Dewi Silvia Zega

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

DEWI SiLViA ZEGA

Seseorang dikatakan Maju jika Dia Mau BERUBAH


Home
About me
My University
KIMIA X
KIMIA XI
KIMIA XII
RSS
Sistem Periodik
Struktur Atom
Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
12 Mar
MODEL PEMBELAJARAN PERUBAHAN KONSEPTUAL
1. A. Pendahuluan
Model perubahan konseptual berdasarkan pada filosofi pembelajaran konstruktivisme.
Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana
pengetahuan disusun dalam diri seseorang. Berdasarkan faham konstruktivime, dalam proses
belajar mengajar guru tidak serta merta
memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Pe
serta didik harus membangun suatu pengetahuan berdasarkan pengalaman masing-
masing. Untuk membantu peserta didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru
harus memperkirakan struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru
telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian dari pegangan kuat mereka, barulah
kerangka baru tentang suatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
Dalam proses pembelajaran dengan konstruktivisme, siswa harus aktif mengembangkan
pengetahuan mereka dengan bantuan guru. Proses pembelajaran dengan penekanan siswa
belajar aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan karena keaktifan siswa akan
membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitifnya. Mereka juga akan
terbantu menjadi orang kritis dalam menganalisis suatu hal karena mereka berpikir dan bukan
meniru saja.
Pendekatan ini menekankan agar murid mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya,
memerlukan waktu belajar yang relatif lama, dan penanganan yang berbeda-beda untuk setiap
murid. Ini dapat menjadi hambatan terutama bila berhadapan dengan kurikulum yang sarat
muatan. Kendala lain dalam pelaksanaan konstruktivisme di Indonesia adalah situasi dan
kondisi setiap sekolah tidak sama. Ada beberapa sekolah yang mempunyai sedikit sarana,
dalam situasi seperti ini kita harus tetap memilih dan mencoba beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk melibatkan siswa agar aktif membangun pengetahuan mereka sendiri.
Kegiatan kelompok seperti diskusi, menulis dan mempresentasikan hasil diskusi atau
makalah, serta meneliti di lapangan dapat menantang siswa untuk aktif berpikir dan
membangun pengetahuan mereka.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus sadar bahwa siswa sudah mempunyai
pengetahuan awal, yaitu pengetahuan yang akan menjadi dasar untuk membangun
pengetahuan mereka selanjutnya. Jadi, dalam hal ini guru harus mengetahui taraf
pengetahuan siswa.
Adapun jawaban siswa terhadap suatu persoalan adalah jawaban yang terbaik bagi mereka
saat itu. Kalaupun jawaban tersebut salah, guru harus membantu atau memberi jalan kepada
siswa sehingga dengan demikian diharapkan jawaban menjadi lebih baik. Untuk itu, guru
perlu menciptakan suasana yang menyenangkan. Guru perlu membantu mengaktifkan siswa
untuk berpikir dengan memberikan orientasi dan arah, tetapi tidak memaksakan. Cara ini
cukup memakan waktu tapi siswa menemukan dan menyelesaikan sendiri dan ia akan siap
untuk menghadapi persoalan baru.
Peran guru dalam pembelajaran dengan konstruktivisme adalah sebagai mediator dan
fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. Peran ini dapat
dijabarkan dalam beberapa tugas berikut:
1. Menyediakan kondisi/pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa,
mendukung proses belajar siswa, memberi semangat, dan berpastisipasi aktif pada
setiap kegiatan siswa.
2. Menyediakan konflik kognitif dalam upaya mengubah miskonsepsi yang dibawa
siswa menuju kepada konsep ilmiah.
3. Menyediakan sarana yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya, merangsang siswa berpikir secara produktif atau membantu siswa
dalam mengekspresikan atau mengkomunikasikan gagasannya.
4. Memonitor, mengevaluasi, dan memberikan umpan balik kepada siswa untuk
menunjukkan apakah pemikiran siswa berhasil atau tidak.
Perlu kita ketahui bahwa tidak semua model pembelajaran dapat digunakan di mana saja dan
dalam situasi apa saja. Seorang guru yang konstruktivis harus dapat mengembangkan metode
dalam suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan awal
siswanya.
Terdapat model pembelajaran yang bertolak dari pandangan konstruktivis tentang
pembentukan pengetahuan, salah satunya adalah model pembelajaran perubahan konseptual.
1. B. Model pembelajaran perubahan konseptual.
Model perubahan konseptual merupakan model pembelajaran yang banyak
digunakan dalam mata pelajaran IPA. Model ini untuk pertama kalinya diperkenalkan
oleh Posner, dkk tahun 1982 dan sudah lebih dari satu dekade model ini telah banyak
mempengaruhi riset dalam bidang konsepsi anak. Model ini pertama kali dikembangkan di
Cornell University pada tahun 1978-1979 (Barlia, 2009).
Model perubahan konseptual merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang perlu
dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar yang diinginkan.
Pembelajaran inovatif yang berlandaskan paradigma konstruktivistik membantu siswa untuk
menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru.
Model perubahan konseptual ini hampir sama dengan Model Struktur Ilmu
Pengetahuan (A Model of A Structure of Knowledge) dari Marlin L. Tanck (1969).
Model struktur ini menyajikan materi yang penuh dengan muatan konsep, generalisasi
dan teori. Gardner (1991) mengemukakan bahwa transformasi terjadi melalui kreasi
pemahaman baru yang merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman
yang mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau
menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali ide-ide
mereka sebelumnya. Dalam seting kelas konstruktivistik, para siswa bertanggung jawab
terhadap pelajarannya, menjadi pemikir yang otonom, mengembangkan konsep
terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang menantang, dan menemukan jawabannya
secara mandiri.
1. C. Pembelajaran perubahan konseptual.
Ada beberapa model pembelajaran yang bertolak dari pandangan konstruktivisme tentang
pembentukan pengetahuan, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran perubahan
konseptual (conceptual change). Davidson dalam Hudojo menjelaskan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivisme menekankan pada proses perubahan konseptual pelajar.
Dalam hal ini konsepsi-konsepsi yang dimiliki pelajar sebelum mengikuti pelajaran harus
digali terlebih dahulu.
Konsep adalah pengertian umum sedangkan konsepsi adalah pendapat seseorang tentang
konsep. Dalam hal ini konsepsi yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pelajaran secara
formal disebut konsepsi awal. Pada umumnya konsepsi ini tidak sesuai dengan konsepsi
ilmuan Driver and Oldam dalam Sutrisno.
Ada bebeapa istilah untuk mengungkapkan konsepsi awal siswa, antara lain:
1. Children Science yang diungkapkan oleh Osborne (1980:1), untuk menggambarkan
pengetahuan para siswa tentang dunia dan arti dari istilah-istilah yang mereka
gunakan. Para siswa mengembangkannya untuk lebih memahami sesuatu yang ada di
lingkungannya.
2. Alternative Pre-Conception yang diungkapkan oleh Clernent (1982:66), yang
dikembangkan dengan alasan bahwa konsepsi alternatif dimiliki para siswa sebelum
mengikuti kegiatan belajar secara formal.
3. Alternative Framework yang diungkapkan oleh Driver (1986:443), untuk
mengasumsikan bahwa para siswa memiliki kerangka berpikir yang berlainan dengan
kerangka berpikir ilmuan.
4. Common Mis-conception yang diungkapkan oleh MC. Dermott (dalam Sutrisno,
1997:2), untuk menyatakan pandangan (konsepsi) para siswa yang tidak sesuai
dengan pandangan para ilmuan. Dalam hal ini konsepsi awal siswa dianggap sebagai
konsepsi yang keliru.
5. Prior Knowledge yang diungkapkan oleh Bell (dalam Sutrisno, 1997:4), diartikan
sebagai pengetahuan yang dimiliki para siswa sebelum mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Dari pengertian konsepsi awal di atas, maka disimpulkan bahwa konsepsi awal siswa adalah
pengetahuan awal siswa tentang suatu konsep yang sudah diperoleh dan dimiliki siswa
sebelum mengikuti pembelajaran. Sedangkan konsepsi siswa adalah pemahaman atau
pengertian, pendapat, atau kerangka berpikir siswa tentang suatu konsep yang diperoleh dan
dimiliki siswa sesudah mengikuti pembelajaran.
Terkait dengan konsepsi awal (prakonsepsi) dan miskonsepsi sering juga dipandang sebagai
padanan satu sama lain, meskipun tidak bisa dianggap tepat sama maknanya. Dalam hal ini
yang dimaksud dengan prakonsepsi adalah konsep awal yang dimiliki oleh seseorang tentang
sesuatu objek. Konsep awal ini dapat diperoleh seseorang dari pendidikan formal dan dari
pendidikan secara tidak formal.
Konsep awal tentang sesuatu objek yang dimiliki oleh seseorang, tidak mustahil apabila
berbeda dengan konsep yang diajarkan di sekolah tentang objek yang sama. Juga bukan suatu
yang mengherankan kalau konsep yang diterima siswa di sekolah tidak tepat sama dengan
konsep yang diajarkan di perguruan tinggi. Dalam semacam inilah kemudian prakonsepsi
itu dapat menjadi suatu miskonsepsi. Soedjadi mengatakan bahwa dalam pembelajaran kimia,
miskonsepsi dapat dijumpai dalam beberapa sumber antara lain; makna kata, aspek praktis,
sim-plifikasi, ketunggalan struktur matematika, dan gambar. Dan tentu masih mungkin
terdapat sumber lain sebagai penyebab terjadinya miskonsepsi. Berg mengemukakan bahwa
apabila guru mengajar tanpa memperhatikan miskonsepsi yang sudah ada dalam proses
berpikir siswa sebelum pelajaran dilaksa-nakan, guru tidak akan berhasil menanamkan
konsep yang benar. Oleh karena itu, dibagian lain Berg mengatakan bahwa kunci untuk
memperbaiki miskonsepsi siswa dan konsepsi siswa yang sudah hampir benar adalah
interaksi dengan siswa melalui latihan, pertanyaan dan soal. Tanpa interaksi dengan siswa,
guru tidak dapat mengetahui miskonsepsi siswa, konsepsi siswa yang hampir benar dan tidak
dapat memperbaikinya. Berg mengatakan bahwa miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang
bertentangan dengan konsep para ilmuan. Sedangkan Sedjadi mengatakan bahwa konsep
awal siswa yang tidak sesuai dalam struktur deduktif aksiomatik matematika. Berdasarkan
pendapat di atas, maka yang dimaksud miskonsepsi mahasiswa adalah pemahaman atau
pengertian mahasiswa tentang konsep yang sudah dipelajari yang tidak sesuai dengan
pengertian konsep ilmuwan.
Strike dan Porner dalam Sutrisno mengatakan bahwa belajar merupakan pemahaman suatu
ide baru, menilai kebenaran ide dan konsistennya dengan ide yang lain. Anggapan dasarnya
adalah bahwa konsepsi yang dibawa oleh pelajar berpengaruh pada kemampuan untuk belajar
dan berpengaruh pada ide yang akan dipelajari. Lonning mengatakan bahwa belajar
perubahan konseptual digambarkan sebagai assimilasi, yaitu perubahan konsep-konsep baru
pada pengetahuan yang telah ada dan sebagai akomodasi yaitu penyususnan ulang dan peng-
gantian ide baru dengan konsep yang lebih tepat. Soedjadi mengatakan bahwa model
perubahan konseptual kemungkinan lebih sesuai digunakan untuk meluruskan suatu
miskonsepsi. Hal ini disebabkan suatu model pembelajaran yang dimulai dengan menggali
terlebih dahulu konsepsi-konsepsi pelajar sebelum mengikuti pembelajaran di kelas dan
menuntut pelajar untuk menyempurnakan pengetahuan yang sudah dimiliki serta merubah,
menyusun ulang atau mengganti pengetahuan yang sudah dimiliki tetapi salah dengan
pengetahuan baru yang benar. Jadi model pembelajaran perubahan konseptual yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah suatu model pengajaran yang disusun berdasarkan
konsepsi mahasiswa dan dapat diterapkan oleh pengajar untuk meluruskan konsepsi
siswa yang kurang jelas atau berbeda sekali dengan konsep ilmiah dan sekaligus
membangun konsepsi baru. Melalui perubahan konseptual dalam kegiatan pembelajaran,
para pelajar diharapkan aktif membentuk pengetahuannya sendiri dengan cara memodifikasi
konsepsi yang telah dimilikinya.
1. D. Proses Terjadinya Perubahan Konseptual.
Menurut Posner (1982) dan Hewson (1989), jika perubahan konseptual akan terjadi, mula-
mula anak itu harus merasa tidak puas dengan gagasan yang ada. Walaupun demikian,
ketidakpuasan saja tidak cukup untuk mengganti gagasan lama dengan gagasan baru. Harus
ditambahkan tiga kondisi, yaitu gagasan baru itu haris intelligible (dapat dimengerti),
plausible (masuk akal), dan fraitfull (memberi suatu kegunaan). Pada umumnya focus
pengajaran sains hanya pada intelligiblety (Gunstone, 1992) dan jarang memperhatikan
plausibility. Ternyata segi kegunaan (fraitfull) sangat menentukan terjadinya perubahan
konseptual.
Mengingat pentingnya perubahan konseptual dari pengetahuan awal siswa pada proses
pembelajaran yang berlandaskan pada pandangan constructivist. Novik (1982)
mengemukakan bahwa perubahan konseptual terjadi melalui akomodasi kognitif yang
berawal dari pengetahuan awal siswa. Untuk menciptakan proses akomodasi kognitif
tersebut, Novick mengusulkan tiga tahap strategi kemudian tiga tahap terangkum dalam suatu
model pembelajaran, yang dikenal dengan model pembelajaran Novick. Model pembelajaran
Novick tersebut mempunyai pola umum seperti bagan berikut:
Bagan model pembelajaran Novick diadaptasi dari Osborne 1985 : 103
1) Fase pertama, eksposing alternative framewok (mengukapkan konsepsi awal).
Terdapat dua hal utama yang perlu dilakukan pada fase pertama yaitu:
1. mengungkapkan konsepsi awal siswa
Mengungkapkan konsepsi awal siswa dalam mengajar ditujukan agar terjadi perubahan
konseptual sesuai dengan gagasan contructivist yang memungkinkan siswa membentuk
konsepsi baru yang lebih ilmiah dari konsepsi awalnya. Pengetahuan awal yang dimiliki
siswa bisa benar atau salah, unuk itu langkah penting yang harus dilakukan guru agar terjadi
perubahan konseptual yaitu membuat siswa sadar akan gagasan mereka sendiri tentang topik
yang sedang dipelajari. Dalam mengungkapkan konsepsi awal siswa, guru harus melakukan
dua hal yaitu menghadirkan suatu peristiwa baik yang sudah diketahui siswa atau yang baru
diketahui siswa kemudian meminta mereka untuk mendeskripsikannya.
1. Mendiskusikan dan mengevaluasi konsepsi awal siswa.
Tujuan langkah ini adalah untuk memperjelaskan dan meninjau kembali konsepsi awal siswa
melalui kelompok dan diskusi siswa. Hal pertama yang dapat dilakukan guru adalah dengan
bertanya pada siswa tentang uraian konsepsi mereka. Setelah semua konsep siswa
diungkapkan, guru memimpin kelas itu untuk mengevaluasi masing-masing konsepsi yang
diajukan.
Menurut Natsir (1997:38) evaluasi konsepsi yang diajukan berdasarkan kejelasannya atau
kemengertiannya (intelligible), dapat masuk akal (plausible) dan peluang keberhasilan
(fruitfull) dalam menjelaskan peristiwa yang dihadirkan. Nussbaum dan Novick (1982)

menyatakan bahwa pada langkah ini guru harus menerima semua penyajian dan menahan
diri untuk tidak memberikan penilaian salah atau benar. Walaupun guru tidak memberikan
penilaian salah atau benar, tetapi guru harus tetap mengevaluai gagasan mereka didasarkan
pada kejelasannya, kemengertiannya dan peluang keberhasilannya.
2) Fase kedua , creating conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual)
Menciptakan konflik konseptual (konflik kognitif) dalam pikiran siswa adalah satu tahap
penting dalam pembelajaran, sebab dengan hanya adanya konflik tersebut siswa merasa
tertantang untuk belajar. Dengan kata lain mereka merasa tidak puas dengan kenyataan yang
sedang dihadapinya.
Untuk menciptakan konflik konseptual, Niaz (Masud 2006:67) memberikan contoh beberapa
situasi yang sekaligus menjadi indikator terjadinya konflik konseptual dalam diri siswa antara
lain :
1. Kejutan (surprise) yang diitimbulkan oleh munculnya seseorang yang kontradiksi
dengan persepsinya.
2. Pengetahuan yang penuh dengan teka-teki, merasa gelisah atau sebuah keingintahuan
intelektualnya.
3. Kekosongan akan pengalaman kognitif, seperti jika seseorang sadar akan segala
sesuatu dalam struktur kognitifnya yang hilang.
4. Ketidakseimbangan kognitif, dimana pertanyaan atau perasaan kosong muncul pada
situasi yang diberikan.
3) Fase ketiga, encouraging cognitive accomaodation (mengupayakan terjadinya
akomodasi kogntitif)
Dengan akomodasi, siswa mengubah konsep yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru
yang dihadapinya. Menurut Posner (1982) adapun syarat terjadinya akomodasi adalah
sebagai berikut:
1. Harus ada ketidakpuasan (dissatisfaction) terhadap konsep lama yang telah ada dalam
struktur kognitif.
2. Ada konsepsi baru yang lebih mudah dimengerti (intelligible).
3. Ada konsepsi baru yang lebih masuk akal (plausible).
4. Ada konsepsi baru yang menyajikan peluang keberhasilan (fraitfull).
1. E. Langkah Langkah Yang Dilakukan Dalam Pembelajaran Perubahan
Konseptual
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran perubahan konseptual untuk
membangkitkan perubahan konseptual dalam hal ini adalah;
1. Orientasi, yaitu pengajar membuka pelajaran dengan memberikan uraian singkat
tentang materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran.
2. Pemunculan ide, yaitu mahasiswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil.
Pengajar berusaha memunculkan ide siswa dengan siswa diminta untuk menyatakan
secara eksplisit idenya kepada teman dalam kelompok dan pengajar (guru).
3. Penyusunan ulang ide, yaitu siswa menyusun kembali ide yang telah diperoleh pada
langkah 2), yaitu meliputi;
1. Pertukaran ide, yaitu siswa mendiskusikan jawaban pada langkah pemunculan
ide dalam kelompoknya.
2. Pembukaan situasi konflik.
Hal ini dimaksudkan agar jawaban mereka sesuai dengan konsep ilmiah tentang materi yang
sedang dipelajari.
1. Pembentukan dan penilaian ide baru, yaitu siswa membangun sendiri ide atau
pengetahuan baru berdasarkan konsepsi mereka. Pada kegiatan ini guru dapat
memberikan bimbingan seperlunya. Dari kegiatan ini diharapkan siswa dapat menilai
sendiri idenya.
2. Penerapan ide baru (aplikasi), yaitu siswa mendiskusikan kembali jawaban pada tahap
pemunculan ide. Selain itu siswa diminta untuk menjawab tugas-tugas lainnya yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari. Hal ini dimaksudkan untuk mencoba konsep-
konsep ilmuwan yang telah dikembangkan dan diperoleh siswa dalam situasi baru.
3. Pengkajian ulang perubahan ide, yaitu guru memberikan umpan balik untuk
memperkuat konsep ilmuwan yang dimiliki siswa.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran perubahan konseptual adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran, pendapat,
pemahamannya tentang suatu konsep sebelum dipelajari secara formal. Dengan
demikian siswa dilibatkan dalam merencanakan pengajarannya.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk peduli dengan konsepsi awalnya
(terutama konsepsi awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah). Dengan demikian
siswa diharapkan menyadari kekeliruannya dan bersedia memperbaiki kekeliruaan
tersebut.
4. Dapat menciptakan suasana kelas yang hidup karena siswa dituntut untuk aktif
berdiskusi dengan teman dan gurunya. Dengan demikian cara belajar siswa aktif dapat
terlaksana.
5. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang diajarkan
dengan memperhatikan konsepsi awalnya. Dengan demikian akan terjadi
pembelajaran yang bermakna.
6. Guru yang mengajar menjadi kreatif karena harus berusaha mencarikan alternatif
untuk meluruskan konsepsi awal siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah.
1. Kelebihan
2. Karena untuk menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual
menggali konsepsi awal siswa sebelum siswa belajar secara formal, maka bagi
siswa yang belum terbiasa pada situasi ini merasa takut dengan beberapa
pertanyaan berkenaan dengan materi yang belum dipelajari. Namun ini bisa
diatasi dengan memberikan informasi bahwa tes awal tidak mempengaruhi
nilai siswa.
3. Membutuhkan waktu yang banyak, namun ini bisa diatasi dengan membatasi
waktu ketika membagikan kelompok.
4. Bagi guru yang kurang berpengalaman akan merasa kesulitan karena
pengajaran disusun berdasarkan pada konsepsi awal siswa yang beragam,
namun ini bisa diatasi dengan seringnya menerapkan model pembelajaran
perubahan konseptual pada materi yang ada miskonsepsinya.
Hasil dari pembelajaran model perubahan konseptual ini, diharapkan dapat
berdampak dan bermakna dalam hidup keseharian peserta didik. Hal ini
berdasarkan dari teori belajar bermakna David Ausubel. Menurut Ausubel, belajar
dapat dikalsifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan
dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui
penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa
dapat mengaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif ialah
fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi
dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk penerimaan yang
menyajikan informasi dalam bentuk final, atau bentuk belajar penemuan yang
mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang
diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa dapat menghubungkan atau mengaitkan
informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep) yang dimilikinya, sehingga
terjadi belajar bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
http//repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_0706603_chapter2.Diakses tanggal 15
Oktober 2012
http// isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/281094859_0216-1370. Diakses tanggal 10 Oktober
2012.
http// journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran//693. oleh IN Sudyana
2009. Diakses tanggal 15 Oktober 2012.

http: repository.upi.edu/operator/upload/t_pd_0808122_chapter1.pdf. Diakses tanggal 18
Oktober 2012
Share this:
Twitter
Facebook
Google
Print
Email

Like this:
Like Loading...

4 Comments
Posted by dewi silvia yudistia on March 12, 2013 in Uncategorized

Tags: model pembelajaran, pembelajaran perubahan konseptual
Sistem Periodik
Struktur Atom
4 Responses to Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
1.
muhlisin
March 26, 2013 at 5:10 am
maaf sebelumnya..kalo referensi dari model pembelajaran novik ada ngaa??????
Reply

o
dewi silvia yudistia
March 26, 2013 at 6:31 am
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_050789_chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_044664_chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_053883_chapter2.pdf
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2254002-model-
pembelajaran-novick/
coba buka disini aja yah
czx aq jg searching disitus itu jg,,,
tuk bahan kuliah dulu
Reply

2.
ardhian
July 9, 2013 at 9:46 pm
kk, saya dr surabaya, mohon dong buku referensi tentang novick.,,
saya butuh banget buat tugas akhir kuliah
kalo ada mohon di kirim ke imel saya..
za_ahmad@rocketmail.com
ardhian.ahmad@gmail.com
Reply

o
dewi silvia yudistia
July 13, 2013 at 12:18 pm
maaf sblmx ya dek
kk gk ada buku ttg novick itu dek..
kk ngmbil bahanx diinternet jg dk,
tp low adk mau berusaha cari cba buka Library Genesis dek..
cri disana buku2 elektrik dek..
Reply

Leave a Reply


Animated graphic comments


doctor ratings
Archives
o May 2013 (2)
o April 2013 (1)
o March 2013 (11)
Dewi SIlvia Zega

dewi zega


March 2013
M T W T F S S
Apr
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31

dewi silvia yudistia
kejarlah mimpi mu.. semangat tersenyum bekerja & berdoa.. semuanya pasti bisa
berjalan lancar
Personal Links
o My Google +
o My Facebook
o My Yahoo...!
Verified Services
o
View Full Profile
Keluarga
o Eka Periaman Zai, S.H
My University
o FMIPA UNP
o KIMIA PASCASARJANA UNP
o Pascasarjana Universitas Negeri Padang
o University Negeri Padang
BLOGROLL KIMIA PASCA 2012
o Desy Liska
o Dewi Silvia Yudistia
o Dinyah Rizki Yanti
o Fetri Edya
o Gusrafli
o Kenny Baizura
o Lucya Nitri
o Maizahara
o Marisha Neli
o Mega Oktia Yoza
o Mega Silvia
o Miftahul Fuaddatin
o Nenti Harni
o Rahmadina Yusri
o Rahmawati
o Ratna Furi
o Sakti Primadona
o Satri Wahyuni
o Sri Seprima
o Suci Reno Metanesya
o Susilawati Amdayani
o Weni Rozalina
o Yosi Fitri
o Yunika Amalia
ClustrMaps

STATISTIK


Twitter
Peel Banner dengan 123-Banner

Create Map
Histats

Blog at WordPress.com. The Choco Theme.
Entries (RSS) and Comments (RSS)
Follow
Follow DEWI SiLViA ZEGA
Get every new post delivered to your Inbox.
Join 1,272 other followers
Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai