Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS GUGATAN

1. Pengertian
Perceraian menurut bahasa berasal dari kata dasar cerai yang berarti pisah,
kemudian mendapat awalan per yang berfungsi penbentuk kata benda abstrak kemudian
menjadi perceraian yang berarti hasil dari perbuatan cerai.
Perceraian dalam istilah fiqih disebut talaq atau furqah. Talak berarti pembuka
ikatan atau membatalkan perjanjian. Furqah berarti bercerai lawan dari berkumpul
kemudian perkataan ini di jadikan istilah oleh hali fiqih yang berarti perceraian antara
suami istri.
Sedangkan menurut syara ialah melepaskan ikatan perkawinan dengan
mengucapkan lafadz talaq atau yang semakna dengannya.
Diantara para ulama ada yang member pengertian talaq ialah melepaskan ikatan
nikah pada waktu sekarang dan yang akan datang dengan lafadz talaq atau denan lafadz
yang semakna dengan itu.
Dalam istilah fiqih, perkataan talaq mempunyai dua arti yaitu arti yamg sudah
umum dan arti yang khusus. Talaq menurut arti yang umum ialah segla bentuk perceraian
baik yang dijatuhkan oleh suami yang ditetapkanoleh hakim maupun perceraian yang
jatuh dengan sendirinyaatau perceraian karena meninggalkan salah satupihak. Talaq
dalam arti khusus ialah perceraian yang dijatuhkan oleh suami.
2. Dasar Hukum
1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
2) UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga
3. Perihal Gugatan
Gugatan diatas berisi tentang seseorang istri yang bernama Prita Putri Dianti
mengajukan gugatan cerai yang selanjutnya disebut Penggugat, menggugat suaminya
yang bernama Imam Sholeh dalam pengadilan agama surabaya. Penggugat Mengajukan
gugatan nya dikarenakan sudah tidak ada kecocokan dalam hubungan keluarga tersebut
dengan adanya perlakuan keras dan pemukulan kepada Penggugat dan anaknya, hal ini
telah melanggar pasal Pasal 1 angka 1 UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

UU KDRT juga telah memberikan larangan bagi setiap orang untuk melakukan
kekerasan baik kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual maupun penelantaran
rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya (Pasal 5 UU KDRT).
Kekerasan fisik yang dimaksud pasal tersebut adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit, atau luka berat ( Pasal 6 UU KDRT) sehingga termasuk pula perbuatan
menampar, menendang dan menyulut dengan rokok adalah dilarang.
Pasal 26 ayat (1) UU KDRT menentukan bahwa yang dapat melaporkan secara
langsung adanya KDRT kepada polisi adalah korban. Sebaliknya, keluarga atau pihak
lain tidak dapat melaporkan secara langsung adanya dugaan KDRT kecuali telah
mendapat kuasa dari korban (Pasal 26 ayat [2] UU KDRT).
Ancaman pidana terhadap kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga ini adalah
pidana penjara pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp15
juta ( Pasal 44 ayat [1] UU KDRT). Dan khusus bagi KDRT yang dilakukan oleh suami
terhadap istri yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, ancaman pidananya
adalah pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp5
juta ( Pasal 44 ayat [4] UU KDRT).
Selain itu, berdasarkan Pasal 34 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (UUP) suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
Khusus bagi yang beragama Islam, kewajiban suami terkait dengan nafkah diatur
dalam Pasal 80 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam pasal itu diatur bahwa
sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung:
a. nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.
b. biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.
c. biaya pendidikan bagi anak.
Dan jika suami melalaikan kewajibannya, istri dapat mengajukan gugatan
nafkah ke Pengadilan (Pasal 34 ayat [3] UUP). Bagi penganut agama Islam gugatan dapat
diajukan ke Pengadilan Agama pada domisili tergugat.
4. Isi Gugatan
Pokok isi dalam gugatan diatas adalah :
1) Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2) Menyatakan hubungan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat, dengan
kutipan Akta Nikah Nomor No. 1099/2001, putus karena perceraian;

3) Menetapkan biaya perkara sesuai dengan hukum yang berlaku.


kesimpulan dari isi gugatan tersebut adalah bahwa Penggugat Ingin memutus hubungan
perkawinan dengan Tergugat dengan cara melalui perceraian dan dengan alasan tersebut yang
sudah dijelaskan diatas. Dan juga menetapkan biaya perkara perceraian di pengadilan agama
sesuai dengan hukum yang berlaku tanpa adanya pengecualian

Anda mungkin juga menyukai