Oleh:
Muhammad Najib
Dosen Pembimbing:
Dr. Makinuddin, M.HI
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
I. Pendahuluan
Suatu ayat dapat memperjelas maksud ayat lain dalam
surat yang sama atau surat yang lain. Bahkan satu kalimat dapat
memperjelas kalimat lain dalam ayat yang sama. Sebab, pada
dasarnya al-Qur`an merupakan rangkain kalimat dalam sebuah
wacana yang memiliki kesatuan tema dan maksud. Tiap kata
yang membentuk satu kalimat dalam al-Qur`an saling terkait
satu sama lain dan menggambarkan maksud utuh dari kalimat
tersebut. Bagian-bagian dalam kalimat itu dapat mendukung dan
memperjelas makna bagian lain. Demikian pula pada tingkat
wacana. Rangkaian kalimat yang membentuk wacana
merupakan satu kesatuan tema dan maksud. Masing-masing
kalimat tidak akan menggambarkan maksud yang utuh jika
dipahami secara terpisah.
Itulah yang dimaksud menafsirkan al-Qur`an dengan alQur`an. Seorang mufassir dapat mengetahui maksud suatu ayat
dengan memperhatikan bagian lain dari ayat tersebut atau ayat
lain. Salah satu intsrumen yang dapat mempertajam penafsiran
al-Qur`an dengan al-Qur`an adalah pemahaman terhadap
konteks atau siyq. Al-Qur`an tidak dapat dipahami hanya
dengan mengandalkan pendekatan leksikal sembari
mengabaikan petunjuk konteks. Bahkan al-Zarkashi mengatakan,
seyogyanya perhatian seorang mufassir ditujukan pada konteks
susunan kalimat (
) , meskipun tidak sesuai
dengan makna leksikalnya1.
1 Abu Abdillah Badruddin Muhammad bin Abdillah al-Zarkashi,
al-Burhn fi Ulm al-Qur`an, (Cairo:Dr Ihy` al-Kutub
1
menjadi
. Faktanya terdapat
, seperti
dalam al-Qur`an:
(19:)
Sesuai kaidah di atas seharusnya
berubah menjadi
. Bahkan Abu al-Fath memasukkan kasus
dalam
kategori banyak berlaku tapi tidak sesuai kaidah7.
5 Taqiyyuddin Abu al-Baqa Muhammad bin Ahmad Ibnu alNajjar, Sharh al-Kawkab al-Munr, (Riyadl: Maktabat a;-Abkn,
1997), 1:30.
6 Huruf pokok kedua berupa huruf illat, yakni: wawu dan ya
dan alif.
3
{
} :
[ 60 :]
:
" :
}
15
[61 : { ]
Aisyah, istri Nabi S alla Allah Alaihy wa Sallam berkata, aku
bertanya Rasulullah S alla Allah Alaihy wa Sallam tentang ayat ini(
) , apakah mereka (yang dimaksud
:
:
} :
[141 : { ]
:
} : !
{
.17 [141 :]
Yusai al-Hadlrami bercerita bahwa ia bersama Ali bin Abi Thalib,
alu datanglah seorang laki-laki berkata, wahai Amirul Muminin,
apa pendapatmu tentang firman Allah, (
) , padahal mereka memerangi kita, memenanginya dan
membunuhi kita?. Ali menjawab, kemarilah, kemarilah. Lalu Ali
berkata )
(
Pada riwayat di atas Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa yang
dimaksud Allah tidak akan memberikan jalan bagi orang kafir
atas orang mumin adalah kelak di hari kiamat, bukan sekarang
di dunia. Penjelasan itu mengacu pada kalimat sebelumnya,
16 Abdurrahman Abdullah al-Mut r, al-Siyq al-Qur`an, 85.
17 Muhammad Ibnu Jarir Abu Jafar al-Thabari, Jmi al-Bayn fi
Ta`wl al-Qur`an, (Cairo:Muassasat al-Risalah, 2000), 9:327.
Lihat pula, Ibnu Abi Hatim, Tafsr al-Qur`an al-Aim
li Ibni Abi
tim, (Riyadl: Nizar Musthafa al-Baz, 1419 H), 4:1095
7
Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di
dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di
waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar)
mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang
bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.
Demikianlah kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku
fasik.
(93 : )
21 Abu Abdillah Muhammad bin Idris al-Shfi, al-Rislah,
(Cairo:Maktabah al-alab, 1940), 62.
22 Abu Abdillah Badruddin Muhammad bin Abdillah alZarkashi, al-Burhn fi Ulm al-Qur`an, 1:137.
23 Abu Abdillah Badruddin Muhammad bin Abdillah alZarkashi, al-Bah r al-Muh i fi Usl
al-Fiqh, (Beirut: Dr al-Kutub,
1994), 8:54.
