Anda di halaman 1dari 9

Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia Dalam Era Reformasi

Erna Hayati
ABSTRACT
The decentralization system of goverment is constantly in progression either
theoretically or proctically from time to time. This paper dealt with Regional
Government System of Indonesia inreform era, and also the implementation of
decentralization system (regional autonomy) referring to format descried in the
!aw "o.#$%&'(, the !aw "o.))$%&&& and the !aw "o.*)$)++(. In the post,new order
period, two laws regarding regional government treated to e aspirative in
accommodating democratic system in regional government and the law "o. *)$)++(
treated to e revision of the law "o.))$%&&&. The law "o. ))$%&&& gave implications
and simplifications on wea-ened role of central government domination to regions.
This was reflected in candidate process, election, assigning proposal of regional
chief and vice,chief candidates as complete responsiility of regional representative
.ouse. The revision of !aw included/ Supervision system of Government
Implementation and Regional !egislative 0mpwermant. It could e concluded that
regional autonomy e1ercised in widest sense the authority of formulating regional
policies in providing the service, improvement of participation, initiatives, and
people empowerment and people welfare improvement.
,,,,,,,,,,,,,,
Key words/ reform era, decentralization government.
1. Pendahuluan
Sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia berdasarkan
pendekatan kesisteman meliputi sistem pemerintahan pusat atau disebut pemerintah
dan sistem pemerintahan daerah. Praktik penyelenggaraan pemerintahan dalam
hubungan antarpemerintah , dikenal dengan konsep sentralisasi dan desentralisasi.
Konsep sentralisasi menunjukkan karakteristik bahwa semua kewenangan
penyelenggaraan pemerintahan berada di pemerintah pusat, sedangkan sistem
desentralisasi menunjukkan karakteristik yakni sebagian kewenangan urusan
pemerintahan yang menjadi kewajiban pemerintah, diberikan kepada pemerintah
daerah.
Sistem desentralisasi pemerintahan tidak pernah surut dalam teori maupun
praktik pemerintahan daerah dari waktu ke waktu. Desentralisasi menjadi salah
satu isu besar yakni to choose etween a dispension of power and unification of
power. 2ispension of power adalah sejalan dengan teori pemisahan kekuasaan dari
John Locke.
erdasarkan tujuan desentralisasi, yaitu!
". untuk mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan tentang
masalah#masalah kecil bidang pemerintahan di tingkat local$
%. meningkatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan local$
&. melatih masyarakat untuk dapat mengatur urusan rumah tangganya sendiri$ dan
'. mempercepat bidang pelayanan umum pemerintahan kepada masyarakat.
Implementasi sistem desentralisasi (otonomi daerah) merujuk *ormat yang
diatur dalam ++ ,omor - .ahun "/0', ++ ,omor %% .ahun "/// dan ++ ,omor
&% .ahun %11'. Perubahan kedua ++D "/'- tentang pemerintahan daerah dalam
pasal "2 dinyatakan sebagai berikut!
". ,egara Kesatuan 3epublik Indonesia dibagi atas daerah#daerah pro4insi dan
daerah pro4insi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap#tiap pro4insi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
undang#undang.
%. Pemerintah daerah pro4insi, kabupaten dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut a5as otonomi dan tugas pembantuan.
&. Pemerintahan daerah pro4insi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan 3akyat Daerah yang anggotanya diplih melalui pemilu.
'. 6ubernur, buapati, dan walikota masing#masing sebagai kepala pemerintahan
daerah pro4insi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
-. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas#luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang#undang ditentukan sebagai urusan pemerintah
pusat.
7. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain,
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
0. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang# undang.
2. Kebijaan Politi Dalam !tonomi Daerah di Era Reformasi.
Pada periode setelah orde baru, lahir dua undang#undang tentang
pemerintahan daerah yang dianggap aspirati* mengakomodasikan prinsip
demokrasi dalam sistem pemerintahan daearah di Indonesia. Kedua undang#
undang tersebut adalah! ++ ,o. %% .ahun "/// tentang pemerintahan daerah dan
++ ,o. &% .ahun %11' yang dianggap sebagai re4isi terhadap ++ ,o. %% .ahun
"///.
a. 3ndang,undang "omor )) Tahun %&&&
Pada periode +ndang#undang ,omor %% .ahun "/// tentang Pemerintahan
Daerah, desentralisasi ditegaskan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan
oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka ,K3I. Pemerintah daerah
adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang tidak lain sebagai
badan eksekuti* daerah. Daerah pro4insi berkedudukan sebagai wilayah
administrasi kewenangan daerah, mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan *iskal, agama serta kewenangan di bidang
lainnya. Kewenangan#kewenangan daerah otonom lebih luas dan bertumpu pada
tingkat kabupaten8kota.
+ndang#undang ,omor %% .ahun "/// memberikan implikasi dan
simplikasi terhadap melemahnya peran dominasi pemerintah pusat kepada daerah.
9al ini tercermin dalam proses pencalonan, pemilihan, usulan pengangkatan calon
kepala dan wakil kepala daerah dilakukan sepenuhnya dan menjadi wewenang
DP3D.
Langkah re*ormasi telah mengubah sistem pemerintahan era sebelumya
dengan dilahirkannya ++ ,omor %% .ahun "/// tentang Pemerintahan Daerah ini.
:u*oria politik sebagai hasil pemilu tahun "/// telah memberikan kerangka dasar
dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan di tingkat pusat dan daerah, yang
lebih banyak dipengaruhi kekuatan politik dalam penyelenggaraannya. eberapa
indikator yang mewarnai penyelenggaraan sistem pemerintahan di era ini antara
lain!
". Kekuasaan Legislati* lebih besar dibanding kekuasaan eksekuti*
%. Pemerintahan dikendalikan oleh kekuasaan politik
&. Pertanggungjawaban kepala daerah kepada lembaga legislati
'. Kepala daerah dapat diberhentikan oleh DP3D
-. ;ewenang DP3D menetapkan belanja DP3D
7. <enjamurnya pemekaran daerah kabupaten 8 kota.
. 3ndang,undang "omor *) Tahun )++(
Kelahiran undang#undang ini dilatarbelakangi dengan adanya
perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan otonomi daerah. <enurut
+ndang#undang ,omor &% .ahun %11' ini, dalam penyelenggaraan otonomi
menggunakan *ormat otonomi seluas#luasnya. =rtinya, a5as ini diberlakukan oleh
pemerintah seperti pada era sebelum ++ ,omor - .ahun "/0'. =lasan
pertimbangan ini didassarkan suatu asumsi bahwa hal#hal mengenai urusan
pemerintahan yang dapat dilaksanakan oleh daerah itu sendiri, sangat tepat
diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah mampu dan mandiri untuk
memberikan pelayanan demi meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.
Kontrol pusat atas daerah dilakukan dengan mekanisme pengawasan yang
menunjukkan *ormulasi cukup ketat dengan mekanisme pengawasan pre4enti*,
represi*, dan pengawasan umum. Proses pemelihan kepala8wakil kepala daerah
menurut ++ ,omor &% .ahun %11' tidak lagi menjadi wewenang DP3D,
melainkan dilaksanakan dengan pemilihan langsung yang diselenggarakan oleh
lembaga Komisi Pemilihan +mum daerah (KP+D). 9al ini amat berbeda dengan
++ ,omor %% .ahun "/// bahwa DP3D merupakan wahana untuk melaksanakan
demokrasi berdasarkan Pancasila dan kedudukannya sejajar (mitra) dari pemerintah
daerah, namun dalam praktek sering kali terjadi pena*siran berbeda.
". Sistem Pen#a$asan Pen%elen##araan Pemerintahan
Sebagai upaya mencapai tujuan otonomi daerah yang berhasil guna dan
berdaya guna& diperlukan suatu sistem yang dapat mendorong kreati4itas dan
moti*asi daerah itu dalam menjalankan urusan pemerintahan sendiri. eberapa
*ormat sistem pengawasan dapat dikaji dari produk perundangan berikut.
a. 3ndang,undang "omor )) Tahun %&&&
Pada pasal "7 ayat % ++ ,o. %% .ahun "/// dinyatakan dalam
kedudukannya sebagai badan legislati* daerah, DP3D bukan merupakan bagian
dari pemerintahan daerah. Demikian pula pada pasal 7/ dinyatakan! Peraturan
daerah hanya ditandatangani oleh kepala daerah, dan tidak ditandatangani oleh
pimpinan DP3D karena DP3D bukan bagian dari pemerintahan daerah.
Kegiatan pembinaan lebih ditekankan pada mem*asilitasi dalam upaya
pemberdayaan daerah otonom, sedangkan pengawasan lebih ditekankan pada
pengawasan represi*. 9al ini untuk lebih memberikan kebebasan kepada daerah
otonom dalam mengambil keputusan serta memberikan peran kepada DP3D dalam
mewujudkan *ungsinya sebagai badan pengawas terhadap pelaksanaan otonomi
daerah. >leh karena itu, peraturan daerah yang ditetapkan daerah otonom tidak
memerlukan pengesahan terlebih dahulu oleh pejabat yang berwenang. 9al itu
sesuai dengan ketentuan tentang pembinaan dan pengawasan, bahwa dalam rangka
pengawasan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah disampaikan kepada
pemerintah selambat#lambatnya lima belas hari setelah ditetapkan. Pemerintah
dapat membatalkan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah yang
bertentangan dengan kepentingan umum atau perundang#undangan yang lebih
tinggi dan8atau peraturan perundang#undangan lainnya. Keputusan pembatalan
diberitahukan kepada daerah yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan#
alasannya dalam masa selambat# lambatnya satu minggu setelah keputusan
pembatalan pelaksanaan ditetapkan. Daerah yang tidak dapat menerima keputusan
pembatalan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah tersebut dapat
mengajukan keberatan kepada <ahkamah =gung setelah mengajukannya kepada
pemerintah.
Sistem pembinaan dan pengawasan yang dianut oleh produk ++ ,o %%
.ahun "/// lebih bersi*at demokratis dan berupaya untuk mendewasakan, serta
penguatan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka
otonomi.
. 3ndang,undang "omor *) Tahun )++(
erdasarkan undang#undang ini, prinsip otonomi daerah menggunakan
prinsip otonomi seluas#luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus
dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah
yang ditetapkan dalam undang#undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat
kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa,
dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat. Penyelenggaraan otonomi harus benar#benar sejalan dengan tujuan dan
maksud pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah
termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari
tujuan nasional.
Pengawasan yang dianut menurut undang#undang ini meliputi dua bentuk
pengawasan yakni pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintah di daerah dan
pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Pengawasan
ini dilaksanakan oleh aparat pengawas intern pemerintah. 9asil pembinaan dan
pengawasan tersebut digunakan sebagai bahan pembinaan selanjutnya oleh
pemerintah dan dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan oleh adan Pemeriksa
Keuangan.
Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dan8atau gubernurselaku wakil pemerintah di daerah
untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam
rangka pembinaan oleh pemerintah, menteri dan pimpinan lembega pemerintah
non#departemen melakukan pembinaan sesuai dengan *ungsi dan kewenangan
masing#masing yang dikoordinasikan oleh <menteri Dalam ,egeri untuk
pembinaan dan pengawasan pro4insi, serta oleh gubernur untuk pembinaan dan
pengawasan kabupaten 8 kota.
Dalam hal pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan
perataturan kepala daerah, pemerintah melakukan dua cara sebagai berikut.
". Pengawasan terhadap rancangan perda yang mengatur pajak daerah, retribusi
daerah, =PD, dan 3+.3, sebelum disyahkan oleh kepala daerah terlebih
dahulu die4aluasi oleh <enteri Dalam ,egeri untuk 3aperda Pro4insi, dan
oleh gubernur terhadap 3aperda Kabupaten8Kota. <ekanisme ini dilakukan
agar pengaturan tentang hal#hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil
guna yang optimal.
%. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di luar yang termuat di atas,
peraturan daerah wajib disampaikan kepada <enteri Dalam ,egeri untuk
pro4insi dan gubernur untuk kabuapten8kota, untuk memperoleh klari*ikasi
terhadap peraturan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum
dan8atau peraturan lain yang lebih tinggi dan sebab itu dapat dibatalkan sesuai
mekanisme yang berlaku.
Dalam rangka mengoptimalkan *ungsi pembinaan dan pengawasan,
pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggara pemerintahan daerah
apabila ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran. Sanksi yang dimaksud
antara lain berupa penataan kembali suatu daerah otonom, pembatalan
pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan
yang ditetapkan daerah, sanksi pidana yang diproses sesuai dengan peraturan
perundang#undangan.
'. Pemberda%aan (e#islatif Daerah
Pemberdayaan terhadap legislati* daerah pada era re*ormasi dituangkan
dan diatur dalam ++ ,omor %% .ahun "/// dan ++ ,1 &% .ahun %11'.
a. 3ndang,undang "omor )) Tahun %&&&
Kebijakan politik yang dianut dalam undang#undang ini adalah bahwa
sistem pemerintahan ,K3I menurut ++D "/'- memberikan keleluasaan kepada
daerah untuk menyelenggarakan otonomi. Dengan memerhatikan pengalaman
penyelenggaraan otonomi daerah pada masa lampau yang menganut prinsip
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab dengan penekanan pada otonomi yang
lebih merupakan kewajiban daripada hak maka, dalam ++ ,o %% .ahun "/// ini
pemberian kewenangan otonomi kepada daerah kabupaten8kota didasarkan atas
a5as desentralisasi saja, dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung
jawab. erdasarkan hal tersebut prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah
adalah!
". digunakan a5as desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan$
%. penyelenggaraan a5as desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di
daerah kabupaten dan daerah kota$
&. a5as tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di daeah pro4insi, daerah
kabupaten, daerah kota, dan desa.
Susunan pemerintahan daerah otonom meliputi DP3D dan pemerintah
daerah. DP3D dipisahkan dari pemerintah daerah dengan maksud untuk lebih
memberdayakan DP3D dan meningkatkan pertanggungjawaban pemerintah daerah
kepada rakyat. 9ak#hak DP3D cukup luas dan diarahkan untuk menyerap serta
menyalurkan aspirasi masyarakat menjadi kebijakan daerah dan melakukan *ungsi
pengawasan.
Dalam menjalankan tugas dan kewajiban pemerintah daerah, gubernur
bertanggung jawab kepada DP3D pro4insi, sedangkan kedudukannya sebagai
wakil pemerintah gubernur bertanggung jawab kepada presiden. Penyelenggaraan
otonomi daerah di daerah kabupaten dan kota, bupati atau walikota bertanggung
jawab kepada DP3D kabupaten8kota dan berkewajiban memberikan laporan
kepada presiden melalui <enteri Dalam ,egeri.
. 3ndang,undang "omor *) Tahun )++(
Kebijakan politik pemerintah berdasarkan undang#undang ini ialah,
pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan e*isiensi dan e*ekti4itas
penyelenggaraan otonomi daerah perlu memerhatikan hubungan antarsusunan
pemerintahan dan antarpemerintahan daerah, potensi, dan keanekaragaman daerah.
=spek hubungan wewenang memerhatikan kekhususan dan keragaman daerah
dalam sistem ,K3I. =gar mampu menjalankan perannya tersebut, daerah
diberikan kewenangan seluas#luasnya disertai pemberian hak dan kewajiban
menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Pemerintah daerah adalah pelaksana *ungsi#*ungsi pemerintahan daerah
yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah, yaitu pemerintah daerah dan
DP3D. Kepala daerah adalah kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara
demokratis berdasarkan pemilihan yang demokratis pula. 9ubungan antara
pemerintah daerah dan DP3D merupakan hubungan kerja yang kedudukannya
setara dan bersi*at kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa di antara
lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, tidak
saling membawahi. Dengan demikian antarkedua lembaga itu membangun suatu
hubungan kerja yang si*atnya saling mendukung dan bukan merupakan lawan
ataupun pesaing dalam melaksanakan *ungsi masing#masing. Peraturan daerah
dibuat oleh DP3D bersama pemerintah daerah, artinya prakarsa dapat bermula dari
DP3D maupun dari pemerintah daerah. Khusus peraturan daerah tentang =PD,
rancangannya disipkan oleh pemerintah daerah yang telah mencakup keuangan
DP3D untuk dibahas bersama DP3D.
+ndang#undang ,omor &% .ahun %11' ini juga mengatur hak#hak DP3D
sebagai berikut!
". hak interpelasi adalah hak DP3D untuk meminta keterangan kepada kepala
daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis yang
berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara$
%. hak angket adalah pelaksanaan *ungsi pengawasan DP3D untuk melakukan
penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang penting dan
strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara
yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang#undangan$
&. hak menyatakan pendapat adalah hak DP3D untuk menyatakan pendapat
terhadap kebijakan kepla daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi
di daerah dengan rekomendasipenyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
<enurut +ndang#undamg ,omor &% .ahun %11' dengan kebijakan politik
yang menganut prinsip kesetaraan dan checks and balances, maka otonomi daerah
menggunakan seluas#luasnya kewenangan membuat kebijakan daerah untuk
memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan penberdayaan
masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
). Kesim*ulan
erdasarkan uraian di atas ada beberapa keuntungan dalam sistem
desentralisasi yakni!
". Desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu
*ihak saja yang dapat menimbulkan tirani.
%. Dalam bidang politik penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai
tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan
dan melatih diri dalam mempergunakan hak#hak demokrasi.
&. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan
pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata#mata untuk mencapai suatu
pemerintahan yang e*isien. 9a#hal yang lebih tepat di tangan pusat tetap
diurus oleh pemerintah pusat.
'. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu dilaksanakan agar perhatian dapat
sepenuhnya ditumpahkan pada kekhususan suatu daerah, seperti geogra*i,
keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan, atau latar belakang
sejarahnya.
-. Dari sudut pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena
pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut.
DA+TAR P,STAKA
=li ?aried, "//7, .u-um Tata 4emerintahan dan 4roses !egislatif di Indonesia,
Jakarta, 3aja 6ra*indo.
=mal, Ichlasul dan ,asikun, "/22, 2esentralisasi dan 4rospe-nya, P&PK,
@ogyakarta, +ni4ersitas 6ajah <ada
9uda, ,iAmatul, %11-, .u-um Tata "egara Indonesia, Jakarta, 3aja6ra*indo
Persada.
Jedawi, <ortir, %11", 2esentralisasi dan Implementasi di Indonesia, <akalah,
<akassar, PPs +nhas.
Joeniarto, "/27, Se5arah 6etatanegaraan Repuli- Indonesia, Jakarta, ina
=ksara.
Sunarno, Siswanto, %112, .u-um 4emerintahan 2aerah di Indonesia, Jakarta,
Sinar 6ra*ika
Suyata, =ntonius, %111, Reformasi dalam 4enega-an .u-um, Jakarta, Djambatan.
Erna Hayaty, dilahirkan di .akengon pada tanggal 1' ,o4ember "/-/.
<enyelesaikan S" dan S% dari ?akultas 9ukum +ni4ersitas Sumatera +tara
pada tahun %11'. 9ingga saat ini sebagai dosen tetap di +ni4ersitas Syah
Kuala anda =ceh.
Sistem desentralisasi pemerintahan tidak pernah surut dalam teori maupun
praktik pemerintahan daerah dari waktu ke waktu. .ulisan ini merupakan
suatu pembahasan tentang Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia Dalam
:ra 3e*ormasi serta implementasi sistem desentralisasi (otonomi daerah)
merujuk *ormat yang diatur dalam ++ ,omor - .ahun "/0', ++ ,omor %%
.ahun "/// dan ++ ,omor &% .ahun %11'. Pada periode setelah orde baru,
lahir dua undang#undang tentang pemerintahan daerah yang dianggap
aspirati* mengakomodasikan prinsip demokrasi dalam sistem pemerintahan
daearah di Indonesia. Kedua undang#undang tersebut adalah! ++ ,o. %%
.ahun "/// tentang pemerintahan daerah dan ++ ,o. &% .ahun %11' yang
dianggap sebagai re4isi terhadap ++ ,o. %% .ahun "///. +ndang#undang
,omor %% .ahun "/// memberikan implikasi dan simplikasi terhadap
melemahnya peran dominasi pemerintah pusat kepada daerah. 9al ini
tercermin dalam proses pencalonan, pemilihan, usulan pengangkatan calon
kepala dan wakil kepala daerah dilakukan sepenuhnya dan menjadi
wewenang DP3D. Perubahan +ndang#+ndang ini menyangkut ! Sistem
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pemberdayaan Legislati*
Daerah. Dapat disimpulkan otonomi daerah menggunakan seluas#luasnya
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, prakarsa, dan penberdayaan masyarakat yang
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai