Anda di halaman 1dari 33

1

Propaganda Paus Urbanus II,


Sejarah Perang Salib Dalam Perspektif Penulis Barat
Oleh: Muhammad Najib

A. Pendahuluan
Sebuah kartu pos Perancis pada perang dunia I bergambar karikatur kaisar
Jerman, Wilhem II, sedang menginggit bola dunia. Kartu pos ini merupakan
propaganda yang menggiring opini publik bahwa Jerman sedang menebar
ancaman militer ke seluruh dunia, termasuk Perancis. Media propaganda di
Inggris dan Amerika Serikat pada perang dunia I juga berhasil menggiring opini
publik bahwa Jerman adalah bangsa barbar yang kejam. Pada perang dunia II
propaganda Hitler berhasil memobilisasi dukungan rakyat untuk berperang
melawan sekutu yang merugikan kepentingan Jerman. Hitler juga berhasil
meyakinkan rakyatnya untuk berkorban demi kajayaan bangsa Aria.
Propaganda memainkan peranan penting dalam perang. Propaganda bisa
menjadi alat untuk memobilisasi dukungan atau menanamkan kebencian terhadap
musuh. Propaganda dimaksudkan untuk membentuk persepsi, memanipulasi
pikiran khalayak, agar berperilaku dan berpikiran sesuai dengan yang diharapkan
pelaku propaganda
Perang Salib sebagai perang terbesar dalam sejarah Eropa abad pertengahan,
tentu menggunakan teknik propaganda untuk memobilisasi dukungan dan
menggerakkan massa. Dari sudut pandang sejarawan barat, Perang Salib akan
dicatat sebagai sebuah gerakan terstruktur dan sistematis dimulai persiapan hingga
penyerbuan. Berbeda dengan penulis sejarah barat, para penulis sejarah Muslim
awal, seperti Ibn al-Qalnis dan Ibn al-`thr hanya memahami Perang Salib
melalui fenomena pertempuran yang terjadi di wilayah kekuasaan Kerajaan Islam.
Karena itu, Perang Salib lebih tepat jika dilihat sebagi sejarah Barat yang
mengambil panggung sejarahnya di wilayah timur tengah.
2

Makalah ini mencoba menyajikan Perang Salib dengan memposisikan
propaganda sebagai pusat pusaran sejarah. Faktor agama, sosial, politik dan
ekonomi yang melatarbelakangi terjadinya Perang Salib akan dikemas dalam
konteks kerja propaganda dalam mempengaruhi opini publik. Demikian pula
jalanya peperangan dan hasil yang dicapai akan dilihat dari sudut pandang
kesesuainya dengan propaganda.
Sebagai sejarah Barat, penyajian Perang Salib akan lebih fair jika merujuk
pada sumber-sumber Barat. Oleh karena itu semaksimal mungkin makalah ini
hanya akan merujuk pada karya-karya penulis Barat. Kalaupun diperlukan
merujuk kepada sumber non Barat, maka perujukan itu hanya bersifat sekunder.
Dengan demikian fakta sejarah Perang Salib sebagai sejarah Barat benar-benar
dapat disajikan dalam perspektif penulis Barat.
B. Konsolidasi Kekuatan Eropa di Bawah Kendali Gereja Romawi
Di masa awal kepausan, Gereja Romawi tunduk dibawah kekuasaan
kekaisaran Bizantium. Bahkan tidak jarang Gereja Romawi menerima perlakuan
yang merendahkan wibawa. Penolakan Gereja terhadap titah kekaisaran bisa
berujung pada sanksi yang berat. Pada tahun 638 kaisar Heraclius mengeluarkan
dekrit tentang penyatuan mazhab Kristen yang cenderung berpihak kepada
mazhab Gereja Yunani. Gereja Romawi berpendapat bahwa Yesus memiliki dua
kehendak dan dua entitas, sedang mazhab Timur berkeyakinan bahwa Yesus
memiliki kehendak dan entitas yang tunggal. Keputusan ini diterima dengan
terpaksa oleh Paus Honorius I. Ia menjustifikasi sikapnya dengan mengatakan
bahwa persoalan kehendak tunggal atau kehendak ganda adalah masalah yang
aku serahkan kepada ahli bahasa. Sebab masalah ini tidak terlalu berbahaya.
Sikap Honorius memang menyelamatkan Gereja Romawi dari ancaman sanksi
kekaisaran, tetapi di sisi lain sikap itu mendatangkan gelombang kritik dari
kalangan tokoh agama Gereja Romawi
1
.

1
William James Durant, Qiat al-Harah, Terj., Dr. Zaki Najib Mahmud dkk, (Beirut: Dr al-
Jl, 1988), 14:352.
3

Sepuluh tahun berselang peristiwa ini terulang ketika Konstantin berkuasa.
Pada tahun 648 kaisar Konstantin mengeluarkan keputusan yang cenderung
memihak kepada mazhab Gereja Yunani. Tetapi kali ini kepausan yang saat itu
dijabat oleh Martinus I menolak. Akibat penolakan tersebut Martinus diasingkan
hingga meninggal pada tahun 655
2
.
Titik balik hubungan Gereja Romawi dengan kekisaran Bizantium terjadi
ketika Stephanus II naik tahta kepausan pada tahun 752. Ancaman kaum heretic
Lombard terhadap kekuasaan Gereja Romawi mendorong Stephanus untuk
meminta bantuan militer dari kekaisaran Bizantium. Tetapi Bizantium tidak
merespon permintaan Gereja Romawi. Akhirnya Stephanus membangun aliansi
baru dengan Perancis yang dipimpim oleh raja Pippin. Dengan bantuan Pippin,
Gereja Romawi berhasil mengalahkan heretic Lombard. Pippin bahkan
menghadiahkan seluruh wilayah Italia tengah kepada Gereja Romawi. Sebagai
imbalan, Stephanus memberikan legitimasi keagamaan kepada kerajaan Frank dan
berjanji memberikan hukuman pengucilan kepada rival politik keluarga Pippin.
Aliansi ini menguntungkan kedua belah pihak. Di satu pihak, Gereja Romawi
mendapatkan dukungan politik dan militer. Di pihak lain kerejaan Frank
mendapatkan legitimasi keagamaan yang memang menjadi salah satu faktor
penentu kekuasaan di Eropa pada abad pertengahan. Puncak aliansi terjadi ketika
Paus Leo III memasangkan mahkota raja ke kepala Charlemagne, putra Pippin,
sebagai simbol restu Gereja Romawi kepada otoritas politik kerajaan. Sejak saat
itu tidak seorangpun diakui sebagai raja kecuali telah mendapatkan restu dari
Gereja Romawi. Aliansi ini sekaligus mencerminkan penolakan Gereja Romawi
terhadap kekuasan Bizantium.
Kekuasaan Gereja Romawi semakin besar sepeninggal Charlemagne tahun
814. Raja-raja di Eropa Barat tunduk pada titah kepausan. Penolakan terhadap
keputusan kepausan dapat berakibat sanksi pemakzulan dan pengucilan.
Hegemoni otoritas keagamaan Gereja Romawi atas otoritas politik raja-raja Eropa
Barat tercermin dalam konflik Paus Gregorius VII dengan raja Henry IV yang

2
Ibid.
4

dikenal dengan nama peristiwa Kanossa. Pada tahun 1075 Gregorius
mengeluarkan keputusan yang melarang keterlibatan raja dalam pengangkatan
seorang uskup. Gregorius berpendapat bahwa otoriras agama harus berada di atas
otoritas politik; kota manusia tunduk kepda kota Tuhan. Kekuasaan politik
bersumber dari kekuasaan agama, seperti yang telah berlangsung selama ini ketika
pengangkatan raja harus mendapatkan restu dari kepausan
3
. Ketika Gregorius
mengirim utusan agar Henry mentaati keputusan kepausan, Henry meresponya
dengan surat yang bernada tantangan. Dalam salah satu baris surat tersebut
tertulis, dari Henry, raja dengan perintah Tuhan, bukan dengan merampas,
kepada Hildebrand
4
, pendeta palsu dan bukan Paus. Kalimat tersebut merupakan
klaim atas legitimasi kekuasaan Henry sekaligus sindiran bahwa Gregorius
mencapai jabatan Paus dengan cara menyuap, seperti isu yang berkembang di
sebagian kalangan uskup. Pembangkangan Henry berujung pada pengucilan dan
pemakzulan yang berlaku efektif atas dasar titah kepausan.
Perseteruan Gregorius VII versus Henry IV berakhir dengan kekalahan tragis
Henry. Raja Henry IV harus menyembah-nyembah Gregorius VII untuk
mendapatkan ampunannya atas pembangkangan Henry selama ini. Selama tiga
hari Henry berdiri di depan kastil Kanossa, tempat Gregorius tinggal saat itu,
dengan bertelanjang kaki dan tubuh hanya berbalut pakaian compang-camping
demi menunggu perkenan sang Paus Gregorius untuk keluar dan memberikan
pengampunan. Setelah mendapat pengampunan, kekuasaan Henry dikembalikan
dan ia diterima kembali sebagai masyarakat gereja
5
.
Kekalahan Henry menandai hegemoni Gereja Romawi atas kekuasaan politik
di Eropa Barat. Kondisi ini berlanjut hingga Paus Urbanus II, pencetus Perang
Salib, naik tahta kepausan. Dengan demikian menjelang terjadinya perang Salib,
Gereja Romawi sedang berada pada tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Otoritas
sekuler yang sebelumnya mensubordinasi kekuasaan Gereja Romawi, kini justru
berbalik berada di bawah hegemoninya. Gereja Romawi kini bukan sekedar

3
Ibid, 14:396.
4
Hildebrand adalah nama asli Gregorius VII sebelum menjabat Paus.
5
Ibid, 14:400
5

penguasa agama tetapi juga penguasa sekuler yang dapat mengendalikan seluruh
kekuatan politik dan militernya untuk kepentingan Gereja. Pencapaian ini sesuai
dengan cita-cita besar Gregorius VII yang menginginkan Gereja sebagai
kekuasaan tertinggi di atas segala kekuasaan lain di dunia.
Kekuasaan Gereja Romawi semakin lengkap ketika kekaisaran
Konstantinopel sebagai pelindung Gereja Yunani mulai melemah dan
menunjukkan niat baik untuk bekerja sama dan bersatu dengan Gereja Romawi
dalam menghadapai ancaman pasukan Islam. Seperti telah dijelaskan di atas
bahwa Leo III memasangkan mahkota ke kepala Charlemagne sebagai simbol
penolakan Gereja Romawi terhadap kekuasaan Bizantium. Penolakan ini
merupakan puncak perpecahan Gereja Romawi dengan Gereja Yunani yang
berada di bawah naungan politik dan militer kekaisaran Bizantium.
Sepanjang abad 9 dan 10, Gereja Yunani mengalami kemajuan peradaban
jauh mengungguli koleganya di barat. Di mata orang-orang Kristen Yunani,
kolega mereka dari Jerman dan Anglosaxon tidak lebh dari orang-orang kasar
yang tidak berpendidikan. Kristen Jerman dan Anglosaxon adalah orang-orang
tidak beriman yang hanya mengandalkan kekerasan dan dipimpin oleh
sekelompok orang bejat dari tokoh-tokoh agama
6
. Tetapi gelombang serangan
bertubi-tubi yang dilancarkan pihak luar mengakibatkan kekuatan Bizantium
semakin melemah. Ancaman paling serius datang dari Turki Seljuk Islam yang
berhasil menghadiahkan kekalahan telak kepada kaisar Romanus IV dalam
pertempuran Manzikart tahun 1071. Antiokia, Nicea dan hampir seluruh Asia
Tengah yang semula berada di bawah kekuasaan Bizantium jatuh ke tangan Turki
Seljuk.
Kekalahan itu memaksa Bizantium berkompromi dan bersahabat dengan
Gereja Romawi yang selama ini menjadi musuhnya. Tahun 1073 kaisar
Bizantium, Michael VII, meminta bantuan kepada Gregorius VII. Kepausan
Gereja Romawi yang sedang mengkonsolidir seluruh kekuatan Kristen
menangkap permintaan Michael sebagai kesempatan untuk menyatukan kekuatan

6
Ibid: 14:390
6

Kristen barat dan Kristen Timur. Gregorius berjanji melakukan serangan besar-
besaran untuk merebut kembali Asia Kecil dari tangan pasukan Islam dan
mengembalikannya kepada Bizantium. Sebagai imbalannya Gregorius menuntut
kesediaan Bizantium untuk menyatukan Gereja Romawi dan Gereja Yunani
7
.
Rencana Gregorius tidak terlaksana. Tetapi upaya Bizantium membendung
penetrasi Turki Seljuk ke Eropa melalui Konstantinopel tidak berhenti. Pada tahun
1095 Alexius Comnenus yang menjabat kekaisaran Bizantium saat itu kembali
meminta bantuan Paus Urbanus II untuk menghadapi serbuan Turki Seljuk
8
.
Dengan demikian menjelang terjadinya perang Salib nyaris seluruh kekuatan
Eropa telah terkonsolidasi di bawah kendali Gereja Romawi.
C. Propaganda Urbanus II
Sejatinya gagasan penyerbuan ke wilayah Islam sudah mengemuka sebelum
Urabnus II. Sylvester II pernah menyeru dunia Kristen untuk menyelamatkan
tanah suci Palestina dari tangan umat Islam. Dan Gregorius VII pernah berteriak
lantang, sesungguhnya melibatkan kehidupanku dalam bahaya demi
membebaskan tempat-tempat suci lebih aku utamakan dari pada menguasai
seluruh dunia
9
. Tetapi gagasan penyerbuan tersebut menemukan momentumnya
pada saat Urbanus II naik tahta kepausan.
Setelah seluruh kekuatan Eropa terkonsolidasi, Urbanus II mulai melakukan
propaganda untuk menggerakkan kekuatan Eropa merebut kembali wilayah yang
pernah dikuasai Kristen Romawi. Pada bulan Maret 1095 Urbanus yang
memimpin pertemuan Piacenza menyodorkan proposal penyelamatan Bizantium
dari penetrasi kekuatan Islam. Tetapi Urabnus menyarankan agar pelaksanaan
proyek ini ditunda hingga dilakukan pertemuan yang lebih besar untuk membahas
penyerbuan militer ke dunia Islam
10
.

7
Ernest Barker, al-urb al-albiyyah, Terj., Dr. al-Sayyid al-Bz al-Urayn, (Beirut: Dr al-
Nahah al-Arabiyyah, tt), 19.
8
Ibid, 20.
9
William James Durant, Qiat al-Harah, 15:14.
10
Ibid.
7

Keputusan Urbanus merupakan langkah taktis dan starategis untuk
memastikan kemenangan pihak Kristen dalam perang Salib. Sebab, tanpa
persiapan matang yang dapat memastikan kemenangan, Perang Salib hanya akan
jadi bumerang bagi Gereja Romawi dan meruntuhkan kewibaannya. Jika Perang
Salib gagal, maka obsesi dunia Kristen yang besar, kuat dan bersatu dibawah
kepemimpinan Gereja Romawi hanya akan menjadi angan-angan belaka.
Setelah pertemuan Piacenza hingga bulan Oktober, Urbanus melakukan
lawatan ke Italia utara dan Perancis selatan untuk menjajaki respon para tokoh
tentang Perang Salib. Pada bulan Nopember 1095 sebuah pertemuan besar dihelat
di Clermont. Ribuan orang dari berbagai daerah di Perancis berbondong-bondong
mengahdiri pertemuan ini. Dinginnya bulan Nopember tidak mengahalangi
mereka untuk mendengarkan pidato Urbanus. Mereka mendirikan kemah-kemah
di ruang terbuka. Di tengah lautan manusia, Urbanus menyampaikan pidatonya
dalam bahasa Perancis.
Wahai rakyat Frank! Rakyat Tuhan yang tercinta dan terpilih! Telah
datang kabar memilukan dari Palestina dan Konstantinopel, bahwa
suatu bangsa terlaknat yang jauh dari Tuhan telah merampas negara
tersebut, negara umat Kristen. mereka hancurkan negara itu dengan
perampokan dan pembakaran. Mereka bawa para tawanan ke negara
mereka. Dan sebagian lain mereka bunuh dengan disiksa secara sadis.
Mereka hancurkan gereja-gereja setelah sebelumnya mereka kotori
dan mereka nodai. Mereka taklukkan kerajaan Yunani (Bizantium:
Penulis) dan mereka rampas wilayahnya yang sebegitu luasnya hingga
seorang musafir tidak akan selesai mengelilingi wilayah itu dalam
waktu dua bulan penuh
11
.
Pertama-tama pidato di atas menciptakan common enemy bagi Kristen Barat
dengan melakukan dua kali penyebutan kelompok yang berkonotasi baik dan
buruk. Pertama, kalimat rakyat Tuhan yang tercinta dan terpilih. Penyebutan
ini digunakan untuk menimbulkan rasa bangga bagi komunikan. Kedua, kalimat
bangsa terlaknat yang jauh dari Tuhan. Penyebutan ini digunakan untuk
menimbulkan rasa benci dan antipati terhadap obyek. Dengan dua penyebutan ini

11
Ibid, 15:12.
8

terciptalah garis demarkasi yang tegas antara kita, orang baik, dengan mereka,
orang jahat, yang menjadi musuh bersama.
Selanjutnya pidato tersebut melakukan tebang pilih fakta untuk menguatkan
kesan kejahatan dan kebrutalan musuh bersama. Bahwa di suatu periode sejarah,
penguasa muslim pernah menghancurkan gereja Makam Suci (holy spulchre)
adalah fakta. Pada tahun 1010 al-Hakim bi Amrillah, penguasa dinasti Fatimiyah,
menghancurkan gereja Makam Suci. Tetapi ada fakta lain yang berbanding
terbalik. Di bawah kepemimpinan al-hir, penerus al-Hkim, gereja Makam Suci
dibangun kembali. Durant menggambarkan bangunan baru gereja Makam Suci
sebagai bangunan luas yang bisa menampung 8000 (delapan ribu) orang.
Pembangunannya melibatkan teknik dan kecerdasan tertinggi yang ada pada saat
itu. Interiornya dihiasi tenunan sutera yang bersulam benang Emas. Di dalamnya
terdapat gambar Almasih yang sedang menunggang keledai
12
.
Bisa jadi benar juga bahwa para peziarah Makam Suci dari Eropa mendapat
gangguan keamanan dari penguasa Seljuk. Tetapi fakta lain menunjukkan bahwa
selama Palestina berada di bawah kekuasaan Islam, umat Kristiani yang
berdomisili maupun yang berkunjung untuk melaksanakan ritual haji mendapat
perlakuan yang baik. Bahkan Durant menyebut, perlakuan buruk dari penguasa
Islam hanyalah pengecualian
13
.
Tebang pilih fakta di atas dikombinasikan dengan isu pencaplokan wilayah
Kristen Bizantium oleh pasukan Islam untuk menanamkan kesan bahwa bangsa
Eropa adalah bangsa yang teraniaya. Kesan ini memberikan legitimasi bagi
kemungkinan tindakan perang yang akan diambil bangsa Eropa terhadap Umat
Islam.
Sejatinya isu pencaplokan bukan hal baru. Sudah sejak abad 7 kekaisaran
Romawi terus menerus kehilangan wilayahnya oleh upaya perluasan yang
dilakukan pasukan Islam. Yerussalem pun sudah berada di bawah kekuasaan
kekhalifahan Islam sejak masa kepemimpinan Umar bin al-Khattab. Karenanya,

12
Ibid.
13
Ibid, 15:11.
9

Calude Cahen menyebut perang salib adalah respon terlambat atas gerakan
perluasan Islam
14
. Bahkan jika ditarik lebih ke belakang, maka caplok mencaplok
sudah terjadi sejak sebelum Islam, ketika dua negara adidaya, Romawi di barat
dan Persia di timur, saling bertukar kemenangan dalam serangkaian peperangan.
Jadi, jika selama ini tiga isu di atas, yaitu: penghancuran gereja, gangguan
keamanan dan pencaplokan wilayah, umumnya disebut para sejarawan sebagai
penyebab meletusnya Perang Salib, maka sejatinya ketiga hal tersebut hanyalah
peristiwa-peristiwa biasa terkait keputusan politik dan tindakan militer yang
mendahului Perang Salib. Yang membedakan ketiga peristiwa tersebut dari
peristiwa lain adalah kemasannya dalam bentuk propaganda yang berhasil
melarutkan suasana emosional masyarakat Eropa dan memobilisasi dukungan
massa untuk melakukan penyerangan dalam skala massif ke Yerussalem.
Setelah menyampaikan kondisi kezaliman yang dialami umat Kristiani,
Urbanus melanjutkan propagandanya dengan mengatakan:
Di atas pundak siapakah tanggung jawab pembalasan atas kezaliman-
kezaliman ini dan tanggung jawab merebut kembali tanah-tanah ini,
jika bukan di atas pundak kalian: kalian, hai orang-orang yang
mendapat keistimewaan dari Tuhan lebih dari kaum lain berupa
kemenangan di dalam peperangan, keberanian besar dan kemampuan
mengalahkan orang-orang yang menghadang kalian? Jadikanlah
perjalanan pendahulu kalian sebagai peneguh hati kalian: kemenangan
Charlemagne dan kemenangan raja-raja lain kalian. Bulatkan tekadmu
untuk menuju Makam Suci Almasih, Tuhan kita dan juru selamat kita:
makam yang sekarang dikuasai bangsa najis, dan tempat-tempat suci
lain yang telah ternodai dan terkotori.
15

Bagian pertama dari paragraf di atas merupakan presusai yang menyentuh
kesadaran. Mereka, para komunikan, diidentifikasi sebagai orang-orang hebat
yang dapat mengalahkan siapa saja dalam peperangan. Jika mereka terzalimi,
maka hanya merekalah yang dapat membalas kezaliman tersebut. Presuasi itu
dikuatkan dengan meminjam nama tokoh untuk diasosiasikan dengan orang-orang

14
Calude Cahen, al-Sharq wa al-Gharb Zamana al-urb al-alibiyyah, terj., Ahmad al-Shayh,
(Cairo: Sna li al-Nashr, 1995), 25.
15
William James Durant, Qiat al-Harah,, 15:12.
10

yang bersedia mengikuti ajakan perang Urbanus. Dengan kata lain, orang-orang
yang bersedia mengikuti Perang Salib akan diidentifikasi sebagai orang-orang
hebat seperti Charlemagne.
Di bagian akhir paragraf Urbanus mengidentifikasi perang yang
dipropagandakannya sebagai perang suci dengan menyebut hal-hal sakral bagi
komunikan, yaitu Makam Suci dan Almasih. Kedua hal sakral ini dihadap-
hadapkan dengan para musuh yang disebut sebagai najis dan telah mengkotori
tempat-tempat suci komunikan. Sumber lain menyebutkan bahwa Urbanus
mengklaim perintah Perang Salib adalah perintah Tuhan, bukan perintah Urbanus.
Fulcher, mengutip khutbah Urbanus, mengatakan, saya, bukan, melainkan
Tuhan, bukan saya, mendorong kalian, wahai tentara Almasih, apapun derajat
sosialnya, para ksatria maupun pejalan kaki, kaya ataupun miskin, untuk bergegas
memusnahkan bangsa hina ini (Turki Islam - penulis) dari tanah kita dan
memberikan pertolongan kepada penduduk Kristen sebelum terlamabat
16
.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perang Salib pertama-tama dan
terutama digerakkan oleh propaganda Urbanus II yang merepresentasikan Gereja
Romawi Barat dan diidentifikasi sebagai perang suci atau perang demi agama.
Namun demikian, tidak semua orang dapat digerakkan menuju medan perang
yang sangat berat hanya dengan menyulut kemarahan dan mengobarkan semangat
saja tanpa ada iming-iming duniawi maupun ukhrowi. Orang-orang yang boleh
jadi bisa tergerak tanpa iming-iming adalah para tokoh agama. Tetapi perang ini
memerlukan sumber daya manusia dan sumber dana yang tidak sedikit. Apalagi
Urabnus, sebagaimana dituturkan Jonatahan Riley, tidak menghendaki para tokoh
agama ikut andil dalam Perang Salib
17
. Karena itu tidak mengherankan jika
Urbanus menyebutkan iming-iming dengan mengatakan:
Janganlah harta dan keluarga menghalangi kalian. Sebab, tanah yang
kalian tempati, yang dikelilingi laut dan pegunungan, terlalu sempit

16
Fulcher of Chartes, Trkh al-amlah ila al-Quds, terj., Ziyad Jamil al-Asali, (Aman: Dr al-
Shurq, 1990), 38
17
Jonatahan Riley Smith, al-amlah al-albiyyah al-l wa Fikrat al-urb al-albiyyah, terj.,
Dr. Muhammad Fathi al-Shir, (Cairo: Al-Hay`ah al-mmah li al-Kitb, 1999), 55.
11

untuk menampung seluruh penduduknya dan nyaris tak dapat
memberikan kehidupan yang baik untuk kalian. Dan karena itulah
kalian saling membunuh, memangsa dan berperang. Banyak dari
kalian yang mati karena perang saudara. Bersihkan hati kalian dari
kotornya kedengkian! Hentikan permusuhan diantara kalian! Ambillah
jalan kalian menuju Makam Suci dan rebutlah tanah itu dari bangsa
najis dan kotor! Milikilah tanah itu! Sesungguhnya Yerusalem adalah
tanah yang tiada berbanding buah-buahanya. Ia adalah surga
kemewahan. Sesungguhnya kota terbesar yang terletak di jantung
dunia telah menjerit meminta tolong kalian untuk diselamatkan.
Lakukanlah perjalanan ini dengan gembira dan penuh semangat, maka
kalian akan terbebas dari dosa-dosa kalian. Yakinlah bahwa kalian
akan mendapatkan kemuliaan yang tiada fana di kerajaan langit
18
.
Ada tiga iming-iming yang ditawarkan Urbanus. Pertama, jaminan
keselamatan untuk harta dan keluarga yang ditinggalkan. Lebih detail Durant
menjelaskan:
Urbanus mengambil tanggung jawab untuk membebaskan segala
belenggu yang menghalangi pasukan Salib untuk bergabung dengan
para pejuang. Kebijakan ini tidak mendapatkan perlawanan berarti
dari kaum bangsawan dan tuan tanah yang mungkin saja dirugikan.
Urbanus membebaskan budak-budak tuan tanah dari kewajiban
kepada tuannya selama masa perang. Semua pasukan Salib diberi
dispensasi untuk berpekara di pengadilan gereja, bukan di pengadilan
feodal. Urbanus menjamin, selama kepergian mereka gereja akan
menjaga keselamatan harta benda meraka
19
.
Kedua, kemakmuran di tanah baru, yaitu Yerusalem. Janji kedua ini bisa jadi
merupakan respon atas kemelaratan akibat epidemi yang melanda beberapa
wilayah Eropa. Barker mengatakan:
kelaparan dan wabah yang melanda tanah air mereka telah mendorong
terjadinya eksodus ke timur untuk mengakhiri kesulitan-kesulitan.
Tahun 1094 terjadi epidemi di Flanderen (sekarang masuk wilayah
Belgia- penulis) dan meluas hingga ke Bohemia (sekarang masuk
wilayah Ceko Penulis). Tahun 1095 kelaparan melanda Lorraine.

18
William James Durant, Qiat al-Harah, 15:15-16.
19
Ibid, 15:16.
12

Karena itu tidaklah mengherankan jika terjadi gelombang
pengungsian ke timur
20

Ketiga, iming-iming yang bersifat Spirituil, yaitu pengampunan dosa dan
kebahagiaan di hari kiamat. Urbanus memandang Perang Salib sebagai sebuah
penebusan dosa sesuai dengan indulgensi atau surat pengampunan yang diberikan
gereja
21
. Tentang iming-iming spirituil, Fulcher menceritakan, sesungguhnya
Almasih memerintahkan hal berikut: setiap orang yang bepergian ke sana
(Yerusalem Penulis) akan diampuni segala dosanya
22

Ketiga iming-iming ini menjelaskan bahwa Urbanus membidik berbagai
kalangan dari berbagai lapis sosial. Urbanus membidik kalangan raja, bangsawan,
kaum feodal dan para ksatria yang gemar berperang demi memperebutkan tanah;
kaum papa dan orang-orang lemah yang akan tergiur dengan kebebasan dan
kemakmuran; dan mayoritas masyarakat Eropa yang secara psikologis akan
merasa terkurangi atau bahkan hilang sama sekali beban dosa dan kesalahan
mereka di dunia berkat endulgensi yang diberikan bagi mereka yang turut serta
dalam perang Salib. Propaganda Urbanus telah menanamkan keyakinan bahwa
Perang Salib bukan sekedar perbuatan yang mendatangkan ridlo Tuhan, tetapi
juga merupakan jalan keselamatan (jalan Salib), suatu jalan yang selama ini
dianggap menjadi monopoli kaum agamawan
23
.
Khutbah Urbanus disambut para hadirin dengan teriakan, Dieu li volt (itu
kehendak Tuhan). Gagasan Perang Salib menggelinding ke seluruh penjuru Eropa
bagai bola salju yang semakin lama semakin membesar. Dalam masa sembilan
bulan Urbanus mengunjungi Montpellier, Bordeux, Tolouse, Nimes dan beberapa
daerah lain untuk mengkampanyekan Perang Salib. Urbanus juga mengirim
utusan untuk kampanye yang sama ke Genoa, Venezia, Bologna, Pisa dan Milan.
Berbagai golongan masyarakat bergabung di bawah panji Perang Salib
dengan bergam motivasi. Mereka tergiur dengan berbagai iming-iming yang

20
Ernest Barker, al-urb al-albiyyah, 22.
21
Jonathan Riley, al-amlah al-albiyyah, 50.
22
Fulcher of Chartes, Trkh al-amlah ila al-Quds, 38.
23
Jonathan Riley Smith, al-amlah al-albiyyah,, 56.
13

ditawarkan Urbanus. Sebagian tertarik menjadi martir Perang Salib dengan
harapan mendapat ampunan atas segala dosanya. Para budak tuan tanah berharap
dapat terbebas dari kungkungan tuan feodal. Para pembayar pajak berharap
mendapat pembebasan. Orang-orang yang terlilit hutang tergiur dengan janji
penundaan. Para tahanan berharap dapat menghirup udara bebas dengan
mengikuti Perang Salib. Para terhukum mati berharap mendapatkan
kehidupannya, jika mereka bersedia mengabdi di Palestina sepanjang hidupnya.
Kaum miskin berharap terlepas dari penderitaan kemiskinan yang dialaminya.
Kaum pedagang berharap dapat memperluas wilayah pemasarannya. Bahkan
orang-orang lemah yang tidak tertarik dengan dunia perang pun bergabung
dengan ekspedisi militer Salib karena takut sanksi sosial dan tuduhan sebagai
penakut
24
.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa propaganda Urbanus berhasil
memobilisasi berbagai lapisan masyarakat Eropa dengan beragam kepentingan
untuk bergabung dalam Perang Salib.
D. Pembantaian Yahudi dan Penjarahan dalam perjalanan Ekspedisi
Militer Salib
Urbanus melalui khutbahnya sukses menggelorakan semangat perang demi
dan atas nama agama. Kesan sebagai perang agama semakin kuat ketika Urbanus
menyelipkan simbol-simbol agama. Pekik Dieu li volt (itu kehendak Tuhan)
ditetapkan Urbanus sebagai yel-yel perang
25
. Exercitus Dei (Tentara Tuhan)
menjadi nama bagi pasukan Salib
26
. Simbol agama yang paling menonjol adalah
penggunaan tanda salib di bahu dan di dada atas perintah Urbanus
27
.
Tidak hanya itu, Urbanus juga memberikan justifikasi bagi tindak kekerasan
yang akan terjadi dalam pertempuran. Perang yang dikobarkannya disebutnya
sebagai Tebusan Kekerasan, yang patut mendapat pujian. Justifikasi ini
diperlukan guna menjelaskan doktrin kasih sayang Kristiani yang tampak

24
William James Durant, Qiat al-Harah, 15:18.
25
Ibid, 15:16.
26
Jonathan Riley Smith, al-amlah al-albiyyah, 38.
27
Ibid, 52. Lihat pula William of Tyre, al-urb al-albiyyah, terj., Dr. Hasan Habsy, (Cairo, al-
Ahram, 1988), 1:108.
14

bertentangan dengan perang yang meniscayakan kekerasan. Kegelisahan Tancred,
salah satu pemimpin pasukan Salib yang tinggal di Italia Selatan, atas ambiguitas
makna perang dalam doktrin Kristiani mencerminkan masih adanya keberatan
psikologis di benak umat Kristen. Jonathan menggambarkan kegelisahan itu
dengan mengatakan:
Tancred sangat menderita akibat kegelisahan yang terus menerus
menderanya. Sebab, perang yang akan dilakoninya sebagai ksatria
bertentangan dengan ajaran Almasih. Sebenarnya Almasih
memerintahkannya agar bersikap toleran dan mengajarkan agar
memalingkan pipi kiri kepada orang yang telah memukul pipi
kanannya. Tetapi keksatriaan sekuler justru sigap mengalirkan darah.
Almasih menasihatinya agar memberikan pakaian dan mantel kepada
orang yang memintanya. Tetapi perang meniscayakannya melucuti
semua benda yang menjadi milik musuh. Keluarnya keputusan Paus
Urbanus tentang pemberian ampunan dari segala dosa bagi umat
kristiani yang berangkat untuk memerangi umat Islam, menambah
kekuatan dan semangat Tancred, meskipun ia tetap tidak yakin,
apakah perang yang ia jalani merupakan perang demi agama atau
demi dunia.
28

Tetapi berkat doktrin Urbanus, keberatan psikologis itu dapat dihilangkan.
Kesucian Perang Salib sebagaimana propaganda Paus Urbanus dengan
berbagai simbol agama yang disematkan di dalamnya tidak berbanding lurus
dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Perang Salib yang dipretensikan
sebagai perang suci ternoda oleh tindak kriminal dan pembantaian Yahudi yang
dilakukan beberapa legiun dari Eropa Barat.
Sejatinya Urbanus telah menetapkan tanggal 15 Agustus 1096 sebagai jadwal
keberangkatan ekspedisi militer Salib dan menjadikan Konstantinopel sebagai
tempat berkumpulnya seluruh pasukan Salib dari berbagai penjuru Eropa Barat
sebelum menuju Palestina. Tetapi pada April 1096, empat bulan sebelum jadwal
keberangkatan, beberapa legiun telah berangkat menuju Konstantinopel. Mereka

28
Ibid, 71.
15

berangkat pada masa-masa kesulitan pangan sebelum panen di musim panas
tiba
29
.
Perjalanan tiga legiun yang masing-masing dipimpin oleh Gottschalk, Fulcher
dan William the Carpenter harus berakhir di Hongaria. Mereka dihancurkan
tentara Hongaria dalam baku perang yang dipicu oleh tindak kekerasan dan
pengrusakan yang dilakukan pasukan Salib ketika melewati negara tersebut.
Sebelumnya pasukan William juga melakukan pembantaian di Rhein yang
menewaskan kurang lebih 10.000 (sepuluh ribu) orang Yahudi
30
. Nasib lebih baik
dialami oleh legiun yang dipimpin Walter the Penniless dan Peter Hermit. Legiun
walter sampai di Konstantinopel dengan selamat pada bulan Juli 1096. Sedangkan
legiun Peter sampai di Konstantinopel pada Akhir Juli 1096 setelah kehilangan
banyak pasukan ketika melewati Balkan
31
.
Pasukan Salib yang berhasil mencapai Konstantinopel kembali melakukan
penjarahan dan pengrusakan. Untuk melindungi negaranya, Alexius segera
menyeberangkan mereka ke Asia Tengah melalui selat Bosporus. Alexius
menyarankan agar mereka menunggu pasukan lain yang memiliki persenjataan
lebih lengkap. Tetapi mereka mengabaikan saran Alexius dan bergerak ke Nicea.
Kehadiran mereka disambut pasukan Turki. Terjadilah pertempuran yang berakhir
dengan kekalahan pasukan Salib dan menewaskan salah satu pemimpin mereka,
Walter the Penniless
32
.
Demikianlah perjalanan ekspedisi pertama pasukan Salib menggambarkan
keterlibatan berbagai kepentingan yang tidak mudah dikontrol oleh komando
Gereja. Bisa jadi Urbanus memang tidak menginginkan terjadinya penjarahan dan
pembantaian Yahudi. Tetapi semangat Salib yang terlanjur berkobar berubah
menjadi monster yang melakukan penjarahan dan pembantaian tanpa dapat
dihentikan.

29
Ibid, 93.
30
Ernest Barker, al-urb al-albiyyah, 26.
31
Ibid.
32
William James Durant, Qiat al-Harah, 15:20.
16

Durant menjelaskan bahwa kekerasan dan penjarahan yang dilakukan
pasukan Salib merupakan akibat dari kekurang siapan logistik. Mereka terpaksa
melakukan itu untuk memenuhi kebutuhan logistik
33
. Penjelasan yang sama juga
diajukan oleh Jonathan Riley. Ia mengatakan, kekhwatiran pemenuhan logistik
mendorong mereka melakukan tindak anarkhis di Balkan
34
. Lebih jauh Jonatahan
menjelaskan bahwa sebenarnya keinginan untuk mendapatkan kekayaan telah
menguasai pikiran mereka. Hal itu tampak dalam perlakuan mereka terhadap
orang-orang Yahudi ketika meninggalkan Eropa Barat
35
.
Kekerasan terhadap penduduk setempat, khususnya orang Yahudi, dilakukan
hampir oleh semua pasukan Salib yang berangkat sebelum jadwal yang
ditentukan. Dalam perjalanannya menuju Konstantinopel mereka memalak orang-
orang Yahudi dengan ancaman pedang. Kehadiran Legiun Peter Hermit di Trier
menebar teror di kalangan Yahudi. Demikian Pula kedatangan legiun Emich of
Leiningen di Mainz disambut orang-orang Yahudi sebagai monster yang
menakutkan. Jonatahan menduga bahwa pemalakan tersebut sebagai akibat dari
persepsi yang salah tentang hukum gereja yang seolah-olah menghalalkan
perampasan harta orang-orang non Kristen
36
.
Persepsi yang salah ini bukan hanya pada batas perampasan harta, tetapi juga
berkembang menjadi penghalalan pembunuhan. Pada tanggal 3 Mei 1096 terjadi
pembantaian Yahudi di Speyer yang dilakukan oleh pasukan Emich. Antara tangal
25 sampai dengan 29 Mei 1096 pembantaian Yahudi oleh pasukan Salib terjadi di
Mainz. Selama bulan Juni dan awal Juli, Yahudi di Cologne mengalami
pengusiran penindasan dan pembunuhan dari Pasukan Salib. Di Trier dan Metz
pasukan Salib membuat ladang pembantaian Yahudi. Penderitaan yang sama juga
dialami umat Yahudi di Regensburg, Wessili dan Prague
37
.
Sangat mungkin bahwa pembantaian dan penjarahan yang dilakukan pasukan
Salib bersifat ideologis, bukan kriminal biasa. Mengutip keyakinan yang

33
Ibid, 15:19.
34
Jonathan Riley Smith, al-amlah al-albiyyah, 99.
35
Ibid, 100.
36
Ibid.
37
Ibid, 97.
17

berkembang di kalangan pasukan Salib dari Perancis, Jonathan mengatakan,
tidaklah fair membiarkan orang-orang yang mengangkat senjata demi memerangi
musuh Almasih meninggalkan musuhnya dalam keadaan hidup-hidup. Di Rouln
orang-orang yang telah memberikan komitmen untuk berpartisipasi dalam perang
Salib mengatakan, Kami berharap memerangi musuh-musuh Tuhan di timur,
yaitu orang-orang Yahudi, begitu mata kami melihat mereka. Mereka adalah
musuh terbesar Tuhan. Di benak serdadu Salib telah tertanam keyakinan bahwa
Yahudi adalah salah satu sasaran Perang Salib. Sebab, Perang Salib adalah perang
demi membela Almasih dan Yahudi adalah orang-orang yang menyalib Almasih.
Pasukan Salib dari Perancis, Inggris, Flem dan Lorraine yang bertemu pasukan
Emich di Mainz mengklaim bahwa operasi pembantaian Yahudi adalah permulaan
perang melawan musuh-musuh Almasih. Sedang Salibis Jerman berkomitmen
untuk membersihkan jalan menuju Palestina dengan membunuh orang-orang
Yahudi di Rhein. Dithmar, salah seorang pemimpin pasukan Salib berkata bahwa
ia tidak akan meninggalkan Jerman sebelum membunuh orang Yahudi
38
.
Sebegitu dahsyatnya pengaruh propaganda Urbanus yang memberikan
justifikasi bagi tindak kekerasan dalam apa yang disebut dengan Perang Suci,
hingga pembantaian dan penjarahan dilakukan dengan nyaman atas nama
kesalehan
39
. Apa yang disebut dengan persepsi yang salah tidak sepenuhnya
salah. Sebab, jika memerangi umat Islam yang dianggap telah menjajah tanah
Kristen selama empat setangah abad mendatangkan kemuliaan dan ampunan,
maka sangat logis jika memerangi umat Yahudi yang telah menghinakan Almasih
dan membunuhnya di tiang salib mendatangkan kemuliaan dan ampunan yang
lebih besar
40
.
E. Perebutan Kekuasaan antar Pemimpin Pasukan Salib dalam Penaklukan
Edessa dan Antiokia
Ekpedisi Salib pertama yang diwarnai pembantaian dan penjarahan tidak
berhasil menguasai sejengkalpun wilayah Islam. Keadaan berbalik ketika

38
Ibid, 104-105.
39
Lihat William James Durant, Qiat al-Harah, 15:19
40
Jonathan Riley Smith, al-amlah al-albiyyah, 105.
18

ekspedisi militer Salib kedua yang lebih terorganisir dan berpengalaman tiba di
Konstantinopel. Ekspedisi militer kedua mulai meninggalkan Eropa Barat pada
pertengahan Agustus 1096, sesuai jadwal yang telah ditentukan Paus Urbanus.
Nama-nama besar bangsawan dan tokoh Eropa Barat tergabung dalam Ekspedisi
militer kedua, di antaranya: Huge of Vermandois, saudara kandung raja Perancis,
Godfrey of Bouillon, Baldwin, saudara Godfrey, Bohemond of Taranto, Tancred,
keponakan Bohemond, Raymond of St. Gilles, Adhemar, duta Paus Urbanus
dalam perang Salib, Count Robert of Flanders, Duke Robert of Normandy dan
Count Stephen of Blois.
Di antara nama-nama tersebut tidak terdapat nama raja-raja Eropa Barat,
seperti Philip I, raja Perancis, William II, raja Inggris dan Henry IV, raja Jerman.
Saat itu mereka sedang menjalani hukuman ekskomunikasi dari Gereja. Tetapi
banyak bangsawan Eropa Barat begabung dengan Ekspedisi militer kedua yang
mayoritas berasal dari Perancis. Karena itu, ekspedisi militer kedua sering disebut
sebagai petualangan Perancis dan perang Salib I disebut sebagai perang
Perancis. Sebab, Urbanus, propagandis Perang Salib, adalah orang Perancis;
khutbah pertama dilaksanakan di Perancis; dan mayoritas pasukan Salib berasal
dari Perancis.
Ekspedisi kedua tiba di Konstantinopel secara bergelombang antara bulan
Nopember 1096 sampai dengan mei 1097 melalui jalan yang berbeda. Mereka
sepakat untuk tunduk di bawah komando raja Bizantium, Alexius Comnenus,
kecuali Raymond. Mereka juga berjanji mengembalikan bekas wilayah Bizantium
yang kini dikuasai Turki kepada Alexius, jika berhasil merebutnya. Dimulai pada
Bulan April 1907 pasukan Salib menyeberangi selat Bosporus menuju pantai
Asia. Pada awal Juni 1907 seluruh pasukan Salib sudah berada di depan kota
Nicea. Fulcher memperkirakan jumlah pasukan Salib saat itu mencapai 600.000
(enam ratus ribu) tentara. Perkiraan Urbanus lebih kecil dari itu, yaitu 300.000
(tiga ratus ribu) tentara. Nicea menjadi kota pertama yang dikuasai pasukan Salib.
Pasukan Salib mendapatkan kemenangan pertamanya atas pasukan Turki
Islam pada awal juli 1097 dalam pertempuran Dorylaeum. Kemudian secara
19

berutrut-turut mereka menyusuri Akshehir, Konya dan Ereghli untuk mematahkan
pertahanan Turki yang mencoba menghadang laju mereka. Di Konya, legiun
Baldwin dan Tancred berpisah dari pasukan utama menuju tenggara untuk
melanjutkan penaklukan di Adan, Torsus, Cilicia, Iskenderun. Setelah penaklukan
Iskanderun, mereka bergerak menuju Edessa.
Sementara itu pasukan utama bergerak ke arah timur laut menuju Caesarea,
kemudian kembali ke arah selatan menuju Antiokia. Jalur perjalanan pasukan
utama berpotongan dengan jalur perjalanan Pasukan Baldwin dan Tancred di
Marash. Tancred bergabung dengan pasukan utama menuju Antiokia, sementara
Baldwin melanjutkan perjalanan ke Edessa dan menaklukkannya pada tanggal 10
Maret 1097. Di bawah kekuasaan Baldwin, Edessa menjadi keemiran pertama
pasukan Salib.
Pasukan utama sampai di antiokia pada 21 Oktober 1097 dan mengepungnya
hingga 3 Juni 1098. Setelah terkepung selama 8 bulan akhirnya Antiokia jatuh ke
tangan pasukan Salib. Tiga hari setelah kemengan pasukan Salib, bala bantuan
pasukan Islam dari Mosul di bawah pimpinan Karboga datang. Mereka
mengepung tentara Salib yang berada di dalam benteng Antiokia. Pengepungan
ini berlangsung hingga tanggal 28 Juni dan berakhir dengan pertempuran antara
dua pasukan yang dimenangkan pasukan Salib
41
.
Perselisihan antar pemimpin pasukan Salib mulai muncul ketika Tancred dan
Baldwin sama-sama ingin membangun kekuasaan di Torsus. Barker menyebutkan
bahwa Tancred bergabung dengan pasukan utama setelah diusir Baldwin dari
Torsus
42
. William of Tyre menceritakan bahwa Tancred telah sampai di Torsus
dan mengibarkan benderanya sebelum Baldwin datang. Tetapi Baldwin tidak
terima dan menuntut agar bendera Tancred diturunkan. Perselisihan keduanya

41
Perjalanan ekspedisi kedua hingga kejatuhan Antiokia dirangkum dari Jonathan Riley Smith, al-
amlah al-albiyyah, Ernest Barker, al-urb al-albiyyah dan Dr. Husain Muannis, Alasu
Trikh al-Islm, (Cairo:al-Zahra, 1987)
42
Ernest Barker, al-urb al-albiyyah, 34.
20

nyaris memicu perang saudara. Menurut William, Tancred lebih memilih
mengalah untuk menghindari perang dan meninggalkan Torsus
43
.
Perselisihan kembali terjadi pasca penaklukan Antiokia. Seperti kesepakatan
semula seharusnya benteng Antiokia menjadi milik Alexius. Tetapi Bohemond
mengklaim bahwa dialah yang paling berhak atas benteng tersebut, sebab Alexius
desersi ketika pasukan Salib dikepung di dalam benteng Antiokia. Raymond
menolak dan bersikukuh bahwa Antiokia milik Alexius sesuai perjanjian
44
.
Perselisihan ini berlangsung beberapa bulan. Akhirnya pada bulan Nopember
Raymond meninggalkan Antiokia menuju Maarrat Numan. Tetapi pasukan
Raymond masih menduduki dua wilayah di Antiokia. Bohemond baru dapat
mengusir pasukan Raymond dari wilayah Antiokia pada Januari 1099.
Ambisi Baldwin untuk menguasai Edessa menjadi tanda tanya besar. Sebab,
Edessa bukanlah jalur menuju Palestina. Sangat mungkin bahwa Baldwin
memang telah melupakan tujuan utama pasukan Salib, yaitu merebut kembali
Palestina dari tangan penguasa muslim. Dengan kata lain penaklukan Edessa
adalah kepentingan kekuasaan sebagian pemimpin pasukan Salib, bukan bagian
dari rencana ekspedisi Salib.
Demikian pula perselisihan Bohemond dengan Raymond menunjukkan
bahwa motif kekuasaan telah merasuki pikiran para pemimpin pasukan Salib.
Bahkan bisa jadi sejak awal mereka memiliki agenda tersendiri di luar agenda
yang dipropagandakan Urbanus. Mereka tidak bermaksud membantu Bizantium
mengembalikan bekas wilayahnya yang dikuasai Turki Islam, melainkan ingin
membangun kekuasaanya sendiri di timur.
Tanda tanya lebih besar patut diajukan terkait, siapakah panglima tentara
Salib? Berdasarkan kesepakatan di Konstantinopel seharusnya Alexius yang
memegang tongkat komando. Tetapi atas perintah siapakah, Tancred dan Baldwin

43
William of Tyre, al-urb al-albiyyah, 1:238-239.
44
Jonathan Riley Smith, al-amlah al-albiyyah, 112. Lihat pula Ernest Barker, al-urb al-
albiyyah, 35.
21

menyempal dari pasukan utama menuju wilayah yang bukan merupakan jalur
perjalanan ke Palestina?
Pasukan Salib memang tidak memiliki pimpinan tertinggi. Mereka adalah
gabungan resimen atau legiun yang masin-masing dipimpin oleh seorang ksatria
atau tuan tanah yang telah terbiasa berperang demi sejengkal tanah. Kaum
agamawan Kristen menggambarkan Perang Salib sebagai kerjasama tanpa
pemimpin yang digerakkan oleh Roh Kudus dalam satu barisan bersama
45
.
Faktanya, mereka tidak digerakkan oleh Roh Kudus, melaikan oleh ambisi
kekuasaan.
Jika ekspedisi pertama diwarnai pembantaian dan penjarahan seusai dengan
justifikasi Urbanus, maka awal perjalan ekspedisi kedua menjelaskan adanya
motif-motif kekuasaan yang memang menjadi salah satu iming-iming yang
ditawarkan Urbanus.
F. Sadisme dalam Penaklukan Yerusalem
Konflik politik antara Bohemond dan Raymond membuat para serdadu Salib
muak dan bosan. Mereka menuntut agar pasukan Salib segera melanjutkan
perjalanan menuju Palestina, seperti tujuan semula. Menurut William Tyre, bisa
jadi tuntutan mereka dilandasi kekhawatiran akan keselamatan nyawa mereka
akibat epidemi lepra yang menyerang Antiokia dan telah merenggut banyak
korban, di antaranya kematian Adhemar
46
. Para serdadu yang marah
menghancurkan benteng Maarrat Numan yang menjadi basis kekuatan
Raymond. Mereka juga mengancam akan melakukan revolusi di Antiokia, Pusat
kekuasaan Bohemond
47
.
Pada Januari 1098 Raymond meninggalkan Maaart Numan diikuti Robert
Normandy dan Tancred. Bulan Pebruari Godfrey dan Robert Falnders turut
bergabung. Hanya Bohemond dan Baldwin yang tidak bergabung. Mereka berdua
menunggui kerajaan barunya di Edessa dan Antiokia. Pasukan Salib telah

45
Ibid, 136.
46
William Tyre, al-urb al-albiyyah, 2:20.
47
Jonathan Riley Smith, al-amlah al-albiyyah, 112.
22

berkumpul di Arqah pada akhir Maret 1099. Kemudian mereka bergerak melewati
Shur, Yafa dan sampai di Ramallah pada 3 Juni 1099. Empat hari kemudian,
tetaptnya pada tanggal 7 Juni 1099 pasukan Salib telah mengepung benteng
Yerusalem. Sebelumya Betlehem telah jatuh di tangan Tancred. Setelah
pengepungan berlangsung lebih dari satu bulan, Yerusalem jatuh ke tangan
pasukan Salib pada tanggal 15 Juli 1099.
Keberingasan pasukan Salib tersaji kembali saat mereka memasuki
Yerusalem. Secara ringkas Barker menggambarkan keberingasan itu dengan
menyebutkan bahwa pasukan Salib melakukan pembantaian mengerikan terhadap
warga sipil. Dan manusia beserta kudanya berjalan dalam genangan darah
48
.
Durant, mengutip Raymond, salah seorang saksi mata, menggambarkan
keberingasan itu secara detail dengan mengatakan:
Kami melihat hal-hal yang menakjubkan. Kepala-kepala orang Islam
dipenggal. Sebagian dibunuh dengan hunjaman anak panah. Sebagian
lain dipaksa naik ke puncak benteng, atau disiksa berhari-hari lalu
dibakar. Tumpukan kepala, tangan dan kaki berserakan di jalan-jalan.
Setiap orang yang berjalan di atas kudanya akan berjalan di atas
tumpukan tubuh manusia dan kuda Perempuan-perempuan dibunuh
dengan pedang dan tombak. Bayi-bayi ditarik kakinya dari putting
ibunya70.000 (tujuh puluh ribu) umat Islam yang masih tersisa di
kota dibantai. Orang-orang Yahudi yang masih hidup digiring ke
sinagog lalu dibakar hidup-hidup.
49

Pembantaian terhadap warga sipil Yerusalem tidak dilakukan secara sporadis,
melainkan sebuah tindakan terorgananisir yang dilakukan para pemimpin bersama
pasukannya. William Tyre menceritakan:
Godfrey bersama pasukannya menyisir kota sembari menghunus
pedang dan membunuh siapa saja penduduk kota yang mereka temui
tanpa memandang usia dan kondisi. Di semua tempat terjadi
pembantaian mengerikan. Di setiap sudut terdapat banyak kepala yang
terpenggal, sehingga sulit melewati jalan manapun kecuali harus
berjalan di atas tumpukan jasad orang-orang yang terbunuh. Para
pemimpin bergerak menuju pusat kota melalui jalan yang berbeda

48
Ernest Barker, al-urb al-albiyyah, 36.
49
William James Durant, Qiat al-Harah, 15:25.
23

sambil melakukan aksi pembantain yang tidak mungkin diceritakan.
Orang-orang yang haus darah musuh meniru tindakan para pemimpin.
Mereka tidak memiliki tujuan selain melakukan penghancuran
50
.
Bukan hanya Godfrey, tetapi Raymond, Tancred dan pemimpin lain juga
melakukan hal yang sama. Raymond dan pemimpin lain yang menyerbu
Yerusalem dari arah gunung Zion memasuki kota sedikit lebih terlambat melalui
gerbang selatan. Mereka berpencar menuju pusat kota. Orang-orang yang selamat
dari pembantaian Godfrey dan pasukannya dihadang kelompok Raymond dan
dibantai seperti pembantaian yang dilakukan Godfrey. Dan orang-orang yang
mencoba berlindung di masjid bertemu dengan kelompok Tancred. mereka
dihabisi dengan cara yang sama. Para pemimpin lain dari pasukan Salib yang
melihat banyak orang berlari ke arah masjid segera mengejar mereka. Sekelompok
pasukan kafaleri dan infanteri memasuki masjid dan menyembelih orang-orang
yang berlindung di sana seperti menyembelih kambing. Mereka melakukan
pembantaian tanpa sedikitpun rasa belas kasihan, hingga seluruh tempat tergenang
darah para korban pembantaian
51
.
Kebiadaban pasukan Salib terus berlanjut. Mereka memburu orang-orang
yang masih tersisa dan bersembunyi di rumah-rumah. Jika ditemukan, orang-
orang itu akan diseret keluar dan disembelih di hadapan umum, seperti
menyembelih kambing. Perempuan dan anak-anak tidak luput dari keganasan
pasukan Salib. Sebagian dari mereka dipenggal dan sebagian lain dilempar dari
tempat yang tinggi. Mereka juga menjarah rumah-rumah penduduk dengan
keyakinan bahwa harta yang berhasil mereka kuasai menjadi miliknya, meskipun
berasal dari warga sipil
52
.
William Tyre membenarkan tindakan pembantaian terhadap warga sipil
dengan mengatakan, Itu adalah keputusan adil Tuhan yang dijatuhkankan atas
orang-orang yang telah mengotori tempat suci Almasih dengan simbol-simbol
khurafat dan menutup tempat itu bagi rakyat Almasih yang beriman. Karenanya,

50
William of Tyre, al-urb al-albiyyah, 2:125.
51
Ibid, 2:126-127.
52
Ibid, 2:127-128.
24

mereka harus menebus kesalahannya dengan kematian, hingga seluruh tempat
suci itu tergenang darah korban
53
.
Dengan nada bangga Fulcher menceritakan pembantaian itu dengan
mengatakan:
Raymond dan pasukannya, yaitu orang-orang yang mengepung dari
arah lain tidak mengetahui apa yang terjadi (kemenangan pasukan
Salib Penulis) hingga melihat orang-orang Timur (penduduk
Yerusalem penulis) melompat dari pagar kota. Begitu mengetahui
hal tersebut, mereka segera berhamburan memasuki kota dan
bergabung dengan koleganya mengejar dan menyembelih musuh-
musuh jahat mereka tanpa henti orang-orang yang naik ke menara
kuil Sulaiman dipanah hingga jatuh tersungkur. Hampir sepuluh ribu
kepala dipenggal di kuil itu. Kalau kamu berada di sana kakimu akan
berlumuran darah sampai mata kaki. Apa yang ingin aku katakan? Tak
seorangpun tersisa, mereka tidak memberi ampun kepada perempuan
dan anak-anak.
54

Sekali lagi, justifikasi kekerasan yang diberikan Urbanus telah melahirkan
sadisme dalam penaklukan Yerusalem. Bukan hanya umat Islam yang menjadi
korban, tetapi juga orang-orang Yahudi. William Tyre, penulis sejarah Perang
Salib yang lahir tahun 1130, bahkan membenarkan kebiadaban dan sadisme itu
dengan mengatasnamakan Tuhan. Bisa jadi Urbanus tidak pernah berharap,
bahkan tidak pernah membayangkan bahwa justifikasi kekerasan untuk
menghilangkan perasaan bersalah ketika tentara Salib harus membunuh lawannya
di medan perang, dapat berkembang menjadi pembenaran terhadap pembantaian
warga sipil secara sadis, kejam dan biadab.
G. Untung Rugi Perang Salib
Konflik lama antara Gereja dan penguasa sekuler muncul setelah Yerusalem
jatuh ke tangan pasukan Salib. Mereka berselisih tentang siapakah yang berhak
memimpin kota suci Yerusalem. Dalam pertemuan para pemimpin pasukan Salib
yang diselenggarakan pada tanggal 22 Juli 1099 sebagian kecil peserta
mengusulkan agar pemimpin Yrusalem diambil dari kelompok pemuka agama.

53
Ibid, 2:127.
54
Fulcher of Chartes, Trkh al-amlah ila al-Quds, 75.
25

usul ini tidak mendapat tanggapan. Mereka lebih memilih pemimpin sekuler.
Raymond dicalonkan sebagai pemimpin. Tetapi ia menolak dengan alasan bahwa
ia tidak ingin memerintah di tempat dimana Almasih menderita di atas tiang salib.
Barker meragukan alasan ini. Ia menduga bahwa Raymond sejatinya lebih tergiur
dengan kekuasaan yang akan dibangunnya di Tripoli.
Godfrey menjadi pilihan setelah Raymond menolak. Ia diangkat sebagai
penguasa Yerusalem dengan kedudukan sebagai pelindung Makam Suci bukan
sebagai raja. Dua pekan setelah penaklukan Yerusalem, Godfrey berhasil
memukul mundur pasukan Mesir di Asqalan yang mencoba merebut kembali
Yerusalem.
Godfrey meninggal pada tahun 1100 dan kedudukannya digantikan oleh
adiknya, Baldwin. Tidak seperti Godfrey, Baldwin menjuluki dirinya sebagai raja,
bukan pelindung Makam Suci. Sedangkan pemerintahan di Edessa dikendalikan
oleh pengganti Baldwin, yiatu Baldwin de Burgh yang kemudian dikenal dengan
nama Baldwin II. Pengangkatan Baldwin menandai berdirinya kerjaan Latin Barat
di timur. Awalnya kerajaan ini hanya membawahi dua keemiran, yaitu: Edessa
yang dipimpin Baldwin II dan Antiokia di bawah pimpinan Bohemond yang
kemudian digantikan keponakannya, Tancred. Pada tahun 1102 Raymond dengan
bantuan Alexius berhasil membangun keemiran yang kemudian dikenal dengan
nama keemiran Tripoli. Tetapi kota tripoli sendiri baru dapat dikuasai Raymond
pada tahun 1109. Raymond juga menyatakan tunduk kepada kerajaan Yerusalem.
Dengan demikian Kerajaan Yerusalem membawahi tiga keemiran.
Para pelaku utama Perang Salib telah mendapatkan apa yang diiming-
imingkan Urbanus dalam propagandanya. Godfrey, Baldwin, Bohemond, Tancred
dan Raymond, masing-masing mendapatkan bagian kekuasaan di tanah yang
ditaklukkannya. Para pedagang Genoa, Pisa dan Venezia yang selama
berlangsungnya perang memberikan bantuan logistik melalui jalur laut tengah ke
pantai Palestina, mendapat imbalan kekuasaan di kota pantai Yafa, Akka dan
Shur. Dengan kekuasaan tersebut para pedagang Italia dapat menguasai jalur
perdagangan di Laut Tengah. Para serdadu miskin mendadak menjadi kaya.
26

Jonathan menyatakan bahwa di Yerusalem banyak orang miskin berubah menjadi
kaya. Para serdadu yang masih selamat, hidup dalam kemewahan
55
.
Urbanus sendiri, sebagai aktor utama Perang Salib, mendapat sukses besar,
karena berkat propagandanya pasukan Kristen berhasil merebut kota suci
Yerusalem. Kepausan Roma juga diuntungkan dengan jargon Perang Salib yang
dijadikan senjata untuk kepentingan apapun, termasuk untuk memerangi kerajaan
Eropa sendiri. Tetapi penggunaan jargon ini secara berlebihan pada akhirnya
justru meruntuhkan kekuasaan Paus di Eropa
56
.
Di luar sukses itu, Urbanus menderita beberapa kerugian. Penolakan kaum
bangsawan untuk mendirikan negara teokratis Yerusalem di bawah pimpinan
tokoh agama, merupakan tamparan keras bagi kelompok Gereja Romawi. Para
bangsawan yang mengangkat senjata atas seruan Urbanus justru bermain untuk
kepentingan profan mereka sendiri, bukan untuk kepentingan penyatuan dunia
Kristen di bawah pimpinan Gereja Romawi. Kerajaan Latin di timur tidak lagi
berada di bawah hegemoni Gereja Romawi, seperti kerajaan-kerajaan Latin di
barat yang tunduk pada titah Geraja. Bantuan pasukan Salib yang dimaksudkan
untuk memperbaiki hubungan persaudaraan dengan Gereja Yunani justru
menciptakan konflik baru antara bangsawan barat dengan Alexsius, penguasa
Kristen timur di Bizantium.
Kerugian Gereja Romawi lebih besar lagi ketika satu per satu kerajaan Latin
di timur jatuh ke tangan penguasa Islam dan seluruh pasukan Salib dipulangkan
paksa ke negara asalnya. Bahkan sebagian sejarawan Barat mengakui bahwa
keberhasilan pasukan Salib bukan semata-mata karena kekuatan mereka, tetapi
juga diuntungkan oleh perpecahan yang terjadi dalam dunia Islam. Barker
mengatakan, Seandainya pasukan Salib datang sepuluh tahun sebelum atau
sesudah kemenangan mereka, pasti tentara Turki akan melempar mereka ke
laut.
57


55
Jonathan Riley Smith, al-amlah al-albiyyah, 221.
56
Ernest Barker, al-urb al-albiyyah, 149.
57
Ibid, 153.
27

Kekalahan itu memunculkan tanda tanya, bagaimana mungkin Tentaran
Tuhan bisa dikalahkan oleh Tentara Setan? Durant menggambarkan keraguan
itu dengan mengatakan, orang-orang yang ragu mengatakan bahwa kekalahan
Perang Salib membantah klaim Paus bahwa ia adalah Wakil Tuhan di bumi.
Bahkan ketika seorang pendeta mengumpulkan dana untuk Perang Salib
berikutnya, seseorang yang mendengar seruan mereka malah memanggil
pedagang keliling dan memberinya uang atas nama Muhammad (Rasulullah alla
Allahu alayhi wa sallam). Sikap itu merupakan ejekan atau sindiran kepada
pendeta bahwa Muhammad (Rasulullah alla Allahu alayhi wa sallam ) ternyata
lebih agung dari pada Almasih
58
.
H. Kesimpulan
Suatu propaganda presuasif dan koersif yang dilakukan oleh seorang pemuka
agama Kristen bernama Paus Urbanus II sukses menggelorakan semangat perang
suci melawan musuh Almasih untuk merebut kembali Yerusalem dari tangan
penguasa Islam. Sejarawan Eropa menyebutnya sebagai Perang Salib.
Ada tiga bagian yang menarik dalam propaganda Urbanus. Pertama,
penyebutan non Kristen sebagai bangsa najis dan terlaknat serta penyebutan
umat Kristen sebagai Rakyat Tuhan. Bagian ini merupakan upaya untuk
menciptakan common enemy dan menanamkan kebencian kepada umat non
Kristen. Bagian ini sekaligus membuat garis demarkasi yang tegas antara kita
sebagai Kristen yang mulia dan mereka sebagai musuh kristen yang najis dan
terlaknat.
Kedua, Urbanus melakukan tebang pilih fakta, yaitu dengan memilih bagian
terburuk dalam sejarah Islam yang dapat memicu kemarahan Umat Kristen, bukan
dengan menggambarkan Islam secara utuh. Ada tiga isu yang diangkat Urbanus
untuk menyulut kemarahan Umat Kristen, yaitu: penghancuran Makam Suci,
gangguan kemanan terhadap para peziarah Yerusalem dari Eropa dan pencaplokan
wilayah. Ketiga isu ini hanyalah peristiwa biasa, kalau saja tidak dikemas dalam
sebuah propaganda yang dapat meledakkan amarah Eropa.

58
William James Durant, Qiat al-Harah, 15:67.
28

Tetapi kemarahan saja tidak cukup menggerakkan masyarakat Eropa Barat
untuk mengarungi medan perang. Karena itu bagian ketiga dari propaganda
Urbanus berisi iming-iming untuk membidik seluruh lapisan sosial masyarakat
Eropa. Iming-iming yang disampaikan Urbanus dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu: materiil dan spirituil. Yang bersifat materiil adalah jaminan keamanan bagi
harta dan keluarga yang ditinggalkan, kekayaan dan kekuasaan jika dapat merebut
Yerusalem, peringanan hukum bagi para terpidana, pembebasan vassal dan budak
dari belenggu tuannya, serta tanah yang luas dan subur di Palestina. Sedangkan
yang bersifat spirituil adalah indulgensi dan kemuliaan di akhirat.
Propaganda Urbanus, sebagai representasi Gereja Romawi, dilakukan pada
saat yang tepat, yaitu ketika Bizantium dan otoritas politik Eropa Barat sedang
tunduk kepada titah Gereja Romawi. Perpaduan kekuasaan politik dan propaganda
yang apik berhasil menggelorakan semangat perang, tidak saja di kalangan lapisan
bawah, tetapi juga di lingkungan raja, bangsawan, ksatria, tuan tanah dan
pedagang di Eropa Barat.
Dengan semangat perang yang menggelora, berbagai lapisan masyarakat
Eropa Barat berbondong-bondong berangkat ke Konstantinopel untuk selanjutnya
menyeberangi selat Bosporus dan menuju Yerusalem. Mereka berkelompok dalam
satuan garnisun atau resimen yang otonom. Masing-masing garnisun atau resimen
tidak tunduk pada satu komando tertinggi.
Dalam perjalanannya, pasukan Salib melakukan pembantaian terhadap umat
Yahudi dan melakukan penjarahan. Tindakan pembantaian ini dilatarbelakangi
keyakinan bahwa sasaran Perang Salib adalah musuh Almasih. Dan Yahudi
merupakan musuh terbesar Almasih. Orang-orang Yahudilah yang membunuh
Almasih di tiang Salib. Dan tindakan penjarahan didasari keyakinan
diperbolehkannya merampas harta non Kristen.
Ekspedisi pertama pasukan Salib tidak berhasil memasuki Asia. Bahkan
beberapa garnisun tidak berhasil mencapai Konstantinopel. Mereka tercerai-berai
akibat terlibat perang dengan penguasa Balkan dalam perjalanannya menuju
Konstantinopel. Perang ini dipicu kemarahan penduduk setempat atas kerusuhan
29

dan penjarahan yang dilakukan oleh tentara Salib. Beberapa Garnisun yang
berhasil mencapai Konstantinopel dikalahkan pasukan Turki Islam begitu meraka
menginjakkan kaki di Asia.
Ekspedisi kedua merupakan pasukan yang lebih teroganisir dan terlatih yang
diikuti oleh banyak kaum bangsawan dan ksatria. Mereka berhasil memenangkan
banyak pertempuran melawan Turki Islam. Nicea menjadi kota pertama yang
jatuh ke tangan pasukan Salib. Setelah mematahkan perlawanan pasukan Turki
Islam di Dorylaeum, Akshehir, Konya, Ereghli, Adan, Torsus, Cilicia dan
Iskanderun akhirnya garnisun di bawah pimpinan Baldwin menaklukan Edessa.
Perjalanan Baldwin ke Edessa mengindikasikan bahwa ia memiliki agenda
lain di luar agenda Urbanus untuk merebut kembali Yerusalem. Sebab, Edessa
berada jauh di luar jalur perjalanan dari Nicea menuju Yerusalem. Di samping itu
perjalanan Baldwin ke Edessa di luar jalur rombongan pasukan utama yang saat
itu bergerak menuju Antiokia. Pemisahan diri Baldwin dari pasukan utama juga
menunjukkan bahwa tiap tokoh memiliki pasukan sendiri yang bersifat otonom
dan tidak tunduk pada komando pasukan lain.
Ketika pasukan salib tiba di Torsus, terjadi insiden yang melibatkan Baldwin
dan Tancred. Baldwin tidak terima ketika Tancred mengibarkan benderanya di
Torsus sebagai simbol kekuasaan Tancred atas Torsus. Insiden ini berakhir
dengan terusirnya Tancred dari Torsus yang kemudian bergabung dengan pasukan
utama menuju Antiokia. Pertikaian Baldwin dengan Tancred membuktikan bahwa
motif kekuasaan telah memenuhi pikiran mereka dan mengalahkan propaganda
Urbanus yang menggerakkan pasukan ke Yerusalem untuk tujuan agama.
Keberadaan motif kekuasaan di benak para politisi pasukan Salib semakin
nyata ketika Bohemond berebut kekuasaan di Antiokia dengan Raymond.
Seharusnya Antiokia menjadi Hak Alexius, kaisar Bizantium. Sebab, Antiokia
merupakan bekas wilayah Bizantium yang direbut Turki Islam. Sebelumnya di
Konstantinopel para pemimpin Pasukan Salib telah sepakat untuk mengembalikan
bekas wilayah Bizantium yang berhasil direbut pasukan Salib kepada Alexius.
Tetapi Bohemond mengklaim bahwa Antiokia menjadi miliknya. Sebab Alexius
30

melakukan desersi ketika pasukan Salib terkepung oleh pasukan Turki Islam
hampir sebulan di dalam benteng Antiokia. Raymond menolak klaim tersebut.
Meskipun akhirnya kalah dan harus terseingkir dari Antiokia, Raymond masih
menempatkan anak buahnya untuk menguasai dua wilayah di Antiokia. Raymond
sendiri mendapatkan kekuasaan baru di Maarart Numan.
Konflik panjang Bohemond dengan Raymond memicu kemarahan para
serdadu yang sudah lama ingin segera melanjutkan perjalanan menuju Yerusalem.
Mereka membakar benteng Maarrat Numan dan berjanji akan melakukan
revolusi di Antiokia, kalau pasukan Salib tidak segera berangkat menuju
Yerusalem. Akhirnya seluruh pimpinan bersama pasukannya melupakan sejenak
konflik diantara mereka dan bergerak menuju Yerusalem. Hanya Baldwin dan
Bohemond yang tidak turut bergabung dalam penyerbuan ke Yerusalem. Mereka
berdua menunggui kerajaan barunya di Edessa dan Antiokia.
Setelah terkepung selama satu bulan lebih, Yerusalem jatuh ke tangan
pasukan Salib. Tindakan sadis dan biadab mengiringi penaklukan Yerusalem oleh
pasukan Salib. Secara terorganisir mereka membunuh warga sipil Yerusalem
tanpa pandang usia, kondisi dan jenis kelamin. Berbagai seni pembunuhan
dipertontonkan pasukan Salib dalam pembantaian warga sipil. Bukan hanya umat
Islam yang menjadi sasaran pembantaian. Orang-orang Yahudi yang masih tersisa
digiring ke sinagog dan dibakar hidup-hidup. Mereka juga menjarah apa saja yang
bisa djarah dari harta milik penduduk kota. Di samping terorganisir, pembantaian
itu juga bersifat ideologis. William Tyre menyebut aksi pembantaian itu sebagai
keadilan Tuhan yang dikenakan kepada musuh-musuh Almasih.
Propaganda Urbanus telah membentuk watak-watak bengis dan haus
kekuasaan yang mangatasnamakan kesalehan.
Perebutan kekuasaan kembali terjadi pasca penaklukan Yerusalem. Sebagaian
pimpinan pasukan Salib mengusulkan agara Yerusalem, sebagai kota suci,
dipimpin oleh tokoh agama. Tetapi usul ini tidak mendapat tanggapan. Mayoritas
pimpinan lebih memilih tokoh sekuler sebagai penguasa Yerusalem. Godfrey
akhirnya terpilih sebagai penguasa Yerusalem dengan gelar Pelindung Makam
31

Suci. Bukan raja Yerusalem. Sepeninggal Godfrey, Baldwin diangkat sebagai
penggantinya. Tetapi Baldwin menggelari dirinya sebagai raja Yerusalem,
bukan lagi sebagai pelindung Makam Suci. Pengangkatan Baldwin menandai
beridirinya kerajaan Latin pertama di timur.
Godfrey berkuasa di Yerusalem. Baldwin mendapatkan Edessa kemudian
Yerusalem. Bohemond mendapatkan Antiokia yang kemudian digantikan
Tancred. Raymond dengan bantuan Alexius bertahta di Tripoli. Pedagang Genoa,
Pisa dan Venezia mendapat imbalan Yafa, Akka dan Shur. Dengan menguasai
kota-kota di pantai Palestina mereka dapat mengembangkan wilayah
perdagangannya. Para serdadu miskin mendadak kaya dengan hasil jarahannya.
Para pimpinan pasukan Salib dan seluruh pihak yang terlibat di dalamnya
mendapatkan bagian kekuasaan dan kekayaan.
Sebagai penggagas dan penggerak, tentu Urbanus berhak mengklaim
kemenangan pasukan Salib sebagai kemenangannya. Kepausan Gereja Romawi
yang terwakili Urbanus mendapat berkah jargon Perang Salib yang dapat
dijadikan sebagai kekuatan militer untuk memerangi siapa saja, termasuk
penguasa sekuler Eropa Barat dan kelompok-kelompok kristen yang menentang
Gereja.
Tetapi keuntungan Urbanus dan Gereja Romawi bukannya tanpa kerugian.
Kegagalan membangun negara teokratis di Yerusalem merupakan tamparan keras
bagi Gereja Romawi. Demikian pula konflik antara Alexius dengan pimpinan
pasukan Salib yang dipicu oleh perebutan kekuasaan mengkandaskan cita-cita
Urabnus untuk menyatukan dunia Kristen di bawah kendali Gereja Romawi.
Kerugian lebih besar terjadi ketika tingkat kepercayaan masyarakat Eropa
Barat terhadap Gereja menurun akibat kekalahan demi kekalahan yang dialami
pasukan Salib pada masa-masa berikutnya. Jargon Perang Salib yang digunakan
untuk memerangi sesama Kristen di Eropa juga memiliki andil dalam menurunkan
tingkat kepercayaan masyarakat Eropa terhadap Gereja.
32

Perang Salib telah menaikkan pamor Gereja Romawi, tetapi juga menjadi
awal dari akhir kekuasaan Gereja itu sendiri.2013

33

Daftar Pustaka
Barker, Ernest, al-urb al-albiyyah, Terj., Dr. al-Sayyid al-Bz al-Urayn,
Beirut, Dr al-Nahah al-Arabiyyah, tt
Cahen, Calude, al-Sharq wa al-Gharb Zamana al-urb al-alibiyyah, terj.,
Ahmad al-Shayh, Cairo, Sna li al-Nashr, 1995
Durant, William James, Qiat al-Harah, Terj., Dr. Zaki Najib Mahmud
dkk, Beirut, Dr al-Jl, 1988
Fulcher of Chartes, Trkh al-amlah ila al-Quds, terj., Ziyad Jamil al-Asali,
Aman, Dr al-Shurq, 1990
Muannis, Husain, Dr., Alasu Trikh al-Islm, Cairo, al-Zahra, 1987
Smith, Jonatahan Riley, al-amlah al-albiyyah al-l wa Fikrat al-urb
al-albiyyah, terj., Dr. Muhammad Fathi al-Shir, Cairo, Al-Hay`ah
al-mmah li al-Kitb, 1999.
William of Tyre, al-urb al-albiyyah, terj., Dr. Hasan Habsy, Cairo, al-
Ahram, 1988

Anda mungkin juga menyukai