24 Abdurrahman bin Abu Bakar Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqn
fi Ulm al-Qur`an, (Cairo:al-Hay`ah al-Ammh li al-Kitb,
1974), 4:227.
10
makna27.
Enam fungsi ini bermuara pada satu kaidah, yaitu:
konteks kalimat menjelaskan maksud pembicara. Dari
kaidah ini dikembangkan kaidah-kaidah lain yang berkaitan
dengan konteks. Berikut kaidah tafsir yang berhubungan dengan
konteks bahasa.
A. Suatu penafsiran tidak boleh bertentangan dengan
makna kontekstualnya
Membelokkan suatu kalimat dari makna kontekstualnya
dapat mengakibatkan pertentangan dengan maksud yang
dikehendaki pembicara. Sebab, konteks dapat mengungkap apa
yang tersembunyi dari sebuah kalimat. Kaidah ini ditegaskan
Ibnu Taimiyah. Menurutnya, makna suatu kalimat didasarkan
pada kontkesnya, baik konteks bahasa maupun situasi28. Hal
yang sama juga diungkapkan al-Thabari dalam tafsirnya. Ia
katakan, tidak boleh membelokkan kalimat dari makna
konstektualnya kecuali dengan dalil yang dapat diterima, baik
berupa makna asosiatif ayat atau hadis Rasulullah S alla Allah
Alaihy wa Sallam29.
(159: )
Tidak ada seorangpun dari ahli kitab, kecuali akan beriman
kepadanya sebelum kematiannya. dan di hari kiamat nanti Isa itu
akan menjadi saksi terhadap mereka.
...
...
Pengertian ahlu al-bayt (keluarga) pada ayat tersebut bersifat
general yang mencakup anak dan istri. Berdasarkan generalitas
ayat, maka seluruh anak dan istri Rasulullah S alla Allah Alaihy
wa Sallam masuk dalam kategori orang-orang yang dibersihkan
dan disucikan. Tetapi konteks ayat mengindikasikan bahwa yang
dimaksud ahlu al-bayt adalah istri-istri Rasulullah S alla Allah
Alaihy wa Sallam. Sebab ayat sebelum dan sesudahnya memang
berbicara tentang mereka.
Sejak ayat 28 tema telah beralih membicarakan istri-istri
Rasulullah S alla Allah Alaihy wa Sallam. Bahkan permulaan ayat
33 juga membicarakan hal yang sama. Setelah menyebutkan
ahlu al-bayt ayat 34 kembali membicarakan istri-istri Rasulullah
S alla Allah Alaihy wa Sallam. Jadi, jika ahlu al-bayt pada ayat 33
) (28
(29
) (30
(31
) (32
) (33
)(34
)ketiga
Kata ganti dalam kalimat Arab lazim digunakan untuk
mempersingkat dan menghindari pengulangan. Jika yang
digunakan adalah kata ganti orang ketiga, maka dibutuhkan
penjelas untuk mengetahui tautan (marji) kata ganti tersebut.
Abu Hayyan berkata, kata ganti orang pertama dan kedua dapat
diketahui tautannya berdasarkan pengamatan langsung.
Sedangkan kata ganti orang ketiga tidak mungkin diketahui dari
pengamatan, dan karenanya memerlukan penjelas tautan kata
ganti tersebut33.
...
(58)
Menurutnya, berdasarkan konteks kata ganti pada
bertaut dengan
dengan
dan
pada ayat
sebelumnya:
(57)
Dan tidak mungkin keduanya bertaut pada
. Sebab,
konteks kalimat menentukan tautan beberapa kata ganti yang
serupa sesuai peruntukannya, seperti sair Abbas bin Mirdas:
...
Bibliografi
Abu al-Baqa, Ayyub bin Musa al-usaini, al-Kulliyy Mujam fi alMusalah
18
al-Tirmidhi, Abu Isa, Sunan al-Tirmidh, Cairo, Must afa al-Bab al-h alab,
1975
Uthman bin Jani, Abu al-Fath, al-Khas `is , Cairo, al-ay`ah al-Mas r iyah
al-mmah li al-Kitb, tth
al-Zarkashi, Abu Abdillah Badruddin Muhammad bin Abdillah, al-Bah r alMuh i fi
Usl
al-Fiqh, Beirut, Dr al-Kutub, 1994
___________, al-Burhn fi Ulm al-Qur`an, Cairo, Dr Ihy` al-Kutub
al-Arabiyyah, 1957
19