Anda di halaman 1dari 2

BAB III

KESIMPULAN
SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009 dengan
berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan
sebagai pedoman dalam pengelolaan kesehatan baik oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga
swasta. Landasan SKN meliputi landasan idiil, landasan konstitusional dan
landasan operasional.
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan
terjadinya peningkatan kinerja sistem kesehatan telah berhasil meningkatkan
status kesehatan masyarakat antara lain Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB),
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Peningkatan Umur Harapan Hidup
(UHH), Penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balita, dan terjadinya
peningkatan Contraceptive Prevalence Rate (CPR). Perkembangan upaya
kesehatan secara nasional telah mengalami peningkatan, antara lain akses rumah
tangga yang dapat menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan 30 menit,
peningkatan jumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan oleh penduduk meningkat, Kunjungan baru (contact
rate) ke fasilitas pelayanan kesehatan meningkat, Jumlah masyarakat yang
mencari pengobatan sendiri, kesehatan ibu membaik dengan turunnya Angka
Kematian Ibu (AKI), pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat,
akses terhadap air bersih, akses terhadap air minum, buang air besar dan yang
tidak memiliki saluran pembuangan air limbah, serta kontribusi penyakit menular
terhadap kesakitan dan kematian semakin menurun.
Upaya pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan belum
memadai, baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan.
Selain itu, distribusi tenaga kesehatan masih belum merata. Pasar sediaan farmasi
masih didominasi oleh produksi domestik, sementara itu bahan baku impor
mencapai 85% dari kebutuhan. Penggunaan obat rasional belum dilaksanakan di
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan
tidak sesuai dengan formularium.
Perencanaan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah belum
sinkron. Begitu pula dengan perencanaan jangka panjang/menengah masih belum
menjadi acuan dalam menyusun perencanaan jangka pendek. Demikian juga
dengan banyak kebijakan yang belum disusun berbasis bukti dan belum bersinergi
baik perencanaan di tingkat pusat dan/atau di tingkat daerah.
Untuk menjamin efektifitas SKN, maka setiap pelaku pembangunan
kesehatan harus taat pada asas yang menjadi landasan bagi setiap program dan
kegiatan pembangunan kesehatan. Azas-azas tersebut meliputi Perikemanusiaan;
keseimbangan; manfaat; perlindungan; keadilan; penghormatan hak asasi
manusia; sinergisme dan kemitraan yang dinamis; komitmen dan tata
pemerintahan yang baik (good governance); legalitas; antisipatif dan proaktif;
gender dan nondiskriminatif; dan kearifan lokal.
Subsistem SKN dikelompokkan sebagai subsistem upaya kesehatan;
subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan; subsistem pembiayaan
kesehatan; subsistem sumber daya manusia kesehatan; subsistem sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan; subsistem manajemen, informasi, dan
regulasi kesehatan; subsistem pemberdayaan masyarakat.
Sistem Kesehatan Nasional diupayakan agar mampu menyesuaikan
dengan perkembangan dan dinamika pembangunan kesehatan yang dihadapi
dalam penyelenggaraannya yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Bila
terjadi perubahan paradigma dan lingkungan strategis, Sistem Kesehatan Nasional
dapat disesuaikan dan disempurnakan dengan kondisi dan situasi yang
berkembang. Dukungan ini meliputi proses penyelenggaraan SKN, tata cara
penyelenggaraan SKN, penyelenggara SKN, sumber daya penyelenggaraan SKN,
kerjasama internasional, serta peraturan tentang penyelenggaraan SKN.

Anda mungkin juga menyukai