Anda di halaman 1dari 6

A.

Tanggung Jawab Rumah Sakit Berdasarkan UU NO 44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit
1. Hak Rumah Sakit
Hak rumah sakit adalah kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki rumah sakit untuk
mendapatkan atau memutuskan untuk membuat sesuatu. Dalam Undang-Undang No. 44
tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, hak rumah sakit diatur dalam Pasal 30 yaitu (1):
a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan
klasifikasi Rumah Sakit;
b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan
penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan;
d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;
f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan;
g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang
ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.
Rumah sakit berhak atas segala sesuatu yang berhak didapatkan dan diperolehnya.
Imbalan jasa merupakan balasan jasa yang diberikan pihak pasien sebagai konsumen yang
merupakan kewajiban pasien. Imbalan jasa yang diberikan dapat menjadi sebagai pendorong
semangat untuk bekerja bagi para tenaga medis dan meningkatkan kinerja perawat. Hal
tersebut dapat mempengaruhi dalam faktor individu yang terdiri dari kemampuan dan
keterampilan, faktor psikologi terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motovasi,
sedangkan faktor organis berefek tidak langsung terhadap perlaku dan kinerja individu yang
terdiri dari sumber daya, kepemimpinan dan struktur (2). Apabila Pasien yang tidak
membayar imbalan jasa yang sesuai dengan pemakaian, maka pihak rumah sakit berhak
menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian. Hal tersebut merupakan perbuatan melawan
hukum yang merugikan pihak lain atau disebut wanprestasi. Dalam Pasal 1365 KUHPerdata
menyatakan: Setiap perbuatan melawan hukum yang oleh karena itu menimbulkan kerugian
pada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian
tersebut mengganti kerugian. Oleh karena itu, pihak rumah sakit berhak melakukan gugatan
kepada pasien yang melakukan wanprestasi.
Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada publik yang
berkaitan dengan rahasia kedokteran. Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit
dan menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia
kedokterannya kepada umum. Penginformasian kepada media massa memberikan
kewenangan kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia kedokteran pasien sebagai
hak jawab Rumah Sakit. (1). Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila
pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif. Rumah Sakit tidak
dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit (1).
2. Tanggung Jawab Rumah Sakit
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia atas tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.
Adapun kewajiban rumah sakit dalam Pasal 29 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit yaitu (1):
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah
Sakit;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan
pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan
gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi
kemanusiaan;
g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
h. Menyelenggarakan rekam medis;
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah,
parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut
usia;
j. Melaksanakan sistem rujukan;
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien;
m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. Melaksanakan etika Rumah Sakit;
o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun
nasional;
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran
gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);
s. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas; dan
t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.
Berdasarkan keterangan di atas, rumah sakit harus bertanggung jawab dalam
melaksanakan kewajibannya yang bertujuan untuk memberi kesehatan yang baik dan
perlindungan pelayanan yang baik kepada pasien. Dalam pelayanan, rumah sakit harus
memiliki standar pelayanan rumah sakit yaitu semua standar pelayanan yang berlaku di
rumah sakit antara lain standar operasional prosedur, standar pelayanan medis dan standar
asuhan keperawatan (3).
Rumah sakit dibangun serta dilengkapi dengan sarana, prasarana dan peralatan yang
dapat difungsikan serta dipeliharan sedemikian rupa untuk mendapat keamanan, mencegah
kebakaran/bencana dengan terjaminnya keamanan, kesehatan dan keselamatan pasien,
petugas, penunjang, dan lingkungan rumah sakit. Apabila rumah sakit melakukan
pelanggaran atas kewajibannya maka rumah sakit bertanggung jawab secara hukum.
Penjelasan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Hal ini diatur dalam
pasal 46 yang menyatakan: Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dirumah
sakit (1).
Rumah sakit adalah subyek hukum. Berarti, rumah sakit dapat melakukan hubungan
hukum dengan subyek hukum lainnya dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, karena itu
rumah sakit wajib menanggung segala konsekuensi hukum yang timbul sebagai akibat dari
perbuatannya atau perbuatan orang lain yang berada dalam tanggung jawabnya. Tanggung
jawab hukum tersebut meliputi tiga aspek yaitu hukum perdata, hukum administrasi dan
hukum pidana. Dari sisi hukum perdata, pertanggungjawaban rumah sakit terkait dengan
hubungan hukum yang timbul antara pasien dengan rumah sakit dalam pelayanan kesehatan
di rumah sakit.
a) Perdata
Merujuk pendapat Triana Ohoiwutun, hubungan hukum ini menyangkut dua macam
perjanjian yaitu perjanjian perawatan dan perjanjian pelayanan medis. Perjanjian perawatan
adalah perjanjian antara rumah sakit untuk menyediakan perawatan dengan segala
fasilitasnya kepada pasien. Sedangkan perjanjian pelayanan medis adalah perjanjian antara
rumah sakit dan pasien untuk memberikan tindakan medis sesuai kebutuhan pasien. Jika
terjadi kesalahan dalam pelayanan kesehatan, maka menurut mekanisme hukum perdata
pihak pasien dapat menggugat dokter berdasarkan perbuatan melawan hukum. Sedangkan
gugatan terhadap rumah sakit dapat dilakukan berdasarkan wan prestasi (ingkar janji), di
samping perbuatan melawan hukum (4).
Dalam hukum perdata dibedakan antara kerugian yang dapat dituntut berdasarkan
wanprestasi dengan yang berdasarkan perbuatan melawan hukum. Kerugian yang dapat
dituntut atas dasar wanprestasi yaitu hanyalah kerugian materiil atau kerugian
kekayaan/kebendaan (vermogenschade) atau kerugian yang dapat dinilai dengan uang.
Sementara itu kerugian yang dapat dituntut dengan alasan perbuatan melawan hukum selain
kerugian kebendaan juga kerugian idiil (immaterial) yang tidak bersifat kebendaan, namun
dapat diperkirakan nilai kebendaannya berdasarkan kelayakan (5).
b) Administratif
Pertanggungjawaban rumah sakit dari aspek hukum administratif berkaitan dengan
kewajiban atau persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh rumah sakit khususnya
untuk mempekerjakan tenaga kesehatan di rumah sakit. Undang-Undang No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan yang menentukan antara lain kewajiban untuk memiliki kualifikasi
minimum dan memiliki izin dari pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Selain itu Undang-Undang Kesehatan menentukan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi
kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar
prosedur operasional. Jika rumah sakit tidak memenuhi kewajiban atau persyaratan
administratif tersebut, maka berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, rumah sakit dapat dijatuhi sanksi administratif berupa teguran, teguran
tertulis, tidak diperpanjang izin operasional, dan/atau denda dan pencabutan izin (6).
c) Pidana
Pertanggungjawaban dari aspek hukum pidana terjadi jika kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit memenuhi tiga unsur. Ketiga
unsur tersebut adalah adanya kesalahan dan perbuatan melawan hukum serta unsur lainya
yang tercantum dalam ketentuan pidana yang bersangkutan. Perlu dikemukakan bahwa dalam
sistem hukum pidana, dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi, maka pengurusnya
dapat dikenakan pidana penjara dan denda. Sedangkan untuk korporasi, dapat dijatuhi pidana
denda dengan pemberatan (7).
Dalam hal ini, rumah sakit harus dapat memberikan tanggung jawab kepada pasien dalam
pelayanan dan perlindungan pasien. Rumah sakit tidak boleh melepaskan tanggung jawab
terhadap sesuatu yang dilanggarnya dan mengakibatkan kerugian pasien. Rumah sakit selain
bertanggung jawab dalam perlindungan pasien, rumah sakit juga bertanggung jawab menjaga
kerhasiaan riwayat pasien dan rumah sakit juga berhak mendapat perlindungan apabila pasien
melakukan perbuatan melawan hukum.
Hal ini perlu mendapat perhatian bersama oleh seluruh pihak di rumah sakit adalah
menyangkut pelaksanaan etika profesi dan etika rumah sakit sehingga penyelenggaraan
Pelayanan secara beretika akan sangat mempermudah seluruh pihak dalam menegakkan
aturan-aturan hukum.

1. (Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit)
2. (Ikhsan, Arfan, Ida Bagus Agung Dharmanegara, Akuntansi dan manajemen keuangan
rumah sakit, (Medan: Graha Ilmu, 2010), hlm. 16)
3. (Ns. Taadi, S.Kep, Hukum Kesehatan Pengantar Menuju Perawat Profesional, (Jakarta:
Buku Kedokteran EGC,2009), hlm. 11)
4. (Triana Ohoiwutun, Profesi Dokter, (Malang: Dioma, 2003), hlm. 67)
5. (Prodjodikoro, Wirjono, Azas-azas hukum perjanjian., (Bandung: Mandar Maju, 2000),
hlm 38)
6. (xa.yimg.com/kq/groups, dikases pada tanggal 7 Maret 2013)
7. (Fuady, Munir, Perbuatan melawan hukum: pendekatan kontemporer, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2005), hlm 56)

Anda mungkin juga menyukai