Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN PERILAKU DIET
PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi prasyaratan Ujian sarjana Psikologi
Oleh
RAISA ANDEA 051301057
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GANJ IL 2009 / 2010
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Hubungan antara Body Image dan Perilaku Diet pada Remaja
Raisa Andea dan Lili Garliah, M.Si.
ABSTRAK
Body image bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Kepedulian terhadap penampilan dan body image yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dan perilaku diet pada remaja. Populasi dan sampel penelitian ini adalah 215 orang siswa dan siswi di SMA Kemala Bhayangkari I Medan. Penelitian ini menggunakan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu Skala Body Image dan Skala Perilaku Diet yang disusun sendiri oleh peneliti dalambentuk Skala Likert dan Skala Semantik Diferensial berdasarkan dimensi-dimensi body image (Cash, dalam Seawell & Danorf-Burg 2005) dan metode-metode penurunan berat badan (French, Perry, Leon & Fulkerson, dalamElga 2007). Skala Body Image nilai reliabilitas untuk Skala Likert (r xx )=0.929 dan Skala Semantik Diferensial (r xx )=0.788, dan terdiri dari 39 aitem, sedangkan Skala Perilaku Diet nilai reliabilitas (r xx )=0.865 dan terdiri dari 28 aitem. Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara body image dengan perilaku diet dengan nilai r =-.554, (two tailed) <0.01. Artinya semakin positif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah, dan sebaliknya, semakin negatif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin tinggi.
Kata kunci: body image, perilaku diet
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Relationship between Body Image and Dieting Behaviors among Adolescent
Raisa Andea dan Lili Garliah, M.Si.
ABSTRACT
Body image in adolescent is important, because during adolescent, someone experience many changed, physically and also psychological. These rapid change has created a certain response for adolescent, that is a behavior concerned on his/her body shape. Attention to appearance and ideal body image may lead to obsessively effort such as weight control. Generally, adolescent do diet, sport, body treatment, consume diet pil, and many things to get ideal weight. This research is a correlational research that aims to understand the correlation between body image and dieting behaviors among adolescent. The population and subject of this research were 215 students in SMA Kemala Bhayangkari I Medan. This research using two scale as a measuring tools, namely Body Image Scale and Dieting Behaviors Scale organized by researcher in formed Likert Scale and Semantic Differential Scale based on the aspect of body image (Cash, in Seawell & Danorf-Burg 2005) and weight reduction methods (French, Perry, Leon & Fulkerson, dalamElga 2007). The Body Image Scale has a value of reliability for Likert Scale (r xx )=0.929 and Semantic Differential Scale (r xx )=0.788, and consist of 39 item, whereas the Dieting Behaviors Scale reliability value is (r xx )=0.865 and consist of 28 item. The analysed of research data using Pearson Product Moment correlation method. The result showed that there was a negative correlational between body image and dieting behaviors with correlation coefficient r =-.554, (two tailed) <0.01. The meaning is the more positive body image then the intensity of dieting behaviors will more low, and on the contrary, the more negative body image then the intensity of dieting behaviors will more high.
Keywords: body image, dieting behaviors
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah Hubungan antara Body Image dan Perilaku Diet pada Remaja. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Tidak dapat disangkal butuh usaha yang keras, kegigihan dan kesabaran untuk menyelesaikannya. Namun disadari, karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di sekeliling penulis yang telah mendukung dan membantu. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi USU. 2. Ibu Lili Garliah, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 3. Ibu Rika Eliana, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas kesabaran dan bimbingan, serta dukungannya selama ini. 4. Keluarga penulis (Ayah, Mama, bang Ikhsan dan Kak Ika serta Bang Ikhwan) yang telah memberikan dukungan moril dan materil selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen-dosen Psikologi USU atas semua ilmu yang telah diberikan, mudah- mudahan ilmu ini dapat berguna dan dapat diterapkan dengan baik. 6. Seluruh pegawai di lingkungan Psikologi USU yang telah membantu dan selalu memberikan dukungan kepada penulis.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
7. Untuk sahabat-sahabat terbaik penulis, yaitu Acid, Desti, Enoq, Kinan, Mirna, Mitha, Roro, Sevi, dan Vicky yang selalu menemani, memberikan dukungan, masukan, dan semangat. 8. Untuk Lubis, Bibie, Indah, Titin, Galih, Uget, Yulian, Ega, Puput, Dedy, dan Rio yang selalu mengisi hari-hari penulis di saat suka maupun duka. 9. Seluruh adik-adik, kakak-kakak, dan teman-teman di Psikologi USU. 10. Kepada Kepala Sekolah, para Guru dan Siswa-siswi SMA Kemala Bhayangkari I Medan yang telah membantu dan bersedia mengisi skala. Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, lingkungan akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan, serta para pembaca pada umumnya. Medan, November 2009
Penulis
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... iii DAFTAR TABEL........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................... B. Perumusan Masalah.............................................................. C. Tujuan Penelitian.................................................................. D. Manfaat Penelitian................................................................ E. Sistematika Penulisan........................................................... 1 7 8 8 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Tubuh.................................................................. 11 1. Definisi gambaran tubuh................................................ 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gambaran tubuh.............................................................. 3. Pengukuran gambaran tubuh.......................................... 11
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
2. Jenis perilaku diet.......................................................... 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet........... 4. Dampak perilaku diet..................................................... 5. Pengukuran perilaku diet............................................... 16 18 19 20 C. Remaja.................................................................................. 21 1. Definisi remaja............................................................... 2. Karakteristik perkembangan remaja.............................. 21 22 D. Hubungan Antara Gambaran Tubuh dan Perilaku Diet pada Remaja..........................................................................
24 E. Hipotesis............................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian............................................. B. Definisi Operasional............................................................. 1. Gambaran tubuh............................................................. 2. Perilaku diet.................................................................... C. Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel......................... 1. Populasi.......................................................................... 2. Metode pengambilan sampel.......................................... D. Instrumen/Alat Ukur yang Digunakan.................................. 1. Skala gambaran tubuh.................................................... 2. Skala perilaku diet.......................................................... E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur.................................... 1. Validitas......................................................................... 29 29 30 31 31 31 32 33 33 37 40 40
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
2. Reliabilitas...................................................................... 3. Daya beda aitem............................................................. 4. Hasil uji coba alat ukur................................................... F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian........................................... 1. Persiapan penelitian........................................................ 2. Pelaksanaan penelitian................................................... 3. Pengolahan data.............................................................. G. Metode Analisis Data............................................................ 1. Uji normalitas................................................................. 2. Uji linieritas.................................................................... 40 41 42 49 49 50 51 51 52 52
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran UmumSubjek Penelitian..................................... 1. J enis kelamin subjek penelitian...................................... 2. Usia Subjek Penelitian................................................... 3. Kelas Subjek Penelitian.................................................. 53 53 54 54 B. Hasil Penelitian..................................................................... 1. Uji asumsi....................................................................... 2. Hasil analisa data............................................................ 55 55 58 C. Hasil Tambahan.................................................................... 1. Gambaran skor gambaran tubuh berdasarkan jenis kelamin........................................................................... 2. Gambaran skor perilaku diet berdasarkan jenis kelamin........................................................................... 63
63
64 D. Pembahasan........................................................................... 65
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................... B. Saran..................................................................................... 72 73
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 75 LAMPIRAN
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Blue print skala gambaran tubuh sebelum uji coba 36 Tabel 2 Blue print skala perilaku diet sebelum uji coba 39 Tabel 3 Blue print skala gambaran tubuh setelah uji coba 43 Tabel 4 Blue print skala gambaran tubuh untuk penelitian 45 Tabel 5 Blue print skala perilaku diet setelah uji coba 47 Tabel 6 Blue print skala perilaku diet untuk penelitian 48 Tabel 7 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin 53 Tabel 8 Gambaran subjek berdasarkan usia 54 Tabel 9 Gambaran subjek berdasarkan kelas 54 Tabel 10 Normalitas sebaran variabel gambaran tubuh dan perilaku diet 56 Tabel 11 Linearitas hubungan kedua variabel 57 Tabel 12 Korelasi pearson 58 Tabel 13 Kriteria kategorisasi data gambaran tubuh dan perilaku diet 60 Tabel 14 Gambaran skor gambaran tubuh 60 Tabel 15 Kategorisasi data empirik gambaran tubuh 61 Tabel 16 Gambaran skor perilaku diet 62 Tabel 17 Kategorisasi data empirik perilaku diet 62 Tabel 18 Gambaran skor gambaran tubuh berdasarkan jenis kelamin 63 Tabel 19 Perbedaan gambaran tubuh dilihat dari jenis kelamin 63
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 20 Gambaran skor perilaku diet berdasarkan jenis kelamin 64 Tabel 21 Perbedaan perilaku diet dilihat dari jenis kelamin 64
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Scatter plot gambaran tubuh dan perilaku diet 57
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Validitas dan reliabilitas skala gambaran tubuh LAMPIRAN B Validitas dan reliabilitas skala perilaku diet LAMPIRAN C Skala gambaran tubuh dan skala perilaku diet LAMPIRAN D Data mentah gambaran tubuh pada saat penelitian LAMPIRAN E Data mentah perilaku diet pada saat penelitian LAMPIRAN F Hasil pengolahan data LAMPIRAN G Hasil-hasil tambahan LAMPIRAN H Surat keterangan pengambilan data dari pihak sekolah
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Body image bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Conger dan Peterson (dalam Sarafino, 1998) yang mengatakan bahwa pada masa remaja, para remaja biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya. Bagaimana perasaan seseorang mengenai penampilan fisik inilah yang disebut dengan body image (Valencia, 2008). Body image dapat juga didefinisikan sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum (Cash dan Deagle dalam Jones, 2002). Peneliti akan menggunakan istilah gambaran tubuh untuk menjelaskan body image pada penelitian ini. Santrock (2003) mengatakan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik seperti, berpakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
alat-alat kecantikan, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Dion (dalam Hurlock, 1999) yang menyatakan bahwa meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang tidak disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi hal tersebut belum cukup untuk menjamin adanya perasaan puas terhadap tubuhnya. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan dari pada remaja laki-laki. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn & Paikoff dalam Santrock, 2003). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Winzeler (2005) yang menyatakan bahwa remaja laki-laki lebih bangga dengan tubuhnya dan lebih puas dengan berat badannya sebesar 73% dari pada remaja perempuan yang hanya sebesar 47%. Berdasarkan pemaparan diatas, menunjukkan adanya perbedaan tingkat ketidakpuasaan terhadap gambaran tubuh pada remaja laki-laki dan perempuan. Ketidakpuasan ini yang pada akhirnya membuat remaja menjadi tidak percaya diri dan menganggap penampilannya sebagai sesuatu yang menakutkan. Hasil penelitian Pope, Philips, dan Olivardia (2000) menunjukkan bahwa perempuan lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan laki-laki.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada perempuan saja tetapi laki-laki pun terkadang memperhatikan penampilan mereka. Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing (Davison, Markey, & Birch dalam Markey, 2005). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan majalah perempuan Glamour, diperoleh hasil bahwa dari 4000 remaja perempuan, hanya 19% saja yang merasa puas akan tubuhnya, dan sisanya 81% merasa tidak puas dan cenderung melakukan diet. Berikut penulis mencantumkan sebuah artikel yang diambil dari sebuah media cetak. Gue mau banget punya badan langsing. Soalnya temen-temen gue men- support untuk mempunyai badan yang langsing. Gue juga mengonsumsi suplemen untuk memperlancar gue mendapatkan tubuh yang indah, yah, meskipun ada efek sampingnya, tapi ya gak apa-apalah. Hehe. (Putri, Kompas 10 Juli 2009).
Pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Evans, 2008). Hal ini disebabkan karena adanya figur ideal yang menjadi panutan yang dapat diperoleh dari faktor luar seperti media. Media dapat mempengaruhi gambaran ideal akan sosok tubuh seseorang, baik itu laki-laki maupun perempuan. Semakin sering melihat sosok tubuh sempurna, maka semakin besar obsesi untuk bisa seperti model dalam majalah (Harmatz, Gronendyke & Thomas, dalam Mills & DAlfonso 2007). Berdasarkan pemaparan diatas, menunjukkan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Berscheid (Papalia & Olds, 2008) menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap gambaran tubuh lebih mampu menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Perubahan fisik karena pubertas dapat membuat kaum remaja diliputi perasaan tidak pasti dan takut yang menyebabkan mereka cenderung berpikir negatif. Dacey dan Kenny (2004) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap gambaran tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain. Para remaja seringkali rentan terhadap perasaan negatif ketika mereka merasa bahwa mereka ditolak oleh teman sebaya. Bagi remaja yang bentuk tubuhnya tidak ideal, sering menolak kenyataan perubahan fisiknya sehingga mereka tampak mengasingkan diri karena merasa minder dan bagi remaja yang menerima perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, menganggap hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena memang akan dialami oleh semua orang yang melalui masa pubertas. Rasa minder itu timbul karena remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Remaja menyadari bahwa mereka yang menarik biasanya mendapat perlakuan lebih baik dari pada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1999). Pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya sehingga terlihat menarik. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan (Davison & Birch dalam Papalia, 2008). Pola ini menjadi
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny, 2001). Konsep tubuh yang ideal pada perempuan adalah tubuh langsing (Sanggarwaty, 2003), sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot, berdada bidang, serta biseps yang menonjol (McCabe, 2004). Orang dengan tubuh kurang ideal selalu dipersepsikan malas dan mudah puas dengan dirinya, dan banyak dari mereka yang berharap agar berat badannya turun dengan sendirinya (Brownell dalam Sarafino, 1998). Begitu sadar berat badannya bertambah, biasanya orang akan mencoba membatasi makanannya (Gunawan, 2004). Hal ini mengakibatkan banyak dari remaja yang mengontrol berat badan dengan melakukan diet dan berolahraga untuk membentuk tubuh yang ideal. Sejauh ini remaja lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan. Diet didefinisikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan (Hawks, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Maes (dalam Papalia 2008), pada usia 15 tahun, lebih dari setengah remaja perempuan di enam belas negara melakukan diet atau berpikir mereka harus melakukan hal tersebut. Pada umumnya, perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah 25-30% pada perempuan dan 18-23% pada laki-laki. Perempuan dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan laki-laki dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami kelebihan berat badan (Maulana, 2008).
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Kim dan Lennon (2006) mengatakan bahwa, diet mencakup pola-pola perilaku yang bervariasi, dari pemilihan makanan yang baik untuk kesehatan sampai pembatasan yang sangat ketat akan konsumsi kalori. Menurut Ilyas (Kompas, 2009) diet yang sebenarnya adalah cara mengombinasikan makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari, yaitu kombinasi antara 60-70% karbohidrat, 10-15% protein, dan 20-25% lemak. Jadi, diet itu bukan berarti harus menahan lapar sepanjang hari. Perilaku tidak sehat yang dapat diasosiasikan dengan diet misalnya puasa, tidak makan dengan sengaja, penggunaan pil-pil diet, penahan nafsu makan atau laxative, muntah dengan disengaja, dan binge eating (French, Perry, Leon & Fulkerson, 1995). Diet yang dilakukan oleh remaja bukanlah hal yang dapat disepelekan. Saat remaja adalah saat ketika tubuh seseorang sedang berkembang pesat dan sudah seharusnya mendapatkan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk berkembang. Kebiasaan diet pada remaja dapat membatasi masukan nutrisi yang mereka butuhkan agar tubuh dapat tumbuh. Selain itu, diet pada remaja juga dapat menjadi sebuah titik awal berkembangnya gangguan pola makan. Beberapa penelitian lain juga mengatakan bahwa seorang remaja yang berdiet kemudian menghentikan dietnya dapat menjadi overeater (perilaku makan berlebihan) pada tahun-tahun berikutnya (Hill, Oliver & Rogers dalam Elga, 2007). Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa perilaku diet dapat membawa dampak yang buruk bagi kesehatan remaja yang melakukannya. Saat ini, diet merupakan salah satu cara cara yang paling populer untuk menurunkan berat badan karena diet dapat dilakukan oleh hampir semua orang,
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
tidak mahal, diterima secara sosial, dan tidak menimbulkan efek samping yang langsung terasa (Hill, dkk. dalam Elga, 2007). Ogden (2002) menyatakan hal sebaliknya, bahwa orang-orang yang mempunyai keinginan untuk mengubah bentuk tubuhnya tidak selalu melakukan diet. Beberapa orang memilih untuk mengenakan baju-baju yang membuat mereka terlihat kurus atau melakukan jalan pintas melalui operasi. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata seseorang yang memiliki rasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya belum tentu melakukan diet, melainkan mereka dapat memilih cara-cara lain untuk memperbaiki penampilannya. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh sangat kuat terjadi pada masa remaja, baik pada remaja laki-laki maupun perempuan. Para remaja melakukan melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik. Salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan diet. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bahwa peneliti ingin melihat hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.
B. Perumusan Masalah Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubunganantara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja?
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.
D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis: 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan agar dapat menambah khasanah ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Perkembangan mengenai hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.
2. Manfaat praktis a. Bagi para remaja agar tetap menghargai tubuh yang dimiliki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. b. Bagi para orang tua yang memiliki anak remaja agar memperhatikan perkembangan anak, memberikan dukungan, dan mendidik anak untuk menghargai tubuh yang dimiliki. c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, khususnya penelitian yang berhubungan dengan gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
E. Sistematika Penelitian Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bab I berisi tentang penjelasan latar belakang masalah, identifikasi permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab II berisi tentang teori yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang terdapat dalam penelitian ini adalah teori tentang gambaran tubuh, perilaku diet, dan remaja. Bab ini juga mengemukakan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja. BAB III : Metode Penelitian Bab III berisi uraian yang menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data untuk melakukan pengujian hipotesis yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data Bab IV berisi uraian gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan deskripsi data penelitian. BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Bab V berisi uraian mengenai kesimpulan hasil penelitian, serta saran metodologis dan praktis.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
BAB II LANDASAN TEORI
Terdapat beberapa pengertian mengenai gambaran tubuh yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Setiap ahli memiliki pendapat yang berbeda dalam mendefinisikan gambaran tubuh. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan pengertian perilaku diet yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli.
F. Gambaran Tubuh 4. Definisi gambaran tubuh Terdapat beberapa pengertian mengenai gambaran tubuh yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (dalam Papalia, 2008) gambaran tubuh adalah evaluasi mengenai penampilan seseorang. Jade (1999) mengatakan bahwa gambaran tubuh adalah perasaan subjektif mengenai penampilan dan tubuh. Cash dan Deagle (dalam Jones, 2002) mendefinisikan gambaran tubuh sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum. Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), gambaran tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif atau negatif. Cash (1994) menyatakan bahwa gambaran tubuh merupakan evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap atribut fisik, bisa dikatakan bahwa investasi dalam penampilan meupakan bagian utama dari evaluasi diri seseorang. Cash (dalam Seawell, 2005) juga menjelaskan bahwa gambaran tubuh adalah
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
konstruk yang multidimensional yang terdiri dari persepsi, kognisi, emosi, dan perilaku yang berkaitan dengan atribut fisik. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran tubuh merupakan perasaan, pengalaman, sikap dan evaluasi yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya yang meliputi bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik yang dapat bersifat positif atau negatif.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gambaran tubuh Beberapa ahli menyatakan bahwa gambaran tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gambaran tubuh adalah sebagai berikut: a. Jenis kelamin Cash dan Pruzinsky (2002) mengatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan gambaran tubuh seseorang. Dacey dan Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis kelamin mempengaruhi gambaran tubuh. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan dari pada remaja laki-laki. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn & Paikoff dalam
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Santrock, 2003). Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing (Davison, Markey, & Birch dalam Markey, 2005). Sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Evans, 2008).
b. Media Massa Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.
c. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash Purzinsky, 2002) menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (Chase, 2001).
6. Pengukuran gambaran tubuh Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai gambaran tubuh pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005).
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005) mengemukakan adanya lima dimensi gambaran tubuh, yaitu: a. Appearance evaluation (evaluasi penampilan), yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan. b. Appearance orientation (orientasi penampilan), yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. c. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan. d. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan. e. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
G. Perilaku Diet 6. Definisi perilaku diet Definisi diet menurut Muda (2003) adalah aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur kuantitas dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau karena penyakit. Menurut Kim dan Lennon (2006), diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan. Menurut Hawks (2008) perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan. Berdasarkan definisi di atas, perilaku diet dapat diartikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan atau kalori yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi atau mempertahankan berat badan.
7. Jenis perilaku diet Berikut ini akan dijabarkan beberapa perilaku diet yang sehat dan tidak sehat menurut Kim dan Lennon (2006): a. Diet sehat Diet dapat diasosiasikan dengan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah kalori atau rendah lemak, dan menambah aktivitas fisik secara wajar. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh. Diet sehat dapat dilakukan dengan cara mengurangi
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
masukan kalori ke dalam tubuh namun tetap menjaga pola makan yang dianjurkan oleh pedoman gizi seimbang (Anwar, dalam Elga, 2007). Orang yang melakukan diet untuk alasan kesehatan akan melakukan cara yang sehat pula, misalnya mengikuti pola makan yang dianjurkan (Kim & Lennon, 2006). Adapun pola makan sehat yang dianjurkan agar seseorang senantiasa mendapatkan nutrisi yang seimbang bagi tubuh mereka adalah: (1) Berbagai macam variasi dari buah-buahan dan sayuran sebaiknya dikonsumsi paling sedikit lima porsi sehari. (2) Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat sebaiknya dikonsumsi, khususnya yang mengandung serat tinggi seperti roti, pasta, sereal, dan kentang. Di Indonesia, karbohidrat lebih umum dikonsumsi dalam bentuk nasi, roti, mie, atau kentang sebagai makanan pokok yang dimakan setiap hari (Anwar, dalam Elga, 2007). (3) Daging, ikan, dan sejenisnya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan lebih dianjurkan untuk memilih yang rendah lemak. (4) Susu dan produk-produk olahan dari susu sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan mengandung kadar lemak yang rendah. (5) Cemilan dan makanan yang mengandung gula seperti keripik kentang, permen, dan minuman yang mengandung gula sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah kecil dan jarang.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
b. Diet tidak sehat Diet jenis ini dapat diasosiasikan dengan perilaku yang membahayakan kesehatan dapat dilakukan dengan berpuasa (di luar niat ibadah) atau melewatkan waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat penurun berat badan, penahan nafsu makan, muntah dengan disengaja, dan binge eating. Orang-orang yang berdiet semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan akan cenderung menempuh cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan mereka (Kim & Lennon, 2006).
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet Beberapa ahli menyatakan bahwa perilaku diet dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah sebagai berikut: a. Jenis kelamin Diet merupakan kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan (Hawks, 2008). Perilaku diet menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Maes (dalam Papalia 2008), pada usia 15 tahun, lebih dari setengah remaja perempuan di enam belas negara melakukan diet atau berpikir mereka harus melakukan hal tersebut. Pada umumnya, perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
b. Status berat badan Dwyer (1997) mengatakan bahwa orang yang memiliki berat badan lebih, lebih perhatian terhadap berat badan dari pada orang yang lebih ringan.
c. Kelas sosial Perilaku diet dan perhatian terhadap berat badan cenderung terjadi pada orang yang kelas sosialnya tinggi dari pada yang rendah (Dwyer, 1997)
9. Dampak perilaku diet Menurut Hawks (2008), perilaku diet dapat menimbulkan dampak bagi seseorang, yaitu: a. Dampak biologis Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level systemic cortisol. Cortisol merupakan pertanda dari timbulnya stres, yang merupakan prediktor terhadap level rasa lapar dan hal ini merupakan faktor yang beresiko terhadap timbulnya tulang yang rapuh.
b. Dampak psikologis Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan emosional dari pada individu yang tidak diet, dan akan mengalami kecemasan, serta kurangnya penyesuaian diri yang baik pada area sosialisasi, kematangan, tanggung jawab, dan struktur nilai intrapersonal.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
c. Dampak kognitif Kerusakan dalam working memory, waktu reaksi, tingkat perhatian dan performansi kognitif dipengaruhi oleh bentuk tubuh, makanan, dan diet, yang disebabkan oleh kecemasan yang dihasilkan oleh efek stres terhadap diet.
10. Pengukuran perilaku diet Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai perilaku diet pada umumnya mengacu pada alat ukur yang disusun oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (dalam Elga, 2007). Alat ukur ini terdiri dari dua metode penurunan berat badan, antara lain: a. Metode penurunan berat badan yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga. Metode ini terdiri dari: pengurangan kalori, memperbanyak olahraga, memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi cemilan, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen atau makanan manis, mengurangi porsi makan yang di konsumsi, mengubah tipe makanan, mengurangi konsumsi daging, mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi, dan mengkonsumsi makanan-makanan rendah kalori. b. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat yang mencerminkan usaha mengontrol berat badan yang tidak sehat. Metode ini terdiri dari: puasa (di luar ibadah), sengaja melewatkan waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam), memperbanyak merokok, penggunaan laxative (obat pelancar buang air besar), menggunakan diuretic (obat penyerap kadar air dalam tubuh), menggunakan penahan nafsu makan, menggunakan pil diet,
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
memuntahkan makanan dengan disengaja, tidak makan daging sama sekali, tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali, dan hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari.
