Cara Hitung Tiang Pancang
Cara Hitung Tiang Pancang
0,S
(6)
dengan = efisiensi tiang pancang, E = energi hammer, S =penetrasi pukulan per cm, L =panjang tiang, dan
Ep =modulus elastisitas tiang.
Qu =
0,85 x 1259700
1,15+ [
0,8S x 12S900 x 1400
2 x 1962,S x 364060,4
0,S
=492,469 ton
Berdasarkan Persamaan (6), diperoleh kapasitas daya dukung ultimate menurut Danish Formula yaitu
sebesar 492,469 ton. Perhitungan kapasitas berdasarkan kalendering lapangan dengan mengambil 1 titik tiang
pancang pada as E-4 pile no.2 yang dapat dilihat pada lampiran.
III.4 Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data kalendering (WIKA)
Perhitungan kapasitas daya dukung dari pengambilan kalendering di lapangan dengan Danish Formula,
Metode ENR, dan Metode WIKA dihitung pada titik E-4 yaitu pile 2. Daya dukung berdasarkan kalendering
dengan Metode Modified New ENR diperoleh dari persamaan :
Qu = [
2 x W x H
S+K
x [
W+ c
2
x P
W+ P
(7)
dengan W =berat ram, H =tinggi jatuh hammer, S =penetrasi pukulan per cm , K=rebound , e =koefisien
restitusi (0,25) dan P =berat tiang.
Qu = [
2 x W x H
S+K
x [
W+ c
2
x P
W+ P
= [
2 x 4,5 x 203
1,15+1,7
x [
4,5+ 0,25
2
x 4,060
4,5+ 4,060
= 355,784 ton
Berdasarkan Persamaan (7), diperoleh kapasitas daya dukung ultimate menurut metode WIKA yaitu
sebesar 355,784 ton. Perhitungan kapasitas berdasarkan kalendering lapangan dengan mengambil 1 titik tiang
pancang pada as E-4 pile no.2 yang dapat dilihat pada lampiran.
Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data tes PDA (Pile Driving Analyzer)
Tujuan pengujian dinamis ini adalah untuk mengetahui besarnya daya dukung ultimate tiang pancang tunggal
yang dilakukan di lapangan dengan berbagai dimensi dan karakteristik tiang yang telah ditentukan melalui
perencanaan sebelumnya, baik untuk pemilihan tiang maupun lokasinya.
Berdasarkan hasil pengujian Tes PDA , tiang pancang dengan diameter 50 cm memiliki daya dukung ultimate
sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil tes PDA
No.
Penampang Q
ultimate
(ton)
N3 50 cm 170,05
B3 50 cm 116,1
L13 50 cm 234,4
Titik B3 adalah titik yang mendekati titik pada pengujian SPT (BH1). Nilai daya dukung ultimate tiang
pancang adalah 116,1 ton.
Perhitungan daya dukung tiang pancang kelompok berdasarkan efisiensi
1. Metode Converse-Labarre
Efisiensi kelompok tiang (Eg) diperoleh dari persamaan :
Eg =1
(n-1)m+(m-1)n
90 m n
(8)
dengan = arc tg d/s, dalam derajat, n =jumlah tiang dalam satu baris, dan m =jumlah baris tiang.
Diketahui :
Diameter tiang pancang (d) =50 cm, jarak pusat antar tiang (s) =150 cm, m =3, n =1 (Gambar 1)
=arc tan
d
s
=arc tan
50 cm
150 cm
=18,435
Eg=1 18,435
(1 1)3+(3 1)1
90 . 3 .1
Eg =0,864
Gambar 1. Kelompok tiang pada pile cap
2. Metode Los Angeles Group
Efisiensi kelompok tiang (Eg) dapat diperoleh dari persamaan :
Eg =1
d
s .m.n
|m(n 1) + (m 1) + 2 (m1)(n 1) | (9)
dengan d =diameter tiang, s =jarak pusat antar tiang , n =jumlah tiang dalam satu baris, dan m =jumlah baris
tiang.
Diketahui :
Diameter tiang pancang (d) =50 cm, jarak pusat antar tiang (s) =150 cm, m =3, n =1 (Gambar 1)
Eg=1
50
150.3.1
|3(11) + (3 1) + 2 (31)(1 1) |
Eg =0,778
Tabel 3. Daya dukung ultimate tiang kelompok berdasarkan efisiensi
Perhitungan distribusi beban pada tiang pancang
Data :
V = 296,34 ton
Mx =33,76 tm
My =10,40 tm
x1 =0 m
x2 =0,75 m
x3 =0,75 m
y1 =0,866 m
y2 =0,433 m
y3 =0,433 m
x =( 2 x 0,75 ) =1,125
y =(2 x 0,433) +0,866 =1,124
Perhitungan distribusi beban pada masing-masing tiang diperoleh dari persamaan :
P =
V
n
My . xI
x
2
Mx .yI
y
2
(10)
Dari Persamaan (10) , beban maksimum yang diterima untuk tiang :
P
1
=
V
n
My . xI
x
2
Mx .yI
y
2
=
296,34
3
+
10,4 . 0,75
1,125
+
33,76 .(0,433)
1,124
=118,712 ton
Metode Efisiensi
SPT
(Meyerhof)
Data Kalendering
Modified New
ENR
Danish
Formula
WIKA
Converse-
Labbare
Qult (Ton) 700,612 865,427 1276,480 922,192
Qall (Ton) 280,245 288,474 319,119 307,396
Los Angeles
Group
Qult (Ton) 630,876 779,285 1149,423 830,400
Qall (Ton) 252,350 259,350 287,355 276,798
Hu
Tabel 4. Perhitungan beban tiang maksimum
No.tiang Koordinat x
2
y
2
V/n
My . xt
x
2
Mx .yt
y
2
P
x y
1 0 0,866 0 0,750 98,78 0 26,011 72,769
2 0,75 0,433 0,563 0,187 98,78 6,927 13,005 118,712
3 0,75 0,433 0,563 0,187 98,78 6,927 13,005 104,858
1,125 1,124 296,339
Berdasarkan distribusi beban pada tiang pancang , besar beban pada tiang 2 sebesar 118,712 ton.
Perhitungan penurunan elastis tiang kelompok
Penurunan elastis tiang adalah penurunan yang terjadi dalam waktu dekat atau dengan segera setelah penerapan
beban (elastic settlement atau immediate settlement). Penurunan elastis biasanya terjadi pada tanah pasir.Tanah
pada Proyek GBI Bethel Medan dominan pasir oleh sebab itu harus dihitung penurunan elastis tiangnya.
Perhitungan penurunan tiang kelompok (Meyerhof,1976) menggunakan rumus empiris untuk penurunan elastis
tiang sebagai berikut :
Sg =
2q Bg I
Ncorr
(11)
dengan q =
Q
g
L
g
B
g
, Bg =lebar tiang grup, Lg =panjang tiang grup, Ncorr =N-SPT yang dikoreksi
Berdasarkan Persamaan (11) diperoleh penurunan elastis kelompok tiang menurut metode Meyerhof
(1976) yaitu sebesar 21,41 mm.Penurunan kelompok tiang lebih kecil dari penurunan ijin untuk bangunan
sebesar 25 mm berdasarkan ASTM D1143-81.
Perhitungan daya dukung horizontal tiang pancang tunggal
Pondasi tiang terkadang harus menahan beban lateral (horizontal), antara lain beban angin, beban gempa, dan
beban lainnya. Beban-beban tersebut akan bekerja pada ujung atas (kepala tiang). Hal ini akan menyebabkan
kepala tiang terdeformasi lateral.Oleh sebab itu perlu dihitung daya dukung horizontal (tahanan lateral).
Gambar 2. Tiang menahan beban horizontal (lateral)
Berikut adalah perhitungan daya dukung horizontal berdasarkan Metode Broms :
1) Cek perilaku tiang dengan menghitung faktor kekakuan tiang (tanah non-kohesif)
T =_
EI
n
h
S
(12)
dengan E =modulus elasitas tiang, I =inersia tiang , dan n
h
=koefisien variasi modulus.
Diketahui : E = 364060,4 kg/cm
2
, I =306640,625 cm
4
, n
h
=7275 kN/m
3
Berdasarkan Persamaan (12) diperoleh T =6,92 m sehingga tiang pancang tersebut dikategorikan tiang panjang
L 4T (14 m 6,92 m).
2) Cek keruntuhan tanah akibat beban lateral tiang
Momen maksimum yang harus ditahan oleh tiang, bila tanah didesak ke arah horizontal oleh tiang sampai
tanahnya runtuh pada Persamaan (13), nilai momen lentur spun pile diperoleh dari tabel spesifikasi tiang
pancang produksi WIKA Beton dengan diameter tiang 50 cm sebesar 10,50 tm :
Mmax =B . .L
3
.K
p
(13)
dengan B =diameter tiang, =berat isi tanah , L =panjang tiang, dan K
P
=koefisien tanah pasif.
Mmax =(0,5 m).[16,421
kN
m3
.(14)
3
.(3,131)
=70540,215 kN.m > My = 105 kN.m
Karena Mmax >My , maka tidak terjadi keruntuhan tanah, sehingga gaya horizontal ultimit ditentukan oleh
kekuatan bahan tiang dalam menahan beban momen.
3) Cek keruntuhan tiang akibat momen lentur maksimum tiang
Mmax dianggap sama dengan My, digunakan Persamaan (14) :
Hu =
2 Mu
c+0,54 _
Hu
.E . K
(14)
dengan Mu =momen lentur maksimum , B =diameter tiang, =berat isi tanah , L =panjang tiang, dan K
P
=
koefisien tanah pasif.
Hu =
2 (105 kN.m)
0 +0,54
_
Hu
( 16,421
RN
m
3
. 0,S m . 3,131
Hu =157,242 kN =15,724 ton
Sehingga H
ijin
=
Hu
SP
=
157,242
2,5
=62,897 kN
4) Pengecekan dengan grafik hubungan Mu/B4Kp dan Hu/B3Kp pada Gambar 3 :
Untuk nilai
Mu
B
4
.y .K
P
=32,676 dengan e/B =0 , maka dari Gambar (3) , diperoleh nilai
Hu
K
P.
B
3
.y
=23,4
Gambar 3. Tahanan lateral ultimit dalam tanah granuler
32,676
23,4
Hu =23,4 x Kp x B
3
x
=23,4 x 3,131 x (0,5)
3
x 16,421
=150,386 kN (hasil mendekati)
5) Hitung defleksi lateral yang terjadi
Defleksi lateral dalam cara Broms untuk tiang ujung jepit dapat dihitung sebagai berikut :
yo =
0,93 H
(nh)
3/ S
(Lp . Ip)
2/ S
(15)
dengan H =tahanan lateral, nh =koefisien variasi modulus Terzaghi , Ep =modulus elastisitas tiang, dan
I =inersia tiang.
Diketahui H =62,897 kN, n
h
=7275 kN/m
3
, Ep =364060,4 kg/cm
2
, Ip =306640,625 cm
4
Berdasarkan Persamaan (15) diperoleh defleksi lateral (yo) =0,270 cm <1 cm (defleksi maksimum yang
diperbolehkan).
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada Pembangunan GBI Bethel Medan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil perhitungan daya dukung ultimit tiang pancang tunggal dari data SPT (BH-1) , kalendering (E-4), dan
tes PDA (B-3) pada kedalaman 14 m sebagai berikut :
A. Berdasarkan data SPT, Qu=270,298 ton
B. Berdasarkan data kalendering (Metode ENR) =333,884 ton
C. Berdasarkan data kalendering (Danish Formula) =492,469 ton
D. Berdasarkan data kalendering (WIKA) =355,784 ton
E. Berdasarkan tes PDA (B-3) =116,1 ton
2. Hasil perhitungan daya dukung ultimate tiang kelompok berdasarkan efisiensi
A. Metode Converse Labbare (Eg=0,864)
Berdasarkan data SPT , Qg=700,612 ton
Berdasarkan data kalendering (Metode ENR), Qg=865,427 ton
Berdasarkan data kalendering (Danish Formula), Qg=1276,480 ton
Berdasarkan data kalendering (WIKA), Qg=922,192 ton
B. Metode Los Angeles Group (Eg=0,778)
Berdasarkan data SPT , Qg=630,876 ton
Berdasarkan data kalendering (Metode ENR), Qg=779,285 ton
Berdasarkan data kalendering (Danish Formula), Qg=1149,423 ton
Berdasarkan data kalendering (WIKA), Qg=830,400 ton
3. Hasil perhitungan daya dukung ultimate tiang tunggal berdasarkan SPT
Titik BH-1 pada kedalaman 11 m dengan nilai N=27 pukulan,
Qult =256,465 ton
Titik BH-2, pada kedalaman 11 m dengan nilai N=60 pukulan
Qult =324,925 ton
Daya dukung tiang pada titik BH-1 lebih kecil dari daya dukung tiang pada BH-2 berdasarkan Uji Standard
Penetration Test (SPT) dengan Metode Meyerhof akibat adanya lensa pada titik BH-1 pada kedalaman 8
meter dan kondisi tanah yang buruk.
4. Berdasarkan hasil perhitungan penurunan elastis kelompok tiang dengan Metode Meyerhof diperoleh
penurunan kelompok tiang sebesar 21,41 mm <penurunan ijin tiang sebesar 25 mm, penurunan kelompok
tiang memenuhi syarat-syarat penurunan pada bangunan yang diijinkan pada ASTM D1143-81.
5. Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung horizontal tiang pancang tunggal diperoleh daya dukung
sebesar 15,724 ton dan besar defleksi lateral sebesar 2,7 mm. Daya dukung ultimit tiang tunggal yang
diperoleh dari tes PDA sebesar 116,1 ton dan nilai SPT diperoleh sebesar 270,928 ton. Hasil ini berbeda
dengan nilai SPT akibat stratifikasi tanah yang berbeda dan kemungkinan kekeliruan saat pengujian pada
titik tersebut.
6. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT SNI 4153 : 2008. Bandung : 2008.
Bowles, E Joseph . 1999. Analisa dan Disain Pondasi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2003 . Teknik Pondasi 2. Yogyakarta: Beta Offset
Das, Braja, M. 1999. Principles of Geotechnical Engineering fourth edition.Canada: Thomson Canada Limited.
Das, Braja, M. 2007. Principles of Geotechnical Engineering sixth edition. Canada: Thomson Canada Limited.
Hardiyatmo, Hary Christady. 1994 . Mekanika Tanah 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hardiyatmo, Hary Christady. 1996 . Teknik Pondasi 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2010 . Teknik Pondasi 2 . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
H.S, Sardjono. 1988. Pondasi Tiang Pancang Jilid 1 . Surabaya : Sinar Wijaya.
H.S, Sardjono. 1991. Pondasi Tiang Pancang Jilid 2 . Surabaya : Sinar Wijaya.
Peck, Ralph B . 1996 . Teknik Pondasi . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
PERCA Nusa Wahana Consultant. 2010. Laporan Akhir Penyelidikan Tanah Proyek GBI Medan .
PERCA Nusa Wahana Consultant. 2010. Laporan Pengujian Dinamis Pile Driving Analysis Proyek GBI Medan .
Poulos, H.G., dan Davis, E.H. 1980 . Pile Foundations Analysis and Design. America : John Willey and Sons
Publishers, Inc.
Putra, Hendri Gusti. 2008. Jurnal Rekayasa Sipil . Pertimbangan Dalam Pemilihan Daya Dukung Pondasi Tiang
Pancang Dengan Beberapa Metoda (Statik,Dinamik,Tes PDA),vol 4 no.2, hal 37- hal 48.
Sosrodarsono, Suyono. 2005. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta : Pradnya Paramita.
Wijaya Karya Beton .2008. Presentasi Tiang Pancang. Jakarta : Wika Learning Center.