Anda di halaman 1dari 10

Lesi pra-ganas adalah kondisi penyakit yang secara klinis belum menunjukkan tanda-

tanda yang mengarah pada lesi ganas, namun di dalamnya sudah terjadi perubahan-
perubahan patologis yang merupakan pertanda akan terjadinya keganasan.
Hal ini perlu diperhatikan mengingat pada umumnya kelainan yang terjadi di dalam
rongga mulut, terutama pada mukosa rongga mulut, kurang mendapat perhatian
karena lesi tersebut sama sekali tidak memberikan keluhan.
Di Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila dibandingkan
dengan negara lainnya di seluruh dunia. Keadaan yang demikian diduga ada
hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang dilakukan sebagian
masyarakat di kawasan Asia.
Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami perubahan,
karena lokasinya yang sering berhubungan dengan pengunyahan, sehingga sering
pula mengalami iritasi mekanis. Di samping itu, banyak perubahan yang sering
terjadi akibat adanya kelainan sistemik. Perlu diingat bahwa kelainan yang terjadi
pada umumnya memberikan gambaran yang mirip antara yang satu dengan yang
lainnya, sehingga dapat menimbulkan kesukaran dalam menentukan diagnosis yang
tepat. Untuk itu, diperlukan diagnosis banding, karena di antara kelainan yang terjadi
ada yang berpotensial menjadi maligna (keganasan). Pemahaman mengenai
pentingnya pendekatan patologik akan meningkatkan kemampuan para dokter gigi
pada era globalisasi. Ada beberapa macam lesi pra-ganas rongga mulut, antara lain
erithroplakia, carsinoma in situ, dan lai-lain. Tetapi, lesi yang paling sering
ditemukan pada rongga mulut adalah leukoplakia1 .


Leukoplakia
Leukoplakia merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut.
Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi ini sering meluas
sehingga menjadi suatu lesi pre-cancer. Leukoplakia merupakan suatu istilah lama
yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih atau plak yang tidak
normal yang terdapat pada membran mukosa. Pendapat lain mengatakan bahwa
leukoplakia hanya merupakan suatu bercak putih yang terdapat pada membran
mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas.
Untuk menentukan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti baik
secara klinis maupun histopatologis, karena lesi ini secara klinis mempunyai
gambaran yang serupa dengan "lichen plannus" dan "white sponge naevus".



Manifestasi klinis

Dari pemeriksaan klinik, ternyata oral leukoplakia mempunyai bermacam-macam
bentuk. Secara klinis lesi ini sukar dibedakan dan dikenal pasti karena banyak lesi
lain yang memberikan gambaran yang serupa serta tanda-tanda yang hampir sama.
Pada umumnya, lesi ini lebih banyak ditemukan pada penderita dengan usia di atas 40
tahun dan lebih banyak pria daripada wanita. Hal ini terjadi karena sebagian besar
pria merupakan perokok berat. Lesi ini sering ditemukan pada daerah alveolar,
mukosa lidah, bibir, palatum lunak dan keras, daerah dasar mulut, gingival, mukosa
lipatan bukal, serta mandibular alveolar ridge. Bermacam-macam bentuk lesi dan
daerah terjadinya lesi tergantung dari awal terjadinya lesi tersebut, dan setiap individu
akan berbeda.
Secara klinis, lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir, barbatas jelas, dan
permukaannya tampak melipat. Bila dilakukan palpasi akan terasa keras, tebal,
berfisure, halus, datar atau agak menonjol. Kadang-kadang lesi ini dapat berwarna
seperti mutiara putih atau kekuningan. Pada perokok berat, warna jaringan yang
terkena berwarna putih kecoklatan.
Ketiga gambaran tersebut di atas lebih dikenal dengan esbutan "speckled
leukoplakia".
1.Leukoplakia digambarkan memiliki tiga bentuk klinis utama : Homogenous,
nodular ( bintik bintik ) dan verukosa.
Homogenous leukoplakia mengacu pada suatu lesi setempat atau bercak putih yang
luas , yang memperlihatkan suatu pola yang relatif konsisten , sekalipun permukaan
lesi tersebut mungkin digambarkan secara bermacam macam seperti misalnya
berombak-ombak dengan pola garis garis lurus , keriput atau papilomatous.
Nodular leukoplakia mengacu pada suatu lesi campuran merah dan putih , dimana
nodul nodul keratotik yang kecil tersebar pada bercak bercak atrofik dari mukosa ,
varian klinis ini sangat penting karena sangat tingginya angka trasformasi keganasan
yang ditimbulkannya , dua pertiga dari kasusnya dalam beberapa seri menunjukkan
tanda tanda displasia epithel atau karsinoma pada pemeriksaan histopatologik.
Verrucous leukoplakia , lesi putih dengan permukaannya terbelah oleh banyak
tonjolan seperti papilla yang mungkin juga berkeratinisasi tebal, serta menghasilkan
suatu lesi yang agak mirip pada dorsum lidah.3
Waldron dan shafer dalam penyelidikannya tahun 1975 terhadap 3000 kasus
leukoplakia , dimana semua leukoplakia dianggap berpotensi sebagai karsinoma dan
dibiopsi secara cukup agresif, jelas membuktikan bahwa lesi yang secara klinis
mungkin dianngap sebagai karsinoma sel skuamosa, sering hanya menunjukkan
keratosis yang ekstensif pada pemeriksaan mikroskopisnya, sementara itu sebaliknya,
leukoplakia yang nampak biasa saja secara klinis , kadang terbukti sebagai suatu
tahap dini dari karsinoma sel skuamosa yang infiltratif, dan ini mempertegas
pentingnya untuk dilakukan biopsi segera bila kemungkinan penyakit lain yang dapat
diidentifikasi secara klinis telah dikesampingkan.2
Lesi ini banyak terjadi pada mukosa bukal dan mukosa mandibula dan tempat yang
jarang terkena adalah bibir dan palatum, mukosa rahang atas, daerah retromolar,
dasar mulut dan lidah.kurang dari 50% dari lesi ini mengenai pipi, mukosa rahang
bawah dan sulkus.
Etiologi
Faktor local

Faktor lokal biasanya merupakan segala macam bentuk iritasi kronis, antara lain:
trauma dapat berupa gigitan tepi atau akar gigi yang tajam iritasi dari gigi yang
malposisi
Pemakaian protesa yang kurang baik sehingga menyebabkan iritasi,adanya kebiasaan
jelek, antara lain kebiasaan menggigit-gigit jaringan mulut, pipi, maupun
lidah.Kemikal atau termalpada penggunaan bahan-bahan yang kaustik mungkin
diikuti oleh terjadinya leukoplakia dan perubahan keganasan,faktor-faktor kaustik
tersebut antara lain:tembakau
terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan oleh asap rokok
dan panas yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat
yang terdapat di dalam tembakau yang ikut terkunyah. Banyak peneliti yang
berpendapat bahwa pipa rokok juga merupakan benda yang berbahaya, sebab dapat
menyebabkan lesi yang spesifik pada palatum yang disebut "stomatitis Nicotine".
Pada lesi ini, dijumpai adanya warna kemerahan dan timbul pembengkakan pada
palatum. Selanjutnya, palatum akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi penebalan
yang sifatnya merata. Ditemukan pula adanya "multinodulair" dengan bintik-bintik
kemerahan pada pusat noduli. Kelenjar ludah akan membengkak dan terjadi
perubahan di daerah sekitarnya. Banyak peneliti yang kemudian berpendapat bahwa
lesi ini merupakan salah satu bentuk dari leukoplakia.
Alkohol telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor yang
memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat menimbulkan
iritasi pada mukosa.BakterialLeukoplakia dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri,
penyakit periodontal yang disertai higiene mulut yang jelek.1
Tembakau, alkohol , kandidiasis, reaksi elektrogalvanik, iritan mekanis dan kemis,
diantara faktor lokal yang paling banyak beresiko terhadap munculnya leukoplakia
adalah tembakau dan alkohol.Arus elektrogalvanik juga dapat dikaitkan dengan
leukoplakia pada beberapa pasien dan mayoritas dari lesi ini hilang atau mengecil
secara spontan dengan dihilangkannya sel listrik yang ditimbulkan oleh restorasi
logam yang berlainan dan berdekatan . Iritan mekanis lokal dan berbagai macam
iritan kimia menimbulkan hiperkeratosis dengan atau tanpa disertai perubahan
displastik , lesi ini akan segera hilang seiring dengan hilangnya iritan.6
2.3.2 Faktor regional dan sistemik
Selain faktor diatas , keadaan umum dari membran mukosa mulut , yang dipengaruhi
oleh baik penyakit regional maupun sistemik penting dalam meningkatkan efektivitas
dari faktor yang bekerja secara lokal misalnya defisiensi vitamin B12 , defisiensi
asam folat dan anemia siderofenik menjadikan pasien pasien ini mudah sekali
terkena leukoplakia dan karsinoma mulut.4
Namun lebih sering adalah pasien pasien penderita xerostomia yang disebabkan
oleh penyakit kelenjar saliva , obat obatan kolinergik atau radiasi.
Pada penelitian binatang yang dibuat menderita xerostomia secara sengaja ,
timbulnya leukoplakia tampak meningkat pesat.
Adanya kemungkinan konstitutional karakteristik, karena ada yang berpendapat
bahwa penyakit ini lebih mudah berkembang pada individu yang berkulit putih dan
bermata biru. Pendapat ini dikemukakan oleh Shaffer dan Burket. Kemungkinan lain
adalah adanya penyakit sistemik, misalnya sipilis. Pada penderita dengan penyakit
sipilis pada umumnya ditemukan adanya "syphilis glositis". Candidiasis yang kronik
dapat menyebabkan terjadinya leukoplakia. Hal ini telah dibuktikan oleh peneliti
yang melakukan biopsi di klinik. Ternyata, dari 171 penderita candidiasis kronik, 50
di antaranya ditemukan gambaran yang menyerupai leukoplakia.Untuk mengetahui
diagnosis yang pasti dari leukokplakia, sebaiknya dilakukan pemeriksaan klinik,
histopatologi, serta latar belakang etiologi terjadinya lesi ini.Defisiensi vitamin A
diperkirakan dapat mengakibatkan metaplasia dan keratinisasi dari susunan epitel,
terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa respiratorius. Beberapa ahli menyatakan
bahwa leukoplakia di uvula merupakan manifestasi dari intake vitamin A yang tidak
cukup. Apabila kelainan tersebut parah, gambarannya mirip dengan leukoplakia.
Selain itu, pada percobaan dengan menggunakan binatang tikus, dapat diketahui
bahwa kekurangan vitamin B kompleks akan menimbulkan perubahan
hiperkeratotik.1
2.4 Transformasi keganasan
Faktor faktor yang dapat menentukan angka transformasi keganasan biasanya
menyangkut tempat, ketebalan dan derajat keratinisasi , bahan iritan , faktor
predisposisi.
Berdasarkan penelitian Waldron dan Shafer tahun 1975 yang mencakup 3000
leukoplakia menyatakan bahwa dasar mulut merupakan tempat dengan resiko tinggi
terkena leukoplakia, 43 % dari leukoplakia ini menunjukkan beberapa derajat
displasia epitel , karsinoma in situ, atau karsinoma yang invasive sedangkan palatum
dan pipi , /mukosa rahang atas dan mukosa rahang bawah, serta sulkus mempunyai
resiko relative rendah. Perlu dicatat bahwa secara umum tempat tempat di dalam
mulut yang agak jarang terkena ( dasar mulut, dan permukaan ventral lidah )
memiliki angka transformasi paling tinggi dan ini menunjukkan kepentingan klinis
dari lekoplakia di tempat yang tidak lazim tersebut.2
Tanpa mengecilkan dari peran penyebab yang telah dikemukakan sebelumnya tentang
kesulitan dalam meramalkan kemungkinan perubahan keganasan dari suatu
leukoplakia berdasarkan atas gambaran klinisnya, nodular leukoplakia ( berbintik
bintik) dan Verrucous leukoplakia tampaknya memilki prognosa yang lebih
menakutkan dibandingkan dengan homogenous leukoplakia. Dalam sebuah kumpulan
kasus 74% dari kasus leukoplakia yang dikemudian hari mengalami transformasi
keganasan mula mula terlihat sebagai lesi nodular ( berbintik bintik
).Transformasi keganasan tidak dapat dicegah jika displasia sudah terjadi sekalipun
apikasi dari karsinogennya telah dihentikan.
2.5 Diagnosis
Pemeriksaan mikroskopis akan membantu menentukan penegakan diagnosis
leukoplakia. Bila diikuti dengan pemeriksaan histopatologi dan sitologi, akan tampak
adanya perubahan keratinisasi sel epitelium, terutama pada bagian superfisial.
Secara mikroskopis, perubahan ini dapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu:
1.Hiperkeratosis
Proses ini ditandai dengan adanya suatu peningkatan yang abnormal dari lapisan
ortokeratin atau stratum corneum, dan pada tempat-tempat tertentu terlihat dengan
jelas. Dengan adanya sejumlah ortokeratin pada daerah permukaan yang normal maka
akan menyebabkan permukaan epitel rongga mulut menjadi tidak rata, serta
memudahkan terjadinyairitasi.
2.Hiperparakeratosis
Parakeratosis dapat dibedakan dengan ortokeratin dengan melihat timbulnya
pengerasan pada lapisan keratinnya. Parakeratin dalam keadaan normal dapat
dijumpai di tempat-tempat tertentu di dalam rongga mulut. Apabila timbul
parakeratosis di daerah yang biasanya tidak terdapat penebalan lapisan parakeratin
maka penebalan parakeratin disebut sebagai parakeratosis. Dalam pemeriksaan
histopatologis, adanya ortokeratin dan parakeratin, hiperparakeratosis kurang dapat
dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, pada pemeriksaan
yang lebih teliti lagi akan ditemukan hiperortokeratosis, yaitu keadaan di mana
lapisan granularnya terlihat menebal dan sangat dominan. Sedangkan
hiperparakeratosis sendiri jarang ditemukan, meskipun pada kasus-kasusyangparah.
3.Akantosis
Akantosis adalah suatu penebalan dan perubahan yang abnormal dari lapisan
spinosum pada suatu tempat tertentu yang kemudian dapat menjadi parah disertai
pemanjangan, penebalan, penumpukan dan penggabungan dari retepeg atau hanya
kelihatannya saja. Terjadinya penebalan pada lapisan stratum spinosum tidak sama
atau bervariasi pada tiap-tiap tempat yang berbeda dalam rongga mulut. Bisa saja
suatu penebalan tertentu pada tempat tertentu dapat dianggap normal, sedang
penebalan tertentu pada daerah tertentu bisa dianggap abnormal. Akantosis
kemungkinan berhubungan atau tidak berhubungan dengan suatu keadaan
hiperortikeratosis maupun parakeratosis. Akantosis kadang-kadang tidak tergantung
pada perubahan jaringan yang ada di atasnya.
4.Dysplasia
Pada diskeratosis, terdapat sejumlah kriteria untuk mendiagnosis suatu displasia
epitel. Meskipun demikian, tidak ada perbedaan yang jelas antara displasia ringan,
displasia parah, dan atipia yang mungkin dapat menunjukkan adanya suatu keganasan
atau berkembang ke arah karsinoma in situ. Kriteria yang digunakan untuk
mendiagnosis adanya displasia epitel adalah: adanya peningkatan yang abnormal dari
mitosis; keratinisasi sel-sel secara individu; adanya bentukan "epithel pearls" pada
lapisan spinosum; perubahan perbandingan antara inti sel dengan sitiplasma;
hilangnya polaritas dan disorientasi dari sel; adanya hiperkromatik; adanya
pembesaran inti sel atau nucleus; adanya dikariosis atau nuclear atypia dan "giant
nuclei"; pembelahan inti tanpa disertai pembelahan sitoplasma; serta adanya basiler
hiperplasia dan karsinoma intra epitel atau carcinomainsitu.Pada umumnya, antara
displasia dan carsinoma in situ tidak memiliki perbedaan yang jelas. Displasia
mengenai permukaan yang luas dan menjadi parah, menyebabkan perubahan dari
permukaan sampai dasar. Bila ditemukan adanya basiler hiperlpasia maka didiagnosis
sebagai carcinoma in situ.
