MODUL : LAS LISTRIK PEMBIMBING : Shoerya Shoelarta, LRSC, M.T
Oleh : Kelompok : VII Nama : 1. Ishmar Balda Fauzan NIM. 121411048 2. Izma Yuliana NIM. 121411049 Kelas : 3B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2014 Praktikum : 6 Oktober 2013 Penyerahan : 13 Oktober 2013 (Laporan) LAS LISTRIK
I. TUJUAN 1. Mengetahui teknik pemotongan dan pengelasan batang besi 2. Mengetahui cara kerja alat las listrik serta dapat menggunakan alat listrik sesuai dengan prosedur yang benar. 3. Memotong dan mengelas besi membentuk sebuah kerangka
II. LANDASAN TEORI Penyambungan logam adalah suatu proses yang dilakukan untuk menyambung dua bagian logam atau lebih. Penyambungan bagianbagian logam ini dapat dilakukan dengan berbagai macam metoda sesuai dengan kondisi dan bahan yang digunakan. Setiap metode penyambungan yang digunakan mempunyai keuntungan tersendiri dari metoda lainnya, sebab metoda penyambungan yang digunakan pada suatu konstruksi sambungan harus disesuaikan dengan kondisi yang ada, hal ini mengingat efisiensi sambungan. Pemilihan metoda penyambungan yang tepat dalam suatu konstruksi sambungan harus dipertimbangkan efisiensi sambungannya, dengan mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya: faktor proses pengerjaan sambungan, kekuatan sambungan, kerapatan sambungan, penggunaan konstruksi sambungan dan faktor ekonomis. Salah satu teknologi penyambungan logam adalah dengan pengelasan. Teknik penyambungan logam terbagi dalam dua kelompok besar,yaitu : 1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambungan logam yang dapat dilepas kembali. 2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan. Proses pengelasan terdiri dari las listrik dan las gas. Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga digunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas, mempertebal bagian- bagian yang sudah aus, dan macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Oleh karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya. Contoh pemilihan metoda yang tepat untuk suatu konstruksi sambumgam dapat dilihat pada perakitan file cabinet. Metoda perakitan file cabinet yang digunakan adalah metoda penyambungan dengan las titik. Pertimbangan pemilihan ini engingat proses penyambungan dengan las titik ini sedehana, mempunyai kekuatan sambungan yang baik dan hasil penyambungannya tidak menimbulkan cacat pada plat. Metoda-metoda penyambungan yang umum digunakan untuk kostruksi sambungan plat-plat tipis ini diantaranya : 1. Metoda penyambungan dengan lipatan 2. Metoda penyambumgan dengan keling 3. Metoda penyambungan dengan solder 4. Metoda penyanmbungan dengan las titik 5. Metoda las busur 6. Metoda las oksi-asetilen 7. Metoda penyambungan baut dan mur Masing-masing metoda penyambungan ini mempunyai proses pengerjaan yang berbeda-beda
2.1 Las listrik Pengelasan dengan las listrik merupakan ikatan metalurgi antara bahan dasar yang dilas dengan elektroda las yang digunakan, melalui energi listrik. Panas yang ditimbulkan dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di las. Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000 sampai 3000 C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan melebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan. Pada prinsipnya beberapa teknik yang harus diketahui dan dilakukan seorang juru las dalam melakukan proses pengelasan adalah: 1. Teknik Menghidupkan Busur Nyala 2. Teknik Ayunan Elektroda 3. Posisi-posisi Pengelasan 4. Teknik dan Prosedur Pengelasan pada berbagai Konstruksi sambungan.
2.2 Mesin las listrik Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatu lengkung listrik las. Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari: Motor bensin atau diesel, atau gardu induk. Tegangan pada mesin las listrik biasanya: 110 volt, 220 volt, 380 volt. Busur nyala terjadi apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa dijepitkan ke benda kerja. Jenis mesin las listrik Transformator AC (arus bolak-balik)
Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah pada lengkung listrik. Keuntungan keuntungan mesin las AC antara lain : - Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos padarigi-rigi las - Perlengkapan dan perawatan lebih murah
Rectifier arus searah (DC)
Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC) yang masuk, menjadi arus listrik searah (DC) keluar. Pada mesin AC, kabel masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala. Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain : - Busur nyala stabil - Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut - Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut - Dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP - Dapat dipakai untuk mengelas pada tempat-tempat yang lembab dan sempit
2.3 Teknik Dasar Pengelasan a. Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda). Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akandilas, berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir. Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan. Di dalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektrodayang terus menerus menetes.
b. Proses Penyulutan Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
c. Menyalakan busur listrik Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arus (ampere) yang tepat sesuai dengan tipe dan ukuran elektroda, Menyalakan busur dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yakni : Bila mesin Ias yang dipakai mesin Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja. Menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda hanya disentuhkan.
d. Memadamkan busur listrik Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan Kawat las Transformator Alat Pelindung Diri Elektroda Pemegang elektroda Kabel elektroda Kabel tenaga Kabel massa
3.2 Langkah Kerja
Menyambungkan besi dan rangka dengan cara di las menggunakan elektroda dengan tanda adanya bunga api pada gesekan ektroda dengan rangka Menghubungkan penjepit (anoda) dari trafo ke rangka Memasangkan elektroda pada penjepit (katoda) Menyalakan Transformator Memasangkan besi yang telah dipotong tadi pada rangka sampai tidak ada lagi pergeseran potongan besi. Memotong besi sesuai dengan ukuran rangka yang akan di sambung. 3.3 Cara Kerja 1. Persiapan a. Sebelum pekerjaan dimulai, menyiapkan dan memeriksa alat utamanya dan semua peralatan bantunya. b. Memakai alat-alat pelindung yang sudah disediakan yaitu kacamata las listrik. c. Menyiapkan benda kerja dan elektrodanya. d. Memasang elektroda pada penjepitnya dan memasang penjepit benda kerja pada benda kerja (bisa pada meja kerjanya). Memperhatikan sebelum mesin las dihidupkan, letak dari penjepit elektroda jangan sampai menempel penjepit logam atau logam induknya. 2. Pelaksanaan 1) Latihan menyalakan busur listrik dan membuat rigi-rigi las serta mengatur panjang busur (jarak antara ujung elektroda ke benda kerja). a. Bila panjang busur tepat (kurang lebih garis tengah elektroda) dan kecepatan pengelasan yang tepat maka akan menghasilkan bunyi mendesis yang tetap dan halus (tidak meledak-ledak) dengan lebar jalur las sebesar kurang lebih dua kali garis tengah elektroda, karena cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya rigi-rigi las yang halus dan baik, tembusan las yang baik, dan terak halus dan mengkilat. b. Bila busur terlalu panjang, maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola (percikan-percikan kecil) dari cairan elektroda. Hasilnya rigi-rigi las kasar, tembusan las dangkal (melebar), dan percikan teraknya kasar. c. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, kalau terjadi kontak butiran logam cair yang menyambung elektroda dan logam induknya maka akan terjadi hubungan singkat dan busur akan mati, sehingga elektroda akan menempel kuat pada benda kerja.
2) Posisi Elektroda Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus yang biasanya dengan mesin las konvensional maka posisi elektroda terhadap benda kerja berdasarkan eksperimen dan pengalaman yang paling baik hasilnya adalah yang sebagai berikut : a. Posisi elektroda bersudut 70 -80 dengan arah memanjang las dan bersudut 90 arah melintang las. b. Melatih gerakan-gerakan tangan dengan arah. memutar arah kanan maupun kiri dengan diameter yang relatif kecil. c. Elektroda pada ujungnya akan mencair secara kontinyu sehingga perlu digerakkan searah dengan sumbunya secara kontinyu pula.
3) Gerakan Elektroda. Gerakan-gerakan elektroda pada pengelasan ada dua cara yaitu : a. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. b. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak (panjang busur) agar tetap, hal tersebut disebabkan karena busur pada ujungnya mencair terus menerus sehingga mengalami pemendekan. c. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. 4) Pengaruh kecepatan elektroda. Kecepatan menggerakkan elektroda harus stabil, sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus. a. Jika elektroda digerakkan terlalu lambat akan didapatkan jalur yang lebar, kasar dan kuat tetapi dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya). b. Jika elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal karena kurangnya waktu pemanasan bahan dasar dan kurangnya waktu untuk cairan elektroda menembus bahan dasar. c. Jika kecepatan geraknya elektroda tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar dan tembusan lasnya baik.
IV. DATA PENGAMATAN
Potongan besi
Elektroda
Penjepit elektroda (Katoda)
Penjepit besi (Anoda)
APD yang wajib digunakan saat pengelasan
Transformator
Proses pengelasan
Hasil pengelasan
V. PEMBAHASAN
Dalam praktikum las listrik ini membahas tentang bagaimana cara teknik pengelasan yang baik dan perawatan pada pengelasan itu sendiri dimana pengelasan itu sendiri merupakan salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu Pada pengelasan menggunakan arus listrik ini harus menggunakan arus listrik yang tepat dikarenakan jika berlebihan menggunakan arus listrik maka akan membuat besi yang di las akan menjadi bolong dan tidak dapat dipakai sedangkan jika terlalu sedikit arus yang dipakai akan mempengaruhi terhadap daya ikat logam yang dicairkan terhadap logam yang akan ditempelkan. Cara pengaturan las listrik dapat diatur menggunakan handle pada mesin las dengan diputar dan dipilih arus yang sesuai dengan kenyamanan kita. Pada proses pengelasan dengan las listrik perlu diatur jarak antara elektroda dan permukaan logam agar elektroda tidak menempel pada logam yang akan di las. Pada proses pemotongan logam jarak elektroda jangan terlalu jauh karena akan membuat logam makin tebal karena lelehan logam. Proses pemotongan logam seharusnya dilakukan dengan membuat logam berlubang lalu menggerakan elektroda secara perlahan untuk memotong logam. Proses pelubangan sedikit lama untuk mengontakan elektroda dengan logamnya. Lain halnya dengan proses penyambungan, kontak antara logam dengan elektroda tidak boleh terlalu lama karena akan membuat logam berlubang dan tidak tersambung. Pada penyambungan titik pengelasa dilakukan di pojok sambungan antara dua logam. Penyambungan harus merata diseluruh bagian sambungan logam dan menggerakan elektroda dengan cepat.
Pengelasan yang terjadi pada saat menyambungkan besi pada pagar yang akan di buat terdapat tingkat kesulitan pada saat penempelan awal dan harus benar benar dilakukan ditempat yang datar agar pagar yang dibuat dapat lurus dan terlihat rapi. Dan pada saat pengelasan benda yang dilas dan harus ditopang olah tangan hendaklah menggunakan sarung tangan atau tang penjepepit yang tidak mengalirkan arus panas karena kondisi kerja pada logam yang melebihi 1000 derajat celcius. Peralatan keselamatan yang harus digunakan dalam las listrik diantaranya jas lab untuk melindungi anggota badan dari percikan api yang timbul, kacamata dan tameng untuk melindungi bagian muka dan mata dari percikan api yang timbul serta melindungi mata dari cahaya yang timbul pada proses pengelasan yang terlalu terang yang akan merusak mata.
VI. SIMPULAN
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Peralatan yang dibutuhkan dalam pengelasan adalah pembangkit arus listrik, pemegang elektroda, klem massa, elektroda, tang penjempit, palu las, sikat baja, sarung tangan, topeng las, kipas blower dan baju kerja. Prinsi kerja las listrik adalah pada bagian yang terkena busur listrik akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut. Untuk mencegah kecelakaan kerja yang terjadi pada proses pengelasan, mahasiswa harus menggunakan peralatan kesalamatan kerja seperti : kaca mata, pelindung kepala atau tameng, sarung tangan, jas lab dan sepatu yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Anton, andri. Tanpa tahun. Makalah Las Listrik & Las Gas. (online).Tersedia http://www.scribd.com/doc/29702957/Makalah-Las-Listrik-Gas . Tanpa nama. Tanpa tahun. Proses Pengelasan.(online). Tersedia http://www.scribd.com/doc/20714142/PROSES-PENGELASAN. Anonim. 2012. Pengertian Pengelasan. http://tehnik- pengelasan.blogspot.com/2012/02/pengertian-pengelasan.html. [12 Oktober 2014] Anonim. Tanpa tahun. Las Listrik. http://id.wikipedia.org/wiki/Las_listrik. [12 Oktober 2014]