H. Remaja 3. Definisi remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin, yaitu adolescere yang berarti perkembangan menjadi dewasa (Monks, 1999). Piaget (dalam Hurlock, 1999) mengemukakan bahwa istilah adolescence mempunyai arti lebih luas yaitu mencakup kematangan emosional, mental, sosial, dan fisik. Santrock (2003), mengatakan bahwa masa remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial. Batasan usia yang ditetapkan para ahli untuk masa remaja berbeda-beda. Menurut Hall (dalam Santrock, 2003), usia remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 tahun. Monks (1999) menyatakan bahwa batasan usia remaja antara 12 hingga 21 tahun, yang terbagi dalam 3 fase, yaitu remaja awal (usia 12 hingga 15 tahun), remaja tengah/madya (usia 15 hingga 18 tahun) dan remaja akhir (usia 18 hingga 21 tahun). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah periode perkembangan dari anak-anak ke dewasa awal yang mencakup perubahan fisik, sosial, emosional, kognitif dan mental yang berlangsung antara usia 12 hingga 21 atau 23 tahun.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
4. Karakteristik perkembangan remaja a. Perkembangan fisik remaja Perkembangan fisik remaja ditandai dengan adanya suatu periode yang disebut pubertas. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang perkembangan dua jenis hormon kewanitaan, yaitu estrogen dan progesteron. Pada anak laki- laki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang perkembangan testosteron. Perkembangan secara cepat dari hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sistem biologis seorang anak. Pada anak perempuan, peristiwa pertama yang terjadi adalah telarke, yaitu terbentuknya payudara, diikuti oleh pubarke, yaitu tumbuhnya rambut pubis dan ketiak, lalu menarke, yaitu periode haid pertama. Haid merupakan pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga pertumbuhan otot yang cepat, tumbuhnya rambut pubis, dan suara yang semakin halus. Anak laki-laki juga mengalami perubahan fisik, seperti suara yang semakin berat, pertumbuhan otot, dan pertumbuhan rambut tubuh. Perkembangan fisik remaja akan berlangsung sangat cepat sejak awal terjadinya pubertas (Dacey & Travers, 2004). Perubahan dan perkembangan fisik yang pesat ini membuat
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
remaja memperhatikan tubuhnya yang mempengaruhi interaksinya dengan orang lain di sekitarnya, terutama teman sebayanya.
b. Perkembangan kognitif remaja Menurut Piaget (dalam Papalia, 2008), perkembangan kognitif remaja berada pada tahap operasional formal. Tahap ini merupakan tahap yang paling tinggi dalam perkembangan kognitif individu, dimana remaja mempunyai kemampuan untuk memanipulasi informasi dan mempunyai pemikiran yang lebih luas lagi. Pada masa remaja, proses pembentukan gambaran tubuh sudah di ikuti dengan proses kognisi. Proses kognisi tersebut berupa pemikiran dan keinginan untuk mengidentifikasikan diri sesuai dengan tokoh idolanya. Proses pembentukan gambaran tubuh yang baru pada masa remaja ke dalam diri adalah bagian dari tugas perkembangan yang sangat penting (Dacey & Kenny, 2001). Dalam beberapa hal pemikiran para remaja masih terlihat kurang matang. Salah satu karakteristik pemikiran remaja yang belum matang ini adalah kesadaran diri. Elkind (dalam Papalia, 2008) merujuk kondisi kesadaran diri ini sebagai imaginary audience, yaitu menggambarkan peningkatan kesadaran remaja yang tampil pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian yang amat besar terhadap diri mereka, sebesar perhatian mereka sendiri. Gejala imaginary audience mencakup berbagai perilaku untuk mendapatkan perhatian, keinginan agar kehadirannya diperhatikan, disadari oleh orang lain, dan menjadi pusat perhatian.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
c. Perkembangan sosial remaja Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah (Hurlock, 1999). Pada saat memasuki usia remaja, seorang individu sudah mulai menyadari bahwa dirinya bukan akan-anak lagi dan mulai berusaha untuk memasuki dunia orang dewasa, berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari orang dewasa dan mencari identitas diri yang dapat mempengaruhi perasaan mereka terhadap diri sendiri. Menurut Handel (dalam Rice, 1990), sejak masa puber, remaja umumnya mulai memperhatikan dan membandingkan hal-hal khusus seperti penampilan fisik (misalnya bentuk tubuh) dan kemampuan sosialisasinya dengan lingkungan pergaulan dan tokoh idolanya. Remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Hal tersebut yang menyebabkan remaja sangat terpengaruh terhadap penilaian dari orang lain terhadap bentuk tubuhnya dan peka terhadap rasa malu (karena adanya penilaian yang kurang baik).
I. Hubungan Antara Gambaran Tubuh dan Perilaku Diet Pada Remaja Conger dan Peterson (dalam Sarafino, 1998) mengemukakan bahwa gambaran tubuh bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis pada masa remaja, seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Para remaja biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya. Bagaimana perasaan seseorang mengenai penampilan fisik inilah yang disebut dengan gambaran tubuh (Valencia, 2008). Perhatian terhadap gambaran tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki (Santrock, 2003). Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik seperti, berpakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan alat-alat kecantikan, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn & Paikoff dalam Santrock, 2003). Hasil penelitian Pope, Philips, dan Olivardia (2000) menunjukkan bahwa perempuan lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan laki-laki.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada perempuan saja tetapi laki-laki pun terkadang memperhatikan penampilan mereka. Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing, sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Evans, 2008). Berscheid (Papalia & Olds, 2008) menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap gambaran tubuh lebih mampu menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Dacey dan Kenny (2001) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap gambaran tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain. Memiliki gambaran tubuh yang ideal merupakan keinginan setiap remaja. Pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya sehingga terlihat menarik. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan (Davison & Birch dalam Papalia 2008). Pola ini menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny, 2001). Konsep tubuh yang ideal pada perempuan adalah tubuh langsing (Sanggarwaty, 2003), sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot, berdada bidang, serta
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
biseps yang menonjol (McCabe & Ricciardeli, 2004). Orang dengan tubuh kurang ideal selalu dipersepsikan malas dan mudah puas dengan dirinya, dan banyak dari mereka yang berharap agar berat badannya turun dengan sendirinya (Brownell dalam Sarafino, 1998). Begitu sadar berat badannya bertambah, biasanya orang akan mencoba membatasi makanannya (Gunawan, 2004). Hal ini mengakibatkan banyak dari remaja yang mengontrol berat badan dengan melakukan diet dan berolahraga untuk membentuk tubuh yang ideal. Sejauh ini remaja lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan. Diet didefinisikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan (Hawks, 2008). Saat ini, diet merupakan salah satu cara cara yang paling populer untuk menurunkan berat badan karena diet dapat dilakukan oleh hampir semua orang, tidak mahal, diterima secara sosial, dan tidak menimbulkan efek samping yang langsung terasa (Hill, dkk. dalam Elga, 2007). Ogden (2002) menyatakan hal sebaliknya, bahwa orang-orang yang mempunyai keinginan untuk mengubah bentuk tubuhnya tidak selalu melakukan diet. Beberapa orang memilih untuk mengenakan baju-baju yang membuat mereka terlihat kurus atau melakukan jalan pintas melalui operasi. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata seseorang yang memiliki rasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya belum tentu melakukan diet, melainkan mereka dapat memilih cara-cara lain untuk memperbaiki penampilannya. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh sangat kuat pada masa remaja, baik pada remaja laki-laki maupun
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
perempuan. Para remaja melakukan melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik. Salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan diet.
J. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja, yang artinya semakin positif gambaran tubuh remaja maka intensitas perilaku diet yang dilakukan remaja akan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya, semakin negatif gambaran tubuh remaja maka intensitas perilaku diet yang dilakukan remaja akan semakin tinggi.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
BAB III METODE PENELITIAN
Hadi (2000) mengatakan bahwa metode penelitian dalam suatu penelitian ilmiah merupakan unsur penting karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Pembahasan dalam bab ini meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data
D. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : gambaran tubuh 2. Variabel tergantung : perilaku diet
E. Definisi Operasional Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, akan dikemukakan definisi-definisi dari variabel yang digunakan, yaitu:
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
3. Gambaran tubuh Gambaran tubuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari jawaban subjek terhadap skala gambaran tubuh yang disusun dengan format Likert dengan lima pilihan jawaban dari Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Netral (N), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS) dan juga disusun dengan format Diferensial Semantik dengan lima pilihan jawaban yang terletak di kutub berseberangan, yaitu kutub negatif (yang berisi keadaan negatif) dan kutub positif (yang berisi keadaan positif). Alat ukur gambaran tubuh ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash. Cash mengemukakan adanya lima dimensi gambaran tubuh, yaitu: f. Appearance evaluation (evaluasi Penampilan) g. Appearance orientation (orientasi penampilan) h. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh) i. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk) j. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh) Skor total pada skala gambaran tubuh merupakan petunjuk gambaran tubuh yang positif atau negatif. Skor skala yang tinggi menunjukkan gambaran tubuh yang positif, sebaliknya skor skala yang rendah menunjukkan gambaran tubuh yang negatif.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
4. Perilaku diet Perilaku diet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari jawaban subjek terhadap skala perilaku diet yang disusun dengan format Likert dengan empat pilihan jawaban dari Tidak Pernah (TP), Kadang (KD), Sering (SR), dan Selalu (SL). Alat ukur perilaku diet ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan alat ukur yang dibuat oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (1995). Alat ukur ini menampilkan daftar metode-metode penurunan berat badan yang terdiri dari: a. Metode penurunan berat badan yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga. b. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat yang mencerminkan usaha mengontrol berat badan yang tidak sehat. Skor total pada skala perilaku diet merupakan petunjuk tinggi dan rendahnya intensitas perilaku diet pada remaja. Semakin tinggi skor skala perilaku diet maka perilaku diet yang dilakukan remaja semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin rendah skor skala perilaku diet maka perilaku diet yang dilakukan remaja semakin rendah intensitasnya.
F. Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam suatu penelitian merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah seluruh subjek yang
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama (Hadi, 2000). Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki penulis, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Remaja putra dan putri b. Usia 15-18 tahun c. Mengikuti pendidikan formal, yaitu Sekolah Menengah Atas
2. Metode pengambilan sampel Pengambilan sampel atau sampling adalah proses yang dilakukan untuk memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi, sehingga dapat digunakan sebagai wakil yang sahih atau dapat mewakili bagi populasi tersebut (Sugiarto, Siagian, Sunaryanto & Octomo, 2003). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan tabel bilangan angka random. Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah sesuai dengan yang dikatakan Hadi (2000) bahwa teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel tanpa pandang bulu dan bertitik tolak pada prinsip-prinsip matematik yang telah
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
teruji. Konsep dasarnya adalah bahwa setiap anggota populasi punya peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel (Danim, 1997).
G. Instrumen/Alat Ukur yang Digunakan Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil serta diukur. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala. Skala adalah suatu metode pengumpulan data yang merupakan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Hadi, 2000). Menurut Hadi (2000), skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut : 1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya 2. Bahwa apa yang dinyatakan subjek pada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya 3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua buah skala yaitu, skala perilaku diet dan skala gambaran tubuh. 3. Skala gambaran tubuh Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gambaran tubuh adalah skala gambaran tubuh yang dirancang dan dikembangkan sendiri oleh peneliti yang
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
disusun berdasarkan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire- Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005). Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005) mengemukakan adanya lima dimensi gambaran tubuh, yaitu: a. Appearance evaluation (evaluasi penampilan), yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan. b. Appearance orientation (orientasi penampilan), yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. c. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan. d. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan. e. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Skala gambaran tubuh disusun berdasarkan skala Likert dan skala Diferensial Semantik. Skala Likert digunakan untuk mengungkap dimensi appearance evaluation(evaluasi penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), dan overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk). Skala Likert terdiri dari dua kategori aitem, yaitu aitem favorable (mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavorable (tidak mendukung konstruk yang hendak diukur), dan menyediakan lima alternatif jawaban yang terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Netral (N), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Nilai pada setiap pilihan berada pada rentang 1-5. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu STS =1, TS =2, N =3, S =4, SS =5. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan unfavorable yaitu STS =5, TS =4, N=3, S =2, SS =1. Skala Diferensial Semantik digunakan untuk mengungkap dimensi body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), dan self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh). Skala ini memiliki dua pilihan jawaban yang terletak di kutub yang berseberangan, yaitu kutub negatif (yang berisi keadaan negatif) dan kutub positif (yang berisi keadaan positif) dari setiap pernyataan. Diantara kedua kutub tersebut tersedia lima garis yang menunjukkan dimana posisi subjek terhadap pernyataan yang disediakan, yaitu Kutub negatif __ __ __ __ __ Kutub positif. Bobot penilaian untuk setiap garis adalah Kutub negatif 1 2 3 4 5 Kutub positif Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk blue print pada tabel berikut ini:
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 1. Blue print skala gambaran tubuh sebelum uji coba No . Aspek / Dimensi Gambaran Tubuh Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah (Persen) F UF 1. Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan) - Evaluasi terhadap penampilan dari diri pribadi - Evaluasi terhadap penampilan dari orang lain 1, 5, 9, 19, 23, 31, 42 2, 8, 20, 33, 37, 41
13 (21.7 %)
2. Appearance Orientation (Orientasi penampilan) - Perhatian individu dalam menjaga penampilan - Usaha dalam memperbaiki dan meningkatkan penampilan 3, 6, 14, 24, 25, 27 28, 43 4, 10, 29, 32 12 (20 %)
3. Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh) - Kepuasan terhadap wajah - Kepuasan terhadap rambut - Kepuasan terhadap tubuh bagian bawah - Kepuasan terhadap tubuh bagian tengah - Kepuasan terhadap tubuh bagian atas - Kepuasan terhadap tampilan otot - Kepuasan terhadap berat badan - Kepuasan terhadap tinggi badan - Kepuasan terhadap keseluruhan penampilan 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58 9 (15 %)
4. Overweight Preoccupation (Kecemasan menjadi gemuk) - Kecemasan terhadap kegemukan - Kewaspadan individu terhadap berat badan - Kecenderungan melakukan diet - Membatasi pola makan 12, 15, 17, 22, 26, 30, 35, 39, 45, 47
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
5. Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh) - Berat badan - Tinggi badan 59, 60 2 (3.3 %)
TOTAL 36 (60 %) 24 (40 %) 60 (100 %)
Dari setiap karakteristik akan diturunkan sejumlah aitem dimana dari setiap aitem akan diperoleh skor total yang menunjukkan semakin tinggi skor gambaran tubuh individu maka akan diikuti oleh semakin positif gambaran tubuhnya, sebaliknya semakin rendah skor gambaran tubuh individu maka akan diikuti oleh semakin negatif gambaran tubuhnya.
4. Skala perilaku diet Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku diet adalah skala perilaku diet yang dirancang dan dikembangkan sendiri oleh peneliti yang disusun berdasarkan metode-metode penurunan berat badan yang dikemukakan oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (dalam Elga, 2007). Alat ukur ini menampilkan daftar metode-metode penurunan berat badan yang terdiri dari: a. Metode penurunan berat badan yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga. Metode ini terdiri dari: pengurangan kalori, memperbanyak olahraga, memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi cemilan, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen atau makanan manis, mengurangi porsi makan yang di konsumsi, mengubah tipe makanan, mengurangi konsumsi daging, mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi, dan mengkonsumsi makanan-makanan rendah kalori.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
b. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat yang mencerminkan usaha mengontrol berat badan yang tidak sehat. Metode ini terdiri dari: puasa (di luar ibadah), sengaja melewatkan waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam), memperbanyak merokok, penggunaan laxative (obat pelancar buang air besar), menggunakan diuretic (obat penyerap kadar air dalam tubuh), menggunakan penahan nafsu makan, menggunakan pil diet, memuntahkan makanan dengan disengaja, tidak makan daging sama sekali, tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali, dan hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari. Skala perilaku diet disusun berdasarkan skala Likert yang terdiri dari dua kategori aitem, yaitu aitem favorable (mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavorable (tidak mendukung konstruk yang hendak diukur), dan menyediakan empat alternatif jawaban yang terdiri dari Tidak Pernah (TP), Kadang (KD), Sering (SR), dan Selalu (SL). Nilai pada setiap pilihan berada pada rentang 1-4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu TP =1, KD =2, SR =3, SL =4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan unfavorable yaitu TP =4, KD =3, SR =2, SL =1. Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk blue print pada tabel berikut ini:
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 2. Blue print skala perilaku diet sebelum uji coba No Aspek / Dimensi Perilaku Diet Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah (Persen) F UF 1. Metode penurunan berat badan yang sehat - pengurangan kalori - memperbanyak olahraga - memperbanyak makan buah dan sayur - mengurangi cemilan - mengurangi asupan lemak - mengurangi permen atau makanan manis - mengurangi porsi makan yang di konsumsi - mengubah tipe makanan - mengurangi konsumsi daging - mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi - mengkonsumsi makanan- makanan rendah kalori 1, 2, 3, 7, 8, 11, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 39 4, 5, 6, 9, 10, 28, 29 30, 37, 38 25 (62.5 %) 2. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat - puasa (di luar ibadah) - sengaja melewatkan waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam) - memperbanyak merokok - penggunaan laxative (obat pelancar buang air besar) - menggunakan diuretic (obat penyerap kadar air dalam tubuh) - menggunakan penahan nafsu makan - menggunakan pil diet - memuntahkan makanan dengan disengaja - tidak makan daging sama sekali - tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali - hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 34, 35, 36, 40
15 (37.5 %) TOTAL 30 (75 %) 10 (25 %) 40 (100 %)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Dari setiap karakteristik akan diturunkan sejumlah aitem dimana dari setiap aitem akan diperoleh skor total yang menunjukkan semakin tinggi skor perilaku diet individu maka menunjukkan intensitas perilaku diet yang tinggi, sebaliknya skor skala yang rendah menunjukkan intensitas perilaku diet yang rendah.
H. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur 5. Validitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencpaai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Azwar, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2000). Professional judgement di dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing penelitian ini.
6. Reliabilitas Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan, bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi atau alat kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukur (Azwar, 2000).
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan internal consistency (Cronbachs alpha coefficient) yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi di dalam tes itu sendiri. Teknik ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Azwar, 2000).
7. Daya beda aitem Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki satu atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes secara keseluruhan (Azwar, 2007). Pengujian daya beda aitem ini menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisen korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem(Azwar, 2007).
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
8. Hasil uji coba alat ukur a. Hasil uji coba alat ukur gambaran tubuh Ujicoba skala gambaran tubuh di lakukan terhadap 300 remaja siswa-siswi SMA di kota Medan yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Hasil ujicoba skala gambaran tubuh untuk skala Likert menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,929 dengan kisaran nilai corrected item total correlation yang bergerak dari 0,310 0,755. Sedangkan hasil ujicoba skala gambaran tubuh untuk skala Diferensial Semantik juga menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel, dimana nilai koefisien alpha sebesar 0,788 dengan kisaran nilai corrected item total correlation yang bergerak dari 0,359 0,528. Jumlah aitem skala gambaran tubuh yang di ujicobakan adalah 49 aitem untuk skala Likert dan 11 aitem untuk skala Diferensial Semantik. Untuk skala Likert, jumlah aitem yang baik setelah dilakukan ujicoba adalah 29 aitem dengan koefisien korelasi r xx minimal 0,300. Sedangkan untuk skala Semantik Diferensial, jumlah aitem yang baik setelah dilakukan ujicoba adalah 10 aitem dengan koefisien korelasi r xx minimal 0,300. Jumlah aitem yang baik tersebut didasarkan pendapat Azwar (2000) yang menyatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Batasan ini merupakan konvensi. Tetapi apabila jumlah aitem yang lolos masih tidak mencukupi, dapat mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria menjadi 0.25. Penyusun tes boleh menentukan sendiri batasan daya
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang sedang disusun. Distribusi aitem yang dipakai pada skala gambaran tubuh dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Blue print skala gambaran tubuh setelah uji coba No . Aspek / Dimensi Gambaran Tubuh Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah (Persen) F UF 1. Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan) - Evaluasi terhadap penampilan dari diri pribadi - Evaluasi terhadap penampilan dari orang lain 19, 31, 42 2, 8
5 (12.8 %)
2. Appearance Orientation (Orientasi penampilan) - Perhatian individu dalam menjaga penampilan - Usaha dalam memperbaiki dan meningkatkan penampilan 14 4, 10, 29 4 (10.3 %)
3. Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh) - Kepuasan terhadap wajah - Kepuasan terhadap rambut - Kepuasan terhadap tubuh bagian bawah - Kepuasan terhadap tubuh bagian tengah - Kepuasan terhadap tubuh bagian atas - Kepuasan terhadap tampilan otot - Kepuasan terhadap berat badan - Kepuasan terhadap tinggi badan - Kepuasan terhadap keseluruhan penampilan 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58 8 (20.5 %)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
4. Overweight Preoccupation (Kecemasan menjadi gemuk) - Kecemasan terhadap kegemukan - Kewaspadan individu terhadap berat badan - Kecenderungan melakukan diet - Membatasi pola makan 12, 15, 22, 26, 30, 39, 45, 47 7, 11, 13, 16, 18, 21, 36, 38, 40, 44, 46, 48 20 (51.3 %)
5. Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh) - Berat badan - Tinggi badan 59, 60 2 (5.1 %)
TOTAL 22 (56.4 %) 17 (43.6 %) 39 (100 %)
Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu aitem disusun kembali seperti pada tabel 4.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 4. Blue print skala gambaran tubuh untuk penelitian No . Aspek / Dimensi Gambaran Tubuh Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah (Persen) F* UF* 1. Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan) - Evaluasi terhadap penampilan dari diri pribadi - Evaluasi terhadap penampilan dari orang lain 13, 19, 24 1, 4
5 (12.8 %)
2. Appearance Orientation (Orientasi penampilan) - Perhatian individu dalam menjaga penampilan - Usaha dalam memperbaiki dan meningkatkan penampilan 9 2, 5, 17 4 (10.3 %)
3. Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh) - Kepuasan terhadap wajah - Kepuasan terhadap rambut - Kepuasan terhadap tubuh bagian bawah - Kepuasan terhadap tubuh bagian tengah - Kepuasan terhadap tubuh bagian atas - Kepuasan terhadap tampilan otot - Kepuasan terhadap berat badan - Kepuasan terhadap tinggi badan - Kepuasan terhadap keseluruhan penampilan 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37 8 (20.5 %)
4. Overweight Preoccupation (Kecemasan menjadi gemuk) - Kecemasan terhadap kegemukan - Kewaspadan individu terhadap berat badan - Kecenderungan melakukan diet - Membatasi pola makan 7, 10, 15, 16, 18, 22, 26, 28
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
5. Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh) - Berat badan - Tinggi badan 38, 39 2 (5.1 %)
TOTAL 22 (56.4 %) 17 (43.6 %) 39 (100 %)
b. Hasil uji coba alat ukur perilaku diet Ujicoba skala perilaku diet di ujicobakan pada 300 orang remaja siswa-siswi SMA di kota Medan yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Hasil ujicoba skala perilaku diet menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,865 dengan kisaran nilai corrected item total correlation yang bergerak dari 0,292 0,583. Jumlah aitem yang baik setelah dilakukan uji coba adalah 28 buah dengan koefisien korelasi r xx
minimal 0,275. Jumlah aitem yang baik tersebut didasarkan pendapat Azwar (2000) yang menyatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300 daya pembedanya dianggap memuaskan. Batasan ini merupakan konvensi. Tetapi apabila jumlah aitem yang lolos masih tidak mencukupi, dapat mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria menjadi 0.25. Penyusun tes boleh menentukan sendiri batasan daya diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang sedang disusun. Distribusi aitem yang dipakai pada skala perilaku diet dapat dilihat pada tabel 5.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 5. Blue print skala perilaku diet setelah uji coba No Aspek / Dimensi Perilaku Diet Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah (Persen) F UF 1. Metode penurunan berat badan yang sehat - pengurangan kalori - memperbanyak olahraga - memperbanyak makan buah dan sayur - mengurangi cemilan - mengurangi asupan lemak - mengurangi permen atau makanan manis - mengurangi porsi makan yang di konsumsi - mengubah tipe makanan - mengurangi konsumsi daging - mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi - mengkonsumsi makanan- makanan rendah kalori 1, 2, 7, 11, 23, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 39 5, 30 14 (50 %) 2. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat - puasa (di luar ibadah) - sengaja melewatkan waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam) - memperbanyak merokok - penggunaan laxative (obat pelancar buang air besar) - menggunakan diuretic (obat penyerap kadar air dalam tubuh) - menggunakan penahan nafsu makan - menggunakan pil diet - memuntahkan makanan dengan disengaja - tidak makan daging sama sekali - tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali - hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 34, 35, 36, 40
14 (50 %) TOTAL 26 (93 %) 2 (7 %) 28 (100 %)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu aitem disusun kembali seperti pada tabel 6.
Tabel 6. Blue print skala perilaku diet untuk penelitian No Aspek / Dimensi Perilaku Diet Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah (Persen) F UF 1. Metode penurunan berat badan yang sehat - pengurangan kalori - memperbanyak olahraga - memperbanyak makan buah dan sayur - mengurangi cemilan - mengurangi asupan lemak - mengurangi permen atau makanan manis - mengurangi porsi makan yang di konsumsi - mengubah tipe makanan - mengurangi konsumsi daging - mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi - mengkonsumsi makanan- makanan rendah kalori 1, 2, 4, 5, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 27 3, 20 14 (50 %) 2. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat - puasa (di luar ibadah) - sengaja melewatkan waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam) - memperbanyak merokok - penggunaan laxative (obat pelancar buang air besar) - menggunakan diuretic (obat penyerap kadar air dalam tubuh) - menggunakan penahan nafsu makan - menggunakan pil diet - memuntahkan makanan dengan disengaja - tidak makan daging sama sekali - tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 24, 25, 26, 28
14 (50 %)
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
sama sekali - hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari TOTAL 26 (93 %) 2 (7 %) 28 (100 %)
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data. 4. Persiapan penelitian Tahap persiapan penelitian terdiri dari: a. Pembuatan alat ukur Sebelum alat ukur dibuat maka hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan aspek-aspek dari suatu alat ukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala gambaran tubuh dan skala perilaku diet. Skala gambaran tubuh disusun berdasarkan lima dimensi gambaran tubuh yang dikemukakan oleh Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005). Skala gambaran tubuh yang disusun oleh peneliti berjumlah 60 aitem. Skala perilaku diet disusun berdasarkan metode-metode penurunan berat badan yang dikemukakan oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (dalam Elga, 2007). Skala perilaku diet yang disusun oleh peneliti berjumlah 40 aitem.
b. Uji coba alat ukur Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 17 September 2009 sampai 10 Oktober 2009 kepada 300 orang remaja siswa-siswi
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
SMA di kota Medan. Peneliti terlebih dahulu meminta izin dan kesedian subjek untuk mengisi skala. Kemudian peneliti menanyakan usia dan pendidikan formal subjek. Apabila subjek telah memenuhi karakteristik awal tersebut yang telah ditentukan untuk menjadi sampel penelitian, maka peneliti menyerahkan skala kepada subjek.
c. Revisi alat ukur Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut ke dalam alat ukur yang digunakan untuk mengambil data penelitian. Skala dibuat dalam bentuk buku dari kertas berukuran A4 yang dibagi dua dengan huruf Times New Roman ukuran 14.
5. Pelaksanaan penelitian Setelah alat ukur direvisi, maka dilaksanakan penelitian pada subjek yang memenuhi ciri-ciri populasi. Pengambilan data penelitian dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari I Medan dengan melibatkan siswi kelas X, XI, dan XII sebanyak 215 orang subjek. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2009.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
6. Pengolahan data Setelah diperoleh data dari skala gambaran tubuh dan skala perilaku diet, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisa menggunakan bantuan program SPSS 15,0 for windows. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik. Alasan yang mendasari digunakannya analisa statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang mendasari adalah statistik bekerja dengan angka, statistik bersifat objektif, dan universal (Hadi, 2000).
J. Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisa data pada penelitian ini adalah analisis statistik. Alasan yang mendasari digunakannya analisis statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang mendasari adalah: statistik bekerja dengan angka, statistik bersifat objektif, dan bersifat universal (Hadi, 2000). Teknik analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesa penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment karena peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara perilaku diet dengan gambaran tubuh. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Asumsi yang harus dipenuhi dalam penelitian ini adalah:
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
3. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Hal ini perlu dilakukan karena jika populasi dari sampel yang diambil tidak bersifat normal, maka tes statistik yang bergantung pada asumsi normalitas itu menjadi cacat sehingga kesimpulannya tidak berlaku (Kerlinger, 1995). Pengukuran normalitas menggunakan one sample Kolmogorof Smirnov dengan bantuan SPSS 15,0 for windows.
4. Uji linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel perilaku diet berkorelasi secara linier atau tidak terhadap variabel gambaran tubuh. Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan teknik Scatter Plot dengan bantuan komputerisasi SPSS 15,0 for windows. Kedua variabel dikatakan berhubungan secara linier jika <0.05.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan gambaran hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, yang akan dilanjutkan dengan analisa dan pembahasan hasil penelitian.
E. Gambaran Umum Subjek Penelitian Populasi penelitian ini adalah remaja putra dan putri yang berusia 15-18 tahun di kota Medan. Subjek penelitian adalah siswa dan siswi SMA Swasta Kemala Bhayangkari I Medan yang berjumlah 215 orang. Dari 215 orang subjek diperoleh gambaran subjek sebagai berikut. 4. Jenis kelamin subjek penelitian Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel berikut:
Tabel 7. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin N Persentase Perempuan 132 61,4 % Laki laki 83 38,6 % Total 215 100%
Berdasarkan data pada tabel 7, diketahui bahwa jumlah subjek berjenis kelamin perempuan sebanyak 132 orang (61,4 %) dan jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki sebanyak 83 orang (38,6 %).
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
5. Usia Subjek Penelitian Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel berikut:
Tabel 8. Gambaran subjek berdasarkan usia Usia N Persentase 15 62 28,8 % 16 83 38,6 % 17 62 28,8 % 18 8 3,8 % Total 215 100%
Berdasarkan data pada tabel 8, maka subjek yang paling banyak adalah subjek yang berusia 16 tahun sebanyak 83 orang (38,6 %), sedangkan yang paling sedikit adalah subjek yang berusia 18 tahun sebanyak 8 orang (3,8 %).
6. Kelas Subjek Penelitian Berdasarkan kelas subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel berikut:
Tabel 9. Gambaran subjek berdasarkan kelas Kelas N Persentase 10 69 32.1 % 11 68 31.6 % 12 78 36.3 % Total 215 100%
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Berdasarkan data pada tabel 9, maka subjek yang paling banyak adalah subjek yang berada di kelas 12 sebanyak 78 orang (36.3 %), sedangkan yang paling sedikit adalah subjek yang berada di kelas 11 sebanyak 68 orang (31,6 %).
F. Hasil Penelitian 3. Uji asumsi Jumlah skala yang disebarkan kepada sampel penelitian sebanyak 215 skala dan dari 215 skala yang disebarkan semuanya dikembalikan dan dapat tercapai keseluruhannya. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap skala tersebut maka keseluruhan skala telah memenuhi syarat untuk dilakukan analisis. Sebelum analisa data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu uji asumsi normalitas sebaran pada kedua variabel penelitian, baik variabel tergantung (perilaku diet) maupun variabel bebas (gambaran tubuh). Selain itu dilakukan juga uji linearitas untuk mengetahui bentuk korelasi antara masing-masing variabel. Pengujian asumsi dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15,0 for windows. a. Uji normalitas sebaran Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov - Smirnov. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena kedua data penelitian merupakan data interval. Data dikatakan terdistribusi normal jika harga >0,05. Untuk data gambaran tubuh diperoleh dengan =0,179. Hasil ini menunjukkan bahwa penyebaran data gambaran tubuh terdistribusi
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
normal. Untuk data perilaku diet diperoleh =0,067. Hasil ini menunjukkan bahwa penyebaran data perilaku diet terdistribusi normal.
Tabel 10. Normalitas sebaran variabel gambaran tubuh dan perilaku diet One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
gambaran tubuh perilaku diet N 215 215 Normal Parameters(a,b) Mean 131.97 47.53 Std. Deviation 19.330 8.342 Most Extreme Differences Absolute .075 .089 Positive .047 .089 Negative -.075 -.043 Kolmogorov-Smirnov Z 1.098 1.303 Asymp. Sig. (2-tailed) .179 .067 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
b. Uji linearitas hubungan Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel gambaran tubuh dan variabel perilaku diet memiliki hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik interactive graph yang menghasilkan diagram pencar (scatterplot) dan dengan Analisa Varians (ANAVA) dengan menggunakan bantuan SPSS 15,0 for windows.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Gambar 1. Scatter plot gambaran tubuh dan perilaku diet Linear Regression 80 100 120 140 160 gambaran tubuh 30 40 50 60 70 p e r i l a k u
d i e t
per ilaku diet = 79.09 + -0.24 * gbr ntbh
R-Squar e = 0.31
Tabel 11. Linearitas hubungan kedua variabel ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. perilaku diet * gambaran tubuh
Between Groups (Combined) 9391.912 74 126.918 3.231 .000 Linearity 4573.930 1 4573.930 116.434 .000 Deviation from Linearity 4817.982 73 66.000 1.680 .004 Within Groups 5499.698 140 39.284 Total 14891.609 214
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
4. Hasil analisa data a. Hasil perhitungan korelasi Hipotesa dalampenelitian ini adalah ada hubungan yang negatif antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja. Hal ini mengandung pengertian bahwa semakin positif gambaran tubuh maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah, dan sebaliknya semakin negatif gambaran tubuh maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin tinggi. Untuk pengujian statistik, maka dirumuskan hipotesa statistik sebagai berikut: Ho : 0 Ha : <0 Hipotesa nol (Ho) mengandung pengertian bahwa tidak ada hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja. Hipotesa alternatif (Ha) mengandung pengertian bahwa ada hubungan yang negatif antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.
Tabel 12. Korelasi pearson
Correlations gambaran tubuh perilaku diet gambaran tubuh Pearson Correlation 1 -.554** Sig. (2-tailed) .000 N 215 215 perilaku diet Pearson Correlation -.554** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 215 215 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Dari hasil pengujian statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 15,0 for windows maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif antara gambaran tubuh dengan perilaku diet pada remaja, nilai r = -.554 dengan (two tailed) <0.01. R-Square yang diperoleh dari hubungan gambaran tubuh dan perilaku diet sebesar 0,31. Hal ini mengandung pengertian bahwa 31% perubahan yang terjadi pada gambaran tubuh ditentukan oleh perilaku diet dan 69% lainnya ditentukan oleh faktor-faktor lain selain perilaku diet.
b. Kategorisasi data penelitian Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Azwar (2006) menyatakan bahwa kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal. Kriterianya terbagi atas tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. Menurut Azwar (2006), pengkategorisasian tiga jenjang (rendah, sedang, dan tinggi) ini merupakan pengkategorisasian minimal yang digunakan oleh peneliti. Apabila hanya dilakukan pengkategorisasian dalam dua jenjang (misalnya tinggi dan rendah) maka akan menghadapi resiko kesalahan yang cukup besar bagi skor- skor yang terletak disekitar mean kelompok (2006). Pengkategorisasian dalam tiga jenjang ini digunakan untuk menghindari resiko kesalahan yang cukup besar dan untuk keefesienan kriteria kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan norma kategorisasi sebagai berikut (Azwar, 2006).
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Tabel 13. Kriteria kategorisasi data gambaran tubuh dan perilaku diet Variabel Kriteria Jenjang Kategori Gambaran Tubuh Mean +1 (SD) X Tinggi Mean 1 (SD) X < Mean +1 (SD) Sedang X <Mean 1 (SD) Rendah Perilaku Diet Mean +1 (SD) X Tinggi Mean 1 (SD) X < Mean +1 (SD) Sedang X <Mean 1 (SD) Rendah
Dalam penelitian ini, peneliti mengkategorisasikan data penelitian berdasarkan mean hipotetik dan mean empirik. Mean hipotetik untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor idealnya skala, sedangkan mean empirik untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma standar subjek penelitian.
1) Gambaran skor gambaran tubuh Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkap gambaran tubuh adalah sebanyak 39 aitem dengan format Likert dan Semantik Diferensial dalam lima alternatif pilihan jawaban. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 14. Gambaran skor gambaran tubuh Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik Gambaran tubuh Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD 77 172 131.97 19.330 39 195 117 26
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Berdasarkan tabel 14 di atas, dapat dilihat bahwa mean empirik skala gambaran tubuh sebesar 131.97 dengan standar deviasi empirik sebesar 19.330 dan mean hipotetik sebesar 117 dengan nilai standar deviasi sebesar 26. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari pada mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa secara umum subjek penelitian ini memiliki skor gambaran tubuh yang lebih tinggi dari pada skor gambaran tubuh secara teoritis berdasarkan skala gambaran tubuh yang disusun oleh peneliti. Kriteria kategorisasi untuk variabel gambaran tubuh dengan jumlah dan persentase subjek di dalamnya dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Kategorisasi data empirik gambaran tubuh Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Gambaran Tubuh 151.3 X Tinggi 29 13.5 % 112.64 X < 151.3 Sedang 152 70.7 % X <112.64 Rendah 34 15.8 %
Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang tergolong kategorisasi gambaran tubuh tinggi yaitu subjek yang memiliki gambaran tubuh positif sebanyak 29 orang (13.5 %), subjek yang tergolong kategorisasi gambaran tubuh sedang yaitu subjek yang memiliki gambaran tubuh diantara positif dan negatif sebanyak 152 orang (70.7%) , dan subjek yang tergolong dalam kategori gambaran tubuh rendah yaitu subjek yang memiliki gambaran tubuh negatif sebanyak 34 orang (15.8%).
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
2) Gambaran skor perilaku diet Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkap perilaku diet adalah sebanyak 28 aitem dengan format Likert dalam empat alternatif pilihan jawaban. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 16. Gambaran skor perilaku diet Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik Perilaku diet Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD 31 74 47.53 8.342 28 112 70 14
Berdasarkan tabel 16 di atas, dapat dilihat bahwa mean empirik skala perilaku diet sebesar 47.53 dengan standar deviasi empirik sebesar 8.342 dan mean hipotetik sebesar 70 dengan nilai standar deviasi sebesar 14. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih kecil dari pada mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa subjek penelitian memiliki skor perilaku diet yang lebih rendah dari pada skor perilaku diet secara teoritis berdasarkan skala perilaku diet yang disusun oleh peneliti.
