan ruang tunggu yang nyaman dengan berbagai ruang penunjang yang
informatif sangatlah didambakan. Dengan ruang tunggu yang terpadu dengan ruang-
ruang penunjang lainnya tentu menyebabkan para calon penumpang lebih bisa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menikmati suasana terminal dengan nyaman dan beraktivitas dengan lebih efisien.
Oleh sebab itu penciptaann ruang tunggu terminal yang bisa menjawab pemikiran-
pemikiran di atas adalah dengan menampilkan sebuah ruang tunggu yang
meningkatkan pelayanan publik dan dapat mengikis image ruang tunggu terminal
yang terkesan kurang aman, sumpek, gerah dan kumuh. Penciptaan ini bertujuan
untuk menciptakan/mendesain suatu interior ruang tunggu terminal yang
memanfaatkan penerapan warna dan bentuk-bentuk fasilitas yang mengesankan suatu
interior ruang tunggu terminal yang modern namun masih mengangkat krakter lokal
daerah (Padmanaba dkk
Persyaratan ruang tunggu terminal (Chandra, 2007):
,2010).
1. Ruangan bersih.
2. Tempat duduk bersih dan bebas dari kutu busuk.
3. Penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan.
4. Tersedia tempat sampah dan terbuat dari benda yang kedap air.
5. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
2.4.2.3. Jamban dan Urinoir (Pengelolaan Kotoran Manusia)
Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang
lebih dipentingkan adalah tinja (feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan
buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab
timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Suparmin, 2002).
Mengingat kuantitas dan karakteristik tinja yang dihasilkan manusia, maka
diperlukan teknik pembuangan yang memadai agar tinja tidak menimbulkan masalah
kenyamanan ataupun kesehatan bagi manusia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada awalnya, teknik pembuangan tinja hanya diupayakan agar dilakukan di
tempat yang agak tersembunyi dari pandangan orang lain. Namun, dewasa ini, teknik
pembuangan tinja sudah berkembang sangat pesat, sudah mempertimbangkan serta
mengarah pada pemenuhan berbagai keinginan berikut (Suparmin, 2002):
1. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan tenang, tanpa
mengganggu privasinya.
2. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan nyaman dalam
posisi dan suasana yang disukainya.
3. Sedapat mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan oleh orang yang sedang
menderita penyakit saluran pencernaan dengan tidak menimbulkan resiko bahaya
penularan bagi orang lain.
4. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan semaksimal
mungkin memperoleh manfaat dari tinja yang dibuang, yang dapat diproses
menjadi kompos atau gas bio.
5. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang di berbagai daerah dengan
teknik yang sesuai dengan kondisi setempat.
2.4.2.3.1. Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran
tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman
(Depkes RI, 1995).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu:
a. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman,
c. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut:
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering,
b. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air,
c. Tidak ada sampah berserakan,
d. Rumah jamban dalam keadaan baik,
e. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat,
f. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,
g. Tersedia alat pembersih,
h. Bila ada yang rusak segera diperbaiki.
Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan :
1. Air selalu tersedia di dalam bak atau ember,
2. Sehabis digunakan lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak
bau dan mengundang lalat,
3. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai,
4. Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.
Jamban yang sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutus mata rantai penularan penyakit (Depkes, 2008)
Persyaratan jamban dan urinoir terminal (Chandra, 2007):
1. Digunakan jamban tipe leher angsa.
2. Jamban untuk pria harus terpisah dengan jamban untuk wanita.
3. Urinoir bersih, tidak berbau, dan memiliki air pembersih yang memadai.
4. Terminal dengan kapasitas minimal 250 pengunjung harus memiliki 1 urinoir.
5. J ika pengunjung meningkat menjadi 500 orang , ditambah 1 urinoir.
2.4.2.4. Pembuangan Air Hujan dan Air Kotor (Air Limbah)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,
air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air
limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industri (industry).
2.4.2.4.1. Sumber Air Limbah
Air limbah bersumber dari aktivitas manusia (human sources) dan aktivitas
alam (natural sources) (Suparmin, 2002).
1. Aktivitas Manusia
Aktivitas manusia yang menghasilkan air limbah sangat beragam, sesuai dengan
jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis aktivitas
yang menghasilkan air limbah di antaranya adalah aktivitas dalam bidang rumah
tangga, perkantoran, perdagangan, perindustrian, pertanian, dan pelayanan jasa.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Aktivitas Alam
Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan air limbah yang disebut air
larian (storm water runoff). Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan merembes ke
tanah dan sebagian besar lainnya akan mengalir di permukaan tanah menuju sungai,
telaga, atau tempat lain yang lebih rendah. Air hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah akan menjadi air permukaan (surface water) yang dapat masuk ke
saluran limbah cair rumah tangga (sanitary sewer) yang retak atau sambungannya
kurang sempurna, sebagai air luapan (inflow). Air larian yang jumlahnya berlebihan
sebagai akibat dari hujan yang turun dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan saluran air hujan (storm sewer) teraliri dalam jumlah yang
melebihi kapasitas, dan dapat menyebabkan terjadinya banjir.
2.4.2.4.2. Pengolahan Air Limbah
Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi
persyaratan berikut (Chandra, 2007):
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air dalam
penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.2.4.3. Dampak Buruk Air Limbah
Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu (Mukono, 2005):
1. Terhadap lingkungan
Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi, bakteriologis yang dapat
menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat
menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah, atau lingkungan hidup
lainnya. Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak
serta pemandangan yang tidak menyenangkan.
2. Terhadap kesehatan masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media
tempat berkembang biaknya mikroorganisme pathogen, terutama penyakit-
penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar.
Persyaratan pembuangan air hujan dan air kotor terminal (Chandra, 2007):
1. Memiliki sistem pembuangan yang baik
2. Terhubung dengan saluran umum atau dengan septic tank sendiri (untuk
pembuangan air kotor).





UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.2.5. Lain Lain
Yang termasuk pada bagian ini adalah tempat cuci tangan, alat pemadam
kebakaran, dan kotak P3K (Chandra, 2007).
1. Tempat cuci tangan
Tersedia minimal 1 buah tempat cuci tangan untuk umum yang dilengkapi
dengan sabun dan serbet.
2. Pemadam kebakaran
Tersedia alat pemadam kebakaran yang dapat dilihat dan dicapai dengan mudah
oleh umum. Pada alat ini harus terdapat cara penggunaannya.
3. Kotak P3K
Tersedia kotak P3K minimal 1 buah yang berisi obat-obatan lengkap untuk P3K.
2.5. Bidang Pengawasan Sanitasi Terminal
Upaya kegiatan serta bidang pengawasan sanitasi terminal menyangkut
berbagai aspek, yaitu (Mukono, 2005):
1. Aspek Sosial
Pendekatan pada aspek sosial merupakan pendekatan edukatif yang ditujukan
kepada pengelola dan karyawan terminal. Partisipasi dari pengelola dan
karyawan sangat diperlukan, sebab berhasil tidaknya program kegiatan higiene
dan sanitasi terminal tergantung atas kesadaran pengelola dan karyawan terminal.
Diharapkan mereka mengerti dan secara sadar mengetahui bahwa terminal yang
tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi akan dapat menimbulkan penyakit
bagi masyarakat luas. Partisipasi aktif terutama diharapkan dari pihak pengelola
sebagai unsur penentu dan pengawas langsung. Usaha peningkatan pengertian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan kesadaran tentang pentingnya higiene dan sanitasi di terminal akan
meningkatkan pula kualitas kesehatan karyawan, pengunjung dan anggota
masyarakat lainnya.
2. Aspek Teknis
Pada dasarnya usaha higiene sanitasi pada terminal adalah usaha yang dilakukan
untuk kepentingan bersama, baik untuk masyarakat umum maupun pengelolanya
sendiri. Dengan demikian perlu adanya suatu peraturan/persyaratan yang relevan
untuk menjaga agar usaha higiene dan sanitasi tidak merugikan masyarakat luas.
Dalam pelaksanannya penerapan peraturan sering terjadi hambatan dikarenakan
faktor-faktor berikut:
a. Kurang ada pengertian serta kesadaran dari karyawan terminal mengenai
peraturan yang menyangkut upaya higiene sanitasi khususnya dalam rangka
pemeliharaan kesehatan.
b. Adanya sikap apatis dari sebagian masyarakat tentang adanya peraturan dari
higiene sqanitasi terminal.
3. Aspek Administrasi dan Manajemen
Agar dapat berhasil dengan baik maka usaha higiene sanitasi diperlukan
perencanaan program yang baik pula. Perlu diingat bahwa program ini akan
melibatkan berbagai instansi lain (lintas sektoral), petugas kesehatan, petugas
lalu lintas, petugas keamanan, petugas kebersihan, dan petugas lain.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Beberapa manfaat penting dari pengawasan sanitasi terminal (Mukono, 2005):
a. Menjamin kebersihan terminal.
b. Melindungi para pengunjung dari faktor lingkungan yang dapat merugikan
kesehatan.
c. Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular dan penyakit akibat
kerja.
d. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas.
2.6. Manajemen
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan,
pelaksanaannya adalah managing, sedang pelaksananya disebut manager atau
pengelola. Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Manajemen
dapat digambarkan sebagai tidak nyata, karena tidak dapat dilihat, tetapi terbukti oleh
hasil-hasil yang ditimbulkannya atau hasil kerja yang memadai, kepuasan manusiawi
dan hasil-hasil produksi serta jasa yang lebih baik (Terry, 1992).
Seorang manajer harus memiliki salah satu dari tiga kemahiran yang ada,
yaitu technical skill, manajerial skill, atau human skill bila menekankan pada aspek
hubungan antar manusia (Rais, 1994).



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keberhasilan manajemen organisasi terminal tergantung pada aspek-aspek
(Kementerian Pekerjaan Umum, 2010):
1. Lokasi
2. Dukungan pemerintah sebagai otoritas, eksekutif yang mengatur semua
kepentingan stakeholder dan keperluan pembangunan wilayah.
3. Infrastruktur pelayanan logistik, termasuk dalam hal ini anggaran dana
operasional (dalam konteks Negara antara lain APBN/APBD).
4. Kerjasama antara otoritas dengan berbagai pihak, dalam hal ini kerjasama antara
pihak terminal dengan perusahaan bis, penyewa lokasi dan reklame serta pihak
lain.
5. Kualitas sumber daya manusia (SDM) terminal.
6. Perkembangan sistem informasi manajemen, mekanisme pelaporan, perencanaan,
dan pertanggungjawaban (akuntabilitas dan disclosure).
2.6.1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu proses yang tidak mempunyai penyelesaian
karena harus selalu diadakan perubahan-perubahan baik mengenai sistemnya maupun
materinya (Rais, 1994).
Perencanaan efektif haruslah didasarkan atas fakta-fakta dan informasi dan
tidak atas emosi dan keinginan. Fakta-fakta yang bersangkutan langsung dengan
situasi yang dalam pembahasan, dikaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan
manajer itu. Cara berfikir reflektif diperlukan: imajinasi dan pandangan ke depan
sangat membantu. Dalam perencanaan, para manajer mencoba memandang ke depan,
menduga-duga kemungkinan-kemungkinan, bersedia siap untuk hal tak terduga,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memetakan kegiatan-kegiatan, dan mengadakan urutan-urutan yang teratur untuk
mencapai tujuan-tujuan (Terry, 1992).
Sebelum menyusun langkah-langkah perencanaan perlu disadari akan adanya
tantangan sebagai titik tolak kegiatan tersebut dan kangkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut (Rais,1994):
1. Menenukan terlebih dahulu tujuan dan sasaran dari organisasi secara
keseluruhan, kemudian ditentukan sasaran yang ada pada setiap unit yang ada,
sehingga akan terjadi suatu kebulatan perencanaan dalam seluruh organisasi.
2. Menentukan premis-premis (ramalan) yang berhubungan bila terjadi masalah-
masalah yang kritis yang mungkin terjadi di kemudian hari.
2.6.2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk
mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer.
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber
yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat
dilaksanakan dengan berhasil. Seorang manajer harus mengetahui kegiatan-kegiatan
apa yang akan diurus, siapa yang membantu dan siapa yang dibantu, saluran-saluran
komunikasi, pengelompokan pekerjaan yang diikuti, hubungan-hubungan antara
kelompok-kelompok kerja yang berbeda-beda susunan umum dari kelompok kerja itu
(Terry, 1992).


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengorganisasian yang dilaksanakan oleh manajer sebagai proses kegiatan
secara keseluruhan akan mendatangkan banyak keuntungan, antara lain (Rais, 1994):
1. Setiap anggota yang ada di dalam suatu struktur organisasi akan mengetahui apa
saja yang menjadi tugasnya dan kegiatan apa yang harus dilaksanakan.
2. Hubungan kerja, tanggung jawab dan kewenangan diantara para anggota
ditentukan secara jelas, sehingga tidak akan terjadi kegiatan yang tumpang
tindih.
3. Kegiatan para anggota berdasarkan struktur yang ada dikoordinasikan sehingga
akan terdapat kesatuan bertindak secara bersama-sama dalam rangka mencapai
tujuan yang efisien dan efektif atau berhasil guna dan berdaya guna.
4. Pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dapat dilaksanakan secara jelas dan
tepat berdasarkan struktur organisasi yang telah disusun, sehingga anggota
organisasi dijabat oleh orang yang tepat berdasarkan kemampuannya sehingga
kegiatannya tidak tergantung semata-mata dari niat baik tetapi berdasarkan
kesediaan dan kemampuan yang ada.
5. Para pekerja dan alat perlengkapan yang tersedia dapat digunakan dengan sebaik-
baiknya, dan pemborosan dapat diperkecil.
2.6.3. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan ialah pendorong semangat kerja dan menggiatkan bawahan agar
bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang tertentu sesuai dengan fungsi
merencanakan oleh seorang manajer. George Terry menyatakan bahwa actuating
adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha
untuk mencapai sasaran-sasaran. Actuating banyak berhubungan dengan faktor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
manusia, dimana Human Relations peranannya amat menonjol dan segi seni dari
manajemen sangat memegang peranan yang penting (Rais, 1994).
Penggerakan sangat erat hubungannya dengan motivasi. Motivasi dapat
didefinisikan sebagai membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat,
karena orang itu ingin melakukannya. Tugas manajer adalah menciptakan kondisi-
kondisi kerja yang akan membangkitkan dan memelihara keinginan yang
bersemangat. Seorang manajer yang tidak bermotivasi untuk kemajuan dan berhasil,
akan mendapatkan hal yang sangat sulit untuk memotivasi orang-orang lain (Terry,
1992)
2.6.4. Pengawasan (Controlling)
Seorang manajer mengelola agar tercapai hasil-hasil yang diingini atau
direncanakan. Keberhasilan atau kegagalan yang disajikan hasil-hasil ini
dipertimbangkan dari segi tujuan yang sudah ditentukan. Hal ini mencakup
pengawasan, yaitu mengevaluasikan pelaksanaan kerja dan, jika perlu, memperbaiki
apa yang sedang dikerjakan untuk menjamin tercapainya hasil-hasil menurut rencana.
Pengawasan adalah dalam bentuk pemeriksaan untuk memastikan, bahwa apa yang
sudah dikerjakan adalah juga dimaksudkan untuk membuat sang manajer waspada
terhadap suatu persoalan potensial sebelum persoalan itu menjadi serius (Terry,
1992).
2.7. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat cepat dan
kadang tidak kita sadari, di mana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima.
Persepsi yang kita miliki ini dapat mempengaruhi tindakan kita. Robbin dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Notoadmodjo (2005), mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana seseorang
mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan
untuk memberi makna terhadap lingkungannya (Notoadmodjo, 2005).
Untuk mempelajari persepsi, kita dapat membaginya menjadi dua bagian
besar, yaitu proses sensasi atau merasakan (sensation) yang menyangkut proses
sensoris dan proses persepsi yang menyangkut interpretasi kita terhadap objek yang
kita lihat atau kita dengar atau kita rasakan (Notoadmodjo, 2005):
1. Sensasi
Sebuah objek berupa stimulus fisik diterima oleh pancaindra kita melalui elemen
sensitif yang disebut reseptor. Reseptor ini berhubungan dengan saraf otak.
Ketika indra kita dirangsang oleh suatu objek fisik, maka akan terjadi sensasi
sesuai dengan indra yang dirangsang. Energi fisik yang kita peroleh dari luar
harus diubah menjadi aktivitas pada sistem saraf kita.
2. Persepsi
Setelah stimulus diterima oleh sistem saraf, proses selanjutnya adalah
menginterpretasikan stimulus yang tersebut. Interpretasi adalah apa yang keluar
dari kepala kita, sedangkan sensasi adalah apa yang kita terima dari luar dan
masuk ke kepala kita.
Proses pertama yang harus kita lalui dalam mempersepsikan suatu objek adalah
perhatian. Tanpa memusatkan perhatian pada suatu objek, maka kita tidak dapat
memersepsikannya. Pemusatan perhatian adalah suatu usaha dari manusia untuk
menyeleksi atau membatasi segala stimulus yang ada untuk masuk dalam
pengalaman kesadaran kita dalam rentang waktu tertentu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8. Peran Serta (Perilaku)
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-
masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2003).














UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.9. Kerangka Konsep
























Sanitasi Terminal
1. Bagian luar bangunan terminal
a. Tempat parkir
b. Pembuangan sampah
c. Penerangan
2. Bagian dalam bangunan terminal
a. Gedung perkantoran
b. Ruang tunggu
c. Jamban dan urinoir
d. Pembuangan air hujan dan air
kotor
e. Tempat cuci tangan
f. Pemadam kebakaran
g. Kotak P3K
Terminal memenuhi
syarat berdasarkan
UU No. 11 Tahun
1962

Terminal tidak
memenuhi syarat
berdasarkan UU No.
11 Tahun 1962

1. Persepsi pekerja tentang sanitasi
terminal
2. Peran serta pekerja dalam upaya
pemeliharaan sarana sanitasi
terminal
Manajemen sanitasi terminal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai