Anda di halaman 1dari 12

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits


Yogyakarta

KHAZANAH ISLAMISASI ILMU


Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas

mata Kuliah:

Filsafat Ilmu

Dosen pengampu: Bapak Fachruddin Faiz

Disusun Oleh:

• Ali Farhan
(08530007)

JURUSAN TAFSIR HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN

Islamisasi Ilmu 1
Ali Farhan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Yogyakarta

KALIJAGA YOGYAKARTA
2009
BAB I

PENDAHULUAN

Islam diyakini sebagai sebuah agama yang memperhatikan seluruh kebutuhan


umat manusia. Termasuk di dalamnya dorongan untuk menuntut ilmu. Dalam hal
pengembangan ilmu pengetahuan,umat Islam pernah menhalami kejayaan pada masa
kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Demikiannya juga kehadiran
universitas Islam semisal Universitas al Azhar di Kairo didorong oleh semangat
menuntut ilmu.

Namun setelah serangan Hulaghu Khan pada abad ke-13 Islam mengalami
kemunduran. Beberapa saat setelah itu,dengan semangat kemodernan dan
rasionalitas,Barat sebagai representasi kawasan Kristen mengalami kemajuan pesat
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ini menurut umat Islam
ternyata tidak diimbangi dengan agama dan spiritualitas yang baik. Barat diduga telah
meninggalkan etika kemanusiaan dalam memajukan ilmu pengetahuan. Tidak
heran,ilmu pengetahuan pada akhirnya ditunggangi oleh kepentingan kolonialisme
dan kapitalisme.

Pada sisi lain, umat Islam mulai menyadari ketertinggalannya dalam ilmu
pengetahuan, terutama dalam hal yang menyangkut kebutuhan praktis manusia. Untuk
urusan ini, umat Islam dapat menerima Barat tetapi sesuatu yang tidak patut ditiru
adalah keterlepasan ilmu Barat dengan nilai-nilai agama,terutama pasca “perang”
supremasi ilmu dan geraja era modern (abad ke-17 M). Hal ini mendorong ilmuwan
muslim untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis agama.

Gagasan Islamisasi ilmu di kalangan pemikir Muslim merupakan program


epistemologi dalam rangka membangun (kembali) peradaban Islam.

Islamisasi Ilmu 2
Ali Farhan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Yogyakarta

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Islamisasi ilmu dan sejarahnya.

Islamisasi adalah ”pembebasan manusia, mulai dari magic, mitos animisme


dan tradisi kebudayaan kebangsaan, dan dari penguasaan sekuler atas akal dan
bahasanya (Syed Muhammad Naquib Al Attas)”1

Pengislaman Ilmu atau Islamisasi ilmu adalah wacana yang tak kunjung selesai
diperdebatkan oleh sebagian pemikir Islam. Dalam bahasa Arab Islamisasi ilmu
disebut sebagai “Islamiyyat al-Ma’rifat” dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai
“Islamization of Knowledge”. Dalam Islam, ilmu merupakan perkara yang amat
penting malahan menuntut ilmu diwajibkan semenjak lahir hingga ke liang lahad.
Ayat al-Quran yang pertama yang diturunkan berkaitan dengan ilmu yaitu surah
al-’Alaq ayat 1-5. Menurut ajaran Islam, ilmu tidak bebas nilai-sebagaimana yang
dikembangkan ilmuan Barat--akan tetapi sarat nilai, dalam Islam ilmu dipandang
universal dan tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu dalam Islam.

Oleh kerana itu,sejarah dalam dunia ilmu Islam dahulu telah melahirkan ulama
yang terkemuka yang dapat menguasai ilmu-ilmu “dunia” dan “akhirat”. Mereka
berusaha menyeimbangkan ide-ide besar dalam tamadun yang lain dengan ajaran
agama Islam. Ini dapat dilihat sebagai contoh seperti al-Kindi,Ibnu Sina,al-
Ghazali,dan lain-lain. Mereka berusaha mengetengahkan beberapa ide dasar dan
mempertemukan ilmu “luar“ dengan ajaran Islam. Perbedaannya,mereka tidak
mengunakan istilah “pengislaman Ilmu” kala itu kerana pada saat itu umat Islam
begitu cemerlang dalam ilmu pengetahuan.

Sesungguhnya usaha pengislaman ilmu ini telah terjadi sejak zaman


Rasulullah SAW dan para sahabat pada saat turunnya al-Quran dalam bahasa Arab.

1 Sarjuni, S.Ag, M.Hum. Rekontruksi Ilmu Pengetahuan, alamat web


http://persis67benda.com/index.php?
option=com_fireboard&Itemid=2&func=view&id=18&view=threaded&catid=3, diakses pada 25 Maret
2009

Islamisasi Ilmu 3
Ali Farhan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Yogyakarta

Al-Quran telah membawa bahasa Arab ke arah penggunaan yang lebih menenangkan
dan damai sehingga merubah watak, perangai dan tingkah laku orang Arab ketika itu.
Al-Quran juga merubah pandangan hidup mereka tentang alam semesta dan
kehidupan dunia. Pengislaman ilmu ini diteruskan oleh para sahabat, tabi’in dan
ulama-ulama sehingga umat Islam mencapai kegemilangan dalam ilmu. Oleh
itu,islamisasi dalam arti kata yang sebenarnya bukanlah perkara baru. Cuma dalam
konteks “kerangka operasional” pengislaman ilmu-ilmu masa sekarang dicetuskan
semula oleh tokoh-tokoh ilmuwan Islam seperti Prof. Syed Muhammad Naquib al-
Attas, Al-Faruqi, Fazlur Rahman, Syed Hussein Nasr dan lain-lain.

Islamisasi ilmu ini menjadi perdebatan utama di kalangan para intelektual


Islam semenjak tahun 1970 an. Walaupun ada sarjana muslim membicarakannya
tetapi tidak secara teperinci dan mendalam mengenai konsep dan kerangka
pengislaman ilmu. Umpamanya seperti,Syed Hussein Nasr, Fazlur Rahman, Jaafar
Syeikh Idris.

Maka dapat dikatakan bahwa gagasan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai


fenomena modernitas,menarik untuk dicermati. Pada era dimana peradaban modern-
sekuler mencengkeram negeri-negeri Muslim dengan kukuhnya,pemunculan wacana
Islamisasi ilmu pengetahuan dapat dibaca sebagai sebuah “kontra-hegemoni” ataupun
“diskursus perlawanan”. Ia hadir untuk menunjukkan identitas sebuah peradaban yang
sekian lama diabaikan. Tapi,sebuah “kontra-hegemoni” ataupun “diskursus
perlawanan”, adakalanya memunculkan problema dan kontradiksinya sendiri. Itulah
yang ingin coba ditelusuri dalam tulisan ini. 2

2. Pendapat tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Dikalangan para ahli terdapat sikap pro dan kontra tentang islamisasi ilmu
pengetahuan. Dr. Muhammad Arkoun seorang guru besar Islamic Studis pad
Universitas Sorbon Prancis mangatakan bahwa keinginan dari para cendikiawan
muslim untuk melakukan islamisasi ilmu dan teknologi adalah merupakan kesalahan,
sebab hal ini dapat menjebak pada pendekatan yang menganggap bahwa islam hannya
semata-mata sebagi ideologi. Senada dengan itu, di Indonesia juga terdapat yang

2 Faruqi, Ismail Raji. 1995. Islamisasi Pengetahuan. Terjemahan. Penerbit Pustaka. Bandung

Islamisasi Ilmu 4
Ali Farhan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Yogyakarta

kurang setuju dengan arkoun diatas islamisasi ilmu pengetahuan ilmu itu tidak perlu.
Lebih lanjut ia mengatakan: hemat saya, Islamisasi ilmu,bukanlah kerja ilmiah,apalagi
kerja kreatif. Sebab yang dibutuhkan ummat dan lebih-lebih lagi bagi para
cendikiawannya adalah menguasai dan mengembangkan ilmu. Islamisasi ilmu
hannyalah “kerja kreatif” karya orang saja. Sampai tingkat tertentu, tak ubahnya
sebagai kerja tukang dipinggir jalan. Manakala orang atau seorang ilmuwan berhasil
menciptakan atau mengembangkan ilmu,maka orang islam (sbagian,tentunya),akan
mencoba “menangkap” dan berusaha mengislamkannya.

Sedangkan Usep Fathuddin memberi komentar lebih lanjut,bahwa semangat


islamisasi itu didasari satu anggapan tentang keilmuan dan islam. Streotip yang paling
serinng kita dengar ialah adannya dua kebenaran di dunia ini,kebenaran ilmu dan
kebenaran agama, Ilmu dikatakan sebagai relatif, spekulatif, dan tak pasti,sementara
agama dianggap absolut,trasendental dan pasti.

Sementara itu terdapat sejumlah kelompok ilmuwan yang mendukung gagasan


islamisasi ilmu pengetahaun. Mulyanto misalnya mengatakan bahwa islamisasi ilmu
pengetahuan sering dipandang sebagai proses penerapan etika islam dalam
pemanfaatan imu pengetahuan dan kreteria pemilihan suatu jenis ilmu pengetahuan
yang akan di kembangkannya. Dengan kata lain, islam hanya berlaku sebagai kreteria
etis diluar struktur ilmu pengetahuan, Asumsi dasarnya adalah, bahwa ilmu
pengetahuan adalah bebas nilai. Konsekuensi logisnya mereka mereka menganggap
mustahil munculnya ilmu pengetahuan islami, sebagaimana mustahilnya ilmu
pengetahuan Marxisme. Dan islam beserta ideologi-ideologi lainnya, hannya mampu
merasuki subjek ilmu pengetahuan beraksi; lalu menyerahkan kedaulatan muthlak
pada metodologi ilmu bersangkutan. Lebih lanjut mulyanto mengatakan bahwa
islamisasi ilmu pengetahuan,tak lain dari proses pengembalian atau pemurnian ilmu
pengetahuan pada prinsip-prinsip yang hakiki, yakni: tauhid, kesatuan makna
kebenaran, dan kesatuan ilmu pengetahuan.3

Perbedaan diantara para ilmuwan yang berbeda pendapat itu hanya pada soal
pendekatan. Kelompok yang menganggap tidak perlu melakukan islamisasi ilmu
pengetahuan,terkesan ada sedikit rasa gengsi mengambil ilmu pengetahuan dari barat
3 H. Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: RajaGrafinda Persada, 2006), hlm 406

Islamisasi Ilmu 5
Ali Farhan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Yogyakarta

dan kemudian mengislamkannya. Bagi mereka bahwa umat islam perlu memiliki
ilmu pengetahuan yang islam sebagaimana telah dicatat di zaman klasik. Namun,
caranya bukan dengan mengambil ilmu dari barat yang dan mengislamkannya,
melanikan langsung saja membentuk dan mengembangkan ilmu penngetahuan yang
didasarkan pada corak dan sifat ajaran islam. Sementara itu bagi mereka yang setuju
melakukan islamisasi ilmu pengetahuan,bukan berarti tidak setuju membentuk ilmu
pengetahuan dengan corak islam secara mandiri,melainkan bersamaan dengan itu
dipandang tidak ada salahnya apabila kita mengambil ilmu pengetahuan dari barat lalu
mengislamkannya, sebagaimana halnya barat juga pernah mengambil ilmu
pengetahuan dari islam dizaman klasik lalu mnyesuaikannya dengan ajaran barat. 4

3. Pergulatan Islamisasi Ilmu

Islamisasi ilmu pengetahuan bergerak pada dua poros utama yaitu: teoritis dan
praktis. Dari segi teoritis pembahasan menyangkut paradigma bebas nilai atau
tidaknya ilmu pengetahuan. Dari segi praktis pembahasan menyangkut nilai kegunaan,
tujuan sains modern yang rasional obyektif serta menyangkut nilai pemanfaatan bagi
peningkatan kesejahteraan manusia.

Ada yang mengatakan sains yang sekarang tidak islami seperti kata Sayyed
Hossein Nasr, karena ilmu pengetahuan modern yang berkiblat ke Barat sudah lepas
dari nilai teologisnya (agama). Cara kerja ilmu pengetahuan sudah mengabaikan
prinsi-prinsip agama. Ada yang mengatakan bahwa sains itu netral seperti almarhum
Abdussalam. Oleh karena itu yang perlu dilakukan bukanlah islamisasi sains, tetapi
modernisasi ilmu-ilmu kalam, fiqh dan tasawwuf. Kemunduran peradaban Islam
bersumber pada ketidak mampuan umat Islam menggali Qur’an secara ilmiah di satu
pihak dan kegagalan mengakomodasi tuntutan-tuntutan zaman sesuai dengan
kemajuan sains dan teknologi.

Dengan demikian terdapat sebuah spektrum pandangan mengenai relasi sains


modern dan Islam. Dari sains itu tak islami, lewat sains itu netral hingga sains itu
sudah islami (terikat nilai).Sebagai proses, sains tak dapat dilepaskan dan konteks
sosial dan kultural yang selalu berkembang sesuai dengan kemajuan sains sebagai
4Rosnani Hashim. Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer: Sejarah, Perkembangan dan
Arah Tujuan. (Pustaka Bandung, Bandung, 2005)

Islamisasi Ilmu 6
Ali Farhan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Yogyakarta

produk dan teknologi sebagai aplikasi sains.

Dari segi prakteknya, sains terapan (teknologi) itu bagaikan pisau: di tangan
pembunuh dia menjadi senjata yang mematikan, di tangan dokter bedah dia menjadi
penyelamat manusia. Begitu juga teknologi, misalnya teknologi nuklir bisa digunakan
untuk penghancur, namun dia bisa digunakan untuk sumber energi pengganti
teknologi energi yang menggunakan bahan bakar fosil.

Ilmu dalam Islam bersifat spiritual. Di dorong oleh semangat semacam ini
epistemologi Islam melahirkan rumus peran sosial ilmu dan hal-hal terlibat
di dalamnya. Ilmu ditujukan untuk ibadah. Dalam hal ini al-Ghazalı
merumuskan 3 kelompok ilmu yaitu 1) jenis-jenis ilmu terpuji dan
tercela, 2) etika orang berilmu, dan 3) etika pengajar dan pelajar. Oleh
karena itu di dalam Islam persoalan “relevansi sosial” lebih diunggulkan daripada
“relevansi intelektual”, dan Islam tidak mengenal klaim “bebas nilai” dalam ilmu-
pengetahuan.

Dari penjalasan di atas Islamisasi ilmu sangat perlu dilakukan, baik dari segi
teoritis maupun dari segi praktis. Tetapi dalam hal penamaan, tidak perlu
mencantumkan Islamnya dalam satu frasa semisal, Sastra Islam, Sosiologi Islam,
metalurgi Islam, kimia Islam dan sebagainya. Selain bid’ah secara syari’at,
epistemologinya pun tidak mendesak sampai ke arah itu. Kecuali dalam ilmu-ilmu
tertentu yang menunjukkan kekhasannya, seperti politik Islam dan ekonomi Islam.
DR. Imaduddin Khalil bahkan mengusulkan agar disusun khusus sebuah Kode Etik
Keilmuan Islam.5

4. Pendekatan dalam Islamisasi Ilmu

Berdasarkan uraian tersebut di atas, sesungguhnya praktik islamisasi ilmu


pengetahuan hanya salah satunya saja. Masyarakat menginginkan agar praktik
islamisasi itu menjangkau seluruh kehidupan umat manusia. Yaitu praktik islamisasi
5 Faruqi, Ismail Raji. 1995. Islamisasi Pengetahuan. Terjemahan. Penerbit Pustaka. Bandung

Islamisasi Ilmu 7
Ali Farhan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Yogyakarta

dalam ilmuekonomi, politik, hukum dan seterusnya. Dengan demikian praktik


islamisasi itu harus melibatkan seluruh pakar dalam berbagai disiplin keadilan.

