Pembimbing: dr. RTH. Supraptomo, Sp.An dr. Eko Setijanto, Msi,Med, Sp.An. KIC
PPDS I ILMU PENYAKIT SARAF LAB/SMF ILMU PENYAKIT SARAF RSUD Dr. MOEWARDI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 Lembar Pengesahan
Tanggal Presentasi
Supervisor
BAB I PENDAHULUAN
Meningkatnya usia harapan hidup yang didorong oleh keberhasilan pembangunan nasional dan berkembangnya modernisasi serta globalisasi di Indonesia akan cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular (penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit arteri perifer). Data di Indonesia menunjukkan kecendrungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah: sebesar 15,9% (umur 45-5tahun) dan 26,8%(umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur >65 tahun).Kejadian stroke (insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk, dan kecacatan; 1,6% tidak berubah, 4,3% semakin memberat.Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan profil usia di bawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia di atas 65 tahun sebesar 33,5%.Stroke menyerang usia produktif dan usia lanjut, yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari. 1,2,3,4 Penanganan stroke memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit, baik dari aspek moril maupun materil, dari setiap keluarga yang menghadapi masalah ini. Oleh karena itu, di dalam penanganan stroke harus disesuaikan dengan kemungkinan prognosenya dan indikasi perawatan unit intensif/ ICU. Karena tidak semua pasien stroke memerlukan perawatan ICU. Karena pentingnya hal tersebut di dalam refrat ini akan disampaikan skor-skor kemungkinan prognose stroke dan indikasi perawatan ICU.
BAB II DASAR TEORI
II.1. Skor Untuk Mengetahui Prognosa Stroke. Untuk dapat memberikan evaluasi gangguan neurologis dialami pasien dan menilai respons terhadap terapi yang diberikan, diperlukan suatu sistim penilaian yang dipahami bersama. Sistim penilaian yang berbentuk sistim skoring ini akan sangat memudahkan para ahli dan tenaga medis untuk memantau defisit yang terjadi dan perkembangannya secara lebih mendetil.
II.1.1. Penilaian Defisit Neurologis Stroke 5
II.1.1.1. National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) Skala ini dibuat untuk menilai deficit neurologis pada pasien stroke. Skala ini terutama digunakan untuk menentukan efektifitas terapi hingga pemantauan selama 3 bulan. Jumlah nilai total pada orang normal 0 dengan jumlah variabel penilaian sebanyak 11. penilaian dilakukan berdasarkan kemampuan yang dapat dilakukan oleh pasien dan bukan menurut perkiraan penilai. Pada total nilai lebih dari 15 dikatakan stroke dengan defisit berat, sedangkan 4-15 pada stroke dengan defisit sedang dan kurang dari 4 pada stroke dengan defisit ringan. Keuntungan dari penggunaan skala ini, adalah dapat menilai secara cepat defisit neurologis pada stroke akut. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat digunakan untuk menilai gangguan pada sirkulasi posterior.
National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)
