Anda di halaman 1dari 17

Praktikum Kimia Fisika I

Tahun Ajaran 2014/2015



Panas Pembakaran
PANAS PEMBAKARAN

I. TUJUAN
- Menentukan kapasitas pembakaran dengan alat burn
kalorimeter.
- Menggunakan hukum Hess untuk menentukan panas
pembakaran dalam burn kalorimeter.

II. TEORI
Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi
adalah pembakaran yaitu suatu reaksi cepat antara bahan bakar
dengan oksigen yang disertai terjadinya api.
Pembakaran ada 2 jenis :
1. Pembakaran sempurna
pembakaran dimana bahan bakar mengalami pembakaran dimana
konstituen yang dapat terbakar didalam bahan bakar
membentuk CO2, air dan gas.
2. Pembakaran tidak sempurna
Pembakaran dimana bahan bakar mengalami oksidasi perlahan-
lahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi
dipakai untuk menaikkan suhu bahan secara perlahan-lahan
sampai suhu nyala.
Bahan bakar utama belakangan ini adalah bahan bakar fosil
yaitu : gas alam, minyak bumi dan batu bara.
Entalpi pembakaran
Reaksi suatu zat dengan oksigen disebut dengan reaksi
pembakaran. Zat yang mudah terbakar adalah unsur karbon,
hidrogen, belerang dan berbagai unsur senyawa dari unsur - unsur
tersebut. Perubahan entalpi pada pembakaran sempurna adalah
entalpi pembakaran standar (standard enthalpy of combustion) yang
dinyatakan dengan Hc
o
, yang terjadi pada 1 mol zat pada tekanan 1
atm dan suhu 298 K.
Entalpi perubahan fisik
Perubahan entalpi standar yang menyertai perubahan fisik
disebut entalpi transisi standar. Contohnya adalah entalpi
penguapan, dua contoh lainnya adalah entalpi peleburan standar
dimana es pada tekanan satu bar meleleh menjadi air atau cairan
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
pada tekanan satu bar, dan entalpi sublimasi standar untuk proses
dimana padatan menguap.
Sebab perubahan entalpi tidak bergantung pada jalannya
antara dua keadaan. Hal ini sangat penting dalam termokimia karena
ini berarti bahwa nilai H
o
yang sama akan diperoleh bagaimana pun
perubahan yang dihasilkan ( selama keadaan awal dan akhirnya
sama ).
Contohnya kita dapat membayangkan sublimasi.
A(s) A(g) H
o
sub ( T )
Walaupun demikian, hasil keseluruhan yang sama akan
diperoleh jika padatan dianggap meleleh pada temperatur T dan
kemudian menguap pada temperatur tersebut.
A(s) A(g) H
o
sub (T)
A(l) A(g) H
o
sub (T)
Secara keseluruhan :
A(s) A(g) H
o
sub (T) H
o
uap
(T)
Karena secara keseluruhan hasilnya sama, perubahan juga sam
dalam kedudukan kasus tersebut, dan kita dapat menyimpulkan
bahwa :
H
o
sub (T) = H
o
fus (T) + H
o
uap (T)
Kesimpulan langsung apa bila entalpi peleburan positif, maka
entalpi sublimasi suatu zat terlalu lebih besar dari pada entalpi
penguapanya. Karena H adalah fungsi keadaan, konsekuensinya
adalah nilainya sama tetapi tanda berlawanan pada entalpi standar
proses sebaliknya.
H
o
(sebaliknya) = - H
o
( maju )
Misalnya entalpi kondensasi standar suatu zat pada
temperatur T haruslah nilai negatif dari entalpi standar
penguapannya pada temperatur ini. Jadi, karena penguapan air
adalah endoterm, dengan 44 kj/mol pada temperatur 298 K.
kondensasinya pada temperatur itu adalah eksoterm dengan 44
kj/mol.
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
