Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil
3
)
tersedia di bumi. Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki
fungsi sangat penting bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, termasuk
manusia. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Air
merupakan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable)
oleh alam, sehingga air diangap sebagai sumber daya alam yang tidak akan habis.
Tetapi jika air itu tercemar maka air tidak dapat lagi digunakan sebagaimana
diperuntukannya fungsi air itu bagi kehidupan makhluk hidup. Pencemaran air
adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.
Aspek aspek yang diukur pada air ini berupa aspek kimia, fisika dan
biologi. Salah satu aspek kimia pencemar air adalah derajat keasaman air ( pH ).
Derajat keasaman ( pH ) adalah ukuran derajat keasaman atau kebasaan zat cair
atau larutan. Air yang mempunyai pH antara 6,7 - 8,6 mendukung populasi hewan
dan tumbuhan dalam air. Dalam jangkauan pH itu pertumbuhan dan
perkembangbiakan hewan dan tumbuhan di air tidak terganggu. Kebasaan air
ialah suatu kapasitas air untuk dapat menetralkan asam. Hal ini disebabkan adanya
asam atau garam basa yang terdapat dalam air, misalnya NaOH dan Ca(OH)
2
.
Garam basa yang sering dijumpai adalah karbonat logam-logamnatrium, kalsium,
magnesium, dan sebagainya. Kebasaan yang tinggi belum tentu mempunyai pH
yang tinggi. Oleh karena itu kita perlu menjaga agar pH air tetap stabil sesuai
standar yang telah di tententukan, sehingga keberlangsungan hidup pengguna air
pun dapat terjaga.



2

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh
derajat keasaman ( pH ) terhadap air sebagai salah satu aspek kimia air.

1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari makalah ini hanya seputar derajat keasaman (
pH ) sebagai salah satu aspek kimia air.

1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, yaitu
mengambil literatur, literatur yang relevan dari internet .





















3

BAB II
ISI

2.1. Air
Air adalah zat atau materi yang penting bagi semua bentuk kehidupan di
bumi. Air tersebut mencakup semua air yang terdapat di atas maupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di darat. Air merupakan komponen
lingkungan yang penting bagi kehidupan manusia, hampir seluruh aspek
kehidupan tergantung dengan keberadaannya. Sekitar 55-60% berat badan orang
dewasa terdiri dari air, pada anak-anak sekitar 65% dan pada bayi sekitar 80%
(Sutrisno, 2010).
Keperluan air rata-rata di Indonesia adalah 60 liter per kapita per hari,
meliputi 30 liter untuk keperluan mandi, 15 liter untuk keperluan minum dan
sisanya untuk keperluan lainnya (DepKes, 1994). Air sangat berperan dalam
menjaga kelancaran sistem metabolisme dalam tubuh manusia. Kegunaan air bagi
tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkut
zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga
tubuh agar tidak dehidrasi. Ketersediaan air bersih adalah sangat penting untuk
kesejahteraan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang tidak memiliki air bersih
berdampak buruk bagi kesehatan, sanitasi lingkungan, dan keterbelakangan
pendidikan serta kemiskinan secara sosial ekonomi (Sugriwan, 2006).
2.1.1. Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu
baik dan bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi dan sanitasi. Syarat-
syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
mengandung logam berat. Air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia,
akan tetapi terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya
Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Bakteri tersebut dapat dibunuh dengan
memasak air hingga 100

C, namun banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak


dapat dihilangkan dengan cara ini (Raini et al., 2004).

4

2.1.2. Sumber Air Bersih
a. Sungai
Air segar diperoleh dari sungai-sungai di dunia dengan jumlah rata-rata
lebih dari 40.000 kilometer kubik. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari
7.000 meter kubik untuk setiap orang) sepintas terlihat cukup untuk menjamin
persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut
seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. Sebagai contoh air bersih di
lembah sungai Amazon walaupun ketersediaannya cukup, lokasinya membuat
sumber air ini tidak ekonomis untuk menyalurkan air ke tempat-tempat yang
memerlukan (Rahayu, 2004).
Air permukaan banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti
tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan
peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air,
pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga
sebagai tempat rekreasi. Sebagai tempat penampungan air maka sungai dan situ
mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami
maupun antropogenik (Rahayu, 2004).
Salah satu contoh air permukaan adalah air sungai. Air sungai merupakan
air permukaan yang sebagian besar berasal dari tanah dan sebagian berasal dari air
hujan yang mengalir melalui permukaan tanah dan masuk ke dalam penampung
air permukaan. Beberapa hal yang mempengaruhi kualitas air sungai, yaitu :
1. Kondisi lingkungan sungai
Kondisi lingkungan sungai dipengaruhi oleh lokasi aliran air. Pada bagian hulu,
alirannya tidak besar tapi kecepatan arusnya sangat tinggi. Pada bagian hilir,
alirannya rata-rata besar dan kecepatan arusnya rendah. Hal ini akibat adanya
kondisi hidrodinamik sehingga kualitas air tergantung pada tempatnya.
2. Kadar polutan dalam limbah
Polutan yang larut dalam air sungai biasanya merupakan limbah yang terbawa
dan dapat bercampur dengan air sungai. Namun pencampuran ini dapat
memerlukan waktu yang lama untuk dapat terproses (Anonim
4
, 2012).


5

b. Hujan dan air bawah tanah
Hujan merupakan salah satu sumber air bersih, baik secara individu, dan
berkelompok. Pemerintah biasanya membangun bendungan dan tandon air yang
untuk menyimpan air bersih berasal dari air hujan sebagai cadangan pada saat
kemarau, dan untuk musibah banjir. Air bawah tanah sering juga disebut air tanah
yakni sumber air bersih yang diperoleh dengan menggunakan sumur bor dan
memasukkan pipa dengan kedalaman antara 100-300 meter. Air dalam tanah
terdapat pada lapisan air pertama, apabila tekanan air tanah besar, maka semburan
air yang keluar volumenya besar (Sutrisno, 2010).

2.1.3. Persyaratan Air Bersih
Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air pada awalnya berdasarkan
PERMENKES No. 416/MENKES/PER/IX/1990 mengenai standar kualitas air
bersih, kemudian diperbaharui menjadi standar kualitas air minum yakni
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No.
907/MENKES/SK/VII/2002, dan diperbaharui kembali menjadi PERMENKES
No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Sebagian besar PDAM di seluruh Indonesia
dalam pemenuhan persyaratan kualitas air yang didistribusikan masih mengacu
pada standar kualitas air bersih, hanya beberapa diantaranya yang sudah
menggunakan standar air minum sebagai pedoman mutu airnya. Persyaratan
kualitas air ditetapkan berdasarkan beberapa parameter yaitu sebagai berikut :
a. Parameter fisik, meliputi suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan dan jumlah zat
padat terlarut.
b. Parameter kimia, meliputi arsen, air raksa, barium, besi, mangan, fluorida,
kadmium, kesadahan, klorin, nitrat, pH, seng, sulfat, sulfida, tembaga, timbal
dan benzena.

2.2 Pengertian pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H
+
) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
6

pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.
Derajat Keasaman (pH) adalah merupakan istilah yang digunakan untuk
menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan, dan untuk
menyatakan konsentrasi ion H
+
. Dalam pengolahan air, pH merupakan suatu
faktor yang harus dipertimbangkan, karena dapat mempengaruhi aktivitas
pengolahan air. Pengaturan pH dalam instalasi air minum bertujuan untuk
mengendalikan terjadinya korosi pada pipa dalam sistem distribusi. Netralisasi pH
merupakan upaya agar pH air menjadi normal, untuk efektifitas proses
pengolahan maupun untuk keamanan kesehatan. pH yang lebih kecil dari 6,5 dan
lebih besar 9,2 dapat menyebabkan senyawa kimia berubah menjadi racun dan
mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2010).
Potensial Hidrogen (pH) merupakan istilah yang digunakan menyatakan
intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. pH merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan karena derajat keasaman suatu air sangat mempengaruhi aktifitas
pengolahan. Dampak yang terjadi apabila pH tidak sesuai standar adalah air yang
diproduksi menghasilkan bau yang menyengat dan dapat mengganggu proses
penjernihan. Besar pH yang diperbolehkan dalam pengolahan air bersih berkisar
6,5 sampai 8,5 (Permenkes No.907/Menkes/SK/VII/2002).
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Soren
Peder Lauritz Sorensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui singkatan apakah "p"
pada kata "pH". Beberapa referensi mensugestikan bahwa p berasal dari Power
(daya), yang lainnya merujuk pada bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti
daya dalam Bahasa Jerman), ada pula yang merujuk pada kata "potential". Jens
Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen
bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif.
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 C mendekati 7,0.
Larutan dengan pH lebih kecil dari 7 dikatakan bersifat asam, dan larutan dengan
pH lebih besar daripada 7 dikatakan bersifat basa atau alkalin. Suatu larutan asam
kuat, seperti asam klorida, pada konsentrasi 1 mol dm
-3
mempunyai pH 0. Suatu
larutan alkali yang kuat, seperti natrium hidroksida, pada konsentrasi 1 mol dm
-3

7

mempunyai pH 14. Dengan demikian, nilai pH diukur akan kebanyakan berada
pada kisaran 0 hingga 14. Karena pH adalah skala logaritmik perbedaan satu unit
pH setara dengan sepuluh kali lipat perbedaan dalam konsentrasi ion hidrogen.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang medis, biologi, kimia, ilmu
makanan, oseanografi, dan bidang-bidang lainnya.
pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam
larutan akuatik. pH merupakan kuantitas tak berdimensi.

dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah
bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektroda ion selektif
yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen. pH umumnya diukur
menggunakan elektroda gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara
elektroda yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektroda referensi.
Perbedaan energi pada elektroda gelas ini idealnya mengikuti persamaan Nernst:

Keterangan :
E = potensial terukur
E
0
= potensial elektroda standar
R = tetapan gas
T = temperatur dalam Kelvin
F = tetapan Faraday
n = jumlah elektron yang ditransfer

Potensial elektroda E berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion
hidrogen. Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen
merupakan hasil kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk
mengatasinya, elektroda dikalibrasi dengan larutan yang aktivitasnya diketahui.
8

Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar
Internasional ISO 31-8 sebagai berikut: Untuk suatu larutan X, pertama-tama ukur
gaya elektromotif EX sel galvani
elektroda referensi | konsentrasi larutan KCl || larutan X | H
2
| Pt dan
kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya pada
penggantian larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-nya
(standar) diketahui pH(S). pH larutan X oleh karenanya

Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya
pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari
pengukuran potensial dengan elektroda yang dikalibrasikan terhadap satu atau
lebih pH standar. Suatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk
suatu larutan standar adalah sama dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai
larutan standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC. Larutan standar yang
digunakan sering kali merupakan larutan penyangga standar. Dalam prakteknya,
adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar
untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst ideal pada
elektroda sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan di
atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.
Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang
sangat asam, memerlukan prosedure khusus. Kalibrasi elektroda pada kasus ini
dapat digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pHnya
dihitung menggunakan parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas.
pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen
dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan
menggunakan fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung
menggunakan fungsi keasaman Hammett, H
0
. Umumnya indikator sederhana
yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila
keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan
kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja
berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan (Anonim
1
, 2009)
9

Penambahan senyawa ion H
+
terlarut dari suatu asam akan mendesak
kesetimbangan ke kiri (ion OH
-
akan diikat oleh H
+
membentuk air). Akibatnya
terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya. Walaupun tidak
begitu tepat, indikator asam basa sering digunakan untuk mengukur pH, sebab
indikator tersebut biasanya berubah warna dalam rentang pH tertentu. Perubahan
warna suatu indikator melibatkan stabilisasi kesetimbangan antara bentuk asam
dan bentuk basa yang memiliki warna berbeda.Umumnya indikator sederhana
yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila
keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Lakmus sendiri adalah
suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika dicelupkan kedalam
larutan asam/basa. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kadar pH
dalam larutan yang ada.
Perkiraan ukuran pH dapat diperoleh dengan menggunakan indikator pH.
Sebuah indikator pH adalah zat yang berubah warna di sekitar nilai pH tertentu.
Ini adalah asam lemah atau basa lemah dan perubahan warna terjadi sekitar 1 unit
pH kedua sisi dari disosiasi asam terus-menerus, atau pKa, nilai. Sebagai contoh,
indikator alami lakmus merah dalam larutan asam (pH <7) dan biru di basa
(pH>7) solusi. Indikator Universal terdiri dari campuran indikator bahwa ada
perubahan warna yang terus-menerus dari sekitar pH 2 sampai pH 10. Kertas
indikator universal kertas sederhana yang telah diresapi dengan indikator
universal.

Gambar 1. Kertas Lakmus, indikator asam basa
10


Gambar 2. Gambar 2. pH meter

2.3 Apa itu p[H] dan pOH
2.3.1 p[H]
Menurut definisi asli Sorensen, p[H] didefinisikan sebagai minus logaritma
konsentrasi ion hidrogen. Definisi ini telah lama ditinggalkan dan diganti dengan
definisi pH. Adalah mungkin untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen secara
langsung apabila elektroda yang digunakan dikalibrasi sesuai dengan konsentrasi
ion hidrogen. Salah satu caranya adalah dengan mentitrasi larutan asam kuat yang
konsentrasinya diketahui dengan larutan alkali kuat yang konsentrasinya juga
diketahui pada keberadaan konsentrasi elektrolit latar yang relatif tinggi. Oleh
karena konsentrasi asam dan alkali diketahui, adalah mudah untuk menghitung
ion hidrogen sehingga potensial yang terukur dapat dikorelasikan dengan
kosentrasi ion. Kalibrasi ini biasanya dilakukan menggunakan plot Gran.
Kalibrasi ini akan menghasilkan nilai potensial elektroda standar, E0, dan faktor
gradien, f, sehingga persamaan Nerstnya berbentuk

Persamaan ini dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi ion hidrogen
dari pengukuran eksperimental E. Faktor gradien biasanya lebih kecil sedikit dari
satu. Untuk faktor gradien kurang dari 0,95, ini mengindikasikan bahwa elektroda
tidak berfungsi dengan baik. Keberadaan elektrolit latar menjamin bahwa
koefisien aktivitas ion hidrogen secara efektif konstan selama titrasi. Oleh karena
ia konstan, maka nilainya dapat ditentukan sebagai satu dengan menentukan
11

keadaan standarnya sebagai larutan yang mengandung elektrolit latar. Dengan
menggunakan prosedur ini, aktivitas ion akan sama dengan nilai konsentrasi.
Perbedaan antara p[H] dengan pH biasanya cukup kecil. Dinyatakan bahwa
pH = p[H] + 0,04. Pada prakteknya terminologi p[H] dan pH sering
dicampuradukkan dan menyebabkan kerancuan (Anonim
1
, 2009).

2.3.2 pOH
pOH kadang-kadang digunakan sebagai satuan ukuran konsentrasi ion
hidroksida OH

. pOH tidaklah diukur secara independen, namun diturunkan dari


pH. Konsentrasi ion hidroksida dalam air berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen berdasarkan persamaan
[OH

] = KW /[H
+
]
dengan KW adalah tetapan swaionisasi air. Dengan menerapkan kologaritma:
pOH = pKW pH.
Sehingga, pada suhu kamar pOH 14 pH. Namun hubungan ini tidaklah
selalu berlaku pada keadaan khusus lainnya (Anonim
1
. 2009).

2.4 Reaksi Dengan Indikator Sebagai Asam Lemah
2.4.1 Indikator Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit
yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat
diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah. Tidak dapat
dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalam
air. Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini:

Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.
Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang terjadi jika
anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih banyak
pada kesetimbangan ini.
Penambahan ion hidroksida:
12


Gambar 3. Proses penambahan ion hidroksida
Penambahan ion hidrogen:

Gambar 4. Proses penambahan ion hidrogen
Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding:
Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan,
konsentrasi dari kedua warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat
merupakan pencampuran dari keduanya.

Gambar 5. Proses pencampuran lakmus merah dengan lakmus biru
Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah
bahwa tidak terdapat alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi
sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 /
50 pada saat pH 7 - hal itulah yang menjadi alasan kenapa lakmus banyak
digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada
bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.


13

2.4.2 Metil Jingga (Methyl orange)
Metil jingga adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam
titrasi. Pada larutan yang bersifat basa, metil jingga berwarna kuning dan
strukturnya adalah:

Gambar 6. Struktur dari metil jingga
Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan
kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3,7 - mendekati netral
(Rahayu, 2006).

2.4.3 Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan
fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.

Gambar 7. Penambahan fenolftalein
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah
muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan
ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion
hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke
kanan untuk menggantikannya - mengubah indikator menjadi merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9,3. Karena pencampuran warna merah
muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit
untuk mendeteksinya dengan akurat (Rahayu, 2006).

2.5. Pengaruh pH Pada Air
Pada dasarnya, nilai pH menunjukkan apakah air memiliki kandungan
padatan rendah atau tinggi. pH dari air murni adalah 7. Secara umum, air dengan
14

nilai pH lebih rendah dari 7 dianggap asam dan nilai pH lebih dari 7 dianggap
basa. Nilai pH normal untuk air permukaan biasanya antara 6,5 s/d 8,5 dan air
tanah dari 6 s/d 8,5. Tinggi atau rendahnya pH air dipengaruhi oleh senyawa /
kandungan dalam air tsb. Mari kita mengenal lebih jauh tentang pH air ini.
pH air minum mineral yang sesuai standar DEPKES adalah antara 6,5 s/d
8,5 sedangkan pH air minum murni / Reverse Osmosis adalah antara 5,0 s/d 7,5
Namun untuk air minum PH yang paling ideal adalah 7,0 yang dikatakan sebagai
pH netral.
pH air hujan berbeda beda di setiap kota, namun yang jelas skalanya antara
3,0 s/d 6,0. pH air laut adalah sekitar 8,2. pH air dapat diturunkan atau dinaikkan
dengan perlakuan tertentu non kimia ataupun menambahkan bahan bahan kimia
dengan takaran tertentu pula. Untuk mengetahui pH air dapat menggunakan alat
pengukur pH digital yang disebut dengan pH Meter.
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe
dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan
mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan
diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak
untuk menunjang kehidupan mereka.
Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila
alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke
nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap pengubahan pH. Dengan demikian
kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat
kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih
mudah dilakukan.
Air asam adalah air yang kadar keasamannya tinggi, air jenis ini tidak bagus
bila dikonsumsi, untuk bisa mengetahui kadar keasaman air kita bisa
menggunakan pH Indicator.
15


Gambar 8. Uji pH warna
Seperti disebutkan sebelumnya, pengananan atau pengubahan nilai pH akan
lebih efektif apabila alkalinitas ditanganai terlebih dahulu. Berikut adalah
beberapa cara pangananan pH, yang kalau diperhatikan lebih jauh, cenderung
mengarah pada penanganan kesadahan atau alkalinitas (Anonim
2
, 2009).
Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan
kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion
karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi
dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH.
Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat
(CaCO
3
). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut
sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut
sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang.Pada umumnya lingkungan yang
baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm. Kapasitas
pem-buffer-an.Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa
sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air.
Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah
Kapasitas pem-buffer-an pH. Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan
melalui alkalinitas dengan proses sbb:
CO
2
+ H
2
O <==> H
2
CO
3
<==> H
+
+ HCO
3-
<==> CO
3--
+ 2H
+
CO
3
(karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air.
Sedangkan H(
+
) merupakan sumber kemasaman. Mekanisme diatas merupakan
16

reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan H
+
)
atau ke arah kiri (menghasilkan CO
2
). Oleh karena itu, apabila seseorang mencoba
menurunkan pH dengan memberikan "asam-asaman" artinya menambahkan H
+
saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H
+
tersebut akan segera diikat
oleh CO
3
dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO
2
, (CO
2
ini akhirnya bisa
lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan terukur rendah, tapi
setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke kiri, pH akan
kembali bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam, dan karena itu pulalah kita
masih bisa menemukan ikan di alam sampai saat sekarang. Dengan demikian
penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam
saja. Untuk itu, cobalah pula usahakan untuk menurunkan alkalinitasnya.
Kalaupun dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka jumlahnya harus
diberikan dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya
terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas. Alkalinitas mampu
menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering disebut
sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat,
dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut
dalam air akan bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan kemasaman
dan menaikkan pH (Anonim
2
, 2009).
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi
dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan
kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta
disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya.Perbedaan antara basa tingkat tinggi
dengan alkalinitas yang tingga adalah sebagai berikut :
1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;
2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton
tinggi.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas;
2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga
alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air (Mindriany, 2009).
17


2.5.1 Penurunan pH
Untuk menurunkan pH, pertama kali harus dilakukan pengukuran KH
(Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan
ion bikarbonat (HCO
3-
) dan karbonat (CO
3--
) di dalam air.). Apabila nilai KH
terlalu tinggi (12 atau lebih) maka KH tersebut perlu diturunkan terleibh dahulu,
yang biasanya secara otomatis akan diikuti oleh menurunnya nilai pH. Apabila
nilai pH terlalu tinggi (lebih dari 8) sedangkan KH tergolong bagus ( antara 6 -12)
maka hal ini merupakan petunjuk terjadinya proses keseimbangan yang buruk.
Penurunan pH dapat dilakukan dengan melalukan air melewati gambut
(peat), biasanya yang digunakan adalah peat moss (gambut yang berasal dari
moss). bisa juga dilakukan dengan mengganti sebagaian air dengan air yang
berkesadahan rendah, air hujan atau air yang direbus, air bebas ion, atau air suling
(air destilata). Selain itu bisa juga dapat dilakukan dengan menambahkan
bogwood kedalam akuairum. Bogwood adalah semacam kayu yang dapat memliki
kemampuan menjerap kesadahan. Sama fungsinya seperti daun ketapang, kayu
pohon asam dan sejenisnya (Anonim
3
, 2009).

2.5.2 Peningkatan pH
Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif,
melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu
kapur. Atau dengan menambahkan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa,
atau pasir koral. Atau dengan melakukan penggantian air. Ada 2 (dua) cara :
a. Non Kimia
Air dari sumur disemburkan ke udara agar terjadi kontak dengan oksigen
kemudian dialirkan ke bak terbuka. Pada dasar bak diberi kapur gamping yang
masih berbentuk bongkahan batu gunung ataupun batu karang yang ditaruh di
dasar bak.
Metode ini hanya cocok untuk menaikkan pH air sumur yang memang
sudah jernih namun ber pH rendah. Jika air sumurnya merah (Fe tinggi) maka
setelah urutan di atas harus melalui proses filterisasi lagi yang menggunakan pasir
silika,dll.
18

b. Kimiawi
Air dari sumur bor disemburkan ke udara agar terjadi kontak dengan
oksigen kemudian dimasukkan ke dalam bak dan diberi kapur gamping. Untuk
1000 liter air takarannya adalah 2 sendok makan. Metode ini selain dapat
menaikkan pH air dari 5 menjadi 7 sekaligus menurunkan zat besi. Proses
kenaikkan pH air adalah seketika sedangkan untuk pengendapan memakan waktu
12 s/d 24 jam.
Untuk menaikkan pH air selain kapur gamping dapat pula menggunakan
bahan kimia lain dengan takaran tertentu. Pemberian bahan dilakukan sedikit
demi sedikit hingga mencapai pH yang diinginkan. Untuk mengetahui pH air
dapat menggunakan pH meter yang harganya dapat dilihat pada bagian katagori
pH meter (Anonim
3
, 2009).




















19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari penulisan makalah ini adalah :
1. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
2. Perkiraan ukuran pH dapat diperoleh dengan menggunakan indikator pH.
Sebuah indikator pH adalah zat yang berubah warna di sekitar nilai pH
tertentu. Indikator Universal terdiri dari campuran indikator bahwa ada
perubahan warna yang terus-menerus dari sekitar pH 2 sampai pH 10.
Kertas indikator universal kertas sederhana yang telah diresapi dengan
indikator universal.
3. Pada dasarnya, nilai pH menunjukkan apakah air memiliki kandungan
padatan rendah atau tinggi. pH dari air murni adalah 7. Secara umum, air
dengan nilai pH lebih rendah dari 7 dianggap asam dan nilai pH lebih dari
7 dianggap basa. Nilai pH normal untuk air permukaan biasanya antara 6,5
s/d 8,5 dan air tanah dari 6 s/d 8,5. Tinggi atau rendahnya pH air
dipengaruhi oleh senyawa / kandungan dalam air tsb. Mari kita mengenal
lebih jauh tentang pH air ini.

3.2 Saran
Sebaiknya kita sebagai manusia harus menjaga keberadaan sumber daya air.
Sebab apabila sumber daya air tersebut tercemar maka kita juga yang akan
merasakan akibat dari perbuatan kita sendiri.





20

DAFTAR PUSTAKA

Anonim
1
. 2013. pH. http://id.wikipedia.org/wiki/PH
Anonim
2
. 2013. Pengaruh Alkalinitas dan pH Air Minum.
http://www.purewatercare.com/pengaruh_alkalinitas_dan_ph_air_minum
Anonim
3
. 2013.Air Minum Isi Ulang.
http://www.airminumisiulang.com/product/116/75/ph_meter
Anonim
4
. 2012. Bimbingan Teknik Pengawasan Kualitas Air. Kementrian
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Balai Teknik Air Minum
dan Sanitasi Wilayah I. Bekasi.
Mindriany, Syafila. 2009. Asiditas dan Alkalinitas.
http://environmental-ua.blogspot.com/2009/04/asiditas-dan
alkalinitas.html
Rahayu, T. 2004. Karakteristik Air Sumur Dangkal Di Wilayah Kartasura dan
Upaya Penjernihannya. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/264/1/TUTI_RAHAYU_6_new.pdf
Rahayu. 2006 . Kimia.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/RAHAYU_060127
/pH.html
Raini, M; Isnawati, A; Kurniati. 2004. Kualitas Fisik dan Kimia Air PAM di
Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi Tahun 1999-2001. Puslitbang Farmasi,
Badan Litbangkes.
http://www.litbang.depkes.go.id/media/data/air.pdf
Sugriwan, I. 2006. Pembuatan dan Pemanfaatan Optocoupler Turbiditimeter
Sebagai Alat Ukur Kekeruhan Air Layak Pakai Mandi Cuci Kakus (MCK)
Pemukiman Bantaran Sungai Martapura di Banjarmasin. Laporan
Penelitian Jurusan Fisika dan Lembaga Penelitian Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru.
Sutrisno, T. 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai