Anda di halaman 1dari 4

Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


PENYULUHAN PENYAKIT MERS (MIDDLE EAST RESPIRATORY
SYNDROME) PADA KEGIATAN PERTEMUAN WARGA RW.18,
SEMANGGI











Disusun Oleh:
dr. Redya Ayu Triutari

PUSKESMAS SANGKRAH
KOTA SURAKARTA
JAWA TENGAH
2014


A. LATAR BELAKANG
Virus Corona Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah merupakan
salah satu jenis virus yang menyerang organ pernafasan orang yang mengidapnya
yang merupakan jenis penyakit saluran pernafasan yang bisa mengakibatkan
kematian. MERS Cov adalah merupakan singkatan dari Middle East Respiratory
Syndrome Corona Virus. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Corona virus
(Novel Corona Virus). Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012
di Arab Saudi. Virus SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok virus Corona dan
dapat menimbulkan pneumonia berat akan tetapi berbeda dari virus MERS Cov.
Informasi yang diperoleh dari website Kementrian Kesehatan RI www.depkes.go.id
memberitakan bahwasannya virus ini berbeda dengan coronavirus lain yang telah
ditemukan sebelumnya. Sehingga kelompok studi corona virus dari Komite
Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan bahwa novel corona virus tersebut
dinamakan sebagai MERS-Cov. Virus ini tidak sama dengan corona virus penyebab
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), namun mirip dengan corona virus yang
terdapat pada kelelawar.
Sekitar separuh dari jumlah penderita meninggal. Sebagian dari penderita
dilaporkan menderita penyakit saluran pernapasan tingkat sedang. Sampai saat ini,
masih terus dilakukan investigasi mengenai pola penularan MERS-Cov, karena telah
ditemukan adanya penularan dari manusia ke manusia yang saling kontak dekat
dengan penderita. Penularan dari pasien yang terinfeksi kepada petugas kesehatan
yang merawat juga diamati. Selain itu, cluster dari kasus infeksi MERS-Cov di Arab
Saudi, Jordania, the United Kingdom, Prancis, Tunisia, dan Italia juga diinvestigasi.
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi
penularan antar manusia yang berkelanjutan.
Untuk itulah penduduk kita pada umumnya dan para jamaah haji Indonesia
serta juga para tenaga kesehatan yang ikut serta dalam TKHI dan PPIH Tahun 2014
pada khususnya, untuk selalu menjaga kesehatan dan melakukan tindakan pencegahan
akan penularan penyakit yang disebabkan oleh karena corona virus yang disebut
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov) ini.


B. PERMASALAHAN
1. Masyarakat Indonesia memiliki tingkat angka bepergian ke negara timur tengah
yang cukup tinggi.
2. Masyarakat belum mengetahui tentang tanda dan gejala dari penyakit MERS.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
1. METODE PENYULUHAN
Metode penyuluhan yang dilakukan berupa metode komunikasi langsung ( direct
Communication/ face to face Communication). Metode ini memberikan
kesempatan kepada penyuluh untuk berhadapan secara langsung dengan sasaran.
Metode ini dilakukan dengan pendekatan kelompok yaitu penyuluh
menyampaikan materi penyuluhan kepada pendengar dalam jumlah tertentu yang
dalam hal ini ialah para warga terutama kepala keluarga dari RW.18, Semanggi.
2. INTERVENSI
Intervensi dilakukan melalui penyuluhan mengenai penyakit MERS kepada warga
RW.18, Semanggi.

D. PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan di ruang pertemuan RW.18, Semanggi pada hari Selasa,
10 Juni 2014. Penyuluhan dimulai pada pukul 19.00 dan berakhir pada pukul 21.00,
dihadiri oleh bapak RW, ibu kader, dr. Retno sebagai dokter fungsional puskesmas
Sangkrah, dan Warga RW.18, Semanggi. Penyuluhan diisi dengan penyampaian
materi dan terdapat sesi tanya jawab seputar materi yang disampaikan. Adapun
pernyataan yang diajukan oleh peserta penyuluhan yaitu:
1. Apa saja yang harus segera dilakukan bila orang terdekat dicurigai terkena
MERS?
2. Apa beda antara MERS dengan SARS pada tahun 2003?
3. Apa sajakah perbedaan penting antara MERS dan penyakit ISPA biasa?
4. Di timur tengah terkenal dengan pengobatan mengandung air kencing unta,
bagaimana pengaruhnya terhadap penyebaran penyakit MERS?
5. Mengapa Indonesia tidak mengeluarkan perintah untuk larangan berkunjung ke
timur tengah?

E. MONITORING DAN EVALUASI
Proses penyuluhan secara keseluruhan berlangsung dengan baik. Warga yang
hadir cukup banyak hampir 80% dari warga RW.18. Tidak terdapat gangguan
sepanjang proses penyuluhan. Peserta penyuluhan memiliki antusiame yang tinggi,
dapat dilihat dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada sesi tanya jawab.
Diharapkan dengan penyampaian penyuluhan ini, para peserta penyuluhan mendapat
informasi tambahan mengenai penyakit MERS dan dapat waspada tehadap penyakit
ini dan lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

Surakarta, September 2014

Dokter Internsip Dokter Pendamping


dr. Redya Ayu Triutari dr. Heri Wijanarko, M.Si

Anda mungkin juga menyukai