Anda di halaman 1dari 4

bayi lahir prematur.

Oleh karena itu pemeriksaan resesif, autosomal dominan, sex linked dan derajat
2
serta evaluasi berkala secara teliti perlu dilakukan miopia yang diturunkan ternyata bervariasi.
2
pada penderita ini.
Foktor Ferkembongon
Bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor
IIFE DANFEkKEM8ANGAN prenatal dan perinatal turut berperan serta
Menurut Duke Elder S, miopia patologi yang menyebabkan miopia patologi. Penyakit ibu yang
biasanya merupakan miopia aksial, dapat terjadi dikaitkan dengan penderita miopia kongenital adalah
5
secara : hipertensi sistemik, toksemia dan penyakit retina.
Faktor lain yang dianggap berhubungan dengan
M|op|ooks|o| kongen|to|
miopia patologi adalah kelahiran prematur yakni
Miopia yang timbul sampai dengan usia 3 tahun
berat badan lahir kurang dari 2.500 gr. Brain
dapat merupakan kelainan yang tersendiri ataupun
menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan defek
2
menyertai kelainan kongenital lain dan dapat disertai
mesodermal yang berkaitan dengan prematuritas.
atau tanpa kelainan fundus, dimana dalam
perkembangan selanjutnya dapat statis ataupun Fotogenes|s
5
progresif. Menurut Duke E|der S
Miopia kongenital yang terdapat pada prematur Berbagai teori dikemukakan mengenai terjadinya
akan menghilang setelah beberapa bulan, kecuali miopia degeneratif, tetapi ada dua teori pokok yang
5 5
bila disertai retrolental fibroplasia. saling bertentangan, yaitu :
M|op|oDegenerot|| "Deve|opmento|" Ieor| Mekon|k
Pada umumnya miopia simpel menjadi stabil Timbul pada abad ke 19, yang mengatakan
pada usia 12-20 tahun, akan tetapi dapat terjadi bahwa terjadinya miopia tinggi disebabkan karena
sebaliknya, dimana justru terjadi peningkatan derajat peregangan sklera. Peregangan ini dapat terjadi
miopia. Bruckner Franceschetti mendapatkan pada pada sklera yang normal ataupun yang sudah
5
penderita-penderita yang lebih muda yaitu 5-15
lemah.
5
tahun, disebut sebagai miopia infantil. Adanya konvergensi yang berl ebi han,
akomodasi yang terus menerus dan kontraksi
M|op|oD|dopot
muskulus orbikularis okuli akan mengakibatkan
Telah lama diketahui, bahwa miopia dapat
tekanan intra okuler meningkat yang selanjutnya
timbul atau menjadi progresif setelah sakit. Keadaan
menimbulkan peregangan sklera. Selain itu pada
ini dapat terjadi pada setiap usia, misalkan pada
akomodasi dimana terjadi kontraksi muskulus ciliaris
anak-anak setelah menderita morbili, panas ataupun
akan menarik koroid, sehingga menyebabkan atropi.
malnutrisi; ataupun pada orang dewasa setelah
Konvergensi dan posisi bola mata ke arah inferior
menderita tuberkulosis dan goiter.
pada waktu membaca menyebabkan pole posterior
5 Pada miopia degeneratif yang didapat terjadi
tertarik oleh nervus optikus.
pemanjangan bola mata dan berhenti pada masa
Perlemahan sklera diduga juga menjadi
penyembuhan. Perubahan ini dapat timbul pada
penyebab membesarnya bola mata. Perlemahan ini
5 mata yang non miopik.
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
Kongesti sklera
EIIOLOGI DANFAIOGENESIS
nflamasi sklera
Et|o|og|
Malnutrisi
Foktor Keturunon
Endokrin
Penelitian ginekologis telah memberikan
Keadaan umum
banyak bukti bahwa faktor keturunan merupakan
Skleromalasia
faktor etiologi utama terjadinya miopia patologi. Cara
Jadi menurut teori ini terdapat kaitan antara
transmisi dari miopia patologi adalah autosomal
nocturnal, miopia didapat atau sekunder, miopia FENDAHbLbAN
2
patologi atau degeneratif. Salah satu kelainan refraksi yang sudah dikenal
Miopia patologi sampai saat ini masih belum saat ini adalah miopia, dimana pada waktu otot
jelas,dimana menurut David A.Goss miopia patologi siliaris relaksasi (tidak berakomodasi), cahaya dari
1
adalah miopia tinggi yang terkait dengan perubahan obyek jauh difokuskan di depan retina.
pat ol ogi t er ut ama di segmen post er i or Secara harfiah miopia berarti menutup mata.
mata.Tingginya derajat miopia ini disebabkan stilah ini mungkin berawal dari perlunya penderita
4
peningkatan panjang aksial bola mata miopia menyipitkan atau menutup matanya sebagian
Menurut Georgia E.Garcia, miopia patologi untuk memperjelas obyek yang dilihat pada jarak
adalah suatu bentuk miopia yang meningkat cepat jauh. Hal ini terlihat pada penderita miopia yang
(4,00 D tiap tahun) dan terkait dengan perubahan- koreksinya tidak sempurna atau tidak dikoreksi sama
2
perubahan abnormal disegmen posterior bola mata. sekali.
Miopia patologi pertama kali diidentifikasi oleh Steven M. Podos dalam bukunya "Optics and
Von Graefe pada tahun 1864. Miopia patologi Refractions mengelompokkan miopia berdasarkan
3
merupakan penyakit yang cukup berat dan besar derajat miopia :
mempunyai konsekuensi menurunnya tajam Miopia rendah : s/d 2 Dioptri(D)
2
penglihatan serta penyakit mata yang serius. Faktor- Miopia sedang : > 2 D- 6 D
faktor resiko pada miopia tinggi adalah riwayat Miopia tinggi : > 6 D

keluarga menderita miopia tinggi, penyakit ibu David A. Goss mengklasifikasikan miopia

selama kehamilan, bayi berat badan lahir rendah, menjadi: miopia simpel, pseudomiopia, miopia
A8SIkACI
Pathological myopia is defined as high myopia conjunction with any pathological changes, especially in
posterior segment of the eye and the degree of myopia increase progressively 4.00D every year. nherited
factor are more important for the occurrence of the pathological myopia. Pathological myopia is a degeneration
process and not an inflammation. Most of the changes occurred on the posterior segment. The complication that
usually occurred are floaters, scotoma, cataract, retinal detachment and glaucoma. Management of pathological
myopia include spectacles, contact lens, environment modification, surgery, laser fotocoagulation, OP
evaluation and patients education.
Keyword: pathological myopia.

1OI
1urnal Oftalmologi Indonesia
1OI
I S S N . 1 6 9 3 - 2 5 8 7 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. 5, No. 1, April 2007 : Hal. 19 - 26 20 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
MIOPIAPATOLOGI
Miopia Patologis
Agung W|dodo, Fr||||o I
Bag./SMF lmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlngga/RSU Dr. Soetomo, Surabaya
permukaan nervus optikus nasal sehingga akan Stotus Oku|omotor
mengangkat bagian-bagian nasal dari diskus Banyak penderita dengan miopia patologi
optikus. Perubahan ini disebut supertraksi nasal. mengalami strabismus atau nistagmus. Curtin
Epitel pigmen retina dan koroid tertarik menjauh menjumpai bahwa 28,8% penderita miopia
dari diskus. Sehingga tampak sklera. Biasanya kongenital menderita strabismus. 89% mengalami
tampak pada daerah temporal. Tampak pembuluh esotropia, 11% mengalami exotropia serta 3%
darah koroid. Semua ini disebut myopic crescent. nistagmus.Nistagmus biasanya menetap walaupun
2
Myopic crescent lebih besar terjadi pada dilakukan koreksi kesalahan refraksinya.
2
panjang aksial bola mata lebih dari 25 mm.
SegmenAnter|or
Pada sebagian besar penderita, mata akan
menjadi lebih besar, kornea akan lebih datar dan
tipis, pupil akan mengalami dilatasi, bilik mata depan
akan lebih dalam. Banyak penderita akan mengalami
sklera yang translusen dan tampak biru. Badan
siliaris biasanya terletak lebih posterior, lebih
2, 5
panjang, datar dan atrofi.
Gombor 2. Lenso
6
Myopic Crescents pada miopia.
Prevalensi katarak pada miopia patologi adalah
dua kali lipat dari populasi normal, dan terjadi pada
Ferubohonpodoret|noper||er usia-usia awal, umumnya nuklear atau subkapsuler.
Pemanjangan aksial bola mata pada miopia Ekstraksi katarak pada miopia tinggi harus
patologi mempengaruhi daerah retina perifer. dipertimbangkan dengan cermat karena penderita
Elemen-elemen retina mengalami proses muda dengan derajat miopia tinggi memiliki resiko
peregangan dan menurunnya suplai darah, arteri retinal detachment yang meningkat post ekstraksi
2, 5
vena retina tampak lebih lurus, retina akan katarak.
mengalami penipisan. Epitel pigmen retina, akan
mengalami penipisan, pigmen-pigmen menggumpal V|treus
dan akan bergerak ke inner layer retina. Vitreus mengalami degenerasi dan pencairan.
Semua perubahan tersebut disebut lattice Semakin tua penderita, semakin tinggi derajat
degeneration. mi opi a, semaki n besar deraj at keparahan
Lattice degeneration adalah hal yang bermakna degenerasi vitreus.
oleh karena meningkatkan resiko terjadinya hole Degenerasi vitreus ini menghasilkan filamen-
retinal detachment vitreous ataupun . Perubahan-perubahan filamen vitreus yang tampak sebagai
2
floaters. Pencairan vitreous menyebabkan terjadinya ini biasanya dimulai dari daerah supero temporal.
posterior vitreous detachment (PVD).
Perubahan-perubahan pada vitreus ini
meningkatkan prevalensi terjadinya retinal tears,
retinal haemorrhages, retinal detachment. Kelainan-
kelainan ini sering terjadi di area supero temporal
2, 5
retina.
Ferubohonpodod|skus opt|kus
Ukuran dan bentuk diskus optikus meningkat,
menjadi lebih besar dan bentuknya oval vertikal.
Rasio mangkok pada diskus (CD ratio) meningkat, Gombor 3.
7
Latice Degeneration pada miopia tinggi.
tapi kedalamannya normal. Terdapat tarikan pada
timbulnya dan progresivitas miopia dengan
kebiasaan melihat dekat dan keadaan umum
seseorang.
Ieor| 8|o|og|
Teori ini timbul setelah pengamatan bahwa
miopia aksial adalah herediter, penipisan bola mata
hanya di daerah pole posterior, degenerasi retina
terjadi sekunder setelah atrofi koroid dan adanya
perubahan-perubahan atrofi yang tidak sesuai
5
dengan besarnya pemanjangan bola mata.
Vogt mengatakan bahwa faktor timbulnya
Gombor 1. miopia terdapat pada jaringan ektodermal yaitu
Perbandingan Ukuran Bola Mata pada ndividu yang sama Yang
retina, sedangkan jaringan mesodermal disekitarnya 4
satu emmetrop yang satunya miopia -15 D.
tetap normal. Retina tumbuh lebih menonjol
dibanding dengan koroid dan sklera. Pertumbuhan
KLINIS retina yang abnormal ini diikuti dengan penipisan
sklera dan peregangan koroid. Koroid yang peka Gejo|o-Gejo|o
terhadap regangan akan menjadi atrofi. Seperti Pertama adalah menurunnya penglihatan jauh,
diketahui pertumbuhan sklera berhenti pada janin bahkan dengan koreksi refraksi, sering dijumpai
2, 5
berumur 5 bulan sedangkan bagian posterior retina penurunankemampuanuntukmelihat denganjelas.
masih tumbuh terus sehingga bagian posterior sklera Kedua adalah penderita merasa tidak nyaman
5
menjadi paling tipis. ketika menggunakan lensa koreksi, dimana
kacamata untuk miopia tinggi biasanya berat dengan
distorsi yang bermakna ditepi lensa, lapang Menurut Dov|dA. Goss
pandangan juga terbatas. Penderita merasa tidak Faktor utama dari miopia patologi ini adalah
nyaman, tetapi juga tidak dapat melakukan aktivitas peningkatan panjang aksial bola mata,yang
2, 5
tanpa kacamatanya. disebabkan oleh penurunan kuantitas dan
Ketiga adalah sering dijumpai degenerasi perubahan karakteristik anatomi dari jaringan
2
vitreus, dimana vitreus ini lebih cair dan mempunyai kolagen sklera.
prevalensi yang tinggi untuk pelepasan vitreus Sklera merupakan jaringan penyokong utama
posterior (PVD). Proses ini menyebabkan filamen- dari segmen posterior. Dalam keadaan normal
filamen vitreous meningkat sehingga tampak tersusun dari ikatan serabut kolagen yang padat.
bentukan mengapung (floaters). Gejala lain yang katan-ikatan tersebut terdiri dari pita-pita lebar dan
2
terkait dengan vitreous liquefaction adalah traksi
teranyam.
atau tarikan vitreus pada retina yang menghasilkan
Nikolaev mengatakan bahwa pada miopia yang
2, 5
kilatan cahaya. tinggi diameter serabut kolagen sklera mengalami
penurunan.
Curtin menyebutkan bahwa pada orang dengan
Iondo-Iondo
derajat miopia tinggi akan mengalami penurunan
Stotus ke|roks|
kuantitas dan kualitas dari serabut kolagen sklera
Curtin melaporkan bahwa 55% penderita miopia
yang berupa sudut ikatan antara serabut kolagen
kongenital akan berkembang menjadi miopia
sklera melebar dan anyamannya kurang terpola.
progresif, 30% tetap stabil dan 15% akan menjadi
Perubahan-perubahan ini dijumpai pada kutub
regresi. Francois dan Goes menunjukkan bahwa
posterior sehingga akan menyebabkan regangan
semakin awal onsetnya semakin besar pula
dan penipisan pada sklera yang akhirnya menambah
2
progresivitasnya. panjang aksial bola mata.
1OI 1OI
21 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007 22 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
Miopia Patologis Miopia Patologis
Fundo| F|uoresce|nAng|ogrophy(FFA) FEMEkIKSAANKLINIS
Seperti diketahui pada miopia degeneratif IojomFeng||hoton
terdapat atrofi koroid yang berpengaruh pada Jika miopia tidak dikoreksi, tajam penglihatan akan
si rkul asi daerah papi l o-makul er, sehi ngga menurun secara bermakna, bahkan ketika penderita
menimbulkan gangguan fungsi-visual. Untuk menilai tersebut dikoreksi secara penuh, sering terdapat
keadaan tersebut dilakukan FFA, dimana akan penurunan tajam penglihatan koreksi. Hal ini
9
memberikan gambaran-gambaran sebagai berikut : dikarenakan perubahan-perubahan patologis pada
2
segmen anterior maupun segmen posterior.
D|skus Opt|k
DoyoFembedoonWorno
- Pada fase initial tampak sirkulus Zinn-Haller
Francoist dan Verriest 1957 mengatakan
melingkari diskus optik.
bahwa, pada derajat miopia tinggi biasanya terdapat
- Pada permulaan fase vena tampak jaringan
gangguan daya pembedaan warna biru, oleh karena
kapiler dan mikro-sirkulasi diskus optik yang
5
adanya aberasi khromatis.
berasal dari pembuluh darah retina.
Tokora dan kawan-kawan (1978) melakukan
- Pada pertengahan fase arterio-venous
pemeriksaan daya pembedaan warna pada
tampak daerah hipofluoresen mengelilingi
penderita miopia untuk menilai pole-posterior,
diskus optik.
ternyata tidak didapatkan perbedaan yang bermakna
- Pada fase akhir daerah sekitar diskus optik
pada perpanjangan sumbu aksial, akan tetapi
masih tetap hipofluorescen, walau ditepinya
adanya perubahan daya pembedaan warna
hiperfluo-resen. Sedangkan pada jaringan
8
menunjukkan adanya perubahan pole posterior.
diskus masih terdapat sisa bahan kontras.
* Pengisian pembuluh darah koroid yang
Lopong- Fondongon
irreguler tampak pada permulaan fase
Perubahan lapang-pandangan tergantung
arterio-venous.
pada berat ringannya atrofi koroido-retina. Jayle dan
* Waktu pengisian intra-okuler
Berard membedakan kelainan lapang-pandang
- Terjadi perlambatan pengisian kapiler
pada miopia menjadi :
koroid
Kelainan yang tipik, yaitu pelebaran bintik buta
- Waktu sirkulasi antara diskus optik ke
dan adanya skotoma di daerah temporo-
makula memanjang
superior
Kelainan yang atipik Sebagai akibat dari pemanjangan bola mata
Perubahan lapang-pandangan dimulai pole posterior terutama daerah papilo-makuler
5, 8
dengan depresi isopter. mengandung sedikit pembuluh darah koroid dan
pigmentasi berkurang (pigmen epitel sangat tipis),
9 E|ektro F|s|o|og|k
sehingga sklera dapat terlihat melalui daerah ini.
Perubahan elektro-fsiologik sering ditemukan
pada miopia tinggi, hal ini dapat ditunjukkan pada
KOMFLIKASI
pemeriksaan ERG dan EOG.
Komplikasi yang timbul pada miopia adalah akibat
Perubahan yang terjadi pada ERG berupa
dari proses degenerasi, yaitu :
pembesaran gelombang "a relatif dan depresi
gelombang "b. Reduksi gelombang "b sejalan
F|ooters
dengan depresi fungsi visual. Tokoro dan kawan-
Kekeruhan badan kaca yang disebabkan
kawan mendapatkan adanya korelasi negatif antara
proses pengenceran dan organisasi, sehingga
amplitudo gelombang "b dan panjangnya sumbu
5, 10
menimbulkan bayangan pada penglihatan. aksial.
Perubahan-perubahan tersebut menunjukkan
adanya gangguan pada lapisan epitel pigmen retina, Skotomo
5, 8
lapisan nuklear luar dan dalam. Def ek pada l apang- pandangan yang
Sk|ero
Karena sklera tidak memberikan dukungan
yang memadai bagi bola mata pada miopia patologi,
mata memanjang kearah posterior dan semua
lapisan bola mata pada kutub posterior mengalami
perubahan degeneratif yang semakin bertambah
seiring berjalannya waktu, salah satu yang terjadi
adalah stafiloma posterior. ni biasanya berkembang
2, 5
antara usia 9 sampai dengan 26 tahun.
Curtin melaporkan bahwa stafiloma yang terjadi
2, 5
Gombor 5.
paling sering di daerah diskus dan area makula.
6
Lacquer cracks di dekat makula pada miopia.
FerubohonFodoAreoMoku|o
Terdapat penipisan pada retina, kehilangan sel-
sel rods dan sel-sel cones serta area makula lebih
datar. Terjadi degenerasi kistik serta atrofi.
Perubahan yang sering terjadi pada area makula
adalah bintik Fuchs, bintik ini merupakan degenerasi
terlokalisir, terkait dengan pertumbuhan jaringan
neovaskular koroid menjadi ruang epitel pigmen
subretina dan proliferasi epithelium pigmen retina
Gombor 4.
pada jaringan. Pemunculan bintik biasanya terkait
6
Stafiloma posterior pada miopia. 2, 5
dengan pendarahan dari jaringan neovaskuler.
Gambaran oftal moskopi s bi nti k Fuchs
Koro|d
bervariasi. Pada tahap awal (sebelum perdarahan),
Perubahan pada koroid terutama terjadi pada
tampak gambaran sebagai bintik gelap, bulat atau
fase lanjut. Proses yang pasti dari degenerasi dan
oval dan elevated, batas tegas, dikelilingi retina yang
atrofi koroid masih belum diketahui, tetapi hal ini
tampak normal. Warnanya bisa tampak abu-abu,
terkait dengan pemanjangan aksial mata.
hijau keabu-abuan atau merah keabu-abuan,
Saat kutub posterior memanjang, koroid
tergantung keberadaan jaringan lain. Ukurannya
meregang dan menipis menyebabkan hilangnya
bisa lebih kecil atau lebih besar dari discus opticus.
stroma koroid dan menurunnya sirkulasi pembuluh
Perubahan lain pada makula adalah macular
darah koroid, termasuk koriokapilaris. Saat proses
holes. ni disebabkan oleh efek traksi dari
pemanjangan berlanjut, terjadi ruptur pada epitel 2, 5
vitreoretinal.
pigmen retina, membran Bruch dan koriokapiler.
Menyebabkan terjadinya pendarahan subretinal dan
lebih jauh adalah neovaskularisasi koroid.
Pada proses penyembuhan ruptur ini, tampak
sebagai garis halus, irregular, saling silang, putih
kekuningan yang mirip retakan -retakan tidak teratur
pada permukaan yang dipernis dan disebut Lacquer
cracks.
Saat proses degeneratif berlanjut, koroid akan
atrofi dan tampak kekuningan atau keputihan.
Jaringan koroid hilang tampak daerah yang tidak
mengandung koroid disebut bare sclera dan sering Gombor .
6 2, 5
Gambaran Fuchs'spot di daerah makula pada miopia. diikuti penumpukan pigmen pada daerah tersebut.
1OI 1OI
23 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007 24 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
Miopia Patologis Miopia Patologis
5, 10
dan gula. diakibatkan oleh atrofi retina.
Duke Elder menyarankan diit kaya vitamin D
Irombos|s Koro|ddonFerdorohonKoro|d dan kalsium untuk penderita miopia ini.
Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah Aktivitas lingkungan yang dianjurkan adalah
kecil. Biasanya terjadi di daerah sentral, sehingga olahraga luar ruang misal joging, namun aktivitas lain
timbul jaringan parut yang mengakibatkan yang cenderung meningkatkan tekanan intra kranial
5, 10 2,12
penurunan tajampenglihatan. dan stress sebaiknya dihindari, misal angkat berat.
Ab|os|o ket|no I|ndokonOperot||
Merupakan kompl i kasi yang terseri ng. Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada
Biasanya disebabkan karena didahului dengan penderita miopia patologi, misal tindakan LASK,
timbulnya hole pada daerah perifer retina akibat namun implantasi OL merupakan tindakan bedah
5, 10 12
proses-proses degenerasi di daerah ini. refraksi yang disarankan.
G|oukomoS|mpe|
Fotokoogu|os| Loser
Kompikasi ini merupakan akibat dari atrofi
Bila terdapat choroidal neovascularization
5, 10
menyeluruh dari koroid. membran dilakukan argon laser photokoagulasi,
tetapi harap dipertimbangkan bahwa pada miopia
Kotorok
patologi ini terdapat pemanjangan dan peregangan
Merupakan komplikasi selanjutnya dari miopia
bola mata sehingga sikatrik yang diakibatkan oleh
degeneratif, terjadi setelah umur 40 tahun. Biasanya
laser akan menambah peregangan bola mata
12 adalah tipe pole posterior. Sering dihubungkan pula
tersebut.
5, 10
dengan adanya degenerasi koroid.
FengowosonIekononIntroOku|er
FENAIALAKSANAAN
Tekanan intra okuler harus dipantau secara
Sampai saat ini dikenal berbagai usaha untuk
cermat. Curtin melaporkan bahwa TO ini
mengatasi miopa degeneratif, akan tetapi hasilnya
b e r p e r a n s e c a r a me k a n i k d a l a m
belum ada yang memuaskan. Penatalaksanaan
pemanjangan aksial bola mata.
miopia patologi terdiri dari :
Black merekomendasikan bahwa penderita
dengan miopia patologi harus memiliki TO
Koreks| re|roks|
2
dibawah 20 mm Hg.
Langkah pertama dalam penatalaksanaan
miopia patologi adalah koreksi refraktif baik dengan
Fend|d|konFender|to lensa oftalmik atau lensa kontak.
Penderita dengan miopia patologi cenderung Koreksi refraksi yang paling sesuai adalah
mengalami koroid yang tipis dan rapuh sehingga koreksi refraksi minimal yang memberikan tajam
trauma pada mata atau bahkan gosokan keras pada penglihatan maksimal.
mata, dapat menyebabkan robekan pada membran Penggunaan lensa kontak memberikan keuntungan
Bruch dan mengakibatkan perdarahan. yang lebih banyak, sebab dapat mempercantik
Penderita harus disarankan untuk memeriksakan penampilan, memperluas lapang pandang serta
2,11
mata jika mengalami kilatan cahaya terang, berbentuk
mengurangi distorsi dan aberasi.
seperti busur atau peningkatan jumlah floaters.
Faktor pendidikan penderita lainnya adalah Mod|||kos| L|ngkungon
konseling genetik. Penderita dengan miopia patologi Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memiliki dalam pengelolaan miopia, tapi penelitian yang lain
anak dengan miopia patologi pula. Jika kedua orang masih belum mendukung.
tua menderi ta mi opi a patol ogi terdapat Telah dianjurkan pada penderita miopia yang
kemungkinan yang lebih besar anak-anaknya akan terpapar secara genetik untuk meningkatkan
menderita miopia patologi. konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat
DAFIAkFbSIAKA
th
1. Guyton AC. (1994). Textbook of Medical Physiology 7 W.B.
Saunder Co. p. 9.
2. David A. Goss, et. al. (1987). Myopia. n: John F. Amos, OD
ed. Diagnosis and Management in Vision Care Butterworth,
USA. p. 121-162.
3. Podos SM, Yanoff M, 1994. Spectacle Lenses. n : Textbook of
Ophtalmology Vol. 9. London, Mosby-Year Book Europe, Ltd.
p. 102-109.
th
4. George E. Garcia et. al. (1989). Handbook of Refraction 4
Little, Brown and Company, nc. p. 32-33.
5. Duke Elder S. (1970). Ophtalmic Optics and Refraction,
System of Ophthalmology. Vol. V. The C.V. Mosby Company.
p. 300 351.
6. Fundus Changes in Myopia (2002). Available on Line at.
www.optometry.co.uk. (acceside Juni 2005).
7. Kanski J.J. et. al. (2005). Disease of the Ocular Fundus.
Elsevier Limited, United Kingdom. p. 111.
8. Takashi Tokoro et. al. (1978). Development and Pathogenesis
of Pathological Myopia. n: Shimizu K.: XX. Concilium
Ophthalmologicum Kyoto Pars . Excepta Medica,
Amsterdam-Oxford. p. 1204-1206.
9. Masaharu Yoshihara (1978). Clinical Studies on Fundus
Changes and Hemodynamics in Degeneratife Myopia. n:
Shimizu K.: XX Concilium Ophthalmologicum Kyoto Pars
Excepta Medica, Amsterdam-Oxford. p. 1220 1222.
10. Ronald C. Pruett (1994). Pathological Myopia. n: Diagnostic
Problems in Clinical Ophthalmology. ed. Curtis E. Margo, MD.
W.B. Saunders Co. USA. p. 587-595.
11. Benyamin M. (1994). Spectacle Lenses. n: Textbook of
Ophthalmology Vol. 9. Podos SM, London, Mosby-Year Book
Europe, Ltd. p. 102-109.
12. Pathological Myopia and Pasterior Staphyloma. n:
Handbook of Ocular Disease Management Available on line
at. www.optometry.co.uk. (acceside Juni 2005).
13. Spectacle Lenses. n : Textbook of Ophtalmology Vol. 9.
Podos SM, Yanoff M, London, Mosby-Year Book Europe, Ltd.
p. 102-109.
14. Charles A.P. (1957). Disease of Eye. Baltimore The Williams
&Willenis. Co. p. 207-208.
15. Deborah Pavan L. (2002). Manual of Ocular Diagnosis and
th
Therapy. V . Lippincott Williams & Wilkins, Philadelpia, USA.
p. 408.
16. Miller K.M. et. al. (2001-2002). Basic and Clinical Science
Course. Section 3, Optics, Refretion and Contact Lenses.
American Academy of Ophthalmology. p. 124-126.
17. Van Heuven W.A.J. et. al. (2000). Decision Making in
th
Opthalmology. Algorithmic Approach 2 Mosby nc, St. Louis,
Missouri. p. 22-25.
1OI 1OI
25 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007 26 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
Miopia Patologis Miopia Patologis

Anda mungkin juga menyukai