LAPORAN-RESMI-IMUNOLOGI. Diakses pada tanggal 27 Maret 2013 jam 13.30 WIB.
Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Jakarta. Hipokrates: xiv + 253 hlm.
Fried, G. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga: x + 386 hlm.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta. Kanisius: xi + 285 hlm
Mozes, R.T. 1991. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung. Angkasa: ix + 327 hlm.
ABSTRAK
Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan II ini berjudul Tes Kehamilan kali ini dilaksanankan pada hari Selasa, tanggal 1 Maret 2013, pukul 08.00 10.00 WIB. Bertempat di laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Pada praktikum kali ini diamati sperma dari katak jantan yang telah disuntikan dengan urine wanita. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendeteksi kehamilan secara dini dan tanpa menggunakan pengamatan secara klinis dan anatomis adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kapas dan kaca objek, pipat tetes, alat suntik 5ml dan jarum suntik 1 cc, dan gelas beker besar. Adapun bahan yang digunakan adalah katak jantan atau (Rana sp) dan larutan garam fisiologis. Hasil yang didapat adalah tidak terdapat sperma baik pada urine wanita hamil maupun yang tidak hamil. Kesimpulan yang didapat adalah terdapat perbedaan pada sperma katak dan sperma manusia.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil berupa tabel berikut : No FASE GAMBAR KETERANGAN 1
2
3
4 Proestrus
Estrus
Metaestrus
Diestrus 1. Inti 2. Sitoplasma 3. Sel epitel
1. Sitoplasma 2. Sel epitel
1. Leukosit 2. Sel epitel 3. Sitoplasma
1. Sitoplasma 2. Inti 3. Sel epitel 4. Leukosit
4.2. Pembahasan Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah ditemukanya siklus estrus pada pada fase Proestrus, Estrus, Metaestrus, dan Diestrus. Pada kelompok I dan II ditemukanya fase Proestrus dimana pada fase ini dijumpai inti, sitoplasma, dan sel epitel, pada kelompok III dan IV dijumpai fase Estrus dan dapat terlihat adanya sitoplasma, Menurut Syahrum (1994 : 45), pada kelompok V dan VI ditemukan fase Metaestrus dan dijumpai adanya leukosit dan sel epitel, sedangkan kelompok VII dan VIII dijumpai fase Diestrus dan dapat terlihat sitoplasma, inti, sel epitel dan lender. Siklus estrus ini terjadi secara berkala. Bila dalam satu tahun hanya satu siklus disebut dengan monoestrus, misalnya menjangan satu kali dalam satu tahun . pada mamalia kecuali primata terjadi berhai pada yang betina disebut estrus (heat), pada saat itu binatang betina siap untuk kawin. Menurut Slamet (2000 : 3), terlihat keadaan betina gelisah. Masa satu periode estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus. Kalau terjadi perkawinan dan hamil, maka siklus estrus berhenti sampai bayi lahir. Bila tidak maka siklus jalan terus. Setelah dilakukan percobaan, diperoleh hasil dari beberapa kelompok bahwa pada mencit yang diamati itu terjadi periode proestrus, estrus, metaestrus dan diestrus. Proestrus adalah fase pertumbuhan folikel de Graff. Menurut Juanda (1996: 99), pada fase proestrus ini terlihat inti, sitoplasma dan membran sel epitel normal. Adapun tipe- tipe epithelium yang mendominasi pada preparat apusan vagina tersebut dapat memberi petunjuk apakah epithelium pada vagina itu sedang distimulasi oleh estrogen atau tidak. Estrogen semakin bekerja apabila dipengaruhi faktor-faktor luar seperti bau, suara, dan perubahan lingkungan. Pada masa estrus, warna vagina menjadi merah yang artinya sel telur pada hewan betina tersebut siap untuk dibuahi. Terlihat sel epitel yang menanduk (kornifikasi) dengan ukuran selnya yang besar dan tidak memiliki inti, sedangkan