Anda di halaman 1dari 2

Kendalikan Tikus dengan Umbi Gadung

Diposting oleh : Djayawarman Alamprabu




Jakarta- Tikus adalah binatang yang sangat tidak disukai oleh manusia, selain menjijikkan ternyata tikus juga telah
memberikan kerugian yang cukup besar bagi perekonomian sumber kehidupan manusia, seperti kebun kelapa sawit
yang saat ini sedang booming karena harganya yang cukup signifikan.
Secara alami, tikus biasanya sudah terkendali dengan adanya predator seperti ular, burung hantu, atau burung
elang. Tetapi dengan kondisi alam yang sudah tidak seimbang dan sudah rusak seperti ini, pengendalian dengan
cara tersebut sudah tidak efektif. Hal ini karena jumlah predator tersebut sudah sangat sedikit akibat terus diburu
dan diperdagangkan.

Penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan hama tikus juga menimbulkan dilema. Di satu sisi berhasil
mengendalikan hama tikus, tetapi di sisi lain residunya tidak mudah terurai, sehingga sangat potensial menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan.

Dari sinilah umbi tanaman gadung (Dioscorea hispida Dennust) bisa menawarkan solusi. Umbi tanaman
merambat ini merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk membuat racun tikus. Karena berbahan
alami, racun tikus jenis ini bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak bakal mencemari lingkungan.
Tanaman gadung termasuk kelompok tumbuhan rodentisida nabati, yaitu kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuhan ini ada dua jenis, yaitu gadung KB (Dioscorea
composita) yang mempunyai efek penekan kelahiran (aborsi atau kontrasepsi) yang mengandung steroid, dan
gadung racun (Dioscorea hispida) yang mempunyai efek penekan populasi yang biasanya mengandung alkaloid.
Gadung KB (Dioscorea composita) berbatang persegi empat dengan diameter 2 4 mm, tidak berduri, berdaun
tunggal berbentuk perisai dan permukaan daun licin; sedangkan gadung racun (Dioscorea hispida) berbatang bulat
dan berduri, daunnya majemuk menjari beranak daun tiga, dan permukaan daun kasap.
Gadung KB, sesuai namanya, tidak mematikan melainkan hanya akan membuat para tikus mandul. Berbeda dengan
jenis gadung racun, yang dapat mematikan. Maka disarankan penggunaan gadung berselang-seling antara gadung
racun dan gadung KB untuk menyiasati sifat tikus yang jera umpan.

Berdasarkan pengalaman petani disejumlah lokasi, formulasi racun tikus dari gadung adalah sebagai berikut:

Bahan-bahan:
1. Gadung 1 Kg
2. Dedak padi/ jagung 1 kg
3. Tepung ikan 1 ons
4. Kemiri 5-10 butir
5. Air secukupnya
Alat-alat:
1. Penumbuk/ parut/ blender
2. Ember
3. Pengaduk
Cara membuat:
1. Umbi gadung dikupas (pada saat mengupas kenakan sarung tangan plastik, karena getahnya bisa bikin
gatal kulit), lalu dihaluskan dengan blender/ penumbuk/ parut bersama kemiri
2. Campur dengan bahan-bahan lain kemudian campur air secukupnya
3. Bentuk menjadi bola-bola kecil kurang lebih 10 gr, jika dibentuk bola pecah tambahkan sedikit air lagi
4. Jemur sampai kering
Cara aplikasi:
1. Umpankan bola-bola tadi pada tikus dengan cara meletakkan pada daerah sekitar lubang tikus
2. Pada saat memasang umpan harus mempergunakan sarung tangan, hal ini disamping untuk perlindungan
diri sendiri juga sebagai upaya menghindari penurunan preferensi tikus terhadap umpan.
3. Pengendalian tikus yang efektif adalah pada saat jumlah tikus sedikit, serentak, terpadu, dan dilakukan
secara kontinyu.
Kandungan kimia umbi gadung yang berpotensi menimbulkan gangguan metabolisme (anti makan, keracunan,
bahkan manusiapun bisa mengalami ini), yaitu jenis racun dioscorin (racun penyebab kejang), diosgenin
(antifertilitas) dan dioscin yang dapat menyebabkan gangguan syaraf, sehingga apabila memakannya akan terasa
pusing dan muntah-muntah.
Selain itu, umbi gadung (Dioscorea composita) juga mengandung saponin, amilum, CaC2O4, antidotum, besi,
kalsium, lemak, garam fosfat, protein, dan vitamin. Komponen yang merugikan pada gadung yaitu zat beracun
berupa asam sianida (HCN), yang merupakan bahan aktif dalam pengendalian tikus.
Di kebun kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM) tikus menyerang titik tumbuh atau umbut dengan memakan
pangkal pelepah sehingga berlubang dan semua pelepah dibagian atas terkulai atau putus sehingga menyebabkan
tanaman mati. Sedangkan pada tanaman yang telah menghasilkan (TM) hamatikus menyerang bunga jantan, bunga
betina, daging buah baik buah muda maupun buah matang. Pada kondisi serangan berat dapat mengganggu
berlangsungnya proses generatif, yang pada gilirannya menurunkan kuantitas dan kualitas produksi.

Serangan baru ditandai dengan bekas keratan yang masih segar pada objek serangan, misalnya pada buah muda
keratan berwarna hijau segar dan pada buah tua berwarna kuning segar.

Tikus dapat berproduksi pada usia 2 - 3 bulan dan masa kehamilan 19-21 hari. Seekor tikus betina bisa melahirkan 5
- 10 ekor setiap kelahiran dan dalam setahun bisa melahirkan 5 - 10 kali dengan perbandingan jantan dan betina:
50% : 50%. Mereka akan kawin lagi setelah 48 jam setelah melahirkan.Dengan perbandingan ini, sepasang tikus
bisa menghasilkan keturunan sebanyak 10.000 - 15.000 ekor dalam setahun.

Sumber : http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/berita-181-kendalikan-tikus-dengan-umbi-
gadung.html di akses tanggal 2 agustus 2013 pkl. 12:53 PM

Anda mungkin juga menyukai