Sebagaimana diketahui keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang dapat mencerminkan kualitas dari suatu negara. Keluarga yang sejahtera, sehat, harmonis, berkualitas, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan idaman dari setiap keluarga, oleh karena itu program-program Keluarga Berencana telah dirubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi Keluarga Berkualitas Tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari visi tersebut terlihat bahwa program Keluarga Berencana memiliki andil yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.Tetapi dilain pihak terdapat kendala berupa banyaknya jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya mampu menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi-infomasi mengenai keuntungan, kekurangan,
2
kontraindikasi maupun efek samping dari kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-pandangan atau norma budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat pengguna (akseptor) menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Untuk itu diperlukan suatu layanan konseling agar dapat menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi dengan jelas mengenai keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasinya. Berdasarkan data dari SDKI 2002 2003, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa (Kusumaningrum, 2009). Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum, 2009).
Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek samping dan risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun demikian yang harus dipikirkan adalah benefit/ keuntungan dari penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi. Oleh karena alasan inilah penulis menitik beratkan tentang pengetahuan mengenai penggunaan dan pemilihan jenis kontrasepsi agar tercapainya tujuan dari program Keluarga Berencana.
3
BAB II PERMASALAHAN 2.1 DEFINISI Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma.
2.2 TUJUAN DAN SYARAT KONTRASEPSI Tujuan Kontrasepsi 1. Untuk menunda kehamilan 2. Untuk menjarangkan kehamilan 3. Untuk menghentikan kehamilan / mengakhiri kehamilan / kesuburan
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang mengganggu kesehatan, 3) daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6) mudah pelaksanaannya, 7) murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan.
2.3 JENIS JENIS KONTRASEPSI 2.3.1 KONTRASEPSI ALAMIAH Profil dan mekanisme kerja Belajar mengetahui kapan masa subur dan sanggama dihindari saat itu Efektif jika tertib
4
Tidak ada efek samping Yang dapat menggunakan: Semua perempuan, paritas berapapun, kurus atau gemuk, merokok, alasan kesehatan tertentu, alasan agama atau filosofi, tidak dapat menggunakan metode lain Yang tidak menggunakan: Kehamilan merupakan resiko tinggi, belum mendapat haid, pasangan tidak mau bekerja sama, tidak suka menyentuh daerah genital
I. Pantang berkala (sistem kalender)
Cara kerja: hindari senggama diwaktu subur.
II. Metode suhu basal/suhu tubuh basal(STB) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subuur / ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 0 C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu (hormone turun mendadak) dan naik
5
menjadi 37 - 38 0 C. Pada saat itulah terjadi masa subur / ovulasi. (progesterone tinggi membuat suhu tubuh lebih tinggi).
III. Metode ovulasi billings (MOB) Efektivitas 9-20 hamil/100 perempuan/tahun Cara kerja: mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi. Pemeriksaan lendir: 1) lendir jernih, licin, mulus menunjukkan masa subur 2) Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket atau kering menunjukkan masa tidak subur sehigga aman untuk berhubungan.
IV. Senggama terputus - pra-ejakulasi atau pancaran ekstravaginal Pengeluaran penis dari vagina sesaat sebelum terjadinya ejakulasi. Efektifitas 4-18 kehamilan/100 perempuan/tahun. Prinsipnya adalah menghindari deposit sperma di dalam fornix atau vagina untuk menghindarkan terjadinya pertemuan ovum dan sperma dalam periode subur.
V. Metode amenore laktasi (MAL) MAL merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan (rely on) pemberian ASI pada bayinya. Mekanisme kerjanya, dengan penghisapan ASI yang intensif secara berulang kali akan menekan sekresi hormone GnRH sehingga sekresi
6
FHS&LH rendah dan menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan ovulasi. Efektivitas 2 hamil/100/6bulan. Hanya dianjurkan pada perempuan: Menyusui eksklusif (8-10x per hari dengan interval <4jam) sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan, tidak haid 4-6 bulan sejak melahirkan bayinya.
2.3.2 METODE BARIER I. Kondom Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila pemakaiannya baik dan benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk mencegah PMS. Efektifitas 12-14 hamil/100/tahun. 1,2,3
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan.
Cara pakai yang benar: 1. Kondom lelaki Tahap 1 Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.
Tahap 2 Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.
Tahap 3
Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.
7
Tahap 4 Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil menekan ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis.
Tahap 5
Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan anda. Tahap 6 Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat yang aman.
2. Kondom perempuan
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.
Tahap 2 Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita mempunyai ring yang lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk bagian dalam.
Tahap 3
Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring, dan dengan jari lain pada sisi
8
yang berseberangan, kemudian tekan sehingga sisi ring yang berseberangan akan bersentuhan dan bentuk inner ring menjadi lonjong.
Tahap 4
Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi, jongkok maupun berbaring. Tahap 5 Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati. Sewaktu kondom masuk ke dalam vagina, gunakan jari telujuk untuk menekan inner ring lebih jauh ke dalam vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar, dan outer ring (ring yang besar) tetap berada di luar. Tahap 6 Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian dalam kondom. Bantu penis masuk ke dalam kondom.
Tahap 7
Pasca coitus, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar bagian outer ring untuk menjaga air mani yang tertampung di dalam kondom tidak tumpah. Keluarkan kondom secara hati-hati. Buang kondom bekas pakai ke tempat yang aman (tempat sampah). Jangan buang di toilet.
9
II. Diafragma Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks.
Diafragma ini mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi) dan alat untuk menempatkan spermisida. Beberapa jenis diafragma; Flat spring , Coil spring , Arching spring.
Pemasangan Diafragma Dipasang 6 jam sebelum dan pasca sanggama, dan dilepas <24 jam pasca sanggama. Tahap 1 Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spemisida pada kap diafragma secara merata.
Tahap 2 Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma. Posisi dapat dengan mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi kursi, berbaring ataupun sambil jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida harus berada di dalam kap. Tahap 3 Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis. Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi. Pelepasan Diafragma Tahap 1
10
Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kait bagian ujungdiafragma dengan jari telunjuk dan tengah untuk memecah penampung.
Tahap 2 Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air, kemudian keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya
III. Spermisida Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Spermisida dapat menyebabkan sel selaput sel sperma pecah, memperlambat motilitas sperma, Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Cara pemakaian
Bentuk spermisida bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue, maupun suppositoria. Cara memasukkan spermisida :
Bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter Bentuk suppositoria.
11
IV. AKDR/IUD Jenis- jenis AKDR Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di Indonesia antara lain: a.Lippes-Loop b.Saf-T-Coil c.Dana-Super d.Copper-T (Gyne-T) e.Copper-7 (Gravigard) f.Multiload g. Progesterone IUD
Keuntungan Sangat efektif. 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang ampuh, paling tidak 10 tahun IUD dapat efektif segera setelah pemasangan Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi) Dapat digunakan sampai menopause Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12
Membantu mencegah kehamilan ektopik Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur Efek samping dan kerugian a. Efek samping yang umum terjadi: Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan) Haid lebih lama dan banyak Perdarahan (spotting) antarmenstruasi Saat haid lebih sakit b. Komplikasi lain: Merasakan sakit selama 3 5 hari setelah pemasangan Perdarahan berta pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar) c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. Penyakit radang panggul memicu infertilitas f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 2 hari h. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan) j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini. l.
13
Kontraindikasi Relatif 1) Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus 2) Insufisiensi serviks uteri 3) Uterus dengan parut pada dindingnya seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi mioma dan sebagainya 4) Kelainan yang jinak serviks uteri seperti erosio porsiones uteri
Mutlak 1) Kehamilan 2) Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis 3) Adanya tumor ganas pada traktus genitalis 4) Adanya metroragia yag belum disembuhkan 5) Pasangan yang tidak lestari
Pemasangan AKDR a. Sewaktu haid sedang berlangsung. Dilakukan pada hari- hari pertama atau pada hari terakhir haid.
a. Sewaktu postpartum, Pemasangan IUD pasca persalinan bisa dibagi menjadi: Pemasangan post plasenta
Pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada persalinan pervaginam.
Pemasangan segera pasca persalinan Pemasangan IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta sampai 48 jam pasca persalinan. Pemasangan IUD transcesarian Pemasangan pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus. Bisa dilakukan dengan meletakkan IUD pada fundus uteri secara manual atau dengan menggunakan alat.
14
Pemasangan IUD interval Merupakan pemasangan IUD yang dilakukan lebih dari 4 minggu pasca persalinan. Pemasangan. IUD dilakukan dengan menggunakan inserter IUD
b. Pemasangan Pasca abortus Trimester 1 : bisa dilakukan dengan teknik pemasangan IUD interval karena serviks berdilatasi minimal dan hanya inserter IUD yang bisa masuk kedalam kavum uteri. Selain itu ukuran uterus relatif tidak mengalami perbesaran dan lebih kaku sehingga mempunyai angka resiko perforasi yang kecil . 1
Trimester 2 : bisa dilakukan dengan menggunakan teknik interval atau dengan menggunakan teknik forsep . forsep digunakan jika serviks cukup berdilatasi.
c. Beberapa hari setelah haid terakhir d. Masa interval ( antara dua haid) e. After morning (dalam waktu 72 jam setelah berhubungan)
Mekanisme kerja Menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel- sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Pemadatan endometriosis oleh lekosit. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
15
Persyaratan Pemakaian A. Yang Dapat Menggunakan Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan memilih AKDR (IUD) adalah: 1) Usia reproduktif 2) Keadaan nulipara 3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang 4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya 6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 7) Resiko rendah dari IMS 8) Tidak menghendaki metode hormonal 9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari 10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari senggama
AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan, misalnya: 1. Perokok 2. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi 3. Sedang memakai antibiotika atau antikejang 4. Gemuk ataupun kurus 5. Sedang menyusi Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini: 1) Penderita tumor jinak payudara 2) Penderita kanker payudara 3) Pusing-pusing, sakit kepala 4) Tekanan darah tinggi 5) Varises di tungkai atau di vulva 6) Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR)
16
7) Pernah menderita stroke 8) Penderita diabetes 9) Penderita penyakit hati atau empedu 10) Malaria 11) Skistosomiasis (tanpa anemia) 12) Penyakit tiroid 13) Epilepsi 14) Nonpelvik TBC 15) Setelah kehamilan ektopik 16) Setelah pembedahan pelvic. B. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan 2) Kehamilan 3) Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb) 4) Perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya 5) Tumor jinak atau ganas dalam rahim 6) Kelainan bawaan rahim 7) Penyakit gula (diabetes militus) 8) Penyakit kurang darah 9) Belum pernah melahirkan 10) Adanya perkiraan hamil 11) Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim 12) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
2.3.3 KONTRASEPSI HORMONAL I. PIL Pil KB atau oral contraceptives pill berisi hormon estrogen dan/atau progesteron yang bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif
17
dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten tetapi secara umum tidak sepenuhnya melindungi wanita dari infeksi penyakit menular seksual. Jenis Pil KB 1. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill Mengandung hormon estrogen dan progesteron dalam bentuk hormon aktif dan tidak aktif, berupa; 1. Conventional Pack. Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan 4 pil tidak aktif. Haid terjadi setiap bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif. 2. Continuous Dosing Or Extended Cycle. Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif. Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang dapat mencegah haid.
Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain: 1. Monofasik. Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2. Bifasik. Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
3. Trifasik. Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
18
Efektifitas Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen, apabila digunakan dengan benar dan konsisten. Ini berarti, kurang dari 1 dari 100 wanita yang menggunakan pil kombinasi akan hamil setiap tahunnya. Kriteria Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan pil kombinasi diperbolehkan, seperti: 1. Wanita dalam usia reproduksi. 2. Wanita yang telah atau belum memiki anak. 3. Wanita yang gemuk atau kurus. 4. Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui. 5. Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi. 6. Wanita pasca keguguran/abortus. 7. Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan anemia. 8. Wanita dengan siklus haid tidak teratur. 9. Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak. 10. Wanita dengan diabetus melitus tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf. 11. Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau tumor jinak ovarium. 12. Wanita yang menderita tuberkulosis pasif. 13. Wanita dengan varises vena. Kriteria Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi 1. Kontra indikasi absolute; tromboplebitis atau tromboemboli, riwayat tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium, diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan abnormal genetalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen. 2. Kontra indikasi relative; sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestational atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35
19
tahun, perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis selamakehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit reumatik yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif. 3. Selain itu, kriteria lain yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi adalah: 1. Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap hari. 2. Wanita yang dicurigai hamil atau benar hamil. 3. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi 1. Hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid. 2. Sewaktu mendapat haid. 3. Setelah melahirkan (pasca keguguran, setelah 3 bulan tidak menyusui, setelah 6 bulan pemberian ASI). 4. Saat ingin berhenti kontrasepsi hormonal jenis suntikan dan ingin ganti pil kombinasi
2. Minipill. Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,03- 0,05 mg per tablet. Jenis Mini Pil 1) Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil,mengandung 75 mikro gram desogestrel. 2) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil, mengandung 300 mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron. Efektifitas Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5 persen).
3. Pil sekuenseal. Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 1416 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 57 hari terakhir. 4. Once a month pill.
20
Pil hormon yang mengandung estrogen yang long acting yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang. 5. Morning after pill. Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor.
II. Suntikan Kontrasepsi suntikan kombinasi mengandung 25mg DMPA dan 5mg Estradiol sipionat, diberikan IM sebulan sekali (cyclofem), 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg Estradiol valerat, diberikan IM sebulan sekali. Sedangkan kontrasepsi suntikan progestin mengandung 150 mg DMPA diberikan setiap 3 bulan secara IM, depo noretisteron enantat (depo noristerat) mengandung 200 mg noretindrone enatat, diberikan setiap 2 bulan secara IM Cara kerja A. Menekan ovulasi B. Mengkentalkan lendir C. Perubahan pada endometrium Yang tidak boleh menggunakan A. Hamil atau diduga hamil B. Menyusui postpartum < 6minggu C. Perdarahan pervaginam yang belum jelas D. Penyakit hepatitis E. Usia > 35 tahun yang merokok F. Riwayat stroke dgn tekanan darah tinggi G. Riwayat kelainan tromboemboli dgn DM > 20 tahun H. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine I. Keganasan payudara
Waktu mulai A. Dalam waktu 7 hari siklus haid B. Jika > hari ke 7, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama 7 hari
21
C. Bila haid (-), pastikan tidak hamil, diberikan setiap saat, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama 7hari D. Pascapersalinan 3minggu, tidak menyusui E. Beralih dari kontrasepsi hormonal, diberikan sesuai dengan jadwal F. Beralih dari kontrasepsi non hormonal, dapat diberikan segera atau menunggu saat haid III. Sub-kutis/bawah kulit : Implant Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan dibawah kulit sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel. Mekanisme kerja - Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma. - Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote. - Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi. - Efek kontrasepsi norplabt merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut di atas. Daya guna norplant cukup tingi. Efektivitas antara 0,3 0,5 /100wanita/tahun. Keuntungan 1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen 2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan 3. Tidak menaikkan tekanan darah, 4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). 5. Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang ( 5 tahun dan bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita daat menjadi hamil kembali. Efek samping 1. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan memanjang atau lebih sering berdarah ( metrorrhagia ), 2. Amenore, 3. Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,
22
4. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan. 5. Timbulnya jerawat. 6. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB. Indikasi a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR b. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen Kontraindikasi 1. Kehamilan atau disangka hamil 2. Penderita penyakit hati 3. Kanker payudara 4. Kelainan jiwa ( psikosis, neurosis ), 5. varikosis 6. Riwayat kehamilan ektopik 7. Diabetes mellitus 8. Kelainan kardiovaskuler.
Waktu Pemasangan Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan.
2.3.4 KONTRASEPSI MANTAP I. Sterilisasi perempuan / Tubektomi Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Manfaat Kontrasepsi Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempan selama tahun pertama penggunaan) Permanen
23
Tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding) Tidak bergantung pada faktor senggama Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal Tidak ada efek samping dalam jangka panjang Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium. Nonkontrasepsi Berkurangnya resiko kanker ovarium. Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat : 1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup 2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup 3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai) Perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya Infeksi sistemik atau pelvik yang akut Belum memberikan persetujuan tertulis
II. Vasektomi Pengikatan / pemotongan vas deferens kiri dan kanan pad pria untuk mencegah transport spermatozoa dari testis melalui vasa ke arah uretra. Dilakukan dengan cara operasi, dapat dengan operasi kecil atau (minor Surgery)
Gambar 6. Vasektomi
24
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Alat Kontrasepsi No Jenis Kontrasepsi Kelebihan Kekurangan 1.
Kondom
Bila digunakan secara tepat maka kondom dapat digunakan untuk mencegah kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS) Kondom tidak mempengaruhi kesuburan jika digunakan dalam jangka panjang Kondom mudah didapat dan tersedia dengan harga yang terjangkau Kekurarngan penggunaan kondom memerlukan latihan dan tidak efisien Karena sangat tipis maka kondom mudah robek bila tidak digunakan atau disimpan sesuai aturan Beberapa pria tidak dapat mempertahankan ereksinya saat menggunakan kondom. Setelah terjadi ejakulasi, pria harus menarik penisnya dari vagina, bila tidak, dapat terjadi resiko kehamilan atau penularan penyakit menular seksual. Kondom yang terbuat dari latex dapat menimbulkan alergi bagi beberapa orang. 2. Suntik Kontrasepsi Dapat digunakan oleh ibu yang menyusui. Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual. Darah menstruasi menjadi lebih sedikit dan membantu mengatasi kram saat menstruasi. Dapat mempengaruhi siklus mentruasi. Kekurangan suntik kontrasepsi /kb suntik dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita. Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. Harus mengunjungi dokter/klinik setiap 3 bulan sekali untuk mendapatkan suntikan berikutnya. 3. Implan/Susuk Kontrasepsi Dapat mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka waktu 3 tahun. Sama seperti suntik, dapat digunakan oleh wanita yang menyusui. Tidak perlu dikonsumsi Sama seperti kekurangan kontrasepsi suntik, Implan/Susuk dapat mempengaruhi siklus mentruasi. Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. Dapat menyebabkan
25
setiap hari atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual. kenaikan berat badan pada beberapa wanita. 4. IUD/IUS Merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif. Bagi wanita yang tidak tahan terhadap hormon dapat menggunakan IUD dengan lilitan tembaga. IUS dapat membuat menstruasi menjadi lebih sedikit (sesuai untuk yang sering mengalami menstruasi hebat). Pada 4 bulan pertama pemakaian dapat terjadi resiko infeksi. Kekurangan IUD/IUS alatnya dapat keluar tanpa disadari. Tembaga pada IUD dapat meningkatkan darah menstruasi dan kram menstruasi. Walaupun jarang terjadi, IUD/IUS dapat menancap ke dalam rahim. 5.l Pil Kontrasepsi/kb Mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker endometrium. Mengurangi darah menstruasi dan kram saat menstruasi. Dapat mengontrol waktu untuk terjadinya menstruasi. Untuk pil tertentu dapat mengurangi timbulnya jerawat ataupun hirsutism (rambut tumbuh menyerupai pria). Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. Harus rutin diminum setiap hari. Saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting. Efek samping yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala, depresi, letih, perubahan mood dan menurunnya nafsu seksual. Kekurangan Untuk pil kb tertentu harganya bisa mahal dan memerlukan resep dokter untuk pembeliannya.
2.5 Status Pasien 2.5.1 Data Administrasi Pasien a. Nama / Umur : Ny. N / 35 tahun b. No. register : PKM Gn. Alam c. Status kepegawaian : - d. Status sosial : Ibu dari 4 orang anak
26
2.5.2 Data Demografis a. Alamat : Sido Urip b. Agama : Islam c. Suku : Jawa d. Pekerjaan : IRT e. Bahasa Ibu : Jawa f. Jenis Kelamin : Perempuan
2.5.3 Data Biologik a. Tinggi Badan : 157 cm b. Berat Badan : 64 kg c. Habitus : Overweight
2.5.4 Data Klinis a. Anamnesis Keluhan Utama : Tubektomi yang pemakaian per 3 bulan
Riwayat Penyakit Sekarang : - Pasien ingin suntik kb per 3 bulan, terakhir suntik pada awal bulan Juni. - Pasien tidak pernah berhenti menggunakan kb suntik sejak 7 tahun yang lalu. - Pasien telah mempunyai 4 orang anak, dengan anak yang terkecil berusia 7 tahun. - Menstruasi pasien datang sangat tidak lancar dan sangat sedikit. Terakhir menstruasi bulan juli dan hanya 1 hari. - Pasien merasakan berat badan semakin bertambah dari sebelumnya. - Pasien mengatakan sejauh ini tidak ada keinginan untuk hamil lagi Riwayat Penyakit Dahulu - Tidak menderita penyakit menular seksual, keputihan, kelainan pembekuan darah, hipertensi, diabetes melitus, hipertiroid dan metabolik lainnya
27
- Tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, benda, maupun obat- obatan. Riwayat Penyakit Keluarga - Tidak ada riwayat keluarga menderita kelainan pembekuan darah, hipertensi, diabetes melitus, hipertiroid dan metabolik lainnya. b. Pemeriksaan Jasmani Tanda Vital : - Kesadaran : compos mentis - TD : 120/70 mmHg - Nadi : 76 x/menit - Nafas : 20 x/menit - Suhu : 36,8 0 C
Status Generalisata : Kulit : Sawo matang, turgor baik, eritema maupun jaringan parut tidak ada Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter pupil 2 mm, refleks cahaya +/+, mata cekung THT : Status lokalis Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening Dada : Paru I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada Pa : fremitus kiri=kanan Pe : sonor A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/- Jantung I : Iktus tidak terlihat Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V Pe : batas jantung dalam batas normal
28
A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada Abdomen I : sedikit membuncit Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium tidak ada, uterus tidak teraba. Pe : timpani A : Bising Usus (+) normal Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-
3.1 METODE PENYULUHAN Metode penyuluhan yang dilakukan adalah metode penyuluhan kelompok, sasaran utama yakni pasien sebagai akseptor dan suami pasien.