Tabel 17. Kategorisasi data empirik perilaku diet Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Perilaku Diet 55.872 X Tinggi 29 13.5 % 39.188 X < 55.872 Sedang 149 69.3 % X <39.188 Rendah 37 17.2 %
Berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang tergolong kategorisasi perilaku diet tinggi sebanyak 29 orang (13.5 %), subjek yang
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
tergolong kategorisasi perilaku diet sedang sebanyak 149 orang (69.3 %) , dan subjek yang tergolong dalam kategori perilaku diet rendah yaitu sebanyak 37 orang (17.2 %).
G. Hasil Tambahan Setelah dilakukan pengujian statistik untuk data utama dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil bahwa ada hubungan negatif antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja. Peneliti juga berkeinginan untuk melihat lebih jauh tentang hubungan tersebut berdasarkan jenis kelamin. 3. Gambaran skor gambaran tubuh berdasarkan jenis kelamin Berikut ini adalah gambaran skor gambaran tubuh berdasarkan jenis kelamin dan perbedaan gambaran tubuh dilihat dari jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel 18 dan tabel 19.
Tabel 18. Gambaran skor gambaran tubuh berdasarkan jenis kelamin Variabel Skor Empirik Min Maks Mean SD Laki-Laki 77 170 136.54 17.549 Perempuan 83 172 129.10 19.900 Total 160 342 265.64 37.449
Tabel 19. Perbedaan gambaran tubuh dilihat dari jenis kelamin
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2823.510 1 2823.510 7.797 .006 Within Groups 77134.322 213 362.133 Total 79957.833 214
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis kelamin laki-laki memiliki mean score yang lebih tinggi (136,54), jika dibandingkan dengan mean score subjek yang berjenis kelamin perempuan (129,10). Dan dari tabel 19 diperoleh bahwa terdapat perbedaan gambaran tubuh yang signifikan ( =0,006 < =0,05) antara remaja perempuan dan remaja laki-laki.
4. Gambaran skor perilaku diet berdasarkan jenis kelamin Berikut ini adalah gambaran skor perilaku diet berdasarkan jenis kelamin dan perbedaan perilaku diet dilihat dari jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel 20 dan tabel 21.
Tabel 20. Gambaran skor perilaku diet berdasarkan jenis kelamin Variabel Skor Empirik Min Maks Mean SD Laki-Laki 34 70 47.82 8.091 Perempuan 31 74 47.34 8.521 Total 65 144 95.16 16.612
Tabel 21. Perbedaan perilaku diet dilihat dari jenis kelamin Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 11.661 1 11.661 .167 .683 Within Groups 14879.948 213 69.859 Total 14891.609 214
Dari tabel 20 dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis kelamin laki-laki memiliki mean score yang lebih tinggi (47.82), jika dibandingkan dengan mean
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
score subjek yang berjenis kelamin perempuan (47.34). Dan dari tabel 21 diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku diet yang signifikan ( =0, 683 < =0,05) antara remaja perempuan dan remaja laki-laki.
H. Pembahasan Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa ada hubungan yang negatif antara gambaran tubuh dengan perilaku diet pada remaja, nilai r = -.554 dengan (two tailed) <0.01. Artinya bahwa semakin positif gambaran tubuh maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah. Hal ini terbukti dari 29 subjek penelitian yang memiliki gambaran tubuh tinggi (X 151.3), perilaku dietnya merujuk kecenderungan yang rendah (X >39.188). Sebaliknya semakin negatif gambaran tubuh maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin tinggi. Hal ini terbukti dari 34 subjek penelitian yang memiliki gambaran tubuh rendah (X 112.64), perilaku dietnya merujuk kecenderungan yang tinggi (X 55.872). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gambaran tubuh terdiri dari lima dimensi yang disusun dan dikembangkan peneliti berdasarkan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005). Dimensi pertama adalah appearance evaluation (evaluasi penampilan), yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan. Dimensi kedua adalah appearance orientation (orientasi penampilan), yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. Dimensi ketiga adalah body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan. Dimensi keempat adalah overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan. Dimensi kelima adalah self- classified weight (pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku diet mengacu pada alat ukur yang disusun oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (dalam Elga, 2007). Alat ukur ini terdiri dari dua metode penurunan berat badan. Metode pertama adalah metode penurunan berat badan yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga. Diet jenis ini dapat diasosiasikan dengan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah kalori atau rendah lemak, dan menambah aktivitas fisik secara wajar. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh. Diet sehat dapat dilakukan dengan cara mengurangi masukan kalori ke dalam tubuh namun tetap menjaga pola makan yang dianjurkan oleh pedoman gizi seimbang (Anwar, dalam
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Elga, 2007). Orang yang melakukan diet untuk alasan kesehatan akan melakukan cara yang sehat pula, misalnya mengikuti pola makan yang dianjurkan (Kim & Lennon, 2006). Metode ini terdiri dari pengurangan kalori, memperbanyak olahraga, memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi cemilan, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen atau makanan manis, mengurangi porsi makan yang di konsumsi, mengubah tipe makanan, mengurangi konsumsi daging, mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi, dan mengkonsumsi makanan-makanan rendah kalori. Metode kedua adalah metode penurunan berat badan yang tidak sehat yang mencerminkan usaha mengontrol berat badan yang tidak sehat. Diet jenis ini dapat diasosiasikan dengan perilaku yang membahayakan kesehatan dapat dilakukan dengan berpuasa (di luar niat ibadah) atau melewatkan waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat penurun berat badan, penahan nafsu makan, muntah dengan disengaja, dan binge eating. Orang- orang yang berdiet semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan akan cenderung menempuh cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan mereka (Kim & Lennon, 2006). Metode ini terdiri dari puasa (di luar ibadah), sengaja melewatkan waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam), memperbanyak merokok, penggunaan laxative (obat pelancar buang air besar), menggunakan diuretic (obat penyerap kadar air dalam tubuh), menggunakan penahan nafsu makan, menggunakan pil diet, memuntahkan makanan dengan disengaja, tidak makan daging sama sekali, tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali, dan hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 29 subjek penelitian berada dalam kategorisasi gambaran tubuh yang tinggi. Berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005), pada dimensi appearance evaluation (evaluasi penampilan), subjek merasa penampilan dan keseluruhan tubuhnya menarik serta memuaskan. Dimensi appearance orientation (orientasi penampilan), subjek memperhatikan penampilan diri dan berusaha untuk memperbaiki serta meningkatkan penampilan dirinya. Dimensi body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), subjek merasa puas terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan. Dimensi overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), subjek merasa tidak cemas terhadap kegemukan, tidak khawatir terhadap berat badan yang bertambah, serta kecenderungan melakukan diet dan membatasi pola makan yang rendah. Dimensi self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh), subjek merasa berat badannya normal. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa dari ke 29 subjek penelitian yang berada dalam kategorisasi gambaran tubuh yang tinggi, menunjukkan perilaku diet yang berada dalam kategorisasi yang rendah. Berdasarkan metode penurunan berat badan yang dikemukakan oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson (dalam Elga, 2007), pada metode penurunan berat badan yang sehat, subjek melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat dalam intensitas yang rendah, seperti pengurangan kalori (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu),
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
memperbanyak olahraga (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), memperbanyak makan buah dan sayur (perilaku dilakukan 6-7 hari per minggu), mengurangi asupan lemak (perilaku dilakukan 2-3 hari per minggu), mengurangi permen atau makanan manis (perilaku dilakukan 2-3 hari per minggu), mengurangi porsi makan yang di konsumsi (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), mengubah tipe makanan (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), dan mengkonsumsi makanan-makanan rendah kalori (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu). Pada metode penurunan berat badan yang tidak sehat, subjek melakukan perilaku yang membahayakan kesehatan dalam intensitas yang rendah pula, seperti puasa (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), sengaja melewatkan waktu makan (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), penggunaan laxative (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), menggunakan diuretic (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), menggunakan penahan nafsu makan (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), menggunakan pil diet (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), memuntahkan makanan dengan disengaja (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), tidak makan daging sama sekali (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu), dan hanya memakan satu jenis makanan saja dalam sehari (perilaku dilakukan 0-1 hari per minggu). Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian yang memiliki gambaran tubuh yang tinggi, maka kecenderungan perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah. Sedangkan subjek penelitian yang memiliki gambaran tubuh yang rendah, maka kecenderungan perilaku diet yang dilakukan
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Davison dan Birch (dalam Papalia, 2008) yang mengatakan bahwa memiliki gambaran tubuh yang ideal merupakan keinginan setiap remaja. Pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya sehingga terlihat menarik. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny, 2001). Begitu sadar berat badannya bertambah, biasanya orang akan mencoba membatasi makanannya (Gunawan, 2004). Hal ini mengakibatkan banyak dari remaja yang mengontrol berat badan dengan melakukan diet dan berolahraga untuk membentuk tubuh yang ideal. Sejauh ini remaja lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (r), diperoleh bahwa sumbangan efektif variabel gambaran tubuh terhadap perilaku diet sebesar 31%. Hal ini mungkin dikarenakan ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku diet. Dengan demikian, dalam penelitian ini, variabel gambaran tubuh tidak sepenuhnya merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan perilaku diet pada remaja. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku diet, yaitu jenis kelamin, status berat badan, dan kelas sosial. Hasil tambahan mengenai perbedaan skor perilaku diet dilihat dari jenis kelamin pada tabel 21 menunjukkan nilai =0.683 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara remaja laki-laki dan perempuan.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Perbandingan mean empirik dengan mean hipotetik pada variabel gambaran tubuh menunjukkan mean empirik lebih besar dari pada mean hipotetik (131.97 > 117), maka dapat disimpulkan bahwa variabel gambaran tubuh subjek penelitian lebih tinggi dari pada rata-rata gambaran tubuh populasi pada umumnya. Perbandingan mean empirik dengan mean hipotetik pada variabel perilaku diet menunjukkan mean empirik lebih kecil dari pada mean hipotetik (47.53 <70), maka dapat disimpulkan bahwa variabel perilaku diet subjek penelitian lebih rendah dari pada rata-rata perilaku diet populasi pada umumnya. Hasil tambahan mengenai perbedaan skor gambaran tubuh dilihat dari jenis kelamin pada tabel 19, menunjukkan nilai = 0.006 yang berarti adanya perbedaan yang signifikan antara remaja laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan variabel yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh dan perilaku. Hal ini sejalan dengan penelitian Brooks-Gunn dan Paikoff (dalam Santrock 2003) yang mengatakan bahwa ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan dari pada remaja laki-laki. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini dan pada bagian akhir akan dikemukakan saran- saran baik yang bersifat praktis maupun metodologis yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.
C. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Ada hubungan yang negatif antara gambaran tubuh dengan perilaku diet pada remaja, nilai r = -.554 dengan (two tailed) <0.01. Artinya semakin positif gambaran tubuh maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah, dan begitu pula sebaliknya, semakin negatif gambaran tubuh maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin tinggi. 2. Terdapat adanya perbedaan gambaran tubuh yang signifikan antara remaja yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan dengan nilai signifikansi ANAVA 0,006. 3. Tidak terdapat perbedaan perilaku diet yang signifikan antara remaja yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan. 4. Berdasarkan deskripsi data penelitian gambaran tubuh, diperoleh mean empirik skala gambaran tubuh adalah 131.97 dan mean hipotetik adalah 117.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik terlihat bahwa mean hipotetik lebih kecil dari mean empirik yang berarti bahwa secara umum gambaran tubuh subjek penelitian lebih tinggi menurut standar skala yang dibuat peneliti. 5. Berdasarkan deskripsi data penelitian perilaku diet, diperoleh mean empirik skala perilaku diet adalah 47.53 dan mean hipotetik adalah 70. Dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik terlihat bahwa mean hipotetik lebih besar dari mean empirik yang berarti bahwa secara umum perilaku diet subjek penelitian lebih rendah menurut standar skala yang dibuat peneliti. 6. Sumbangan efektif variabel gambaran tubuh terhadap perilaku diet sebesar 31%. Hal ini terlihat dari nilai R-square (r) yang diperoleh dari hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet sebesar 0,31.
D. Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti akan mengemukakan beberapa saran. Saran-saran ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti selanjutnya yang membahas mengenai gambaran tubuh maupun perilaku diet, dan juga berguna bagi para pembaca. 1. Saran Metodologis Untuk peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian yang sejenis, maka disarankan agar: a. Berdasarkan koefisien determinasi, sumbangan efektif dari hasil penelitian variabel gambaran tubuh terhadap perilaku diet pada remaja sebesar 31%,
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain. Untuk peneliti berikutnya disarankan untuk melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku diet, seperti faktor jenis kelamin, status berat badan, dan kelas sosial. b. Bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk menelti gambaran tubuh disarankan untuk memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seperti jenis kelamin, media massa, dan hubungan interpersonal. c. Menggunakan subjek penelitian yang lebih luas atau sekolah-sekolah lain untuk dibandingkan hasilnya, seperti dari beberapa sekolah swasta dan negeri. d. Sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang proporsional jumlahnya baik dari segi jenis kelamin, maupun variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih representatif.
2. Saran Praktis a. Gambaran tubuh memiliki hubungan terhadap perilaku diet pada remaja. Oleh karena itu, bagi para remaja diharapkan untuk menghargai tubuh dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. b. Keluarga dan sekolah merupakan tempat untuk memberikan pendidikan yang tepat bagi remaja sehingga orangtua dan para guru diharapkan dapat memberi pengaruh positif, dukungan dan bimbingan kepada para remaja terkait masalah perkembangan fisik dan psikologis remaja.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan validitas (edisi ketiga) Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Azwar, S. (2007). Penyusunan skala psikologi (edisi pertama). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Cash, T. F. & Pruzinsky, T. (2002). Body images: A handbook of theory, research, and clinical practice. Guilford Press.
Cash, T. F. (1994). Body images attitudes: Evaluation, investment, and affect: Perceptual motor skills. Journal of Psychology, (78), 1168-1170.
Chase, M. E. (2001). Identitiy development and body image dissatisfaction in college females. (50).
Dacey, J. & Travers, J. (2004). Human development. across the lifespan (5 th
edition). New York: McGraw-Hill Company.
Dacey, J. & Kenny, M. (2001). Adolescent development (2th ed). USA: Brown & Benchmark Publishers.
Danim, S. (1997). Metode penelitian untuk ilmu-ilmu perilaku. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dwyer, J. T. (1997). The Social Psychology of Dieting. USA : Harvard School of Public Health.
Elga, Precha. (2007). Hubungan body dissastifaction dengan perilaku diet pada remaja. Skripsi tidak dipublikasikan, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok.
Evans, Retta R., Jane Roy, Brian G., Karen We., & Donna B. (2008). Ecological strategies to promote healthy body image among children. The journal of school health, 78 (7), 359-367.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
French, S. A., Perry, C. L., Leon, G. R., & Fulkerson, J. A. (1995). Dieting behaviors and weight change history in female adolescent. Journal of health Psychology, 14, 548-555.
Gunawan, Andang. (2004). Food combining (Kombinasi makanan serasi: Pola makan langsing dan sehat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, S. (2000). Methodology research (Jilid 1-4). Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Hawks, Steven R. (2008). Classroom approach for managing dietary restraint, negative eating styles, and body image concerns among college women. Journal of American college health, Vol. 56, No. 4.
Hurlock. B. E. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jade, D. (1999). Body image in our time. [on-line]. Available FTP: http://www.eating-disorders.org.uk. Tanggal Akses: 3 Maret 2009.
Jones, D. C. (2002). Social comparison and body image: Attractiveness comparisons to models and peers among adolescent girls and boys. Sex roles: Academic research library, 45 (9/10), 645-664. [on-line]. Available FTP: http://findarticles.com/p/articles/mi_m2294/is_2001_Nov/ai_87080429. Tanggal Akses: 19 Maret 2009.
Kerlinger, F. N. (1995). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Kim, M., & Lennon, S. J. (2006). Analysis of diet advertisements: A cross national comparison of Korean and U.S. womens magazines. Clothing and textiles research journal, 24, 345. [on-line]. Available FTP: http://ctr.sagepub.com/egi/reprint/24/4/345. Tanggal Akses: 20 Februari 2009.
Kompas (2009). Punya tubuh indah, bukan berarti sehat lho. Jakarta: Jakob Oetama. Tanggal terbit: 10 Juli 2009.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Markey, Charlotte N. and Markey Patrick M. (2005). Relations between body image and dieting behaviors: An examination of gender differences. Journal of sex roles, vol. 53, vos. 7/8, October 2005 (C_ 2005).
Maulana, Mirza (2008). Diet sehat: Cara sehat membentuk tubuh langsing dan bugar. Jogjakarta: Katahari.
McCabe, M. P. (2004). A longitudinal study of pubertal timing and extreme body change behaviors among adolescent boys and girls. [on-line]. Available FTP: http://findarticles.com/p/articles/mi_m2248/is_153_39/ai_n6140287/print. Tanggal akses: 20 Februari 2009.
Mills, J. S., & DAlfonso, S. R. (2007). Competition and male of body image: Increased drive for muscularity following failure to female. Journal of social and clinical psychology, 26(4), 505-519.
Muda, Ahmad A. K. (2003). Kamus lengkap kedokteran. Surabaya: Gitamedia Press.
Monks, F. J. (1999). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ogden, J. (2002). Psychology of eating: From healthy to disordered behavior. USA: The Blackwell Publishing. [on-line]. Available FTP: http://books.google.com. Tanggal Akses: 19 April 2009.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development (Psikologi perkembangan edisi kesembilan). Jakarta: Kencana.
Pope, H.G., Phillips, K.A., & Olivardia, R. (2000). The Adonis complex: The secret crisis of male body obsession. Sydney: The Free Press.
Rice, F. Philip (1990). The adolescent (6 th edition). USA: Ally & Bacon.
Sanggarwaty, Ratih. (2003). Kiat menjadi model profesional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja (edisi keenam). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Sarafino, Edward. P. (1998). Health psychology: Biopsychosocial mechanism (5 th
edition). USA: John Wiley & Sons, Inc.
Seawell, A. H. & Danorf-Burg, S. (2005). Body image and sexuality in women with and without systemic lupus erythematosus. Sex Roles, 5(11/12), 865- 876. [on-line]. Available FTP: http://findarticles.com/p/articles/mi_m2294/is_11-12_53/ai_n16083985. Tanggal Akses: 19 Maret 2009.
Sugiarto, Siagian, Sunaryanto & Octomo. (2003). Teknik sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Valencia, Carla (2008). Body image and self esteem. [on-line]. Available FTP: http://www.selfesteemawareness.com/bodyimage.htm. Tanggal Akses: 19 Februari 2009.
Winzeler, Abby. (2005). A healthy body image. UNH Department of Family Studies. [on-line]. Available FTP: www.adolescence.unh.edu/healthybodyfinal.pdf. Tanggal akses: 3 Maret 2009.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
LAMPIRAN A Uji Validitas dan Reliabilitas Skala
Validitas dan Reliabilitas Skala Gambaran Tubuh
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
1. Skala Likert
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .929 .928 29
Mean Variance Std. Deviation N of Items 45.26 73.464 8.571 28
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
LAMPIRAN C Alat Ukur yang Digunakan
Skala Gambaran Tubuh dan Skala Perilaku Diet
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya bermaksud mengadakan penelitian mengenai remaja. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan dapat saya peroleh dengan adanya kerjasama dari anda dalam mengisi skala ini. Penelitian ini menggunakan 2 buah skala yang masing-masing berisi 39 dan 28 pernyataan. Dalam mengisi skala ini tidak ada jawaban yang salah. Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda dengan sejujur-jujurnya tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian ini. Bantuan anda dalam menjawab pertanyaan pada skala ini merupakan bantuan yang amat besar dan berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas kerjasama anda saya mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Oktober 2009 Hormat saya
Peneliti
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Data Identitas Nama/Inisial : . Usia : . tahun Jenis Kelamin : L / P (lingkari yang sesuai) Sekolah : Kelas : .
Skala 1 Berikut ini terdapat 29 pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dan tentukanlah sikap saudara terhadap pernyataan tersebut dengan cara memberi tanda silang ( X ) pada salah satu pilihan jawaban antara STS, TS, N, S, dan SS. Alternatif jawaban yang tersedia terdiri dari 5 pilihan, yaitu: STS : Sangat Tidak Sesuai TS : Tidak Sesuai N : Netral S : Sesuai SS : Sangat Sesuai
Contoh: No. Pernyataan STS TS N S SS 1. Saya menyukai penampilan saya X
Isilah pernyataan yang sesuai dengan diri anda dan usahakan agar tidak ada suatu pernyataan pun yang terlewatkan.
Selamat Mengerjakan
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
No. Pernyataan STS TS N S SS 1. Saya sangat khawatir dengan apa yang orang lain pikirkan mengenai penampilan saya
2. Saya jarang merawat tubuh saya 3. Saya merasa khawatir akan menjadi gemuk
4. Menurut saya, penampilan saya tidak menarik
5. Saya tidak terlalu memperhatikan penampilan saya
6. Saya sangat menginginkan penurunan berat badan
7. Berat badan saya normal-normal saja 8. Saya berusaha mengurangi berat badan dengan cara berdiet
9. Saya menggunakan pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuh
10. Saya tidak perlu melakukan diet 11. Saya berada dalam kategori kelebihan berat badan
12. Saya membatasi porsi makan agar berat badan saya tidak naik
13. Tidak ada yang salah dengan penampilan saya
14. Saya menghindari makanan-makanan yang mengandung lemak
15. Berat badan yang bertambah tidak akan membuat saya khawatir
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
No. Pernyataan STS TS N S SS 16. Saya tidak terlalu mempermasalahkan berat badan saya
17. Saya tidak mau menghabiskan banyak uang demi penampilan saya
18. Saya tidak pernah mengeluhkan berat badan saya
19. Saya merasa percaya diri dengan penampilan fisik saya saat ini
20. Saya minum pil pelangsing untuk menurunkan berat badan
21. Saya khawatir apabila orang lain mengatakan bahwa saya kelebihan berat badan
22. Perubahan berat badan tidak penting bagi saya
23. Saya mencari kesibukan supaya tidak makan
24. Teman-teman tidak pernah mengeluhkan penampilan saya
25. Saya rela lapar untuk menurunkan berat badan
26. Saya merasa nyaman-nyaman saja walaupun berat badan saya bertambah
27. Saya takut jika berat badan saya bertambah
28. Tidak ada yang salah dengan berat badan saya
29. Usaha yang saya lakukan untuk menjaga berat badan adalah dengan melakukan diet
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Berikut ini terdapat 8 pernyataan untuk mengetahui seberapa puas anda dengan kondisi fisik yang ada pada diri anda. Baca dan pahami setiap pernyataan, kemudian anda diharapkan memberi tanda silang ( X ) pada tempat yang menurut anda paling sesuai.
Contoh: No. Pernyataan Jawaban 1. Rambut Tidak Puas __ __ __ X __ Puas
Semakin Anda merasa Puas, maka tempat yang anda beri tanda silang ( X ) akan semakin ke kanan, dan sebaliknya semakin anda merasa Tidak Puas, maka tempat yang anda beri tanda ( X ) akan semakin ke kiri.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
31. Tubuh bagian bawah (mulai dari pinggul hingga kaki)
Tidak Puas __ __ __ __ __ Puas
32. Tubuh bagian tengah (mulai dari pinggang hingga perut)
Tidak Puas __ __ __ __ __ Puas
33. Tubuh bagian atas (mulai dari lengan hingga bahu)
Tidak Puas __ __ __ __ __ Puas
34. Tampilan otot Tidak Puas __ __ __ __ __ Puas
35. Berat badan
Tidak Puas __ __ __ __ __ Puas
36. Tinggi badan Tidak Puas __ __ __ __ __ Puas
37. Keseluruhan penampilan Tidak Puas __ __ __ __ __ Puas
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Berikut ini terdapat 2 pernyataan untuk mengetahui bagaimana anda mempersepsi dan mengkategorisasikan berat badan dan tinggi badan anda. Baca dan pahami setiap pernyataan, kemudian anda diharapkan memberi tanda silang ( X ) pada tempat yang menurut anda paling sesuai.
Contoh: No. Pernyataan Jawaban 1. Saya merasa berat badan saya.. Kekurangan __ __ __ X __ Kelebihan
Semakin Anda merasa kelebihan berat badan, maka tempat yang anda beri tanda silang ( X ) akan semakin ke kanan, dan sebaliknya semakin anda merasa kekurangan berat badan, maka tempat yang anda beri tanda ( X ) akan semakin ke kiri.
No. Pernyataan Jawaban 38. Saya merasa berat badan saya..
Kekurangan __ __ __ __ __ Kelebihan 39. Saya merasa tinggi badan saya..
Pendek __ __ __ __ __ Tinggi
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Skala 2 Berikut ini terdapat 28 pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dan tentukanlah sikap saudara terhadap pernyataan tersebut dengan cara memberi tanda silang ( X ) pada salah satu pilihan jawaban antara TP, KD, SR, dan SL. Alternatif jawaban yang tersedia terdiri dari 4 pilihan, yaitu: TP (Tidak Pernah) : bila perilaku dilakukan 0 1 hari per minggu KD (Kadang-kadang) : bila perilaku dilakukan 2 3 hari per minggu SR (Sering) : bila perilaku dilakukan 4 5 hari per minggu SL (Selalu) : bila perilaku dilakukan 6 7 hari per minggu
Contoh:
No. Pernyataan TP KD SR SL 1. Saya menyempatkan diri untuk berolahraga X
Isilah pernyataan yang sesuai dengan diri anda dan usahakan agar tidak ada suatu pernyataan pun yang terlewatkan.
Selamat Mengerjakan
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
No. Pernyataan TP KD SR SL 1. Saya mengganti makanan yang biasa saya konsumsi dengan makanan yang rendah kalori
2. Ketika ada waktu luang, saya menyempatkan untuk berolahraga ringan (seperti jogging, push-up, sit-up)
3. Saya makan makanan yang mengandung lemak 4. Saya membatasi porsi makanan yang akan dimakan 5. Saya mengkonsumsi makanan yang rendah kalori 6. Saya berpuasa dengan tujuan untuk mengurangi berat badan
7. Saya sengaja melewatkan makan waktu sarapan 8. Saya menggunakan obat pelancar buang air besar sehabis makan
9. Saya menggunakan obat penyerap air dalam tubuh (diuretic)
10. Saya menggunakan penahan nafsu makan 11. Saya mengkonsumsi pil diet yang dijual di pasaran 12. Saya memasukkan tangan ke dalam mulut agar makanan yang telah dimakan keluar kembali
13. Saya tidak mengkonsumsi daging 14. Saya tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat
15. Saya hanya mengkonsumsi satu jenis makanan saja dalam sehari
16. Saya mengganti minuman yang biasa saya konsumsi dengan minuman yang rendah kalori
17. Saya mengkonsumsi sayur-sayuran
18. Saya berusaha untuk mengurangi kalori dengan cara berolahraga
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
No. Pernyataan TP KD SR SL 19. Saya mengikuti olahraga di pusat kebugaran olahraga (gym, fitnes)
20. Saya mengkonsumsi makanan yang manis-manis 21. Saya mengatur porsi makan saya agar tidak terlalu banyak
22. Saya mengganti konsumsi nasi menjadi roti 23. Saya mengkonsumsi minuman yang rendah kalori 24. Saya sengaja melewatkan makan waktu makan siang 25. Saya mengkonsumsi jamu-jamu untuk diet 26. Saya dengan sengaja memuntahkan makanan 27. Saya mengganti konsumsi daging menjadi makanan yang tidak mengandung lemak
28. Saya sengaja melewatkan makan waktu makan malam
Terima Kasih
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
LAMPIRAN D Data Penelitian
Data Mentah Gambaran Tubuh pada Saat Penelitian
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
gambaran tubuh perilaku diet N 215 215 Normal Parameters(a,b) Mean 131.97 47.53 Std. Deviation 19.330 8.342 Most Extreme Differences Absolute .075 .089 Positive .047 .089 Negative -.075 -.043 Kolmogorov-Smirnov Z 1.098 1.303 Asymp. Sig. (2-tailed) .179 .067 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
2. Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig. perilaku diet * gambaran tubuh Between Groups (Combined) 9391.912 74 126.918 3.231 .000 Linearity 4573.930 1 4573.930 116.434 .000 Deviation from Linearity 4817.982 73 66.000 1.680 .004 Within Groups 5499.698 140 39.284 Total 14891.609 214
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
3. Scatter Plot Linear Regression 80 100 120 140 160 gambaran tubuh 30 40 50 60 70 p e r i l a k u
d i e t
per ilaku diet = 79.09 + -0.24 * gbr ntbh
R-Squar e = 0.31
4. Pearson Correlation
Correlations
gambaran tubuh perilaku diet gambaran tubuh Pearson Correlation 1 -.554** Sig. (2-tailed) .000 N 215 215 perilaku diet Pearson Correlation -.554** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 215 215 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
LAMPIRAN G Hasil-hasil Tambahan
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki 83 38.6 38.6 38.6 perempuan 132 61.4 61.4 100.0 Total 215 100.0 100.0
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
Kategorisasi Skor Total Skala Gambaran Tubuh dan Perilaku Diet
No. Subjek Skor Gambaran Tubuh
Kategorisasi Skor Perilaku Diet
Kategorisasi 1 122 Sedang 49 Sedang 2 124 Sedang 49 Sedang 3 115 Sedang 43 Sedang 4 138 Sedang 44 Sedang 5 127 Sedang 50 Sedang 6 128 Sedang 53 Sedang 7 109 Rendah 55 Sedang 8 132 Sedang 47 Sedang 9 138 Sedang 37 Rendah 10 158 Tinggi 53 Sedang 11 95 Rendah 49 Sedang 12 88 Rendah 66 Tinggi 13 126 Sedang 46 Sedang 14 119 Sedang 67 Tinggi 15 107 Rendah 61 Tinggi 16 123 Sedang 44 Sedang 17 131 Sedang 44 Sedang 18 133 Sedang 42 Sedang 19 134 Sedang 42 Sedang 20 149 Sedang 41 Sedang 21 124 Sedang 49 Sedang 22 100 Rendah 59 Tinggi 23 122 Sedang 58 Tinggi 24 108 Rendah 63 Tinggi 25 148 Sedang 42 Sedang 26 170 Tinggi 43 Sedang 27 144 Sedang 43 Sedang 28 136 Sedang 41 Sedang 29 131 Sedang 47 Sedang 30 130 Sedang 54 Sedang 31 143 Sedang 42 Sedang 32 136 Sedang 41 Sedang 33 135 Sedang 48 Sedang 34 138 Sedang 37 Rendah 35 131 Sedang 50 Sedang 36 142 Sedang 36 Rendah 37 135 Sedang 34 Rendah 38 144 Sedang 41 Sedang 39 153 Tinggi 46 Sedang 40 139 Sedang 41 Sedang
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
41 154 Tinggi 44 Sedang 42 148 Sedang 45 Sedang 43 141 Sedang 50 Sedang 44 116 Sedang 46 Sedang 45 150 Sedang 38 Rendah 46 160 Tinggi 46 Sedang 47 150 Sedang 50 Sedang 48 136 Sedang 54 Sedang 49 148 Sedang 46 Sedang 50 145 Sedang 37 Rendah 51 155 Tinggi 43 Sedang 52 134 Sedang 44 Sedang 53 152 Tinggi 51 Sedang 54 127 Sedang 42 Sedang 55 86 Rendah 59 Tinggi 56 138 Sedang 43 Sedang 57 125 Sedang 42 Sedang 58 125 Sedang 49 Sedang 59 126 Sedang 51 Sedang 60 104 Rendah 47 Sedang 61 130 Sedang 52 Sedang 62 120 Sedang 45 Sedang 63 129 Sedang 52 Sedang 64 152 Tinggi 46 Sedang 65 134 Sedang 55 Sedang 66 100 Rendah 64 Tinggi 67 160 Tinggi 40 Sedang 68 142 Sedang 42 Sedang 69 151 Sedang 50 Sedang 70 132 Sedang 42 Sedang 71 128 Sedang 54 Sedang 72 138 Sedang 46 Sedang 73 118 Sedang 64 Tinggi 74 112 Rendah 51 Sedang 75 89 Rendah 46 Sedang 76 117 Sedang 46 Sedang 77 143 Sedang 34 Rendah 78 147 Sedang 41 Sedang 79 87 Rendah 54 Sedang 80 90 Rendah 45 Sedang 81 140 Sedang 41 Sedang 82 154 Tinggi 42 Sedang 83 142 Sedang 50 Sedang 84 125 Sedang 51 Sedang
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
85 163 Tinggi 46 Sedang 86 125 Sedang 43 Sedang 87 130 Sedang 54 Sedang 88 158 Tinggi 37 Rendah 89 122 Sedang 50 Sedang 90 133 Sedang 39 Rendah 91 123 Sedang 46 Sedang 92 141 Sedang 66 Tinggi 93 137 Sedang 37 Rendah 94 115 Sedang 53 Sedang 95 120 Sedang 51 Sedang 96 149 Sedang 53 Sedang 97 131 Sedang 47 Sedang 98 104 Rendah 59 Tinggi 99 126 Sedang 55 Sedang 100 85 Rendah 63 Tinggi 101 133 Sedang 44 Sedang 102 97 Rendah 52 Sedang 103 124 Sedang 58 Tinggi 104 149 Sedang 38 Rendah 105 104 Rendah 68 Tinggi 106 109 Rendah 74 Tinggi 107 135 Sedang 45 Sedang 108 140 Sedang 40 Sedang 109 157 Tinggi 54 Sedang 110 150 Sedang 48 Sedang 111 150 Sedang 51 Sedang 112 147 Sedang 46 Sedang 113 124 Sedang 46 Sedang 114 142 Sedang 55 Sedang 115 144 Sedang 45 Sedang 116 129 Sedang 57 Tinggi 117 115 Sedang 40 Sedang 118 124 Sedang 44 Sedang 119 156 Tinggi 34 Rendah 120 157 Tinggi 37 Rendah 121 114 Sedang 56 Tinggi 122 128 Sedang 53 Sedang 123 140 Sedang 40 Sedang 124 145 Sedang 45 Sedang 125 147 Sedang 44 Sedang 126 151 Sedang 55 Sedang 127 136 Sedang 41 Sedang 128 86 Rendah 50 Sedang
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
129 139 Sedang 40 Sedang 130 127 Sedang 49 Sedang 131 108 Rendah 49 Sedang 132 115 Sedang 56 Tinggi 133 154 Tinggi 37 Rendah 134 139 Sedang 34 Rendah 135 93 Rendah 44 Sedang 136 83 Rendah 71 Tinggi 137 102 Rendah 52 Sedang 138 133 Sedang 37 Rendah 139 137 Sedang 55 Sedang 140 145 Sedang 42 Sedang 141 126 Sedang 55 Sedang 142 132 Sedang 39 Rendah 143 153 Tinggi 39 Rendah 144 99 Rendah 56 Tinggi 145 135 Sedang 44 Sedang 146 151 Sedang 42 Sedang 147 98 Rendah 54 Sedang 148 124 Sedang 70 Tinggi 149 145 Sedang 32 Rendah 150 138 Sedang 42 Sedang 151 128 Sedang 52 Sedang 152 123 Sedang 50 Sedang 153 117 Sedang 54 Sedang 154 155 Tinggi 38 Rendah 155 144 Sedang 39 Rendah 156 77 Rendah 60 Tinggi 157 161 Tinggi 37 Rendah 158 122 Sedang 54 Sedang 159 114 Sedang 57 Tinggi 160 121 Sedang 52 Sedang 161 131 Sedang 50 Sedang 162 148 Sedang 37 Rendah 163 146 Sedang 42 Sedang 164 149 Sedang 31 Rendah 165 157 Tinggi 54 Sedang 166 150 Sedang 37 Rendah 167 135 Sedang 56 Tinggi 168 137 Sedang 54 Sedang 169 142 Sedang 43 Sedang 170 132 Sedang 44 Sedang 171 140 Sedang 39 Rendah 172 140 Sedang 42 Sedang
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
173 138 Sedang 52 Sedang 174 125 Sedang 48 Sedang 175 161 Tinggi 35 Rendah 176 103 Rendah 69 Tinggi 177 128 Sedang 44 Sedang 178 161 Tinggi 42 Sedang 179 130 Sedang 52 Sedang 180 160 Tinggi 40 Sedang 181 147 Sedang 39 Rendah 182 110 Rendah 52 Sedang 183 145 Sedang 38 Rendah 184 98 Rendah 51 Sedang 185 133 Sedang 65 Tinggi 186 141 Sedang 48 Sedang 187 144 Sedang 36 Rendah 188 132 Sedang 47 Sedang 189 164 Tinggi 43 Sedang 190 131 Sedang 52 Sedang 191 136 Sedang 44 Sedang 192 171 Tinggi 36 Rendah 193 172 Tinggi 40 Sedang 194 157 Tinggi 52 Sedang 195 151 Sedang 66 Tinggi 196 102 Rendah 55 Sedang 197 125 Sedang 55 Sedang 198 148 Sedang 43 Sedang 199 93 Rendah 51 Sedang 200 104 Rendah 55 Sedang 201 125 Sedang 46 Sedang 202 145 Sedang 35 Rendah 203 99 Rendah 46 Sedang 204 114 Sedang 58 Tinggi 205 145 Sedang 38 Rendah 206 148 Sedang 34 Rendah 207 148 Sedang 49 Sedang 208 110 Rendah 54 Sedang 209 143 Sedang 36 Rendah 210 156 Tinggi 55 Sedang 211 162 Tinggi 37 Rendah 212 126 Sedang 47 Sedang 213 116 Sedang 57 Tinggi 214 138 Sedang 41 Sedang 215 144 Sedang 38 Rendah
Raisa Andea : Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja, 2010.
LAMPIRAN H Surat Keterangan Pengambilan Data dari Pihak Sekolah