la Derajat Kesadaran 0 = Sadar penuh 1 = Somnolen 2 = Stupor 3 = Koma / tidak ada respons l b Menjawab pertanyaan (bulan, usia) 0 = Dapat menjawab 2 pertanyaan dengan benar 1 = Dapat menjawab 1 pertanyaan dengan benar / tak dapat berbicara karena terpasang selang endotrakheal / disartria 2 = Tak dapat menjawab pertanyaan dengan benar / afasia / stupor l c Mcngikuti perintah (buka-tutup mata, genggam tangan) 0 = Dapat melakukan 2 perintah dengan benar 1 = Dapat melakukan 1 perintah dengan bcnar 2 = Tak dapat melakukan 2 perintah dengan benar 2 Gerakan mata konjugat horizontal 0 = Normal 1 = Gerakan abnormal hanya pada satu mata 2 = Deviasi konjugat yang kuat atau paresis konjugat total pada kedua mata 3 Lapang pandang (tes konfrontasi) 0 = Tidak ada gangguan 1 = Kuadranopsia 2 = Hemianopsia total 3 = Hemianopsia bilateral / buta kortikal 4 Paresis wajah 0 = Normal 1 = Paresis ringan 2 = Paresis parsial 3 = Paresis total 5 Motorik lengan kanan (angkat 90, tahan l0detik) 0 = Tidak ada simpangan jika pasien disuruh mengangkat kedua lengannya selama 10 detik 1 = Lengan menyimpang kebawah sebelum 10 detik 2 = Lengan terjatuh kekasur atau badan atau tidak dapat diluruskan secara penuh 3 = Tidak dapat melawan gravitasi 4 = Tidak ada gerakan X = Tidak dapat diperiksa 6 Motorik lengan kiri (angkat 90, tahan l0 detik). 0 = Tidak ada simpangan jika pasien disuruh mengangkat kedua lengannya selama 10 detik. 1 = Lengan menyimpang kebawah sebelum 10 detik 2 = Lengan (terjatuh ke kasur atau badan atau tidak dapat diluruskan secara penuh 3 = Tidak dapat melawan gravitasi 4 = Tidak ada gerakan X = Tidak dapat diperiksa 7 Motorik tungkai kanan (angkat 30, tahan 5 detik) 0 = Tidak ada simpangan jika pasien disuruh mengangkat kedua lengannya selama 10 detik 1 = Lengan menyimpang kebawah sebelum 10 detik 2 = Lengan terjatuh kekasur atau badan atau tidak dapat diluruskan secara penuh 3 = Tidak dapat melawan gravitasi 4 = Tidak ada gerakan X = Tidak dapat diperiksa 8 Motorik tungkai kiri (angkat 30, tahan 5 detik) 0 = Tidak ada simpangan jika pasien disuruh mengangkat kedua Iengannya selama 10 detik 1 = Lengan menyimpang kebawah sebelum 10 detik 2 = Lengan terjatuh kekasur atau badan atau tidak dapat diluruskan secara penuh 3 = Tidak dapat melawan gravitasi 4 = Tidak ada gerakan X = Tidak dapat diperiksa 9 Ataksia anggota badan 0 = Tidak ada 1 = Pada satu ekstremitas 2 = Pada dua atau lebih ekstremitas 1 0 Sensorik (pin prick test) 0 = Normal 1 = Defisit parsial 2 = Defisit berat 1 1 Bahasa terbaik 0 = Tidak ada afasia 1 = Afasia ringan-sedang 2 = Afasia berat 3 = Tidak dapat diperiksa (mutism) / afasia global 1 2 Disartria 0 = Artikulasi normal 1 = Disartria ringan-sedang 2 = Disartria berat X = Tidak dapat diperiksa (misal karena diintubasi) 1 3 Neglect / tidak ada atensi 0 = Tidak ada 1 = Parsial 2 = Total Total skor 0-42
II.1.1.2. Canadian Neurologic Scale Skala ini dikembangkan oleh para ahli yang ada di McGill University, Western Ontario University dan Toronto University. Canadian Neurologic Scale merupakan alat ukur klinis sederhana yang dapat digunakan untuk evaluasi defisit neurologis status mentalis dan motorik pada pasien stroke akut. Pada pemeriksaan skala ini dapat memperkirakan morbiditas dan mortalitas secara akurat. Pada pasien dengan nilai yang rendah, mortalitas lebih besar dalam waktu 6 bulan demikian juga dengan kejadian stroke ulang. Keuntungan dari skala ini adalah mudah dilakukan termasuk oleh non-medis. Kerugiannya dari skala ini adalah penilaian yang dilakukan lebih ditujukan untuk stroke yang disebabkan oleh gangguan pada sirkulasi anterior
Canadian Neurologic Scale :
Status mental 1. Derajat kesadaran :
Compos Mentis 3 Mengantuk 1,5 2. Orientasi:
Baik 1 Disorientasi 0 3. Verbal: Normal 1 Ekspresif 0,5 Reseptif 0 Status Motorik Al * Fungsi motorik 4. Wajah : Tanpa paresis 0,5 Paresis 0 5. Lengan: proksimal
Tanpa paresis 1,5 Paresis Ringan 1 Paresis sedang 0,5 Total Paresis 0 6. Lengan: distal
Tanpa paresis 1,5 Paresis ringan 1 Paresis sedang 0,5 Total paresis 0 7. Kaki: proksimal
Tanpa paresis 1,5 Paresis ringan 1 Paresis sedang 0,5 Total paresis 0 8. Kaki: distal
Tanpa paresis 1,5 Paresis ringan 1 Paresis sedang 0,5 Total Paresis 0 Status Motorik A2*
Respon motorik Wajah
Simetris 0,5 Asimeteris 0 Lengan Kedua sisi sama 1,5 Tidak sama 0 Kaki
Kedua sisi sama 1,5 Tidak sama 0 1 Total * hanya digunakan salah satu
*Status Motorik A1
Pemeriksaan pada bagian ini merupakan pengukuran fungsi motorik untuk pasien tanpa defek komprehensi (pasien dengan flingsi wicara normal atau defisit ekspresif). * Status Motorik A2 Pemeriksaan pada bagian ini merupakan pengukuran fungsi motorik untuk pasien dengan defek komprehensi (pasien dengan defisit reseptif pada fungsi wicara)
Interpretasi : Subtotal skor status mental = jumlah ketiga parameter, nilai maksimal 5, minimal 1,5. Subtotal skor motorik A1 = nilai maksimai 6,5 , nilai minimal 0 Subtotal skor motorik A2 = nilai maksimal 3,5, nilai minimal 0 Total Skor: Skor status mental + skor motorik Total Skor minimal = 1,5 Total Skor maksimal = 11,5 Semakin tinggi skor, semakin baik keadaan pasien
II.1.1.3. Toronto Stroke Scale Toronto Stroke Scale dikembangkan di University of Toronto, Canada. Skala ini terdiri dari 16 variabel , derajat kesadaran, paresis,wajah, paresis lengan, paresis kaki, hipestesi pada wajah, hipestesi pada lengan, hipestesi pada kaki, gangguan lapangan pandang (hemianopia), afasia, gangguan fungsi luhur frontal, gangguan fungsi luhur parietal, demensia, gangguan pandangan (gaze), inkoordinasi (disdiadokinesis), disartria dan disfagi. Setiap penilaian memiliki poin sesuai derajat kelainan yang kemudian dikalikan dengan faktor pengali yang berbeda. Skala ini relatif rumit sehingga perlu dilakukan oleh ahli saraf yang biasa menangani penyakit serebrovaskular. Waktu yang diperlukan untuk memeriksa skala ini sekitar 10-20 menit. Keuntungan dari skala ini adalah dapat menilai gangguan yang terjadi di luar perdarahan arteri serebri media, tingkat kesulitan merupakan salah satu kerugian dari skala ini. Pada cara skoring ini yang digunakan adalah total dan seluruh nilai. Nilai maksimal adalah 281, dan minimal adalah 0. Stroke ringan memiliki skor < 30, stroke sedang 3090, dan stroke yang berat memiliki skor > 90. Toronto Stroke Scale
Parameter Penilaian Poin Faktor pengali Nilai Kesadaran Kompos mentis Mengantuk Stupor Soporous koma Koma 0 1 2 3 4 X 25 0 - 100 Paresis Wajah Lengan Kaki 0-3 0-4 0-4 X X X 1 3,5 2,5 0 - 3 0 - 14 0 - 1 0 Hipestesi Wajah Lengan Kaki 0-2 0-2 0-2 X X X 1,5 6 4,5 0 - 3 0 - 12 0 - 9 Hemianopia 0-2 X 3 0 - 6 Afasia Ringan-total 0-4 X 10 0 - 4 0 Fungsi Kortikal Luhur Lobus frontal Lobus parietal 0-2 0-2 X X 12 12 0 - 4 8 Demensia 0-3 X 3 0 - 9 Gangguan pandangan 0-2 X 2 0 - 4 (Gaze) Inkoordinasi (Disdiadokinesia)
0-3 X 3 0 - 9 Disartria 0-3 X 2 0 - 6 Disfagia 0-3 X 4 0 - 8
Total 0-281
II.1.2. Penilaian Keluaran Fungsional Stroke II.1.2.1. Glasgow Outcome Scale Terdapat 5 variabel dalam skala ini dan skala ini sering digunakan pada cedera kepala dan koma non-traumatik. Penilaiannya sesuai dengan keluaran yang didapat, 5 = sembuh dan 0 = meninggal. Walaupun mudah tetapi tidak adanya batas yang jelas antara tiap keluaran sehingga dapat membingungkan pemeriksa. Validitas dari skala ini sudah sering dipublikas.kan pada kasus-kasus cedera kepala tetapi pada kasus stroke publikasinya masih terbatas. Keuntungan dari skala ini adalah mudah dilakukan. Kerugiannya seperti pembahasan di atas, tidak jelasnya batas pada beberapa kriteria keluaran serta validitas yang lemah pada kasus kasus stroke.
Skor Keterangan 1 Meninggal 2 Persistent vegetative state. Pasien menunjukkan tidak ada fungsi kortikal 3 Disabiliti berat. (Sadar tapi dengan disabilitas). Pasien tergantung pada orang lain untuk keperluan sehari-hari baik mental maupun fisik 4 Disabiliti sedang. (Tidak tergantung tetapi dengan disabiliti). Pasien tidak tergantung orang lain untuk aktivitas sehari-hari. Disabilitas berupa afasia, hemiparesis, atau ataksia, deftsit intelektual dan memori serta perubahan personalitas.
5 Kesembuhan yang baik. Normal aktivitas meskipun ada defisit minor neurologik dan psikologis.
II.1.2.2. The Modified Rankin Scale Skala ini terdiri dari 5 variabel pemeriksaan berdasarkan kem-mpuan pasien melakukan kegiatan harian. Penilaian yang diberikan berdasarkan seberapa besar bantuan yang harus diberikan pada pasien untuk melakukan kegiatan hariannya. Seperti halnya dengan Glasgow Outcome Scale, pada skala ini juga tidak jelas batasan antara masing-masing derajat gangguan. Validitas dari skala ini sudah banyak dipublikasikan dan sudah sering digunakan pada penelitian keluaran pada tatalaksana stroke.
Grade Keterangan 0 Tidak ada gejala sama sekali 1 Tidak ada disabilitas yang signiftkan selain gejala: masih dapat beraktivitas seperti biasa 2 Disabilitas ringan: tidak dapat melakukan seluruh aktivitas sebelumnya, tetapi masih bisa berjalan tanpa bantuan 3 Disabilitas sedang: memerlukan beberapa bantuan, tetapi masih dapat berjalan tanpa bantuan 4 Disabilitas sedang berat: tidak dapat berjalan tanpa bantuan dan tidak dapat mengurus diri sendiri tanpa bantuan 5 Disabilitas berat: hanya berbaring, inkontinen dan memerlukan asuhan keperawatan dan perhatian konstan
II.1.2.3. BartheI Index Terdiri dari 10 penilaian yang terdiri dari makan, mandi, kebersinan diri, berpakaian, miksi, defekasi, toileting, transfer, mobilitas, naik tangga. Nilai total pada orang normal 100. Skala ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan dan memerlukan waktu sekitar 5 menit Penilaian dapat diperoleh dari pasien, keluarga, atau tenaga rehabilitasi. Skala ini dapat juga memperkirakan lama perawatan serta kemungkinan besarnya bantuan orang lain alam melakukan kegiatan harian pasien. Kemudahan dalam penilaian merupakan keuntungan dari skala ini bahkan dapat dilakukan dengan menggunakan telepon yang nilainya tidak berbeda dengan pemeriksaan langsung.Kerugiannya adalah pada skala ini hanya diukur fungsi dasar dalam kegiatan harian, pada pasien dengan gangguan kognitif dapat mempunyai nilai.
Barthel Index
Aktivitas Skoring Makan 0 = Tidak dapat dilakukan scndiri 5 = Memerlukan bantuan dalam beberapa hal seperti, memotong makanan 10 =Dapat melakukan sendiri 0 5 10 Mandi 0 = Tidak dapat dilakukan sendiri 5 = Dapat dilakukan sendiri 0 5 Kebersihan diri 0 = Memerlukan bantuan dalam kebersihan diri 5 = Dapat melakukan scndiri (mencukur.sikat gigi dll) 0 5 Berpakaian 0 = Tidak dapat dilakukan sendiri 5 = Memerlukan bantuan minimal 0 5 10 10 = Dapat dilakukan sendiri (mengancing baju, memasang resleting dll) Defekasi 0 = inkontinensia alvi (atau memerlukan pemberian enema) 5 = Kadang terjadi inkontinensia 10 = Tidak terjadi inkontinensia 0 5 10 Miksi 0 = inkontinensia uri atau menggunakan kateter 5 = Kadang terjadi inkontinensia 10 = Tidak terjadi inkontinensia 0 5 10 Toilet Use 0 = Tidak dapat melakukan sendiri 5 = Memerlukan bantuan 10 = Mandiri 0 5 10 Transfers (dari tempat tidur ke kursi dan kembali ke tempat tidur) 0 = Tidak dapat melakukan, tidak ada keseimbangan pada posisi duduk 5 = Perlu bantuan beberapa orang, dapat duduk 10 = Perlu bantuan minimal 15 = Dapat melakukan sendiri 0 5 1 0 15 Mobilitas 0 = immobil atau < 50 yards 5 = Memerlukan kursi roda, > 50 yards 10 = Berjalan dengan bantuan, > 50 yar^s 15 = Mandiri (atau menggunakan alat bantu seperti tongkat, > 50 yards 0 5 10 1 5