Praktik islamisasi dalam berbagai bidang keahlian tersebut kini tengah


berlangsung di masyarakat. Upaya ini dilakukan oleh umat Islam dengan
menggunakan pendekatan yang terkadang berbeda salah satu dan lainnya sebagai
berikut.

Pertama, ada yang menggunakan pendekatan formalistik, verbalistik, dan


simbolistik. Yaitu pendekatan yang menginginkan agar agama secara resmi menjadi
dasar negara,dinyatakan secara eksplisit dalam kata dan diaplikasikan dalam bentuk
simbol yang menjadin logo setiap bidang kehidupan. Praktik islamisasi yang demikian
itu dalam satu segi lebih memperlihatkan sosok yang tegas, lugas dan transparan dan
sekaligus membedakan antara yang Islami dan yang bukan Islami. Namun,pendekatan
yang demikian dapat berakibat timbulnya kecurigaan dan ketakutan bagi kelompok
lain yang secara pluralistik berada di sekitarnya. Pendekatan yang demikian dapt
efektif manakala kondisi sosial keaagamaan dan lainnya dalam keadaan kondusif
seperti pada kasus yang di jumpai di propinsi Aceh Darussalam.

Kedua, ada yang menggunakan pendekatan kultural, substansual dan aktual.


Dengan pendekatan ini,agama Islam diupayakan beradaptasi dan mengakomodasi
dengan berbagai kebudayaan yang ada di masyarakat; Islam sebagai rahmat bagi
kehidupan umat manusua dapat dirasakan dengan nyata. Islam benar-benar terlibat
dalam memecahkan masalah kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi,
kesehatan, pemukiman, pendidikan dan kesejahteraan pada umumnya. Islam benar-
benar tampak dalam kenyataan sebagai sebuah sistem kuhidupan yang menyejukkan
umat manusia. Pendekatan yang kedua ini tampak kurang sosoknya secara lahiriah
sehingga terkadang sulit untuk melakukan klaim Islam terhadapnya. Namu secara
batiniah dan substansif dapat dirasakan. Pendekatan yang kedua ini tampak lebih
disukai kelompok lain yang secara empiris memperlihatkan keragaman kultural.

Dua pendekatan Islamisasi yang demikian itu kini tengah berjalan dalam
kehidupan yang secara internal terkadang menimbulkan gesek-gesekan. Kedua
pendekatan ini harus berjumpa antara satu dan lainnya untuk menjelaskan bahwa

Islamisasi Ilmu 8
Ali Farhan
Islamic Worldview/
Dewesternisasi
Tauhid
Konsep
Kritik Islam
Peradaban sebagai
Barat Sekuler
orldview Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Kritik terhadap Epistemologi Barat Jurusan Tafsir Hadits
Fakultas Ushuluddin,
Konsep Wahyu dan
Kritik Sistim Ekonomi Barat Nabi
Yogyakarta
Disiplin Ilmu-IlmuKritik dalam Sains
Keislaman
terhadap IslamBarat
Konsep Islam sebagai Din
Ilmu Hadith dan Peran dan Tamaddun
Peradaban Islam
antara keduanya itu memiliki tujuan yang sama, namun pendekatannya saja yang
Konsep
Ilmu Tafsir al-Qur’an ilmu dalam
&lmu-ilmu Islam Islam
berbeda, disebabkan
Ilmu Nafs sebagai Ilmu Psikologi Islam orang-orang yang melakukan
perbedaan budaya serta kapasitas
Konstruk Ilmu Fikih & Problematikanya
agenda tersebut. 6
Hubungan Aqidah dengan Syariah
Ilmu Tasawwuf dan Perannya dalam

Peradaban
5. Srategi dan Islamkerja dasar islamisasi ilmu pengetahuan7
kerangka
Tantangan Teologi Islam
Sejarah Pluralisme di Barat
Aliran Teologi Global
Aliran Transendentalis

Tantangan Epistemologi Islam

Sekularisasi dan dampaknya terhadap


epistemologi Islam
Filsafat Hermeneutika versus metode Ta'wil

6 H. Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: RajaGrafinda Persada, 2006), hlm 406
7 Strategi dan krangka yang di gunakan Naquib Al-Attas dalam konsep Islamisasi Ilmu

Islamisasi Ilmu 9
Ali Farhan
Penguasaan Konsep Nilai dalam Islam
Ilmu Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Pengacuan Konsep Universitas Islam
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Kembali Ilmu Konsep Ekonomi Islam Yogyakarta
Ke dalam
Kajian Islam
masalah
Konsep Filsafat Sains Islam
Ummat Islam
Analisis Kreatif

BAB II
PENUTUP
Sebagaimana diungkapkan dalam pembuka tulisan ini, posisi gerakan
islamisasi ilmu pengetahuan sebagai sebuah “kontra-hegemoni” sekaligus “ideologi
perlawanan” terhadap upaya dominasi peradaban Barat yang mencengkeram baik
lewat kolonialisme, neo-kolonialisme maupun “invasi pemikiran”, jelas sangat
penting. Lebih tegas, ia adalah sesuatu yang sah secara intelektual maupun politis.

Islamisasi Ilmu 10
Ali Farhan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Yogyakarta

Bahkan merupakan hak dunia Islam, yang sayangnya, memang sebagian besar berada
di dunia ketiga–sebagaimana bagi entitas kebudayaan dan peradaban lainnya–untuk
mempertahankan identitas maupun jatidiri kebudayaan dan peradabannya dengan
merujuk pada akar tradisinya sendiri.

Satu hal yang kiranya perlu tetap disadari, bahwa setiap hasil pemikiran
manusia, selalu bersifat historis: terikat dengan ruang dan waktu yang melingkungi
sang pemikir. Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan, tentulah memiliki kebenaran-
kebenaran tertentu sesuai dengan bingkai ruang dan waktunya. Itu merupakan sebuah
upaya solusi terhadap berbagai problema keumatan yang memang nyata
keberadaannya.

Menjadi penting bagi kita, pada satu sisi, mengapresiasi dan membuka ruang
dialog bagi gagasan islamisasi ilmu pengetahuan, sebagai suatu sumbangan
sekelompok sarjana Muslim terhadap peradaban umat manusia. Dan pada sisi lain,
menjaga agar gerakan tersebut berada pada bingkai kerja ilmiah, yang ukuran
kebenarannya adalah sejauh mana ia bisa konsisten terhadap premis-premis dasar
yang dibangunnya. Juga sejauh mana ia bisa mengatasi ujian dan verifikasi ilmiah
dari para pengkritiknya. Dan tentu saja, seberapa jauh ia bisa memberi maslahat bagi
umat manusia; setidaknya memecahkan persoalan-persoalan yang dijadikan isu
utama. Sangat naif, jika kemudian terjadi penggeseran orientasi gerakan ini, dari yang
sifatnya ilmiah menjadi politis dan ideologis. Sehingga gagasan tersebut menjadi
gagasan yang tertutup karena dianggap sudah final kebenarannya atau bahkan diyakini
tidak bisa salah karena “berasal dari Tuhan Yang Maha Benar”. Wallahu a’lam
bisshawwab
DAFTAR PUSTAKA

1. Faruqi, Ismail Raji. 1995. Islamisasi Pengetahuan. Terjemahan. Penerbit


Pustaka. Bandung
2. Hashim, Rosnani. Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer:
Sejarah, Perkembangan dan Arah Tujuan. (Pustaka Bandung, Bandung, 2005)
3. Nata, Abudin, Metodologi Study Islam, (Jakarta: RajaGrafinda Persada, 2006),
4. Sarjuni, S.Ag, M.Hum. Rekontruksi Ilmu Pengetahuan, alamat web

Islamisasi Ilmu 11
Ali Farhan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadits
Yogyakarta

http://persis67benda.com/index.php?
option=com_fireboard&Itemid=2&func=view&id=18&view=threaded&catid=
3, diakses pada 25 Maret 2009

Islamisasi Ilmu 12
Ali Farhan

Anda mungkin juga menyukai