3.2 INTERVENSI Penatalaksanaan pada pasien ini yakni dengan pemberian kontrasepsi suntik per 3 bulan. Dan menganjurkan kepada pasien dan suami untuk berpindah dari KB suntikan ke tubektomi. Memberikan penjelasan kepada pasien dan suami hal- hal mengenai efek pemakaian jangka lama dari kontrasepsi hormonal, dan kelebihan dari tubektomi. Menjelaskan mengenai tubektomi.
30
BAB IV PELAKSANAAN
31
BAB V MONITORING DAN EVALUASI
5.1 Strategi Penanganan Masalah
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 35 tahun datang berobat ke puskesmas Gunung Alam dengan diagnosis Akseptor hormonal injeksi per 3 bulan + Multipara + overweight. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan pasien telah mendapatkan KB suntik hormonal sejak 7 tahun yang lalu setelah lahir anak terkecil. Pasien selalu kontrol untuk suntikan ke puskesmas dan bidan. Pasien telah mempunyai 4 orang anak. Haid tidak lancar, sedikit dan hanya sebentar. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, penyakit menular seksual,kelainan darah dan metabolik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tidak anemia, tidak ada kelainan pada jantung, paru dan genitalia. Pasien tidak dalam keadaan hamil , berat tubuh paaien tergolong overweight. Pengobatan yang diberikan di Puskesmas Gunung Alam adalah penyuntikan kb hormonal 3 bulan sesuai tanggal pemberian yang terakhir. Menilai lagi KB yang cocok dan dibutuhkan oleh akseptor. Menganjurkan aseptor untuk berpindah dari KB hormonal menjadi tubektomi. Memberi penjelasan mengenai tubektomi kepada akseptor dan suami. Manajemen Preventif : Kontrol secara teratur ke tenaga kesehatan sehubungan dengan pemakaian kontrasepsi Melakukan hubungan pasutri secara aman dan sehat
Promotif : Menjelaskan kepada pasien dan suami mengenai KB dan alat kontrasepsi Menjelaskan mengenai efek pemakian KB hormonal jangka panjang
32
Membicarakan kontrasepsi yang cocok untuk pasien Menjelaskan mengenai tubektomi terutama kelebihan dan kekurangannya
Kuratif (resep) : Pemberian injeksi KB hormonal 3 bulan secara IM
Rehabilitatif : Kontrol teratur ke puskesmas per 3 bulan selama masih menggunakan KB suntik 3 bulan.
5.2 Evauasi Datang kembali ke puskesmas 3 bulan mendatang dan mengganti cara kontrasepsi menjadi tubektomi
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006. 2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002 3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006 4. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama.cetakan kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2001 5. Sarwono. Kontrasepsi; Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka sarwono; 2002. 6. Lesnewski R, Prine L Initiating Hormonal Contraception accessed from www.aafp.org/afp 7. L. Lawiener. 2008. Postpartum Contraception accessed from. United of Children. http://www.reproline.jhu.edu/english/6read/6multi/pg/ppc1.htm#Introduction