Naik tangga 0 = Tidak dapat melakukan 5 = Perlu bantuan 10= Mandiri 0 5 1 0
II.1.2.4. European Stroke Scale Penggunaan European Stroke Scale dipublikasikan oleh Hantson dkk (1994) dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia. Skala ini digunakan untuk menilai kelainan neurologis dan efek terapi pada kasus stroke akut yang melibatkan arteri serebri media. Penilaiannya terutama untuk melihat gangguan arteri serebri media yang lebih dituiukan kepada kemampuan motorik. Pemeriksaan ini terdiri dari 14 variabel penilaian yang terdiri dari: derajat kesadaran, pengertian verbal, kemampuan verbal, lapang pandang, gaze, gerak wajah, lengan I, lengan II, ekstensi pergelangan, kekuatan jari, kaki I, kaki II, telapak kaki dan gait. Nilai maksimal dari sistim skoring ini adalah 100 (orang normal) dan minimal adalah 0. European Stroke Scale Derajat kesadaran Kompos mentis 10 Mengantuk (drowsy) , tetapi masih dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri minimal 8 Diperlukan rangsang nyeri berulang untuk membangunkannya 6 Tidak dapat dibangunkan walaupun dengan rangsang nyeri 4 Deserebrasi 2 Tidak ada respon 0
Pengertian verbal Perintahkan untuk melakukan hal ini satu persatu: '"julurkan lidah, tunjuk hidung dan turup mata anda" Catatan: tidak boleh diperugakan Dapat melakukan 3 perintah 8 Dapat melakukan 2 atau 1 perintah 4 Tidak dapat melakukan perintah sama sekali 0 Ke ma mpua n verbal Ajak pasien bercakap-cakap Respon percakapan normal 8 Percakapan dengan disertai kesulitan mencari kata 6 Percakapan disertai kesulitan berat mencari kata 4 Hanya ya dan tidak 2 Diam 0 La p a n g p a nda ng Normal 8 Defisit 0 Pa nda ng a n / Gaze Lakukan fiksasi kepala dan perhatikan kedudukan mata pada posisi istirahat serta suruh pasien melihat ujung jari yang digerakan secara horizontal. Normal 8 Posisi mata di tengah dan tidak dapat melirik ke salah satu sisi 4 Posisi mata di lateral dan dapat melirik ke salah satu sisi 2 Posisi mata di lateral dan tidak dapat melirik ke salah satu sisi 0 Gerak wajah Perintahkan untuk tersenyum dan perhatikan lipatan nasolabial Normal 8 Paresis 4 Paralisis 0 lengan 1 (merentangkan tangan ke depan) Kedua lengan direntangkan 45 kedepan dengan menutup mata dan kedua telapak tangan saling berhadapan, pertahankan pada posisi demikian selama 5 detik. Dapat dipertahankan selama 5 detik 4 Dapat dipertahankan selama 5 detik tetapi terjadi pronasi 3 Lengan jatuh sebelum 5 detik 2 Tak dapat mengangkat lengan tetapi ada usaha melawan gravitasi 1 Tak dapat mengangkat lengan 0 Lengan I I (merentangkan tangan ke atas) Rentangkan lengan 90 dengan kedua telapak tangan saling berhadapan Normal 4 Lengan lurus tak mencapai 90 3 Lengan fleksi 2 Tak dapat angkat lengan tetapi ada usaha melawan gravitasi 1 Tak dapat mengangkat lengan 0 Gerakan ekstensi pergelangan Pegang lengan bawah pada posisi fleksi dan suruh melakukan gerakan ekstensi melawan kekuatan pemeriksa Normal 8 Kekuatan sedikit berkurang 6 Tak dapat lawan kekuatan pemeriksa 4 Hanya kontraksi otot 2 Tidak ada gerakan 0 Ke kua t a n jari Suruh jari telunjuk menyentuh ujung ibu jari dan pertahankan sekuat mungkin saat pemeriksa berusaha melepaskannya dengan cara menariknya dengan telunjuk. Dapat pertahankan posisi jemari 8 Kekuatan berkurang 4 Tak dapat membentuk posisi jemari 0 Kaki I Angkat kaki 90 dan pertahankan selama 5 detik Dapat bertahan 5 detik 4 Kaki turun setelah 5 detik 2 Kaki turun dalam 5 detik l Kaki langsung jatuh 0 Kaki II (Fleksi) Suruh lakukan gerakan fleksi dan pemeriksa berusaha memberikan tahanan Normal 4 Kekuatan berkurang 3 Dapat melawan gravitasi 2 Kontraksi otot 1 Tidak ada gerakan 0 Telapak kaki Perintahkan melakukan gerakan dorsofleksi Normal 8 Kekuatan sedikit berkurang 6 Tak dapat melawan pemeriksa 4 Hanya kontraksi otot 2 Tidak ada gerakan 0 Gait Normal 10 Abnormalitas saat berjalan 8 Dapat berjalan sendiri dengan alat bantu 6 Dapat berjalan dengan bantuan orang lain 4 Hanya dapat berdiri dengan ban man 2 Tak dapat berjalan atau berdiri 0 TOTAL
Skor PIS digunakan sebagai prediktor mortalitas dalam 30 hari setelah serangan stroke. Skoring tersebut meliputi derajat kesadaran, volume perdarahan, perdarahn intra ventrikular, lokasi infratentorial, dan umur. Komponen yang dinilai Uraian Skor Derajat kesadaran (GCS) 3-4 2 5-12 1 13-15 0 Volume perdarahan 30 ml 1 < 30 ml 0 Perdarahan intraventricular Ya 1 Tidak 0 Umur 80 tahun 1 < 80 tahun 0 Lokasi infraterrtorial Ya 1 Tidak 0 Mortalitas dalam 30 hari Skor total 100 % 5+ 97 % 4 77 % 3 26 % 2 13 % 1 0 % 0
Dalam keadaan tertentu, pasien stroke akut harus dirawat dalam unit rawat intensif. Tim yang bekerja pada unit perawatan intensif untuk kasus neurologi mempunyai kemampuan untuk mendeteksi dan bertindak secara cepat terhadap perubahan-perubahan neurologi yang terjadi pada pasien. Unit ini membutuhkan perhatian yang lebih dari para personel-personelnya akan keadaan pasien dibanding perhatian yang diberikan di ruang perawatan biasa. Selain itu, keahlian para personel unit ini juga harus lebih terlatih, dan peralatan yang dimilikipun harus mendukung keterampilan para personel yang ada. Tidak semua kasus stroke memerlukan perawatan intensif, beberapa macam stroke yang memerlukan perawatan intensif adalah : Stroke akibat gangguan a. Serebri media, disertai edema serebral. Pendarahan atau infark serebelum. Oklusi atau stenosis pada arteri basilaris Pendarahan serebral yang besar. Perdarahan subaraknoid. Observasi setelah tindakan trombolisis atau intervensi endovascular. Pasca operasi si endarterektomi karotis, kraniektomi, dan evakuasi serebral hematoma. Selain kasus-kasus vang disebutkan di atas, diperlukan juga evaluasi terhadap situasi klinis yang akan menentukan apakah diperlukan perawatan intensif atau tidak. Beberapa situasi klinis yang juga adakalanya menjadi indikasi untuk perlunya perawatan intensif antara lain : Gejala klinis - Penurunan kesadaran - Defisit neurologis yang memburuk - Gangguan hemodinamik pada sumbatan arteri besar. - Gagal nafas dan gagal sirkulasi - Kejang - Stroke in evolution Hasil pemeriksaan radiologis - Infark lebih dari 50% daerah yang diperdarahi oleh arteri serebri media. - Infark lebih dari 30% pada serebelum. - Pembentukan hematoma intrainfark yang besar - Trombosis sinus dengan tanda peningkatan intrakranial. Sebab-sebab khusus yang menyebabkan perburukan gejala klinis - Gejala klinis yang fluktuatif pada diseksi arteri yang disertai stroke. - Vaskulitis dengan peningkatan defisit neurologis. - Gangguan hematologis. Terapi yang memerlukan pengawasan khusus - Pasca trombolisis intravena atau intraarterial - Terapi hipertensi - Hemodilusi - Terapi hipotermi - Pasca ventrikulostomi - Pasca hemikraniektomi Dalam kenyataannya jika semua pasien yang memiliki kriteria di atas dimasukkan ke dalam unit rawat intensif. Maka kapasitas jumah sakit dapat tidak mencukupi. Oleh karena itu, kebanyakan rumah sakit membuat suatu unit perawatan khusus tersendiri untuk pasien stroke. Unit stroke ini ditunjang oleh tim medis dan paramedis yang memang memiliki ketrampilan khusus dalam tatalaksana stroke. Demikian, pasien stroke yang relatif sudah stabil dapat segera dialihkan dari ICU ke unit stroke ini untuk perawatan lebih lanjutnya.
II.1.2. OHSU HEALTH CARE SYSTEM PRACTICE STANDARD 7
Acute Stroke Practice Guidelines for Inpatient Management of Ischemic Stroke and Transient Ischemic Attack (TIA), PS 01.14 Direkomendasikan kriteria ICU 1. Awal gejala stroke akut <24 jam. 2. Post IV trombolitik (intravena) atau IA (intra-arteri) atau thrombektomi. 3. Pasien dengan stroke hemisfer dengan impending penurunan status mental dan hilangnya refleks jalan nafas. 4. Pasien dengan trombosis basilar atau ujung sindrom basilar. 5. Pasien dengan TIA crescendo. 6. Pasien yang membutuhkan kenaikan tekanan darah untuk daerah hipoperfusi. 7. Pasien yang membutuhkan terapi hipertensi IV atau mengontrol heart rate. 8. Pasien yang memerlukan pemantauan jantung kontinyu. 9. Pasien yang membutuhkan evaluasi neurologis 1-2 jam tergantung pada fluktuasi gejala atau jika iskemia dicurigai masih berlangsung. 10. Pasien dengan perbutukan status neurologis. 11. Pasien pasca prosedur intervensi neuroradiologi.
II.1.3. Guidelines for ICU Admission, Discharge, and Triage American College of Critical Care Medicine of the Society of Critical Care Medicine 8
Gangguan neurologis 1999 1. Stroke akut dengan perubahan status mental 2. Koma: metabolik, toksik, atau anoksia 3. Perdarahan intrakranial dengan potensi herniasi 4. Perdarahan subarachnoid akut 5. Meningitis dengan perubahan status mental atau gangguan pernapasan 6. Sistem saraf pusat atau gangguan neuromuskuler dengan memburuknya neurologis atau paru fungsi 7. Status epileptikus 8. Pasien mati otak atau berpotensi mati otak (brain dead ) yang dikelola secara agresif donor organ 9. Vasospasme 10. Pasien cedera kepala berat
BAB III KESIMPULAN
Penanganan stroke harus dilakukan secara komprehensif. Penggunaan skor prognosa stroke sangat penting diketahui agar dapat mengetahui perkiraan perkembangan pasien, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan lebih lanjut. Indikasi perawatan unit intensif juga perlu diketahui agar kita dapat mengetahui kapan pasien butuh perawatan intensif, karena tidak semua stroke memerlukan perawatan intensif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Riskesdas Depkes. Proporsi Penyebab Kematian pada Kelompok Umur 55-64 tahun Menurut Tipe Daerah. 2008. 2. Soertidewi L. Hipertensi sebagai Faktor Risiko Stroke. Tesis Magister Epidemiologi Klinik. Universitas Indonesia. 1998 3. Misbach J. Pandangan Umum Mengenai Stroke, dalam. Rasyid A, Soertidewi L editor. Unit Stroke : Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Balai Penerbit. Jakarta. 2007.1-12 4. Misbach J, Ali W. Stroke in Indonesia: a First Large Prospective Hospital-Based Study of Acute Stroke in 28 Hospital in Indonesia. Journal of Clinical Neuroscience. 2000;8(3):245-9 5. JW.Eka. Stroke Tata Laksana Fase Akut.Jakarta : FK.Pelita Harapan.2005 6. Saiful. M. Perkembangan Terapi Medikal Stroke Perdarahan Intraserebral. Surabaya : FK UNAIR.2008 7. OHSU health care system practice standard. Acute Stroke Practice Guidelines for Inpatient Management of Ischemic Stroke and Transient Ischemic Attack (TIA). OHSU.2010 8. American College of Critical Care Medicine of the Society of Critical Care Medicine. Guidelines for ICU Admission, Discharge, and Triage. Washington. DC : Society of critical care medicine, 1999