Entalpi pelarutan standar suatu zat adalah perubahan entalpi
standar jika zat itu melarut di dalam pelarut dengan jumlah tak
terhingga, sehingga interaksi antara dua ion ( atau molekul terlarut
untuk zat bukan elektolit ) dapat diabaikan.
Energi pengionan Ei adalah perubahan energi dalam untuk
proses yang sama pada T = 0, karena energi pengionan pada
temperatur biasa sama dengan energi pengionan pada T = 0 maka
cukup baik untuk menggunakan hubungan :
H
o
i = E1 + RT
Karena RT hanya sekitar 2,5 kj/mol pada temperatur kamar
dan energi pengionan lebih besar dengan 100 kali, maka biasanya
mengabaikan perbedaan antara H
o
i, U
o
i dan E1 .
Kata entalpi berasal dari bahasa yunani yang berarti
pemanasan. Entalpi merupakan fungsi keadaan tetapi harga
perubahan entalpi itu sendiri merupakan suatu fungsi. Di dalam ini
hukum Hess biasanya digunakan untuk menghitung entalpi standar
yang sukar dihitung atau diamati secara percobaan.
Kapasitas panas dan panas spesifik
Sifat-sifat kimia atau sifat dari air yang mendefenisikan asal
dari kalori adalah banyaknya perubahan temperatur yang dialami air
waktu mengambil atau melepaskan kalor. Istilah umum untuk sifat
ini disebut kapasitas panas yang didefenisikan sebagai jumlah panas
yang diperlukan untuk mengubah temperatur suatu benda sebesar
1
o
C.
Kapasitas panas yang bersifat ekstensif yang berarti bahwa
jumlahnya bergantung dari besarnya sampel. Misalnya untuk
menaikkan suhu 1 g air sebesar 1
o
C diperlukan 4,18 J (1kal), tapi
untuk menaikkan suhu air 100 g sebesar 1
o
C. diperlukan energi 100
kali lebih banyak yaitu 418 J. Sehingga 1 g sampel mempunyai
kapasitas panas sebesar 4,18 J/
o
C sedangkan untuk sampel sebesar
100 g mempunyai kapasitas panas sebesar 418 J/
o
C.
Pengukuran perubahan energi dalam reaksi kimia
Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat
sebagai panas, oleh karena lebih tepat istilahnya disebut panas
reaksi. Alat yang digunakan untuk mengukur panas tersebut disebut
kalorimeter.
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
Untuk mendapatkan reaksi pembakaran yang baik diperlukan :
1. Perbandingan tertentu antara bahan bakar dengan udara.
2. Pencampuran yang baik antara bahan bakar dan udara.
3. Permulaan dan berkelangsungan penyalaan pencampuran.
Pada awal pembakaran diperlukan nyala api atau loncatan api
listrik setelah sebagian kecil panas panas pembakaran mulai terjadi
bahan bakar sudah mulai terbakar, maka sebahagian dari panas
pembakaran akan digunakan untuk menaikkan suhu bahan bakar
sampai saat suhu bahan bakar cukup untuk terbakar sendiri. Jika
ini terjadi maka bantuan nyala untuk membakar bahan bakar tidak
dibutuhkan lagi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan nyala pada panas
pembakaran :
1. Tekanan campuran bahan bakar dengan udara.
2. Suhu pembakaran.
3. Perbandingan udara primer dan bahan bakar.
4. Efek perbandingan lingkungan.
Pembakaran yang tidak sempurna pada zat yang tidak terbakar
akan mengurangi efisiensi bahan bakar dalam mesin kendaraan dan
pembakaran yang tidak sempurna juga akan menghasilkan karbon
monoksida yang bersifat racun yang dapat mencemari udara pada
lingkungan kita.
a. Reaksi pembakaran sempurna

C8H18 + 6 O2 8 CO2 + 9 H2O H = -5460 KJ

b. Reaksi pembakaran tak sempurna

C8H18 + 4 O2 8 CO + 9 H2O H = -2924,4 KJ
Dua dari reksi diatas menunjukkan perbedaan reksi yang
dialami oleh isooktan yang bereaksi atau yang terbakar sempurna
dengan reaksi yang tidak terbakar secara sempurna.
Panas pembakaran adalah panas yang timbul pada
pembakaran 1 mol zat. Biasanya panas pembakaran ditentukan
secara eksperimen pada volume yang tetap dalam bomb kalorimeter.
Nilai kalor terdiri dari 2 macam yaitu :
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
1. Nilai kalor atas
Kalor yang dihasilkan pembakaran sempurna pada tekanan
yang tetap.
2. Nilai kalor bawah
Kalor yang besar atau nilainya sama dengan nilai kalor yang
dibutuhkan air yang terdapat dalam bahan bakar dan air yang
terbentuk untuk menguap pada tekanan tetap.

























Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. 1 set burn kalorimeter, berfungsi sebagai alat
untuk menentukan kapasitas panas.
2. Termometer, berfungsi untuk mengukur suhu.
3. Hot plate, Berfungsi sebagai pemanas.
4. Beker gelas, berfungsi sebagai wadah sampel.
5. Gelas ukur, berfungsi untuk mengukur volume sampel.
b. Bahan
1. lililin, berfungsi sebagai bahan bakar.
2. aquadest, sebagai sampel.
3. etanol, berfungsi sebagai bahan bakar
































Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
3.2 Cara Kerja
1. 100 mL air dingin dimasukkan ke dalam alat burn
calorimeter. Dicatat suhunya.
2. Dimasukkan lagi 100 mL air panas. Suhu campuran air
dicatat.
3. Etanol dimasukkan kea lat pembakar (yang ada
sumbunya) dan ditimbang massanya.
4. Alat pmbakar dihidupkan dan diletakkan di bawah burn
calorimeter.
5. Pemanasi dilakukan hingga T = 15C.
6. Alat pembakar dimatikan.
7. Etanol yang tersisa ditimbang.
8. Langkah yang sama diulangi untuk spiritus.
9. Langkah yang sama diulangi untuk lilin (cukup dengan
membakar sumbunya).
10. Dihitung nilai kapasitas pembakaran dan perubahan
energy dalam.





























Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
3.3 Skema Kerja

Dimasukkan 100 mL air
dingin. Dicatat suhunya.
Dimasukkan 100 mL air
panas. Dicatat suhu
campuran.

Dimasukkan 2 mL etanol,
ditimbang.

Alat pembakar dihidupkan
dan diletakkan dibawah burn
kalorimeter.

Dilakukan pemanasan
hingga T = 15C.

Alat pembakar dimatikan.

Etanol yang tersisa ditimbang

Langkah yang sama diulangi
untuk spiritus dan lilin.













Burn Kalorimeter
Alat Pembakar
Kapasitas pembakaran
dan perubahan energi
dalam dihitung
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
3.4 Skema Alat






1







2



3



4



Keterangan :
1. Termometer
2. pengaduk
3. Burn kalorimeter
4. burner



Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran


IV. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Perhitungan
a. Etanol
Percobaan I
Massa etanol +burner = 14,96
g
Massa etanol setelah pembakaran burner =
13,00 g
T1 = Tair dingin = 28
o
C massa =
400 g
T2 = Tair panas = 68
o
C massa =
200 g
T3 = Tcampuran = 39
o
C
T4 = Takhir = 51
o
C
Percobaan II
Massa etanol +burner = 14,62
g
Massa etanol setelah pembakaran + hot plate = 12,44
g
T1 = Tair dingin = 28
o
C massa =
400 g
T2 = Tair panas = 69
o
C massa =
200 g
T3 = Tcampuran = 40
o
C
T4 = Takhir = 52
o
C
b. Lilin
Massa lilin + hot plate = 4,33 g
Massa lilinsetelah pembakaran + hot plate = 2,70 g
T1 = Tair dingin = 28
o
C massa =
400 g
T2 = Tair panas = 68
o
C massa =
200 g
T3 = Tcampuran = 39
o
C
T4 = Takhir = 51
o
C
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
A. Menghitung Kapasitas Panas
Qterima = Q lepas
Qakhir = 1 kal/g
o
C
*ETANOL
a) Percobaan I
Mad . Ca . (T3 T1) + (T3 T1) = Map . Ca . ( T2 T3 )
400 g. 1 kal/ g
o
C . (39 28)
o
C + C1 (39-28)
o
C
= 200 g . 1 kal/g
o
C . (68 39)
o
C
4400 kal + C1 11
o
C = 5800 kal
C1 = 5800 kal 4400 kal
11
o
C
= 127,272 kal/
o
C
b) Percobaan II
Mad . Ca . (T3 T1) + C1 . (T3 - T1) = Map . Ca . (T2 - T3)
400 g.1 kal/g
o
C . (40 28)
o
C + C2 (40 - 28)
o
C
= 200 g. 1kal/g
o
C. (69-40)
o
C
4800 kal + C2 . 12
o
C = 5800 kal
C2 = 5800 kal 4800 kal
12
o
C
= 83,33 kal/
o
C
Crata rata = C1 + C2 = 127,272 kal/
o
C+83,33 kal/
o
C
2 2
= 105,303 kal/
o
C
LILIN
400 g . 1 kal/
o
C (39-28)
o
C + C . (39-28)
o
C
= 200 . 1kal/g
o
C . (68 39)
o
C
4400 kal + C . 11
o
C = 5800
C = 5800 kal 4400 kal
11
o
C
= 127,273 kal/
o
C

B. Menghitung Entalpi (H) Etanol dan Lilin
*ETANOL
- H1 = Mair total . Ca (T4 T3) + C (T4 T3)
= 600 g . 1 kal/g
o
C (51-33)
o
C + 105,303kal/
o
C(51-
33)
o
C
= 7200 kal + 1158,333 kal
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
= 8358,333 kal 4,2 joule
1 kal
= 35104,99 J
H1 = - 35,105 KJ

- H2 = 600 g . 1 kal/g
o
C (52-40)
o
C + 105,303 kal/
o
C(40-
28)
o
C
= 7200 kal + 1263,636 kal
= 8463,636 kal 4,2 joule
1 kal
= 355547,271 J
H2 = - 35,55 KJ


Entalpi Molarnya adalah:
- H1 = 46 g HEtoh
1 mol massa yang hilang
a. g hilang adalah 1,96 g
= 46 g -35,105 KJ
1 mol 1,96 g
H1 = - 823,893 KJ/mol

-H2 = 46g HEton
1 mol massa yang hilang
b. g hilang = 2,18 g
H2 = 46 g -35,55 KJ
1 mol 2,18 g
= - 750,138 KJ/mol

LILIN
- H = 600 g . 1kal/g
o
C (51-39)
o
C + 127,273 kal/
o
C(39-
28)
o
C
= 7200 kal + 1400,003 kal
= 8600,003 kal
H = - 8600,003 kal 4,2 joule
1 kal
= - 36120,013 joule
= - 36,12 KJ

C. Perhitungan Energi (E)
*ETANOL
C2H5OH(1) + 3 O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(1)
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
Ng = produk reaktan
= 2 3
= -1 mol
E1 = H1 - ( ng RT)
= - 35,105 KJ (-2502,515 KJ)
= - 32602,486 J
= - 32,602 KJ

E2 = H2 - ( ng RT)
= - 35,55KJ ( -2502,515 KJ)
= - 33047,486 J
= - 33,047 KJ
* LILIN
E = H - (ng RT)
= - 36,12 KJ - (-1 8,314 J/molK.301K)
= - 33617,486 J
= - 33,62 KJ

D. Menghitung efisiensi alat
= 80%
*ETANOL

H1 = H1 100/80
= -35,105 KJ 100/80
= - 43,88125 KJ
H2 = H2 100/80
= -35,55 KJ 100/80
= - 44,4375 KJ
E1 = E1 100/80
= -32,602 KJ 100/80
= - 40,7525 KJ
E2 = E2 100/80
= -33,047 KJ 100/80
= -41,30875 KJ
*LILIN

H = H 100/80
= -32,16 KJ 100/80
= - 40,2 KJ
E = E 100/80
= -29,65725KJ 100/80
= -37,07125 Kj
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran















4.2 Pembahasan
Percobaan untuk menghitung panas pembakaran yang dilakukan kali
ini yaitu mengukur panas pembakaran, energi dari etanol dan lilin,
setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan:
Qlepas = Qterima
Pembuatan tungku pada proses pembakaran harus benar
benar tepat agar api tidak mati, terutama pada saat pengujian etanol
karena sampel etanol sangat mudah menguap, dan juga pada saat
pemasukan sampel etanol ke reakton agak sedikit lama karena
sumbu pemanas yang digunakan cukup panjang, pada percobaan
yang pertama api yang dihasilkan sangat kecil karena sumbu
pemanas kurang panjang, percobaan pun di batalkan, percobaan
diulangi kembali. Berat bahan bakar yang digunakan ditimbang
sebelum dan sesudah dilakukannya pembakaran, hal ini bertujuan
untuk menghitung berat bahan bakar yang hilang setelah dilakukan
pembakaran karena berat bahan bekar yang hilang adalah berat
bahan bahan bakar yang terpakai dalam percobaan digunakan dalam
perhitungan entalpi molar dari bahan bakar dengan persamaan :
H = Mr HEtoh
1 mol massa yang hilang

Pengadukan air yang berada dalam kalorometer pembakaran
harus dilakukan secara kontiniu hal ini bertujuan untuk
penyetaraan panas pada semua bagian air sehingga pengukuran
suhu yang dilakukan akan akurat.
Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran
Alat kalorimeter ini berbahan kaca yang mudah pecah makla
pengadukan yang digunakan dengan pengaduk yang berbahan logam
keras tidak dilakukan dengan kuat, pengadukan dilakukan secara
perlahan namun secara kontiniu.
Untuk nilai efisiensi alat burn kalorimeter tersebut adalah 80 %
dimana nilai-nilai termodinamika tersebut yaitu entalpi, energii yang
dapat dicari atau dikali dengan nilai efisiensi tersebut, dan didapat
kan hasil yang sebenarnya.
Untuk entalpi didapatkan nilai yang negatif hal ini
menunjukkan bahwa rekasi yang terjadi pada pembakaran bahan
bakar adalah reaksi yang eksoterm, dan panas yang dihasilkan dari
pelepasan panas tersebut sisebut dengan panas pembakaran.
Dalam percobaan ini dapat dilihat bahwasanya suatu
pembakaran akan terjadi apabila udara yang menjadi tempat
terjadinya pembakaran sebanding dengan zat yang akan dibakar. Hal
ini terlihat saat api yang awalnya nyala kemudian mati setelah
beberapa detik hal ini dikarenakan karena kurangya udara yang yang
mengandung O2 didalam burn kalorimeter sehingga setelah udara
dibagian dalam alat habis pembakaranpun berhenti, karena tidak
adanya udara yang masuk menggantikan udara yang hilang setelah
bereaksi.





















Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
o Kapasitas kalor dari lilin lebih besar daripada kapasitas kalor
yang dimiliki etanol.
o Cetanol = 105,303 kal/
o
C
o Clilin = 127,273 kal/
o
C
o Reaksi yang terjadi pada pembakaran ini berupa eksoterm,
yang berasal dari sampel.
o Efisien dari alat kalorimeter yang digunakan adalah 80%
o Burn kalorimeter merupakan alat yang menggunakan sistem
yang bersifat adiabatik.

5.2 Saran
Etanol mudah menguap hindari penguapan sebisa mungkin
Usahakan api tidak padam
Jangan gunakan lilin untuk membakar hot plate gunakan
korek api kayu
Hati-hati dalam memposisikan alat, jangan sampai terbentur
karena kalorimeter berbahan kaca yang mudah retak dan
pecah.
















Praktikum Kimia Fisika I
Tahun Ajaran 2014/2015

Panas Pembakaran




DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. Kimia fisika edisi ke IVjJilid I. Jakarta : Erlangga
Birt Tony. 1987. Kimia fisika untuk universitas. Jakarta : Erlangga

URL : http://www.chemistry.org/materi=kimia/kimia fisika
I/termokimia/ pembakaran-sempurna-dan-tidak-sempurna
http://www.chemistry.com/materi_kimia fisika
I/temokimia/kador pembakaran

Anda mungkin juga menyukai