Machiavelli lahir tahun 1469 di Florence, Italia dan meninggal dunia tahun 1527 pada umur 58 tahun. Ayahnya adalah seorang ahli hukum, tergolong anggota famili terkemuka tetapi tidak begitu berada. Selama masih hidup Machiavelli pada saat puncak- puncaknya Renaissence Italia, Italia terbagi-bagi dalam negara-negara kecil, berbeda dengan negara yang bersatu seperti Perancis, Spanyol dan Inggris. Karena itu tidaklah mengherankan jika pada masa ini Italia lemah secara militer meskipun brilian di segi kultur. Di kala Machiavelli muda, Florence diperintah oleh penguasa Medici yang masyhur, Lorenzo. Setelah Lorenzo meninggal dunia tahun 1942, beberapa tahun kemudian penguasa Medici diusir dari Florence. Florence menjadi Republik (Republik Florentine). Pada tahun 1498, Machiavelli, yang berumur dua puluh Sembilan tahun, memperoleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat dalam pelbagai misi diplomatic atas namanya, melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman, dan di dalam negeri Italia. Tahun 1512, Republik Florentine digulingkan dan penguasa Medici kembali memegang tampuk kekuasaan, Machiavelli dipecat dari posisinya, dan ditahun berikutnya ia ditahan atas tuduhan terlibat dalam komplotan melawan penguasa Medici. Meski disiksa ia tetap bertahan menyatakan tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan pada tahun itu juga. Sesudah itu ia pensiun dan berdiam diri di sebuah perkebunan kecil di San Casciano, tidak jauh dari Florence. Semasa hidupnya, Machiavelli menulis beberapa buku, yaitu : a. The Prince (Sang Pangeran), karya paling monumental ditulis tahun 1513. b. The Discourses upon the First Ten Books of Titus Livius (Pembicaraan terhadap Sepuluh Buku Pertama Titus Livius), ditulis tahun 1932 c. The Art of War (Seni Berperang), ditulis pada 1520 d. A History of Florence (Sejarah Florence) e. La Mandragola (suatu drama yang bagus, kadang-kadang masih dipertanggungjawabkan orang). a) Filsafat Politik Baru Tidak ada filsuf politik yang menjadi sasaran penilaian yang beragam dan kontradiktif disbanding Machiavelli. Pada titik ekstrem, ia dikecam sebagai guru penipuan dan pengkhianatan politik, sebagai inkarnasi dari kekuatan licik dan brutal dalam dunia politik, dan sebagai penggagas totalitarianism modern. Di lain pihak, ia dipuja sebagai pahlawan italia yang bersemangat dan mengabdikan dirinya bagi kebaikan warga negaranya, sebagai pemikir yang member sumbangsih besar pada kebebasan manusia dan nasib manusia. Machiavelli temasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasannya haruslah menggunkan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dalam penggunaan dengan kekejaman penggunaan kekuatan. Meskipun ia dikutuk banyak orang sebagai bajingan tak bermoral, tetapi ia juga dipuja oleh lainnya sebagai realis tulen yang berani memaprkan keadaan dunia apa adanya. Machiavelli adalah salah satu adari sedikit penulis yang hasil karyanya begitu dekat dengan studi baik filosofi maupun politikus. Buku The Prince berisi nasihat-nasihat politik kepada negarawan. Pemikiran dasar buku ini adalah bahwa demi suatu keberhasilan seorang pangeran harus mengabaikan pertimbangan oral sepenuhnya dan mengandalkan segala sesuatunya atas kekuatan dan kelicikan. Sering kali dikatakan bahwa Machiavelli percaya bahwa ada perbedaan antara moralitas unutk kehidupan pribadi dengan moralitas unutk negarawan. Wlaupun negarawan merupakan penjaga moralitas tetapi ia diperbolehkan melanggar moralitas itu sendiri ketika dibutuhkan. Masih dalam The Prince, Machiavelli menasihatkan sang pangeran agar dapa b) Tujuan Menghalalkan Segala Cara Dalam The Prince, Machiavelli membedakan antara kerajaan dan tirani. Kerjaan merupakan penjelmaan kekuasaan bagi kebaikan umum rakyat. Sementara tirani, kekuasaan unutk memenuhi kepentingan pribadi penguasa. Penguasa yang baik adalah orang yang tujuannya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi untuk kebaikan umum, dan bukan demi kepentingan pengganti-penggantinya tetapi demi tanah air yang menjadi milik semua orang. Demi tujuan yang baik, sebagaimana dinyatakan dalam Discourses, semua cara yang diperlukan bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Machiavelli megtakan, the end justifies the means (tujuan menghalalkan segala cara). Seorang penguasa tidak wajib membhasa pakah tindakannya secara moral benar atu etis. Tidal terdapat kejahatan dalam politik , hanya kesalahan kecil. Terbebas dari pertimbangan moral, penguasa bisa mengerahkan seluruh energinya untuk keputusan empiris. Semua cara tiran secara sah terbuka baginya. Satu-satunya pembatasan adalah bahwa ia harus menggunkannya untuk tujuan yang benar (kebaikan umum, common good).Pemikiran filsafat politik Machiavelli sering member imajinasi bagi para pelaku manipulasi dan penyalahgunaan kekuasaan. Ia menjadi sumber justifikasi teoritis bagi politik kekuasaan dan bagi aksi-aksi politik yang keji dan tidak bermoral. Banyak petualang revolusioner dan diktator mendapatkan formula kesadaran dari Machiavelli mengenai cara menyikapi apa yang mereka anggap sebagai insting. Machiavelli mungkin tidak suka dan ngeri dengan beberapa tindakan yang dilakukan oleh orang-orang sesudahnya yang mengaku dibimbing oleh prinsip-prinsipnya. Ia adalah orang yang tulus dan jujur, bahkan kehidupan pribadinya secara moral tanpa cacat. Namun dengan menceraikan etika dari politik, ia secara teoritis ikut melempangkan jalan bagi negara absolut dan totalitarian yang sama sekali mengabaikan hak asasi manusia.
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
1. Materialisme Materialisme merupakan paham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Pada abad pertama masehi faham ini tidak mendapat tanggapan yang serius, dan pada abad pertengahan orang masih mengnggap asing terhadap faham ini. Baru pada zaman Aufklarung (pencerahan). materialism mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran ini tumbuh subur di Barat disebabkan, dengan faham ini, orang- orang merasa mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalil-dalil yang muluk- muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti. Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang kerasdan hebat dari kaum-kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (ateis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritik pun muncul di kalangan ulama-ulama yang menetang materialism. Adapaun beberapa kritik yang dilontarkan tersebut adalah sebagai berikut : a. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari chaos (kacau balau). Padahal menurut Hegel, kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balu namanya. b. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. Padahal pada hakikatnya hukum ala mini adalah perbuatan ruhani juga. c. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan asal benda itu sendiri. Padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yakni Tuhan. d. Materialsime tidak sanggup menrangkan suatu kejadian ruhani yang paling mendasar sekalipun.
Di antara tokoh aliran ini adalah Anaximenes (585-528SM), Anaximondros (610- 545SM), Thales (625-545SM), Demokritos (460-545), Thomas Hobbes (1588-1679), Lamettrie (1709-1715), Feuerbach (1804-1877), Spencer (1820-1903), dan Karl Marx (1818-1883). 2. Dualisme Dualisme adalah jaran atau faham yang memandang ala mini terdiri atas dua macam hakikat materi dan hakiakt ruhani. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama asasi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerjasama kedua hakikat ini adalah terdapat dalam diri manusia. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain adalah Plato (427-347SM), Aristoteles (384- 322SM), Descrates (1596-1650), Fechner (1802-1887), Arnold Gealinex, Leukippos, Anaxagoras, Hc. Daugall dan A. Schopenhauer (1788-1860).