EKSPLORASI PENYEBAB DAN TINDAK LANJUT BALITA DENGAN
GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEMPAJA PERIODE 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian (Direktorat Gizi RI, 2004). Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat. Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian balita (Soegeng dan Ann, 2004). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi kurang dan gizi buruk, diantaranya adalah ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk balita dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Kusriadi, 2010);(Anwar dkk, 2005). 2 Berdasarkan data The State of The World Children 2008 dalam Depkes RI, proporsi balita kurang gizi pada tahun 2000-2006 di negara sedang berkembang adalah 28% dan untuk tingkat dunia 26%. Sedangkan di negara industri tidak ada lagi balita kurang gizi, sementara proporsi balita kurang gizi di negara berkembang adalah 35% (Depkes, 2008). Kurang Energi Protein (KEP) merupakan masalah gizi kurang akibat konsumsi pangan tidak cukup mengandung energi dan protein serta gangguan kesehatan. Indonesia masih menghadapi masalah rawan gizi serius yang terlihat pada tahun 2005 sekitar 5 juta balita (27,5%) kekurangan gizi, sebanyak 3,6 juta anak balita (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta (8,3%) gizi buruk. Penderita gizi kurang yang berjumlah lebih banyak kurang mendapat perhatian karena gejalanya kurang diketahui oleh masyarakat umum. Padahal, mereka merupakan kandidat gizi buruk yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental yang pada gilirannya berpengaruh terhadap penurunan derajat kesehatan dan mutu hidup manusia (Suharyati, 2006). Di wilayah Propinsi Kalimantan Timur ditemukan masalah kurang gizi pada balita sebesar 25,9%, dan sebagian besar diderita oleh anak balita usia satu sampai lima tahun. Prevalensi tertinggi diderita oleh anak usia tiga tahun yaitu sebesar 32,3% (Dinkes, 2005). Di Puskesmas Sempaja sendiri untuk periode 2013 status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Sempaja secara balok SKDN belum mencapai target nasional, dan selama peiode Januari Desember 2013 terdapat 4 kasus balita gizi kurang dan 2 kasus balita gizi buruk, serta jika dibandingkan data Puskesmas Sempaja pada periode Januari Desember 2012 di wilayah kerja Puskesmas Sempaja tidak terdapat kasus gizi kurang dan gizi buruk di Puskesmas Sempaja (Puskesmas Sempaja, 2013). Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penyebab dan tindak lanjut balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 1.2 Perumusan Masalah 1. Mengapa ke enam balita di wilayah kerja Puskesmas Sempaja pada periode 2013 mengalami keadaan gizi kurang dan gizi buruk? 2. Apakah ada hubungan antara asupan makanan dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 3. Apakah ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 4. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi Ibu dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 5. Apakah ada hubungan antara pendidikan Ibu dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 6. Apakah ada hubungan antara pekerjaan Ibu di keluarga dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 7. Apakah ada hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 8. Apakah ada hubungan antara status imunisasi dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 9. Apakah ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja?
10. Apakah ada hubungan antara penyakit penyerta dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 11. Apakah ada hubungan antara rumah atau lingkungan penderita dengan terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 12. Bagaimana tindak lanjut keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui penyebab kasus gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja dan apa saja tindak lanjut yang dilakukan setelah ditemukan kasus gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui asupan makanan yang tidak baik menjadi sebab terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 2. Untuk mengetahui pendapatan keluarga yang tidak sesuai kebutuhan rumah tangga menjadi sebab terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 3. Untuk mengetahui pengetahuan gizi ibu yang kurang menjadi sebab terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 4. Untuk mengetahui pendidikan ibu yang rendah menjadi sebab terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 5. Untuk mengetahui jenis pekerjaan ibu menjadi sebab terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 6. Untuk mengetahui jumlah anak yang banyak dalam keluarga yang tidak baik menjadi sebab terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 7. Untuk mengetahui status imunisasi yang tidak lengkap menjadi sebab terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 8. Untuk mengetahui tidak diberikannya ASI ekslusif menjadi sebab terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 9. Untuk mengetahui adanya penyakit penyerta pada balita menjadi sebab terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. 10. Untuk mengetahui kriteria rumah atau lingkungan yang kurang baik yang mendukung terjadinya keadaan gizi kurang dan gizi buruk. 11. Untuk mengetahui tindak lanjut setelah ditemukannya balita dengan gizi kurang dan gizi buruk periode 2013 di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis, dapat menjadi informasi dan masukan untuk Puskesmas Sempaja khususnya UPK Gizi Puskesmas Sempaja agar dapat memberikan intervensi gizi yang lebih baik. 2. Manfaat ilmiah, diharapkan dapat dijadikan sebagai data tentang status gizi serta dijadikan bahan acuan untuk penelitian dan kebijaksanaan Puskesmas selanjutnya. 3. Manfaat peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan / pengetahuan serta pengalaman untuk menganalisis masalah kesehatan masyakarat.