fase diestrus terlihat leukosit dan sitoplasma disekeliling inti sel. Menurut Slamet (2000 : 3), pada saat estrus, hewan betina akan reseptif terhadap yang jantan, ovarium sedang ovulasi dan uterus dalam fase yang tepat untuk implantasi. Dari satu estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus. Panjang dan frekuensi siklus reproduksi sangat bervariasi di antara mamalia. Lama siklus menstruasi pada manusia rata-rata 28 hari, beruang dan anjing, sapi, babi, kuda selama 21 hari, marmut selama 15 hari, tikus dan mencit selama 4-5 hari. Menurut Ganong (2003 : 249), siklus estrus terjadi oleh karena meningkatnya kadar estrogen dalam darah. Pada spesies-spesies tersebut, ovulasi terjadi karena refleks neuroendokrin. Perangsangan pada organ genitalia atau rangsang sensorik lain pada saat hubungan seksual dapat membangkitkan pelepasan LH oleh kelenjar hipofisis dan menyebabkan pecahnya folikel ovarium. Pada banyak spesies lain, ovulasi spontan dengan jangka waktu tertentu, dan periode estrus terjadi bersamaan dengan ovulasi tersebut. Siklus estrus dipengaruhi oleh kerja hormon pituari, anterior gonatropin yaitu estrogen, progesteron dan faktor eksteroseptis seperti suhu, struktur nutrisi dan lingkungan sosial. Menurut Slamet (2000 : 3), Pada tikus dan mencit, saat estrus, vulva tampak lebih merah dan tebal. Bila pada keesokan paginya terdapat sumbat vagina, menandakan bahwa kopulasi sudah terjadi, dari hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan nol. Penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal, vulva berwarna merah muda dan tampak sedikit tebal. Menurut Ganong (2003 : 250), pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus estrus pada apusan vagina. Dan pemberian larutan metilen blue yang terlalu tua dan banyak menyebabkan tahapan siklus estrus kurang jelas. Implantasi estrogen dalam jumlah kecil pada hypotalamus anterior menimbulkan birahi pada tikus yang telah mengalami ovariektomi. Implantasi bagian lain otak dan diluar otak tidak menimbulkan efek tersebut. Olah sebab itu, tampaknya beberapa elemen dalam hypotalamus peka terhadap estrogen dan dapat dirangsang oleh hormon tersebut untuk menimbulkan perilaku estrus. Pada mamalia kecuali primata terjadi berhai pada yang betina disebut estrus (heat), pada saat itu binatang betina siap untuk kawin. Menurut Slamet (2000 : 3), terlihat keadaan betina gelisah. Masa satu periode estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus. Kalau terjadi perkawinan dan hamil, maka siklus estrus berhenti sampai bayi lahir. Bila tidak maka siklus jalan terus.
DAFTAR PUSTAKA Anonim a . 2013. Siklus Estrus. http://nadzzsukakamu.wordpress.com/2009/03/16/siklus- estrus-pada-mencit/. Diakses pada tanggal 06 Maret 2013.
Anonim b . 2013. Siklus Estrus. http://www.try4know.co.cc/2009/09/siklus-estrus-birahi- reproduksi.html. Diakses pada tanggal 06 Maret 2013.
Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar: vi + 328 hal.
Campbell, N. A.2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Erlangga: Jakarta: x + 480 hal
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta: xii + 870 hal.
Juanda, Tatang. 1996. Embriologi Perbandingan. Erlangga. Jakarta: viii + 300 Hal
Nalbandov, A. V, 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta : Universitas Indonesia: ix + 234 Hal.
Slamet, Adeng, Santoso, Lucia Maria, Riyanto, 2000, Perkembangan Hewan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSRI, Inderalaya: xii + 202 hal.
Sukra, Yuhara, 2000, Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan, DIRJEN. Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, Jakarta: x + 720 Hal.
Syahrum, Kamaliddin, Tjokronegoro, 1994. Reproduksi dan Embriologi. FKUI. Jakarta: ix + 230 Hal
Ville, Warnes, Barnes, 1989. Zoologi Umum Jilid I Edisis Keenam. Erlangga. Jakarta: xiii + 569 Hal.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk menghasilkan individu baru (Slamet 2002 : 15). Pada hewan jantan, proses gametogenesis disebut dengan spermatogenesis, yang akan menghasilkan sperma. Spermatogenesis bermula dari sel induk sperma atau spermatogonium yang bersifat diploid, mengalami pembelahan secara mitosis, dan menghasilkan spermatocyt perimeryang bersifat diploid juga. Spermatocyt primer mengalami pembelahan reduksi atau pembelahan meiosis, yang menghasilkan spermacyt sekunder yang haploid. Spermatocyt sekunder membelah dan menghasilkan spermatid yang kemudian akan berkembang menjadi spermatozoa (Setiawan 2002 : 7). Oogenesis meliputi tiga tahap, yaitu proliferase, tumbuh, dan menjadi dewasa (maturation). Jumlah oogonia hasil proliferasi bisa mencapai 40.000 sampai 300.000 pada manusia, pada sapi 50.000 bahkan lebih, tergantung pada jenis setiap makhluk (Sukra 2000 : 51). Seperti halnya pada hewan jantan, oogenesis berlangsung pada gonad betina. Sebagian besar proses oogenesis terjadi pada masa embrio, yaitu sampai pada stadium oosit I, selanjutnya berlangsung pada korteks ovarium hewan dewasa. Dengan demikian oosit I mengalami istirahat yang panjang. Perkembangan sel kelamin dalam ovarium membutuhkan sel pembantu yang disebut folikel telur. Pada mamalia pembentukan folikel telur dapat diikuti pada korteks ovarium (Setiawan 2002 : 9). Organ utama dari sistem reproduksi betina adalah ovarium, tuba fallopii, uterus, dan vagina. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium, kemudian ovum keluar kerongga abdomen di tiap pertengahan siklus. Ovum masuk ke uterus melalui tuba fallopii (Irfanuddin 2004 : 21). Selanjutnya tiap oosit II yang menyelesaikan meiosis II akan manghasilkan satu ovum atau sel telur (haploid, monad) yang mendapat hampir semua sitoplasma, sedangkan yang satu lagi disebut badan polar II (haploid, monad). Nasib badan polar I ada yang berdegenerasi sesbelum meiosis II, tetapi ada juga yang membelah menjadi dua badan polar (haploid, monad). Akhirnya semua badan polar akan mengalami degenerasi, sementara ovum akan dilepaskan dari ovarium, peristiwa ini disebut dengan ovulasi (Slamet 2000 : 20). Organ reproduksi utama laki-laki adalah sepasang testis. Testis terdiri dari tubulus seminiferus yang berbentuk tabung berkelok-kelok seperti tumpukan benang di dalam kantong. Diantara tubulus terdapat area intersisial, terdiri dari sel-sel intersisisal leydig yang memproduksi hormon testosteron. Sperma yang terbentuk akan diteruskan ke epididimis (Irfanuddin 2004 : 9). Selanjutnya tiap oosit II yang menyelesaikan meiosis II akan manghasilkan satu ovum atau sel telur (haploid, monad) yang mendapat hampir semua sitoplasma, sedangkan yang satu lagi disebut badan polar II (haploid, monad). Nasib badan polar I ada yang berdegenerasi sesbelum meiosis II, tetapi ada juga yang membelah menjadi dua badan polar (haploid, monad). Akhirnya semua badan polar akan mengalami degenerasi, sementara ovum akan dilepaskan dari ovarium, peristiwa ini disebut dengan ovulasi (Slamet 2000 : 20).
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali adalah untuk mempelajari proses perkembangan sel kelamin jantan (spermatogenesis) dan hal-hal yang berhubungan dengan spermatozoon, serta jaringan reproduksi betina (oogenesis), dan hal-hal yang berhubungan dengan sel telur pada mencit, tikus, dan ayam, serta untuk mengetahui perkembangan sel telur dan membandingkan perkembangan sel telur mencit dan sel telur ayam.
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul Perkembangan Sel Kelamin (Gametogenesis) kali ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 15 Maret 2013, pukul 08.00-10.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya. Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk mempelajari proses perkembangan sel kelamin jantan (spermatogenesis) dan hal-hal yang berhubungan dengan spermatozoon, serta jaringan reproduksi betina (oogenesis), dan hal- hal yang berhubungan dengan sel telur pada mencit, tikus, dan ayam, serta untuk mengetahui perkembangan sel telur dan membandingkan perkembangan sel telur mencit. Adapun alat yang digunakan pada praktium kali ini adalah mikroskop dan bahan yang digunakan adalah preparat ovarium dan testis Mus musulus dan preparat ovarium Mus muculus. Adapun hasil yang akan didapatkan adalah berupa gambaran perkembangan dari ovarium mencit dan perkembangan testis dari Mus musulus dan mencit. Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil suatu kesimpulan berupa pada penampang tubulus seminiferus, dapat dijumpai sel-sel kelamin pada berbagai stadium, dengan urutan letak dari membrana basalis hingga ke lumen berupa: spermatogonium, spermatocyt primer, spermatocyt sekunder, dan spermatozoa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapat hasil berupa gambar sebagai berikut : a. Ovarium Mus musculus Perbesaran 4 x 10 Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Family : Muridae Genus : Mus Spesies : Mus muculus Keterangan : 1. folikel primer 2. folikel sekunder 3. membran basalis
b. Testis Mus musculus Perbesaran 10 x 10 Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Family : Muridae Genus : Mus Spesies : Mus muculus Keterangan : 1. Membran basalis 2. Spermatogonium 3. Spermatosit primer 4. Spermatosit sekunder
4.2. Pembahasan Pada penampang ovarium ayam (Gallus gallus), dapat dilihat adanya oogonium yang berukuran kecil dan biasanya bergerombol, menurut Setiawan (2002: 9) dikelilingi oleh sel-sel folikel selapis, pada inti sentral sering terdapat gambaran kromatin, dan sitoplasmanya homogen; oocyt dalam pertumbuhan mempunyai ukuran yang besar dengan inti yang besar dan eksentrik, dibagian tepi terdapat ooplasma cortecal, di bagian sentral tampak gelembung-gelembung minyak atau lemak, zona radiata tampak sebagai garis-garis radier, membrana vitellina tampak garis jecil yang tebal, sel-sel folikel terdapat pada daerah yang terpulas jelas, dan thecca folikuli merupakan serabut-serabut; oocyt sekunder mempunyai ukuran yang sangat besar, vesiula germativa ditepi bawah membrana vitellina, dan kadang-kadang dijumpai penampang yang tidak mengandung inti. Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), menurut Setiawan (2002: 10) terlihat bagian-bagian luar kedalam berupa epithelium germinativum, cortex ovarii yang terdapat folikel, dan stroma ovarii yang terdapat jaringan ikat Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), dapat dilihat adanya folikel primer yang berukuran kecil dan terletak dalam korteks, menurut Setiawan (2002: 10) dolapisi oleh sel-sel folikel yang pipih selapis, mempunyai oogonium yang kecil dengan inti sentral mempunyai gambaran kromatin; folikel dalam pertumbuhan mempunyai ukuran yang lebih besar, pada bagian luar terdapat theca folliculi externa dan interna, mulai terjadi antrum folliculi, mempunyai oocyt yang telah membesar denga sitoplasma yang banyak dan inti sentral dengan gambaran kromatin; folikel de Graff mempunyai ukuran besar yang maksimum dan dekat dengan permukaan ovarium, terdapat theca folliculi eksterna dan interna, sel-sel granulosa menepi karena terdesak oleh liquor folliculi dan antrum besar, oocyt dihubungkan oleh sel-sel granulosa dengan sel-sel granulosa di tepi, tangkai penghubung disebut cumulus oophorus (discus poligeraus), sel-sel granulosa yang mengelilinginya disebut corana radiata, mempunyai oocyt yang dilapisi oleh membran vitellina, oolemma, zona pellicida, dan corana radiata. Pada spermatogenesis, spermatogonia, sel-sel germinativum primitif yang terletak di samping lamina basalis tubulus seminiferus, berkembang menjadi spermatosit primer.Menurut Ganong (2003: 409-410) Proses ini dimulai pada saat akil baligh. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis, sehingga jumlah kromosomnya berkurang. Dalam proses dua tahap ini, sel-sel tersebut membelah menjadi spermatosit sekunder, lalu menjadi spermatid, yang mengandung jumlah kromosom haploid. Spermatid berkembang menjadi spermatozoa (sperma). Sewaktu sebuah spermatogonium membelah dan menjadi matang, turunan-turunannya tetap terikat oleh jembatan sitoplasma sampai stadium spermatid lanjut. Hal ini tampaknya memastikan sinkronisitas diferensiasi setiap klon sel germinativum. Perkiraan jumlah spermatid yang terbentuk dari sebuah spermatogonium adalah 512. Pada manusia, melalui proses spermatogenesis yang teratur ini diperlukan waktu rata-rata 74 hari untuk membentuk sebuah sperma matang dari sel germinativum primitif. Pada penampang tubulus seminiferus, menurut Setiawan (2002: 7-8) dengan memperhatikan kromosomnya dapat dijumpai sel-sel kelamin pada berbagai stadium, seperti : spermatogonium (letaknya dekat dengan membrana basalis, menggerombol atau berderet-deret, memiliki inti yang kecil, glanulair, berbentuk agak oval dan terpulas tipis), spermatocyt primer (letaknya agak menjauhi membrana basalis, sel besar, paling besar diantara sel-sel lainnya, berbentuk bundar, mempunyaiinti yang besar dan vesikulair, merupakan gambaran mitosis I tampak seperti kromosom terurai), spermatocyt sekunder (letaknya makin menjauhi membrana basalis dan mendekati lumen, sel-selnya lebih kecil dari spermatocyt primer, mempunyai inti yang kecil dan tercat lebih tebal, pada gambaran meiosis II tampak sebagai noda-noda bergerombol), dan spermatozoa (terletak di dalam lumen, berbentuk panjang, ada yang bergerombol pada sel sertoli, dan ekornya menjulur ke lumen). Menurut Bascom dan Ostereud (1952) dalam Sukra (2000) yang memeriksa sayatan berurut, panjang tubulus seniniferus babi mencapai 3.200 meter. Hal ini tidak mengherankan mengingat spermatozoa yang dikeluarkan pada setiap ejakulasi jumlahnya miliaran. Jika memeriksa satu sayatan melintang tubulus seminiferus testis dibawah mikroskop terlihat beberapa macam sel yang letaknya berderet.
BAB V KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), dapat dilihat adanya folikel primer yang berukuran kecil dan terletak dalam korteks, dilapisi oleh sel-sel folikel yang pipih selapis, mempunyai oogonium yang kecil dengan inti sentral mempunyai gambaran kromatin. 2. Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), terlihat bagian-bagian luar kedalam berupa epithelium germinativum, cortex ovarii yang terdapat folikel, dan stroma ovarii yang terdapat jaringan ikat. 3. Pada penampang tubulus seminiferus, dapat dijumpai sel-sel kelamin pada berbagai stadium, dengan urutan letak dari membrana basalis hingga ke lumen berupa: spermatogonium, spermatocyt primer, spermatocyt sekunder, dan spermatozoa. 4. Spermatogenesis terjadi di dalam dinding tubulus seminiferus testis, sedangkan oogenesis berlangsung pada gonad betina (Ovarium). 5. Oosit sebagai suatu sel mempunyai membran plasma, ooplasma, dan inti. Oosit melakukan sintesis berbagai senyawa dan di simpan di dalam ooplasmanya, sehingga terbentuk suatu pola organisasi di dalam sel telur, yang disebt dengan polaritas telur
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta : 870 hal.
Irfanuddin, M, Dr. SpKO dan Nasution ; Nursiah,Drg. 2004. Fisiologi Sistem Reproduksi. FK UNSRI. Inderalaya.
Neil A. Campbell ; Jeene B. Reece ; Lawrence G. Michell. 2003. Biologi. Erlangga. Jakarta : 450 hal.
Rohen, Ltjen Drecoll. 2001. Atlas Foto Anatomi Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. EGC. Jakarta : 160 hal.
Slamet, Adeng, Santoso, Lucia Maria, Riyanto. 2000. Perkembangan Hewan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSRI. Inderalaya : 202 hal.
Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan. DIRJEN. Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS : Jakarta.