=
% Bahan Organik = 1.72 X %C
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
e. Kadar Air Tanah
Menurut Hanafiah (2005) dalam menghitung kadar air tanah, beberapa hal
yang dilakukan adalah ditimbang 10 gr tanah kering udara (BTKU), kemudian
dilanjutkan dengan menimbang berat cawan yang digunakan. Tanah 10 gr tersebut
kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 1032
0
C selama 24 jam.
Setelah 24 jam, tanah tersebut dimasukkan kedalam desikator selama 10 menit
hingga beratnya konstan dan terakhir dihitung berat tanah setelah oven (BTKO).
Kadar air tanah diperoleh dengan menggunakan rumus:
BTKU - BTKO
% Kadar Air Tanah = X 100%
BTKO
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Aliran Permukaan
Kemiringan lahan/kelerengan berpengaruh terhadap besar dan laju aliran
permukaan. Grafik pada Gambar 2 menunjukkan besarnya nilai aliran permukaan
pada berbagai tipe kelerengan yang berbeda.
0.0038
0.0053
0.0071
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
A
l
i
r
a
n
P
e
r
m
u
k
a
a
n
8-15% 15-25% 25-40%
Kelerengan
Gambar 2. Grafik Nilai Aliran Permukaan (run-off) Pada Berbagai Tipe
Kelerengan Yang Berbeda
Dari Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa nilai aliran permukaan tertinggi
terdapat pada kelerengan 25-40% (curam) yaitu sebesar 0,0071 mm dan yang
terendah terletak pada kelerengan yang 8-15% (landai) yaitu sebesar 0,0038 mm.
Ini menunjukkan bahwa semakin curam lereng, maka semakin besar pula nilai
aliran permukaannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bermanakusuma (1978)
yang menyatakan bahwa semakin curam suatu lereng maka kemungkinan
terjadinya aliran permukaan juga semakin besar.
Penelitian dilakukan dengan membuat petak percobaan ukuran 22 m X 4
m, dimana pada petak percobaan tersebut seluruh kondisi diseragamkan mulai dari
umur tanaman, kondisi tanah dan penutupan lahannya. Karena penelitian ini
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
hanya difokuskan hanya untuk melihat pengaruh kelerengan dan sifat-sifat
tanahnya saja, maka seluruh humus dan serasah pada lantai hutan dibersihkan
sehingga faktor yang berpengaruh hanya sifat fisik tanah dan kemiringan lahannya
saja.
Pada pengamatan pengukuran aliran permukaan dilapangan, satuan nilai
yang digunakan adalah mm, ini didapat dengan cara membagikan banyaknya air
yang tertampung (ml) didalam ember dengan luas petak percobaan yang
digunakan dilapangan (m
2
). Penelitian ini menggunakan petak percobaan dengan
ukuran 22 m X 4 m (luas 88 m
2
). Konversi aliran permukaan dari ml ke mm
didasarkan pada banyaknya aliran permukaan yang terjadi akibat air hujan yang
jatuh pada petak percobaan.
Rata-rata curah hujan pada lokasi penelitian dengan pengamatan selama 10
kali hari hujan adalah 23,82 mm, dengan curah hujan tertinggi sebesar 30,57 mm
dan curah hujan terendah adalah 15,28 mm (Lampiran 1). Apabila rata-rata curah
hujan penelitian ini dikonversikan dalam satuan mm/thn maka didapatlah curah
hujan rata-rata sebesar 869,43 mm/thn, kondisi hujan ini masih termasuk kedalam
skala kecil dari kondisi hujan yang biasanya di Aek Nauli mencapai 1000-4000
mm/thn. Disamping itu, distribusi hujannya tidak merata walaupun hujan turun
hampir setiap hari, namun intensitas nya adalah sangat kecil. Besar curah hujan
yang turun mempengaruhi besarnya nilai aliran permukaan. Pada intensitas hujan
kecil, nilai aliran permukaan yang terjadi juga kecil dan sebaliknya (Lampiran 2).
Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan merupakan faktor utama penentu
terjadinya aliran permukaan.
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Koefisien Aliran Permukaan
Pengukuran besarnya aliran permukaan dan curah hujan yang dilakukan
bertujuan untuk menentukan besarnya koefisien aliran permukaan. Koefisien
aliran permukaan diperoleh dengan membandingkan nilai aliran permukaan
dengan nilai curah hujan selam 10 kali hari hujan pengamatan. Nilai koefisien
aliran permukaan berbanding lurus dengan besarnya aliran permukaan, hal ini
sesuai dengan pernyataan Asdak (1995) yang menyatakan bahwa semakin besar
nilai aliran permukaan maka semakin besar pula nilai koefisien aliran
permukaannya. Gambar 3 memperlihatkan hubungan antara koefisien aliran
permukaan dengan berbagai tipe kelerengan yang berbeda.
0.000162
0.000222
0.000301
0
0.00005
0.0001
0.00015
0.0002
0.00025
0.0003
0.00035
K
o
e
f
.
A
l
i
r
a
n
P
e
r
m
u
k
a
a
n
8-15% 15-25% 25-40%
Kelerengan
Gambar 3. Koefisien Aliran Permukaan (run-off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan
Yang Berbeda
Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi kelerengan maka semakin
besar pula nilai koefisien aliran permukaan nya. Nilai koefisien aliran permukaan
yang diperoleh tersebut adalah rata-rata koefisien aliran permukaan pada setiap
ulangan pada masing-masing kelerengan. Nilai koefisien aliran permukaan
menunjukkan seberapa besar terjadinya aliran permukaan pada suatu lahan.
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Sifat Sifat Tanah
Kondisi tanah juga berpengaruh terhadap besar-kecilnya aliran permukaan
yang terjadi. Pengujian dan pengukuran terhadap sifat fisik tanah dilaksanakan
dilaboratorium. Data hasil pengukuran sifat fisik dan kimia tanah dilaboratoium
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sifat Sifat Tanah Dibawah Tegakan Eucalyptus spp. PT.TPL sektor
Aek Nauli
Sifat Sifat Tanah Hasil Pengamatan Keterangan
Tekstur Tanah
Struktur Tanah
Bulk density
Kadar Air Tanah
C-Organik
Lempung berpasir,
dengan kandungan:
Pasir (74,56%), Debu
(14%), Liat (11,44%)
Remah
0,553 gr/cm
3
21,59 %
7,47 %
Kategori tekstur sedang,
didominasi oleh fraksi
pasir
Bentuk porous, ukuran
kecil, agregat tidak
terikat sesamanya
Rendah
Sedang
Sangat Tinggi
Tabel 5 secara keseluruhan memperlihatkan kondisi tanah yang ideal
untuk menyerap air dengan baik sehingga mengurangi laju aliran permukaan yang
terjadi.
Pembahasan
Aliran Permukaan
Aliran permukaan berhubungan erat dengan erosi dan produktivitas lahan,
Henry (1994) menyebutkan pentingnya aliran permukaan untuk diketahui adalah
untuk menghitung kehilangan air, banyaknya tanah (nutrisi dan hara) yang
terangkut serta mengendapnya tanah yang dapat mengurangi kapasitas
penyimpanan air. Kesemua hal tersebut saling berhubungan dalam menjaga
produktivitas lahan. Selain berhubungan erat dengan produktivitas lahan, aliran
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
permukaan juga sangat dipengaruhi oleh kemiringan dan panjang lereng,
pernyataan ini dapat diterima karena pada kemiringan yang curam, air bergeak
secara vertikal dan juga secara horizontal, sedangkan pada kemiringan yang agak
datar pergerakan air didominasi oleh pergerakan secara vertikal yang
memungkinkan air lebih banyak meresap kedalam tanah.
Dari hasil penelitian didapat data bahwa nilai aliran permukaan pada
kelerengan 8-15% (landai) adalah sebesar 0,0038 mm, kelerengan 15-25%
(sedang) sebesar 0,0053 mm dan kelerengan 25-40% (curam) sebesar 0,0071 mm.
Hal ini menunjukkan bahwa besar-kecilnya aliran permukaan ditentukan oleh
kemiringan lereng, semakin curam lereng maka semakin besar pula nilai aliran
permukaannya dan sebaliknya semakin datar suatu lereng maka semakin kecil
nilai aliran permukaannya. Hasil pengamatan Ispriyanto dkk (2001) pada
penelitiannya mengenai Aliran Permukaan dan Erosi di Areal Tumpangsari
Tanaman Pinus merkusii menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu pada
kondisi kemiringan diatas 40 % menghasilkan aliran permukaan sebesar 1,933
mm sedangkan untuk kemiringan dibawah 10% menghasilkan aliran permukaan
sebesar 0,260 mm. Hal ini memperlihatkan bahwa kelerengan suatu lahan dapat
memperbesar aliran permukaan.
Sifat topografi lain yang juga mempengaruhi besarnya nilai aliran
permukaan adalah panjang lereng. Bermanakusuma (1978) mengatakan bahwa
semakin panjang dan curam suatu lereng, maka semakin besar nilai aliran
permukaan yang terjadi. Pada petak percobaan dilapangan, ukuran yang
digunakan adalah 22 m x 4 m (Kartasapoetra,1987). Ukuran petak percobaan
dengan panjang 22 m merupakan ukuran yang sangat panjang untuk sebuah petak
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
percobaan. Dengan ukuran panjang lereng yang sama, pada kelerengan 25-40%
(curam) nilai aliran permukaan lebih besar dibandingkan pada kelerengan 8-15%
(landai) dan 15-25% (sedang). Hal ini menunjukkan bahwa panjang lereng
menentukan kecepatan aliran yang mengalir dipermukaan.
Ketebalan humus dan serasah juga mengambil suatu peranan penting
dalam menentukan besar-kecilnya nilai aliran permukaan. Hasil penelitian Tarigan
(1994) menunjukkan bahwa nilai aliran permukaan yang lebih besar terdapat pada
petak percobaan tanpa serasah dan humus dengan ketebalan 0 cm. Sedangkan
nilai aliran permukaan yang kecil ditemukan pada petak percobaan dengan
serasah dan ketebalan humus 20-30 cm. Hal ini menunjukkan bahwa humus dan
serasah melindungi tanah dari aliran permukaan. Namun, pada penelitian ini
pengaruh serasah dan humus diabaikan yang artinya pada petak percobaan
dilapangan humus dan serasah dibuang hingga lantai hutan bersih, karena
pengamatan dipusatkan pada pengaruh kelerengan saja
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai aliran permukaan sebesar
0,0038 mm (kelerengan landai), 0,0053 mm (kelerengan sedang), dan 0,0071 mm
(kelerengan curam) masih termasuk kedalam kategori yang kecil apabila
dibandingkan dengan hasil penelitian Martua (2006) yang menyebutkan bahwa
nilai aliran permukaan tanpa serasah dan humus adalah sebesar 1,766 mm
(kelerengan landai) dan 2,095 ( kelerengan curam), hal ini mungkin dikarenakan
perbedaan intensitas hujan dan panjang lereng yang digunakan pada petak
percobaan. Sekalipun panjang lereng yang digunakan cukup panjang (22m),
apabila intensitas hujan sedikit maka air hujan yang jatuh akan langsung
terinfiltrasi dan hanya sedikit terjadi aliran permukaan. Dalam hal ini waktu (lama
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
hujan) juga ikut berpengaruh, hujan yang turun dengan intensitas tinggi dan dalam
waktu singkat berpeluang tinggi menimbulkan aliran permukaan dibanding hujan
dengan intensitas rendah dan dalam waktu yang lama.
Daya jatuh atau energi kinetik curah hujan yang berat (keras) akan
memecahkan bongkah-bongkah tanah menjadi butiran yang lebih kecil dan halus,
butiran-butiran yang halus akan terangkut dan terhanyutkan dengan
berlangsungnya aliran permukaan, sedangkan sebagian akan mengikuti infiltrasi
air, dibagian ini biasanya dapat menutupi pori-pori tanah dilapisan dalam sehingga
infiltrasi air kedalam tanah menjadi terhambat dan aliran permukaan meningkat.
Suripin (2002) menyimpulkan bahwa banyaknya tanah yang terlempar tiap satu
tetesan air hujan yang memercik berbanding lurus dengan besar dan kecepatan
butir air hujan dan intensitas hujan. Jumlah tanah maksimal dalam percikan air
hujan diperkirakan terjadi 2-3 menit setelah hujan mulai turun, yaitu setelah
permukaan tanah tertutup dengan air. Disamping itu suatu lereng dengan
kelerengan diatas 10% akan menyebabkan kira-kira tiga perempatnya dari jumlah
tanah yang terpercik akan jatuh kembali kesebelah bawah dari tempat asalnya.
Akibat hal tersebut, maka terjadi pemindahan tanah erosi sebelum terjadi aliran
permukaan, butir-butir tanah yang halus ini sebagian terbawa dalam aliran air dan
sebagian lagi mengendap dan menutupi pori-pori tanah. Akibat air hujan yang
tidak meresap kedalam tanah dan mengalir dipermukaan tanah sebagai aliran
permukaan, maka tanah yang tadinya subur menjadi kurang subur dan akan
memberikan hasil yang menurun dibandingkan dengan keadaan sebelum erosi.
Selain beberapa faktor yang telah dibahas diatas, intensitas hujan dan
keadaan vegetasi juga berpengaruh terhadap besarnya aliran permukaan. Aliran
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
permukaan ditentukan berdasarkan seberapa besar air hujan yang turun yang tidak
terserap kedalam tanah sehingga mengalir dipermukaan. Seperti yang sudah
dijelaskan bahwa intensitas hujan, lama hujan dan distribusi hujan turut
mempengaruhi besar-kecilnya aliran permukaan yang terjadi, hal ini sesuai
dengan pernyataan Rangkuti (2006) dalam penelitiannya bahwa hujan dengan
intensitas yang besar akan menghasilkan aliran permukaan yang besar karena
daya serap tanah ada batasnya. Selama penelitian berlangsung, intensitas curah
hujan yang terjadi cukup kecil, dari 10 kali hari hujan pengamatan, rata-rata curah
hujan adalah 23,,82 mm. Apabila rata-rata curah hujan penelitian ini
dikonversikan dalam satuan mm/thn maka didapatlah curah hujan rata-rata sebesar
869,43 mm/thn, kondisi ini masih termasuk kecil dari kondisi curah hujan yang
biasanya terjadi di Aek Nauli yang mencapai 1000-4000 mm/thn. Hal ini
menyebabkan kecilnya aliran permukaan yang terjadi. Hal ini dapat disebabkan
oleh perubahan cuaca yang tidak stabil akibat pergantian musim dari musim
penghujan ke musim kemarau, disamping itu distribusi hujan yang tidak merata
pada lokasi penelitian menyebabkan timbulnya perbedaan pada pengukuran curah
hujan dilapangan.
Keadaan vegetasi seperti penutupan tajuk dari tanaman penutup tanah
merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menghitung besarnya aliran
permukaan. Ketika hujan turun sebagian dari air hujan akan tertahan karena
adanya penutupan dari tajuk vegetasi hutan sebelum mencapai permukaan tanah,
air akan tertahan oleh tajuk vegetasi dan kemudian langsung diuapkan kembali
keudara. Vegetasi sangat berpengaruh dalam mengurangi jumlah aliran
permukaan (Eka, 2001).
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Selama peristiwa hujan, sebagian air hujan akan ditahan oleh tanaman
sebelum mencapai permukaan bumi. Air ini sebagian pada akhirnya akan jatuh
kebumi, dan sebagian lagi akan menguap ke udara. Pada kawasan yang rimbun,
sebagian besar hujan akan ditangkap oleh dedaunan dan ranting. Suripin (2002)
mengatakan bahwa jumlah air yang tertahan oleh tajuk vegetasi pada hutan adalah
sekitar 8-45% dari total hujan, dan untuk kayu hutan campuran besarnya
mencapai 20%. Ini menunjukkan bahwa air hujan yang turun tidak seluruhnya
jatuh kepermukaan bumi. Pada areal penelitian di HPHTI PT.TPL sektor Aek
Nauli, petak percobaan diletakkan dibawah vegetasi ekaliptus yang seragam baik
dari segi umur dan kondisi penutupan vegetasinya, hal ini dimaksudkan supaya
pengaruh vegetasi dianggap sama untuk seluruh petak percobaan sehingga
kesalahan pengumpulan data dapat diperkecil.
Koefisien Aliran Permukaan
Dari hasil pengukuran besarnya laju aliran permukaan dan besarnya curah
hujan dapat diperoleh suatu koefisien aliran permukaan (C). Koefisien aliran
permukaan menunjukkan perbandingan antara rata-rata aliran permukaan dengan
rata-rata curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar aliran
permukaan nya maka semakin besar pula koefisien aliran permukaannya, hal ini
sesuai dengan pernyataan Asdak (1995) yang menyatakan bahwa besar aliran
permukaan dengan koefisien aliran permukaan adalah berbanding lurus. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa pada kelerengan 8-15%, koefisien aliran
permukaannnya adalah sebesar 1,62.10
-4
, pada kelerengan 15-25% sebesar
2,22.10
-4
dan pada kelerengan 25-40% sebesar 3,01.10
-4
, ini menunjukkan bahwa
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
koefisien aliran permukaan terbesar yaitu 3,01.10
-4
justru terletak pada kelerengan
yang curam. Hal ini semakin menegaskan bahwa faktor yang mempengaruhi
aliran permukaan juga mempengaruhi koefisien aliran permukaan itu sendiri.
Koefisien aliran permukaan terkecil didapat pada kelerengan 8-15%
(landai) sebesar 1,62.10
-4
dan koefisien aliran permukaan terbesar terdapat pada
kelerengan 25-40% (curam) yaitu sebesar 3,01.10
-4
, angka-angka tersebut
menunjukkan banyak aliran permukaan yang terjadi. Koefisien aliran permukaan
1,62.10
-4
berarti dari 100% hujan yang turun/terjadi, 0,0162 % nya menjadi aliran
permukaan. Demikian juga dengan angka 3,01.10
-4
berarti dari 100% hujan yang
turun, 0,0301 % nya menjadi aliran permukaan dan sisanya sekitar 99% dapat
terinfiltrasi langsung kedalam tanah ataupun menguap (karena tertahan di tajuk
vegetasi). Koefisien aliran permukaan yang diperoleh dalam penelitian ini masih
berada dalam batas kewajaran untuk nilai koefisien aliran permukaan pada hutan,
baik hutan alam maupun hutan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asdak
(1995) yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan berkisar dari 0
sampai 1, dan angka 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terdistribusi menjadi
air intersepsi dan terutama infiltrasi, sedangkan angka 1 menunjukkan bahwa
semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan (umumnya pada tanah
gundul). Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka koefisien aliran permukaan
lebih besar dari 0 dan lebih kecil dari 1.
Pentingnya koefisien aliran permukaan untuk menentukan apakah suatu
DAS telah mengalami gangguan, terutama bagi areal PT.TPL sektor Aek Nauli
yang kawasannya masih berada diwilayah Daerah Tangkapan Air Danau Toba.
Pentingnya diketahui koefisien aliran permukaan untuk menentukan apakah
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
wilayah HTI tersebut masih mampu meresapkan air kedalam tanah dan
menyimpan cadangan air tanah ketika air hujan turun untuk dialirkan ke Danau
Toba, atau justru mengurangi volume air Danau Toba. Asdak (1995)
mengemukakan bahwa nilai koefisien aliran permukaan yang besar menunjukkan
bahwa lebih banyak air hujan yang menjadi aliran pemukaan, dimana kondisi ini
akan sangat tidak menguntungkan dari segi pencagaran sumberdaya air, karena
besarnya air yang akan menjadi air tanah berkurang.
Selain curah hujan yang tinggi, seringkali proses terjadinya banjir tidak
terlepas dari besarnya koefisien aliran permukaan. Tingginya curah hujan dan
besarnya aliran permukaan semakin memicu suatu kawasan rentan terhadap
banjir. Hal ini terjadi di sebagian pulau Jawa pada musim penghujan, banjir
hampir selalu menjadi masalah yang tidak dapat dihindari. Kondisinya yang
demikian disebabkan oleh potensi air maksimum aliran permukaan dari curah
hujan sangat besar yaitu 70-75% yang akan menjadi aliran permukaan, dan hanya
25-30% yang terinfiltrasi kedalam tanah, akibatnya pada musim penghujan aliran
permukaan yang demikian besar sangat berpotensi untuk menjadi banjir dan
sebaliknya pada musim kemarau akan rentan terhadap kekeringan.
Sifat Sifat Tanah
Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan terhadap beberapa sifat
fisik dan kimia tanah yang berpengaruh terhadap laju aliran permukaan tanah.
Pengukuran parameter sifat fisik tanah meliputi: tekstur tanah, struktur tanah,
kerapatan lindak, dan kadar air tanah. Sedangkan sifat kimia tanah yang diamati
adalah kandungan bahan organik (C-Organik).
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata kerapatan lindak tanah sebesar
0,553 gr/cm
3
, nilai ini termasuk dalam kategori rendah karena contoh tanah utuh
yang diuji lebih didominasi oleh pasir (74,56%). Pada umumnya tanah-tanah
dengan kandungan pasir yang tinggi lebih bersifat porous dan tidak padat
sehingga mudah untuk meresapkan air sehingga mampu untuk mengurangi laju
aliran air di permukaan. Kandungan pasir dalam tanah mempengaruhi besar-
kecilnya kerapatan lindak tanah, Kartasapoetra dkk (1988) mengatakan bahwa
tekstur tanah mempengaruhi kerapatan pori dalam tanah, semakin banyak pasir
dalam tanah maka semakin kecil kerapatan lindak-nya dan sebaliknya, semakin
sedikit pasir dalam tanah maka semakin besar kerapatan lindak-nya dan kerapatan
tanah tersebut pun semakin padat, disamping itu tanah-tanah pada hutan
bervegetasi umumnya memiliki ruang pori yang lebih banyak. Berbagai variasi
yang ada pada kerapatan lindak tergantung pada keadaan bahan organik dan
kandungan air pada waktu pengambilan contoh (cuplikan) untuk menentukan
kerapatan lindak. Kerapatan lindak berhubungan dengan porositas tanah, Harsono
(1995) mengemukakan bahwa kerapatan lindak berbanding terbalik dengan
porositas tanah artinya apabila kerapatan lindak rendah, maka porositas nya
tinggi. Kerapatan lindak menggambarkan kerapatan pori dalam tanah, kerapatan
lindak yang rendah menunjukkan bahwa tanah memiliki pori-pori yang banyak
sehingga dapat meresapkan air (infiltrasi) dengan baik dan dapat mengurangi laju
aliran permukaan. Tinggi rendahnya kerapatan lindak dalam tanah dipengaruhi
oleh bahan organik. Bahan organik yang tinggi dapat memperkecil kerapatan
lindak sehingga dapat memperbaiki pori-pori tanah.
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Pada pengujian tekstur tanah didapat data bahwa tekstur tanah pada petak
percobaan di areal HPHTI PT.TPL sektor Aek Nauli adalah Lempung Berpasir
(Sandy loam), menurut Hanafiah (2005) tekstur tanah ini masuk kedalam kategori
tanah bertekstur sedang agak kasar, karena tanah ini didominasi oleh fraksi pasir
sebesar 74,56%. Hal ini dipertegas Foth (1994) yang menyatakan bahwa tanah
disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 70% pasir. Tanah-tanah
lempung berpasir pada umumnya memiliki kapasitas penyimpanan air dan udara
yang baik, namun demikian mudahnya masuk-keluar udara pada tanah dengan
tekstur lempung berpasir ini menyebabkan hanya sedikit air yang tertahan, karena
sebagian besar pori terisi oleh udara (Hanafiah, 2005). Menurut Hakim dkk (1986)
tanah bertekstur ringan (kandungan pasir tinggi), mudah diolah dan mudah
merembeskan air (infiltrasi). Oleh karena itu, tanah-tanah bertekstur lempung
berpasir memiliki daya serap air yang tinggi dan kapasitas infiltrasi yang baik
karena memiliki pori makro dan mikro yang dapat menyimpan air dan udara, hal
ini sangat baik karena air hujan yang jatuh lebih banyak terinfiltrasi sehingga
hanya sedikit yang menjadi aliran permukaan.
Struktur tanah merupakan partikel-partikel tanah seperti pasir, debu dan
liat yang membentuk agregat tanah antara suatu agregat dengan agregat yang
lainya. Dengan kata lain, struktur tanah berkaitan dengan agregat tanah dan
kemantapan agregat tanah. Menurut Munir (1996) bahan organik berhubungan
erat dengan kemantapan agregat tanah karena bahan organik bertindak sebagai
bahan perekat antara partikel mineral primer. Berdasarkan pengamatan terhadap
bongkah tanah yang diambil dibawah tegakan Eucalyptus spp. didapat hasil
bahwa struktur tanah adalah remah. Hasil ini didapat setelah melihat struktur
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
bongkah tanah dengan menggunakan lup kemudian mengklasifikasikannya
berdasarkan tipe struktur, penyifatan, diagram agregat dan lokasi pada profil
tanah. Menurut Hakim dkk (1986), struktur tanah remah (crumb) pada umumnya
memiliki sifat porous, bulat, ukuran kecil, dan agregat tidak terikat sesamanya,
pada umumnya tanah dengan tipe struktur ini terletak pada horizon A. Struktur
remah memiliki ukuran agregat yang kecil sehingga mudah dalam meresapkan air
(infiltrasi) pada saat turun hujan kondisi ini baik untuk mengurangi laju aliran
permukaan, namun juga pada kondisi jenuh mudah terangkut oleh air permukaan
karena agregat-agregat tidak terikat kuat dengan sesamanya.
Berat tanah terangkut adalah persentase kadar air tanah dikalikan dengan
jumlah keseluruhan tanah yang terangkut selama kejadian hujan yang terjadi, dari
hasil penelitian diperoleh data kadar air tanah sebesar 21,95%, kadar air ini
termasuk cukup tinggi. Tinggi rendahnya kadar air juga dipengaruhi oleh sifat
fisik tanah lainnya seperti struktur, porositas dan tekstur tanah (Hanafiah,2005),
sedangkan total berat tanah terangkut selama 10 hari hujan pengamatan adalah
2,0014 kg. Aliran permukaan membawa tanah-tanah yang terangkut bersama air
hujan karena pada umumnya aliran permukaan mengangkut lapisan tanah paling
atas (topsoil) yang kaya akan unsur hara (Arsyad,1983) sehingga mengurangi
produktivitas lahan. Pentingnya diketahui berat tanah terangkut adalah untuk
mengetahui berapa banyak hara yang hilang akibat aliran permukaan.
Kandungan bahan organik tanah tidak lepas dari serasah dan humus
didalam tanah, karena bahan-bahan organik dalam tanah sepenuhnya adalah hasil
dekomposisi jaringan tanaman berupa batang, daun, ranting, maupun buah yang
disebut dengan humus dan serasah. Menurut Hardjowigeno (1987) kandungan
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
bahan organik mempengaruhi kemantapan struktur tanah. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh data bahwa kandungan organik tanah tegakan ekaliptus di
areal HPHTI PT.TPL sektor Aek Nauli adalah sebesar 7,47%. Berdasarkan
klasifikasi persentase kandungan bahan organik menurut Suriadi (2005) nilai ini
termasuk kedalam kategori sangat tinggi karena persentase bahan organiknya
berada diatas 5%. Tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi
mempunyai kemampuan meresapkan air sampai beberapa kali berat keringnya dan
juga memiliki porositas yang tinggi, disamping itu kandungan bahan organik
tinggi selalu dicirikan dengan warna tanah yang hitam dan terdapat banyak
organisme tanah didalamnya seperti misalnya cacing tanah, dll. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Suripin (2002) yang menyatakan bahwa bahan organik dapat
menaikkan kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan
daya tahan air tanah. Selanjutnya Poerwowidodo (1991) menjelaskan bahwa
peranan bahan organik tanah dan humus dalam pengendalian tata air dapat dilihat
dari kemampuan memperbaiki peresapan air dalam tanah. Mengurangi aliran
permukaan dan mengurangi perbedaan kandungan air dalam tanah dan sungai
antara musim hujan dan musim kemarau. Dengan kata lain, bahan organik yang
tinggi dapat meningkatkan laju resapan air dan mengurangi laju aliran permukaan.
Kaitannya dengan besaran aliran permukaan pada lokasi penelitian di areal
HPHTI PT.TPL Aek Nauli adalah bahwa laju aliran permukaan sesungguhnya
adalah kecil sampai sedang, karena secara keseluruhan, sifat fisik tanah yang diuji
memiliki sifat yang baik dan menunjukkan sifat meresapkan air yang baik dalam
proses infiltrasi sehingga mampu mengurangi laju aliran permukaan pada saat
hujan terjadi.
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kelerengan mempengaruhi besar nilai aliran permukaan yang terjadi,
semakin tinggi derajat kemiringan suatu lereng maka semakin besar pula aliran
permukaan yang terjadi dan sebaliknya semakin kecil derajat kemiringan lereng
maka semakin kecil pula aliran permukaan yang terjadi.
Saran
1. Pada kelerengan yang curam sebaiknya ditanam tanaman yang tetap dan tidak
ditebang sehingga dapat memperkecil laju aliran permukaan pada saat hujan
terjadi karena akar tanaman akan menahan air didalam tanah.
2. Sebaiknya dilakukan pengamatan dan pengujian terhadap sifat tanah untuk
setiap tipe kelerengan sehingga dapat dilihat lebih jelas pengaruh sifat-sifat
tanah terhadap besar-kecil nya aliran permukaan yang terjadi.
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S.1982. Pengawetan Tanah dan Air. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Asdak, C.1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman
Teknis Penanaman Jenis-Jenis Kayu Komersil. Departemen Kehutanan.
Jakarta
Bermanakusuma, R. 1978. Erosi, Penyebab dan Pengendaliannya. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung
Foth, HD.1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Edisi ke-enam. Gadjah Mada University
Press. Yogayakarta
Ginting, AN dan ABK Semadi. 1986. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah dibawah
Tegakan Acacia mangium di Gemawang-Sabanjariji. Sumatera Selatan.
Buletin Penelitian Hutan No.604 Hal 6-12
Hakim, NMY Nyakpa, AM Lubis, SG Nugroho, MR Saul, MA Diha, GB Hong,
dan HH Bailey. 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Lampung
Hanafiah, AS dan Elfiati, D. 2005. Penuntun Praktikum Ilmu Tanah Hutan.
Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Medan
Hardiyanto, EB dan Arisman, H. 2004. Pembangunan Hutan Tanaman Acacia
mangium. PT.Musi Hutan Persada. Palembang
Haridjaja O, Murtilaksono K, Sudarmo, dan Rachman LM. 1991. Hidrologi
Pertanian. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Harsono, 1995. Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Ispriyanto R, NM Arifjaya dan Hendrayanto. 2001. Aliran Permukaan dan Erosi
di Areal Tumpangsari Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese. Jurnal
Manajemen Hutan Tropika Vol. VII NO.1. Hal 37-47
Kartasapoetra, AG. 1988. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk
Merehabilitasinya. Penebar Swadaya. Jakarta
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Lee, R. 1990. Hidrologi Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Martua, D. 2006. Pengaruh Ketebaan Humus dan Kemiringan Lahan Terhadap
Aliran Permukaan di Hutan Lau Kawar, Desa Kuta Gugung, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo. Skripsi. Departemen Kehutanan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Munir, M. 1996. Tanah Tanah Utama di Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi
dan Pemanfaatannya. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah: Proses Genesa dan Morfologi. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Rahim, SE. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta
Rangkuti, I. 2006. Erosi dan Aliran Permukaan Pada Hutan Bekas Tebangan dan
Bervegetasi Pinus Umur 35 Tahun di Hutan Penelitian Aek Nauli
Kabupaten Simalungun. Skripsi. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sarief, S.1980. Beberapa Masalah Pengawetan Tanah dan Air. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjajaran. Bandung
Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Suripin. 2002. Peletarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta
Sutisna, UT, Kalima dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di
Indonesia. Disunting oleh Soetjipto, N.W dan Soekotjo. Yayasan
PROSEA Bogor dan Pusat diklat Pegawai & SDM Kehutanan. Bogor
Suriadi, A dan M. Nazam. 2005. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan
Kandungan Bahan Organik (Studi Kasus di Kabupaten Bima). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.
//http: www.deptan.go.id/ntb/litbang/2005/penilaian.doc (28 maret 2009)
Tarigan, FM. 1994. Pengaruh Serasah Terhadap Sifat Fisik Tanah, Aliran
Permukaan dan Erosi pada Tanah Andosol di Taman Hutan Raya
(TAHURA) Bukit Barisan Berastagi. Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 1. Data Curah Hujan Selama 10 Hari Hujan
No Tanggal Volume Air Tertampung
(ml)
Curah Hujan
(mm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
19/01/2009
20/01/2009
21/01/2009
25/01/2009
26/01/2009
28/01/2009
29/01/2009
30/01/2009
31/01/2009
01/01/2009
145
160
120
200
160
240
235
220
215
175
18,47
20,38
15,28
25,47
20,38
30,57
29,93
28,03
27,38
22,30
Rata-rata curah hujan = 23,819 mm = 23,82 mm
Konversi curah hujan dari ml ke mm:
Volume air hujan yang tertampung dalam penakar hujan (ml) dibagi dengan luas
permukaan penakar hujan, selanjutnya hasil dari pembagian tadi kemudian
dikalikan dengan 10 untuk mendapatkan nilai curah hujan dalam satuan mm.
Catatan:
Luas permukaan penakar hujan yang digunakan adalah 78,5 cm
2
(d = 10 cm)
1 ml = 1 cm
3
Contoh:
Volume air hujan yang tertampung dalam penakar hujan pada tanggal 19/01/2009
adalah sebesar 145 ml, maka curah hujan pada tanggal 19/01/2009 tersebut
adalah: 145 ml = 145 cm
3
/ 78,5 cm
2
= 1,847 cm X 10 = 18,47 mm.
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 2. Data Pengukuran Besar Aliran Permukaan (mm)
No Curah Hujan
(ml)
Kelerengan
(%)
I II III
1 145 8 15
15 25
25 40
220
340
495
235
335
440
215
350
455
2 160 8 15
15 25
25 40
330
435
615
355
450
610
340
440
635
3 120 8 15
15 25
25 40
220
320
440
235
300
435
240
315
450
4 200 8 15
15 25
25 40
420
575
785
440
600
760
435
615
725
5 160 8 15
15 25
25 40
320
395
620
315
425
625
325
415
620
6 240 8 15
15 25
25 40
450
625
825
465
595
815
485
615
800
7 235 8 15
15 25
25 40
435
595
795
450
600
800
440
610
810
8 220 8 15
15 25
25 40
395
495
690
400
490
700
405
485
695
9 215 8 15
15 25
25 40
395
485
585
395
495
570
405
485
565
10 175 8 15
15 25
25 40
320
395
495
315
385
510
305
390
515
Konversi aliran permukaan dari ml ke mm:
Nilai jumlah air yang tertampung didalam ember (ml) dibagi dengan luas
permukaan penampang petak percobaan, selanjutnya hasil tersebut dikalikan
dengan 10 untuk mendapatkan nilai aliran permukaan dalam satuan mm.
Catatan:
Luas permukaan petak percobaan = 88 m
2
= 880.000 cm
2
1 ml = 1 cm
3
Contoh:
Rata-rata aliran permukaan sebesar 350,5 ml,
350,5 ml = 350,5 cm
3
/ 880.000 cm
2
= 0,000398 cm = 0,00398 mm
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 3. Rata-rata Aliran Permukaan Selama 10 Hari Hujan (dalam ml)
No Kelerengan
(%)
I II III Rata-rata
1 8 15 350,5 360,5 319,5 343,5
2 15 25 466 467,5 472 468,5
3 25 40 634,5 626,5 627 629,3
Lampiran 4. Rata-rata Aliran Permukaan Selama 10 Hari Hujan (dalam mm)
No Kelerengan
(%)
I II III Rata-rata
1 8 15 0,0039 0,0041 0,0036 0,0038
2 15 25 0,0052 0,0053 0,0054 0,0053
3 25 40 0,0072 0,0072 0,0071 0,0071
Lampiran 5. Koefisien Aliran Permukaan selama 10 Hari Hujan
No Kelerengan
(%)
I II III Rata-rata
1 8 15 0,000164 0,000172 0,000151 0,000162
2 15 25 0,000218 0,000223 0,000226 0,000222
3 25 40 0,000302 0,000302 0,000298 0,000301
Catatan:
Koefisien Aliran Permukaan (C) =
CH
AP
Dimana: AP : Rata-rata aliran permukaan
CH : Rata-rata curah hujan
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 6. Gambar Kondisi Vegetasi, Tumbuhan Bawah, Penakar hujan
(Ombrometer) dan Petak Percobaan Penelitian dibawah tegakan
Eucalyptus spp
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 7. Gambar Pengukuran Aliran Permukaan di Lapangan
Mahardika Putra Purba : Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah tegakan Eucalyptus spp.
(Studi Kasus Di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli), 2009.
USU Repository 2009