Carsinoma in situ secara klinis tampak datar, merah, halus, dan granuler. Mungkin
secara klinis carcinoma in situ kurang dapat dilihat. Hal ini berbeda dengan
hiperkeratosis atau leukoplakia yang dalam pemeriksaan intra oral kelainan tersebut
tampak jelas.
Diagnosis dan Diferensial Diagnosis
Untuk menetapkan diagnosis oral leukoplakia, perlu pemeriksaan dan gambaran
histopatologis. Hal ini untuk mengetahui adanya proses diskeratosis. Meskipun pada
pemeriksaan histopatologis tampak adanya proses diskeratosis, masih sulit dibedakan
dengan carsinoma in situ, karena di antara keduanya tidak memiliki batasan yang
jelas.
Pemeriksaan histopatologis juga diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya sel-sel
"atypia" dan infiltrasi sel ganas yang masuk ke jaringan yang lebih dalam. Keadaan
ini biasanya ditemukan pada squamus sel carsinoma karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma sel skuamosa merupakan kasus tumor ganas rongga mulut yang terbanyak
dan lokasinya pada umumnya di lidah. Penyebab yang pasti dari karsinoma sel
skuamosa belum diketahui, tetapi banyak lesi yang merupakan permulaan keganasan
dan faktor-faktor yang mempermudah terjadinya karsinoma tersebut. Lesi pra-ganas
dan factor-faktor predisposisi itu adalah leukoplakia, perokok, pecandu alkohol,
adanya iritasi setempat, defisiensi vitamin A,B, B12, kekurangan gizi, dll. Seperti
halnya lesi pra-ganas rongga mulut lainnya, dalam stadium dini karsinoma ini tidak
memberikan rasa sakit. Rasa sakit baru terasa apabila terjadi infeksi sekunder. Oleh
karena itu, apabila ditemukan adanya lesi pra-ganas dalam rongga mulut, terutama
leukoplakia, sebaiknya dilakukan pemeriksaanhistopatologi.2
Leukoplakia memiliki gambaran klinis yang mirip dengan beberapa kelainan. Oleh
karena itu, diperlukan adanya "diferensial diagnosi" atau diagnosis banding untuk
membedakan apakah kelainan tersebut adalah lesi leukoplakia atau bukan. Pada
beberapa kasus, leukoplakia tidak dapat dibedakan dengan lesi yang berwarna putih
di dalam rongga mulut tanpa dilakukan biopsy. Jadi, cara membedakannya dengan
leukoplakia adalah dengan pengambilan biopsi. Ada beberapa lesi berwarna putih
yang juga terdapat dalam rongga mulut, yang memerlukan diagnosis banding dengan
leukoplakia. Lesi tersebut antara lain: syphililitic mucous patches; "lupus
erythematous" dan " white sponge nevus"; infeksi mikotik, terutama kandidiasis;
white folded gingivo stomatitis; serta terbakarnya mukosa mulut karena bahan-bahan
kimia tertentu, misalnya minuman atau makanan yang pedas.1
Diagnosis leukoplakia ditegakkan berdasarkan displasia selular melalui mikroskopi ,
secara umum tidak adanya displasia dalam biopsi menunjukkan bentuk yang
jinak.Secara histologis bentuk dari leukoplakia ditandai oleh pola yang berubah dari
hiperkeratosisdan infiltrasi sel radang krhonis dalam korium.
Displasia ditandai dengan orientasi abnormal dari sel epitel, pleomorfisme selular dan
atipia selular yang member kesan keganasan dini ( stratifikasi epitel yang tidak
teratur, hyperplasia dari lapisan basal, rete peg yang berbentuk seperti tetesan air
mata, peningkatan jumlah gambaran mitotic, hilangnya polaritasdari sel basal ,
peningkatan perbandingan nucleus sitoplasma, polimorfisme nucleus, dan
hiperkromatism dari nucleus, pembesaran nukleulus, keratinisasi dari sel dari sel
tunggal atau sel kelompok dalam stratum spinosum, dan hilangnya pola seluler yang
lazim ).
Lesi yang menunjukkan derajat displasia yang parah dapat didiagnosa sebagai
karsinoma in situ.5
2.6 Terapi
Terapi pendahuluan untuk lesi ini adalah menghilangkan semua iritan lokal dan faktor
predisposisi sistemik yang diketahui, kemudian terapi topikal dengan obat anti jamur
diberikan secara berkesinambungan selama 1 sampai 2 minggu .Pelaksanaan biopsi
harus dilakukan bila resolusi yang berarti dari lesinya tidak terjadi pada saat itu. Dan
terapi berikutnya tergantung hasil akhir biopsi, jika tidak ditemukan tanda tanda
displasia dan daerah yang biopsinya dianggap cukup representatif untuk seluruh lesi
tersebut , maka terapi konservatif masih dapat diterima.
Kunjungan berulang berulang untuk tindak lanjut dan pemeriksaan biopsi beberapa
kali sangatlah penting , khususnya bila eliminasi total dari iritannya tidak mungkin
dicapai.
Pemberian vitamin A telah lama direkomendasikan untuk terapi leukoplakia yang
tidak dapat dibuang dengan mudah melalui pembedahan.Vitamin A dan analognya
menyebabkan perubahan metaplastik dalam epithelium skuamosa dan mengurangi
tendensinya untuk berkeratinisasi .Dan pemberian secara topikal dari agen agen ini
dapat mengurangi ukuran lesi leukoplakia secara klinis , terapi selama 2-3 minggu
akan menghasilkan perubahan yang nyata.1
Perawatan leukoplakia dilakukan dengan mengeliminir faktor iritasi yang meliputi
penggunaan tembakau (rokok), alkohol, memperbaiki higiene mulut, memperbaiki
mal oklusi, dan memperbaiki gigi tiruan yang letaknya kurang baik, karena hal
tersebut lebih banyak membantu mengurangi atau menghilangkan kelainan tersebut
dibanding perawatan secara sistemik.
Perawatan lainnya adalah dengan melakukan eksisi secara "chirurgis" atau
pembedahan terhadap lesi yang mempunyai ukuran kecil atau agak besar. Bila lesi
telah mengenai dasar mulut dan meluas, maka pada daerah yang terkena perlu
dilakukan "stripping".
Perawatan dengan pemberian vitamin B kompleks dan vitamin C dapat dilakukan
sebagai tindakan penunjang umum, terutama bila pada pasien tersebut ditemukan
adanya faktor malnutrisi vitamin. Peranan vitamin C dalam nutrisi erat kaitannya
dengan pembentukan substansi semen intersellular yang penting untuk membangun
jaringan penyangga. Karena, fungsi vitamin C menyangkut berbagai aspek
metabolisme, antara lain sebagai elektron transport. Pemberian vitamin C dalam
hubungannya dengan lesi yang sering ditemukan dalam rongga mulut adalah untuk
perawatan suportif melalui regenerasi jaringan, sehingga mempercepat waktu
penyembuan. Perawatan yang lebih spesifik sangat tergantung pada hasil
pemeriksaan histopatologi.2
2.7 Prognosis
Apabila permukaan jaringan yang terkena lesi leukoplakia secara klinis menunjukkan
hiperkeratosis ringan maka prognosisnya baik. Tetapi, bila telah menunjukkan proses
diskeratosis atau ditemukan adanya sel-sel atipia maka prognosisnya kurang
menggembirakan, karena diperkirakan akan berubah menjadi suatu keganasan.2
BAB 3
PEMBAHASAN

Leukoplakia merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut.
Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi ini sering meluas
sehingga menjadi suatu lesi pre-cancer. Leukoplakia merupakan suatu istilah lama
yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih atau plak yang tidak
normal yang terdapat pada membran mukosa. Pendapat lain mengatakan bahwa
leukoplakia hanya merupakan suatu bercak putih yang terdapat pada membran
mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas. Untuk menentukan diagnosis
yang tepat, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti baik secara klinis maupun
histopatologis, karena lesi ini secara klinis mempunyai gambaran yang serupa dengan
"lichen plannus" dan "white sponge naevus".1
Leukoplakia digambarkan memiliki tiga bentuk klinis utama : Homogenous, nodular
( bintik bintik ) dan verukosa.
Homogenous leukoplakia mengacu pada suatu lesi setempat atau bercak putih yang
luas , yang memperlihatkan suatu pola yang relatif konsisten , sekalipun permukaan
lesi tersebut mungkin digambarkan secara bermacam macam seperti misalnya
berombak-ombak dengan pola garis garis lurus , keriput atau papilomatous.
Nodular leukoplakia mengacu pada suatu lesi campuran merah dan putih , dimana
nodul nodul keratotik yang kecil tersebar pada bercak bercak atrofik dari mukosa ,
varian klinis ini sangat penting karena sangat tingginya angka trasformasi keganasan
yang ditimbulkannya , dua pertiga dari kasusnya dalam beberapa seri menunjukkan
tanda tanda displasia epithel atau karsinoma pada pemeriksaan histopatologik.
Verrucous leukoplakia , lesi putih dengan permukaannya terbelah oleh banyak
tonjolan seperti papilla yang mungkin juga berkeratinisasi tebal, serta menghasilkan
suatu lesi yang agak mirip pada dorsum lidah.8
Etiologi yang pasti dari leukoplakia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti,
tetapi predisposisi menurut beberapa ahli klinikus terdiri dari faktor yang multiple,,
yaitu faktor lokal faktor sistemik dan malnutrisi vitamin.Faktor lokal biasanya
merupakan segala macam bentuk iritasi kronis, antara lain:trauma berupa gigitan tepi
atau akar gigi yang tajam, iritasi dari gigi yang malposisi, pemakaian protesa yang
kurang baik sehingga menyebabkan iritasi,adanya kebiasaan jelek, antara lain
kebiasaan jelek menggigit-gigit jaringan mulut, pipi, maupun lidah.Kemikal atau
termal pada penggunaan bahan-bahan yang kaustik mungkin diikuti oleh terjadinya
leukoplakia dan perubahan keganasan,faktor-faktor kaustik tersebut antara
lain:tembakau terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan
oleh asap rokok dan panas yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga
disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di dalam tembakau yang ikut terkunyah.
Banyak peneliti yang berpendapat bahwa pipa rokok juga merupakan benda yang
berbahaya, sebab dapat menyebabkan lesi yang spesifik pada palatum yang disebut
"stomatitis Nicotine". Pada lesi ini, dijumpai adanya warna kemerahan dan timbul
pembengkakan pada palatum. Selanjutnya, palatum akan berwarna putih kepucatan,
serta terjadi penebalan yang sifatnya merata. Ditemukan pula adanya "multinodulair"
dengan bintik-bintik kemerahan pada pusat noduli. Kelenjar ludah akan membengkak
dan terjadi perubahan di daerah sekitarnya. Banyak peneliti yang kemudian
berpendapat bahwa lesi ini merupakan salah satu bentuk dari leukoplakia.6,7
Perawatan leukoplakia dilakukan dengan mengeliminir faktor iritasi yang meliputi
penggunaan tembakau (rokok), alkohol, memperbaiki higiene mulut, memperbaiki
mal oklusi, dan memperbaiki gigi tiruan yang letaknya kurang baik, karena hal
tersebut lebih banyak membantu mengurangi atau menghilangkan kelainan tersebut
dibanding perawatan secara sistemik.
Perawatan lainnya adalah dengan melakukan eksisi secara "chirurgis" atau
pembedahan terhadap lesi yang mempunyai ukuran kecil atau agak besar. Bila lesi
telah mengenai dasar mulut dan meluas, maka pada daerah yang terkena perlu
dilakukan "stripping".
Perawatan dengan pemberian vitamin B kompleks dan vitamin C dapat dilakukan
sebagai tindakan penunjang umum, terutama bila pada pasien tersebut ditemukan
adanya faktor malnutrisi vitamin. Peranan vitamin C dalam nutrisi erat kaitannya
dengan pembentukan substansi semen intersellular yang penting untuk membangun
jaringan penyangga. Karena, fungsi vitamin C menyangkut berbagai aspek
metabolisme, antara lain sebagai elektron transport. Pemberian vitamin C dalam
hubungannya dengan lesi yang sering ditemukan dalam rongga mulut adalah untuk
perawatan suportif melalui regenerasi jaringan, sehingga mempercepat waktu
penyembuan. Perawatan yang lebih spesifik sangat tergantung pada hasil
pemeriksaan histopatologi.
BAB 4
KESIMPULAN
Leukoplakia merupakan salah satu lesi praganas rongga mulut yang sering dijumpai.
Meskipun lesi ini bukan termasuk dalam maligna (keganasan), dalam
perkembangannya lesi tersebut dapat menjadi squamus sel karsinoma.
Pada pemeriksaan histopatologis, jika diketahui adanya sel-sel "atypia" dan infiltrasi
sel ganas yang masuk ke jaringan yang lebih dalam, maka dapat dipastikan bahwa
lesi ini telah berubah menjadi squamus sel karsinoma. Apabila leukoplakia telah
berubah menjadi keganasan maka perawatan bagi penderita karsinoma tersebut
dengan sistem pananganan keganasan secara keseluruhan dengan upaya promotif,
preventif, dan kuratif secara terpadu.
Lesi leukoplakia pada umumnya sukar dibedakan dengan lesi berwarna putih lainnya
yang juga terdapat di dalam rongga mulut. Karenanya, diperlukan adanya diferensial
diagnosis atau diagnosis banding leukoplakia. Untuk memastikan diagnosis
leukoplakia dengan lesi berwarna putih lainnya, diperlukan pemeriksaan
histopatologis atau bila perlu dilakukan biopsi. Perawatan leukoplakia yang paling
utama adalah mengeliminir faktor-faktor iritasi yang dapat menyebabkan terjadinya
leukoplakia. Bila lesi masih kesil, perawatan yang dilakukan adalah dengan
pembedahan pada lesi, atau stripping bila lesi telah meluas. Meskipun prognosis
leukoplakia pada umumnya baik, apabila pada pemeriksaan ditemukan adanya proses
diskeratosis, maka prognosisnya kurang baik. Karena lesi praganas ini bisa berubah
menjadi suatu keganasan, sebaiknya pemeriksaan histopatologis yang teliti
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Eversole; Sol Silverman, Essentials of Oral Medicine, 10th ed..
2. Greenberg, M.S and Glick, M. Burkets Oral Medicine. 10th ed. 2003.; BC Decker
Inc. Spain
3. Langlais, R.P. & C.S. Miller. 2000. Altas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
Lazim. Alih Bahasa drg. Budi Susetyo. Hipokrates: Jakarta.
4. Banozy J:Oral leukoplakia Dev Oncol 8,Martinus Nijhoff Pubs, Hingham,
Mass.1982
5. Banozy J:Occurrence of epithelial dysplasia in oral leukoplakia.Analysis and
follow-up study of 12 cases.Oral Surg 42:766,1976
6. Baric JM, Alman JE, Feldman RS, Chauncey HH:Influence of cigarette, pipe and
cigar smoking, removable partial denture and age oral leukoplakia. Oral Surg
54:424,1982
7. Craig RM: Speckled leukoplakia of the floor of the mouth.J am dent assoc
102:690,1981
8. Adkins KF, Monsour FN: Verrucous leukoplakia NZ Dent J 72:28.1976

Anda mungkin juga menyukai