Anda di halaman 1dari 25

TUGAS FARMASI

VERTIGO










Oleh:
Noor Hani Binti Rahim
G0006506






KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R A K A R T A
2012





TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Istilah yang sering
digunakan oleh awam adalah: puyeng, sempoyongan, mumet, pusing,
pening, tujuh keliling, rasa mengambang, kepala terasa enteng, rasa
melayang. Vertigo perlu dipahami karena merupakan keluhan nomer tiga
paling sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek umum,
bahkan orang tua usia sekitar 75 tahun, 50 % datang ke dokter dengan
keluhan vertigo.
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya
memutar . Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari
jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo
(sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah
kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan
terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak.
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seorang
yang menderita vertigo perasaannya seolah-olah dunia sekeliling berputar
(vertigo objektif) atau penderita sendiri merasa berputar dalam ruangan
(vertigo subjektif). Bagi masyarakat awam vertigo disebut juga sebagai
tujuh keliling.

B. Etiologi
Penyebab vertigo bermacam-macam. Vertigo bisa disebabkan
karena adanya gangguan pada sistem vestibular perifer (ganguan pada
telinga bagian dalam). Pusing juga bisa muncul sebagai akibat dari
gangguan sistem vestibular sentral (misalnya saraf vestibular, batang otak,
dan otal kecil). Pada beberapa kasus, penyebab vertigo tidak diketahui.
Gangguan vestibular perifer meliputi Benign Paroksimal Positional
Vertigo (BPPV; vertigo karena gangguan vestibular perifer yang paling
banyak ditemui), sindrom Cogan (terjadi karena ada peradangan pada
jaringan ikat di kornea, bisa mengakibatkan vertigo, telinga berdenging
dan kehilangan pendengaran), penyakit Mnire (adanya fluktuasi tekanan
cairan di dalam telinga/ endolimf sehingga dapat mengakibatkan vertigo,
telinga berdenging, dan kehilangan pendengaran). ototoksisitas
(keracuanan pada telinga), neuritis vestibular (peradangan pada sel saraf
vestibular, dapat disebabkan karena infeksi virus).
Beberapa obat dan zat kimia (seperti timbal, merkuri, timah) dapat
menyebabkan ototoksitas, yang mengakibatkan kerusakan pada telinga
bagian dalam atau saraf kranial VIII dan menyebabkan vertigo. Kerusakan
dapat bersifat temporer maupun permanen. Penggunaan preparat antibiotik
(golongan aminoglikosida, yaitu streptomisin dan gentamisin) jangka
panjang maupun penggunaan antineoplastik (misalnya cisplatin maupun
carboplatin) dapat menyebabkan ototoksisitas permanen. Konsumsi
alkohol, meskipun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan vertigo
temporer pada beberapa orang.
Keadaan lingkungan, motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
obat-obatan, alkohol, gentamisin, kelainan sirkulasi Transient ischemic
attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah
ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
Kelainan ini terjadi karena gangguan keseimbangan baik sentral
atau perifer, kelainan pada telinga sering menyebabkan vertigo. Untuk
menentukan kelainan yang menyebabkan vertigo, dokter THT-KL
biasanya akan melakukan pemeriksaan ENG (elektronistagmografi).

C. Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh yang dapat mengakibatkan ketidakcocokan antara
posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan
saraf pusat. Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian
tersebut :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu; akibatnya timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang
berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus,
vestibulum dan proprioseptik, atau asimetri masukan sensorik dari sisi
kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan
sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa
nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang
berasal dari sensasi kortikal).
3. Teori neural mismatch
Menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola
gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang
aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul
reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut
dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga
berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebaga usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul
jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim
parasimpatis mulai berperan
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin, teori dopamine dan terori serotonin
yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu
dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan
timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan
biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF
(corticotropin releasing factor); selanjutnya akan mengaktifkan
susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme
adaptasi. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering
timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat
aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan
hipersalivasi.

Seperti diuraikan di atas vertigo bukan suatu penyakit tersendiri,
melainkan gejala dari penyakit yang letak lesi dan penyebabnya berbeda-
beda. Oleh karena itu, pada setiap penderita vertigo harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan yang cermat dan terarah untuk menentukan
bentuk vertigo, letak lesi dan penyebabnya.

D. Klasifikasi
Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam
penyakit. Penyebab vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin sehingga
diusahakan membagi penyebabnya, yaitu menurut anatomi atau lokasi
penyakitnya dan menurut gejala gejalanya yang menonjol atau klinisnya.
Berdasarkan anatomi penyebab vertigo dapat dibedakan 2 bentuk vertigo.

i. Vertigo non-sistematis
Yaitu vertigo yang disebabkan kelainan SSP, bukan kelainan system
vestibular perifer. Kelainan ini dapat terletak di :
1. Mata : Paresis otot mata, Kelainan refraksi, Glaucoma.
2. Proprioseptik : PellagraAnemia, pernisiosa, Alkoholisme, Tabes
dorsalis
3. SSP
a. Hipoksia serebri : Hipertensi kronis, Anemia, Sinkope,
Arterioskerosis, Hipertensi kardiovaskular,
Fibrilasi atrium, Stenosis aorta &
Insufisiensi, Sindrom sinus karotis,
Hipotensi ortostatik, Blok jantung
b. Infeksi : Meningitis, Ensefalitis, Lues, Abses
c. Trauma
d. Tumor
e. Migren
f. Epilepsy
g. Kelainan endokrin:Hipotiroid, Hipoglikemi, Hipoparatiroid,
Tumor medulla adrenal, hamil-menopouse
h. Kelainan psikoneurosis

ii. Vertigo Sistematis
Yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan system vestibular (
labirin, Nervus VIII atau inti vestibularis ) :
1. Telinga
a Bagian luar : Serumen, Benda asing
b Bagian tengah : Retraksi membrane tympani, OMPA,
OM dengan efusi, Labirintis,Kolesteatoma
Trauma dengan perdarahan
c Bagian dalam : Labirintitis akuta toksika, Trauma,
Serangan vascular, Alergi, Mabuk gerakan
Hidrops labirin,Vertigo postural
2. Nervus VIII
a. Infeksi : Meningitis akut, Meningitis TB, Meningitis
basilaris luetika
b. Trauma
c. Tumor
3. Inti vestibulum ( batang otak )
a. Infeksi Meningitis dan Ensefalitis
b. Abses otak
c. Trauma
d. Perdarahan
e. Trombosis arteria serebeli postero-inferior
f. Tumor
g. Sclerosis multipleks

Perbedaan Vertigo Sistemik dan Non sistemik ( Perifer dan Sentral )
Tanda Perifer/vestibular SSP
Masa laten sebelum
timbul nistagmus
2-20 detik Tidak ada
Lama nistagmus < 30 detik >30 detik
Kelelahan nistagmus Menghilang dengan Nistagmus kambuh bila
manuver berulang-ulang manuver diulang-ulang
Arah nistagmus pada
posisi kepala tertentu
Satu arah Berubah arah tergantung
posisi kepala
Intensitas vertigo Berat Ringan tidak ada
Posisi kepala Posisi kepala tertentu
saja
Lebih dari satu posisi
Contoh klinis BPPV Neuroma akustik,
iskemik
vertebrovaskuler,
sklerosis multipel

E. Gejala Klinis
Penderita merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar; atau
penderita merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau
berputar.
Gejala dan Tanda Perifer ( Organ Akhir ) Sentral
Arah Nigtagmus Terutama satu arah dan
satu bidang, fase cepat
berlawanan dengan tempat
lesi
Satu arah atau dua arah,
dapat berubah bidangnya
bila pandangan berubah
Nistagmus horizontal
disertai komponen
berputar
Cukup sering ditemukan Jarang ditemukan
Vertigo Berat Jelas Ringan
Arah dari pada
perputaran
Kearah fase cepat Berubah-ubah
Arah past poiting Kearah fase lambat Berubah-ubah
Arah jatuh Kearah fase lambat Berubah-ubah
Pengaruh perputaran
kepala
Dengan mendadak vertigo
akan muncul
Tidak ada pengaruh
Lama gejal-gejala Akut atau kronis Biasanya Kronis
Tinitus dan/atu tuli Mungkin ada Biasanya tidak ada

F. Diagnosis
Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab
dari vertigo. Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya
kelainan fungsi di telinga bagian dalam atau saraf yang
menghubungkannya dengan otak. Nistagmus adalah gerakan mata
yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari
gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa.
Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita
secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam teling.
Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan
kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata
terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan
telinga yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.
Pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa
menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika
diduga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus
atau dari tulang belakang. Jika diduga terdapat penurunan aliran darah
ke otak, maka dilakukan pemeriksaan angiogram, untuk melihat
adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.


G. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan vertigo sebaiknya dilakukan pengobatan
kausual kalau memungkinkan, hanya saja biasanya etiologi vertigo
sebagian besar tidak diketahui, maka dari itu pengobatan medikamentosa
masih menjadi pilihan utama.
1. Medikamentosa
- Agonis reseptor H, misalnya; betahistin
- Obat anti kolinergik yang mensupresi aktif secara sentral dari
aktivitas sistem vestibuli dan dapat berguna untuk mengurangi
vertigo. Skopolamin metilbromida ( Holopon ) 3 x 1-2 mg/hari.
- Prometazin dari golongan fenotiazin merupakan yang paling
efektif dari golongan ini dalam mengobali vertigo. Efek samping
utama adalah mengantuk.
- Zat simpatomimetik ( Efedrin dan amfetamin )
- Penenang minor dan mayor, misalnya :diazepam.
2. Fisioterapi
- Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi
tetap (stasioner)
- Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang
bergerak
- Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus
- Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis
3. Rehabilitasi vertigo harus dilakukan supaya adaptasi tubuh terhadap
penyakit tersebut bisa tercapai.

H. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis Vertigo perlu dilakukan langkah-langkah
sistematis yaitu :
1. Anamnesa yang cermat untuk memastikan keluhan, menentukan jenis
dan letak lesi, mencari penyebab timbulnya Vertigo.
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang cermat dan pemeriksaan
keseimbangan :
Romberg test, yaitu pasien berdiri tegak dengan mata
tertutup dan tangan sedeku, kaki rapat atau berimpit
disamping atau muka belakan atau berdiri diatas satu kaki.
Dilakukan selama 20-30 detik.
Test baring keposisi duduk & posisi duduk ke baring.
Diadokokinesia
3. Melakukan pemeriksaan penunjang selengkap mungkin.
4. Melakukan pemeriksaan pendengaran


















ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Berbah, Sleman
Masuk RS : 30 Mei 2011 pukul 10.00 WIB

II. DATA SUBYEKTIF
Anamnesis diperoleh dari : Pasien (autoanamnesis)
Keluhan utama : Pusing berputar khususnya saat berubah posisi
kepala (dari tidur ke bangun)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh pusing berputar sampai tidak dapat berdiri sejak malam
Jumat (12 Mei 2011), pusing dirasakan selama 5-15 menit. Pusing dirasa
bertambah jika badan berubah posisi. Pusing terjadi tiba-tiba, tidak
dipengaruhi rasa lelah maupun ketika istirahat. Jika pusing datang pasien
mengeluh mual dan terkadang sampai muntah. Pendengaran berkurang (-),
penglihatan dobel (-), telinga berdenging (-), demam (-). Pasien mengaku
keluhan sudah lama muncul (kira-kira 5 tahun), namun belum pernah separah
ini. Biasanya hanya pusing berputar sesaat dan jarang sekali timbul ( dalam 1
tahun < 4x), dan hilang bila diminumkan obat pusing yang dibeli di warung.
Akhirnya pasien mondok di RS PKU Yogya pada hari Sabtu (14 Mei
2011), dirawat selama 3 hari. Keluhan tidak banyak berkurang. Ketika datang
kontrol disarankan untuk EEG untuk melihat apakah ada kelainan pada
kelistrikan otak. Hasil EEG dibawa pada kontrol berikutnya (30 Mei 2011)
dan didapatkan gelombang-gelombang abnormal pada EEG, juga terdapat
abnormalitas predisposisi warna pada lobus frontal kanan yang terlihat pada
BM. Pasien disarankan untuk melakukan CT-Scan dan hasil dibawa pada
kontrol berikutnya.

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat sering pusing : disangkal
Riwayat keluhan serupa : diterima
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat hipotensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat trauma :diterima. Tahun 2003
pernah jatuh dari motor, kepala sebelah kanan
terantuk, blank kira-kira 5 menit namun lalu
sadar kembali. Tidak ada amnesia setelah
trauma.
Riwayat penyakit keluarga : Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal

Anamnesis sistem : Sistem Serebrospinal :
Pusing berputar (+), diplopia (-), nrocos (-),
telinga berdenging(-)
Sistem Kardiovaskular : Tidak ada keluhan
Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal : mual, muntah
Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada keluhan
Sistem Integumental : Tidak ada keluhan
Sistem Urogenital : Tidak ada keluhan

Resume anamnesis : Pasien laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan
utama pusing sekeliling berputar hingga tidak
dapat berdiri, terutama jika berubah posisi
kepala, akut (1 minggu), onset 5 10 menit,
mual (+), muntah (+), gangguan penglihatan (-),
pandangan dobel (-), telinga berdenging (-),
demam (-), riwayat trauma (+), riwayat
hipotensi (-), riwayat HT (-), riwayat DM (-),
riwayat asma (-), riwayat mengkonsumsi obat
pusing (+).

DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosa klinik : Vertigo Central
Diagnosa topik : kanalis semisirkularis
Diagnosa etiologik : Post trauma

III. DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik
A. Status present (tanggal 30 Mei 2011)
BB : 63 kg
Tekanan darah : 120/ 70mmHg
Denyut nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : afebris
Keadaan umum : baik

B. Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitaf : GCS : E4 V5 M6
Kualitatif : - Tingkah laku : normoaktif
- Perasaan hati : eutimik
- Orientasi : tempat (baik); waktu (baik); orang
(baik) ; situasi (baik)
- Jalan pikiran : baik
- Kecerdasan : baik
- Daya ingat kejadian (baru) baik, (lama) baik
- Kemampuan bicara : normal
Sikap tubuh : normal
Cara berjalan : normal
Gerakan abnormal : tremor (-)
Kepala : - Bentuk : simetris
- Ukuran : mesocephal
- Pulsasi ( - )
- Nyeri tekan (-)
Leher : - Sikap : lurus
- Gerakan : bebas
- Kaku kuduk : tidak diperiksa
- Bentuk vertebra : lurus
Tes-tes yang melibatkan leher : tidak
dilakukan

SYARAF-SYARAF OTAK
N I (Olfaktorius) Kanan Kiri
Daya Penghidu N N
N II (Optikus)
Daya penglihatan N N
Pengenalan warna N N
Medan penglihatan N N
N III (Okulomotorius)
Ptosis - -
Gerakan bola mata ke
Superior N N
Inferior N N
Medial N N
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil bulat bulat
Reflek cahaya langsung + +
Reflek kornea + +
N IV (Troklearis)
Gerak bola mata ke lateral bawah N N
Diplopia - -
Strabismus - -
N V (Trigeminus)
Menggigit N N
Membuka mulut N N
N VI ( Abdusens)
Gerakan mata ke lateral N N
N VII (Facialis)
Kerutan kulit dahi N N
Kedipan mata N N
Mengerutkan dahi N N
Mengerutkan alis N N
Menutup mata N N
Lipatan nasolabial N N
Sudut mulut N N
Meringis N N
Menggembungkan pipi N N
Lakrimasi + +
N VIII (Akustikus)
Mendengar suara + +
Mendengar detik arloji + +
N IX (Glosofaringeus)
Daya kecap lidah 1/3 belakang + +
Reflek muntah + +
Sengau - -
Tersedak - -
N X (Vagus)
Denyut nadi 80x/ menit 80x/menit
Bersuara + +
Menelan + +
N XI (Asesorius)
Memalingkan kepala + +
Sikap bahu N N
Mengangkat bahu N N
Trofi otot bahu eutrofi eutrofi
N XII (Hipoglosus)
Sikap lidah N N
Tremor lidah - -
Menjulurkan lidah + +
Trofi otot lidah eutrofi eutrofi

BADAN
Trofi otot punggung : eutrofi
Nyeri membungkukkan badan : -
Trofi otot dada : -
Palpasi dinding perut : NT (-)
Kolumna vertebralis : - bentuk (N)
- Gerakan (N)
- nyeri tekan (-)
Sensibilitas : baik

ANGGOTA GERAK
Inspeksi :
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Drop hand : -/- Drop foot : -/-
Pitcher hand : -/- Kontraktur : -/-
Claw hand : -/- Warna : N
Udem : (-)
Warna : N
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Gerakan B-B-B/B-B-B B-B-B/B-B-B
Kekuatan 5-5-5/5-5-5 5-5-5/5-5-5
Tonus N/N N/N
Sensibilitas N N
Trofi eutrofi eutrofi
Biseps Triseps Radius Ulna Patella Achilles
Reflek Fisiologis + / + +/ + + / + + / + + /+ + / +
Reflek Patologis Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaefer - -
Gonda - -
Hoffmann-Tromner - -
Bing - -
Tes Lasegue - -
Tes Patrick - -
Tes Kontra Patrick - -
Tes Kernig - -
Koordinasi, Langkah dan Gaya berjalan :
Cara berjalan : normogait
Tes Romberg : (+)
Rebound fenomen : (-)
Nistagmus horisontal : (+)
Tes telunjuk hidung : tidak dilakukan
Tes hidung- telunjuk-hidung : tidak dilakukan
Tes telunjuk-telunjuk : tidak dilakukan
Tes Kalorimetrik : tidak dilakukan
Fungsi vegetatif : inkontinensia urin (-), anuria (-), inkontinensia alvi (-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
EEG kuantitatif : irama dasar , simetris, irreguler. Dijumpai gelombang
sharp yang tersebar difus, ringan.
Resume :
EEG : dijumpai gelombang abnormal sharp, tersebar difus, irreguler.
BM : tampak fokus asimetri pada lobus frontal kanan.
Kesimpulan : abnormal iritatif fokus ringan

IV. RESUME
Anamnesis (subyektif)
Dihadapkan pasien perempuan 45 tahun dengan keluhan utama pusing
berputar jika berubah posisi kepala, dari bangun ke duduk dan berdiri, akut (2
minggu), onset 5 - 10 menit, mual (+), muntah (+), gangguan penglihatan (-),
pandangan dobel (-), telinga berdenging (+), demam (-), riwayat trauma (-),
riwayat hipotensi (+), riwayat HT (-), riwayat DM (-), riwayat asma (-),
riwayat mengkonsumsi obat pusing (+).
Pemeriksaan fisik (Obyektif)
KU : baik
Kesadaran : Compos Mentis GCS: E4 V5M6
Vital sign : Tensi : 110/70mmHg
Denyut nadi : 80x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,5 C
Status Internus : dalam batas normal
Status Neurologik : nistagmus horisontal (+), tinnitus (+)
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Gerakan B-B-B/B-B-B B-B-B/B-B-B
Kekuatan 5/5 5 / 5
Tonus N/N N/N
Sensibilitas N N
Reflek fisiologis + / + + / +
Reflek patologis - / - - / -
Tes Romberg : (+)
Vegetatif : DBN
Pemeriksaan Penunjang :
EEG kuantitatif : irama dasar , simetris, irreguler. Dijumpai gelombang
sharp yang tersebar difus, ringan, munculnya paroksismal.
Resume :
EEG : dijumpai gelombang abnormal sharp, tersebar difus, paroksismal
irreguler.
BM : tidak tampak fokus maupun asimetri inter hemisfer
Kesimpulan : abnormal iritatif difus ringan

Diagnosis Akhir (Assesment )
Diagnosis klinis : Vertigo
Diagnosis topik : Gangguan pada kanalis semisirkularis
Diagnosis etiologi : BPPV

V. PENATALAKSANAAN
- Non medikamentosa
Tenangkan pikiran
Jika akan merubah posisi tubuh pelan-pelan
Jika hendak berbaring, sebaiknya mata tertutup dan merebahkan diri
pelan-pelan.
Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi tetap
(stasioner)
Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang
bergerak
Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus
Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis
Latihan dengan Metode Brandt-Daroff
- Medikamentosa
Ikaphen 100 mg 2 x 1 caps
Ranitidin 2x1 tab


PEMBAHASAN OBAT
A. Ranitidin
Indikasi
Ranitidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan
deudenum akut, refluk esofagitis, keadaan hipersekresi asam
lambung patologis seperti pada sindroma ZollingerEllison.
Hipersekresi pasca bedah.
Dosis dan Cara Pemakaian
Terapi oral
Dewasa : Tukak lambung, deudenum dan refluk esofagitis,
sehari 2 kali 1 tablet atau dosis tunggal 2 tablet menjelang tidur
malam, selama 4-8 minggu. Untuk hipersekresi patologis, sehari 2-
3 kali 1 tablet. Bila keadaan paah dosis dapat ditingkatkn sampai 6
tablet sehari dalam dosis terbagi. Dosis pemeliharaan sehari 1
tablet pada malam hari. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan
kleren kretinin kurang dari 50 mg/menit, dosis sehari 1 tablet.
Terapi parenteral
Diberikan i.m. atau i.v. atau infus secara perlahan atau
intermiten untuk penderita rawat inap dengan kondisi
hipersekretori patologi atau tukak usus duabelas jari yang tidak
sembuh-sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan.
Dosis dewasa :
Injeksi i.m. atau i.v. intermiten: 50mg setiap 6-8 jam
jika diperlukan, obat dapat diberikan lebih sering, dosis tidak boleh
melebihi 400 mg sehari. Jika ranitidine diberikan secara infus,
150mg ranitidine diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama
lebih dari 24 jam, pada penderita dengan sindrom Zollinger-Ellison
atau kondisi hipersekretori lain, infus selalu dilalui dengan
kecepatan 1 mg/kg per jam. Jika setelah 4 jam penderita masig
sakit, atau sekresi asam lambung masih besar dari 10
mEq/jam,dosis ditambah 0,5 mg/kg per jam, lalu ukur kembali
sekresi asam lambung. Pada penderita gagal ginjal dengan kliren
kreatinin kurang dari 50 menit, dosis i.m. atau i.v. yang
dianjurkan adalah 50 mg setiap 18-24 jam. Jika diperlukan, ubah
dengan hati-hati interval dosis dari setiap 24 jam menjadi setiap
12 jam.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ranitidine
Efek Samping
- Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, mialgia, mual dan
pruritus.
- Konstipasi, pusing,sakit perut.
- Konfusion, hiperprolaktinemia, gangguan fungsi seksual,
hepatitis (jarang).
- Rasa sakit di daerah peyuntikan pada pemberian secara i.m.
- Rasa terbakar pada pemberian secara i.v.
Kontraindikasi
- Keamana pemakaian pada wanita hamil dan menyusui balum
dapat dipastikan.
- Pemberian harus hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi
hati dan ginjal.
- Pemberian ranitidine pada penderita keganasan lambung dapat
menutupi gejala-gejala penyakit ini.
- Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum dapat
dipastikan (estabilised).
- Pengobatan penunjang akan mencegah kambuhnya tukak
(ulkus).
- Hindari penggunaan pada penderita yang memiliki riwayat
porfiria akut.


B. Ikaphen

Kandungan :
- Natrium Fenitoin.
Indikasi :
- Anti kejang, antiaritmia.
Kontrindikasi:
- Penyakit hati.
- Hindari putus obat secara mendadak.
- Menyusui.
Interaksi obat :
- Metabolisme Natrium Fenitoin dipertinggi oleh Barbiturat, dan
dihambat oleh Kloramfenikol, antikoagulan Dikoumarol,
Disulfiram, Fenilbutazon, INH, Sulfafenazol,Sultiam, Asam
Valproat, Simetidin, dan Sulfonamida.
Efek samping :
- Nistagmus (gerak ulang-alik bola mata secara cepat, berlangsung
di luar kehendak, dapat berlangsung horisontal, vertikal, memutar,
atau campuran), ataksia (gangguan koordinasi gerakan), bicara
tidak lancar, kebingungan, pusing, hiperplasiagusi, hipersutisme
(pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita menurut pola
pertumbuhan rambut laki-laki), ruam morbiliformis, rickets/rakitis,
osteomalasia (keadaan yang ditandai dengan melunaknya tulang-
tulang karena gangguan kalsifikasi sebagai akibat kekurangan
Vitamin D dan Kalsium), sindroma lupus eritematosus, leukopenia,
trombositopenia, pansitopenia, granulositopenia.
Kemasan :
- Injeksi 50 mg/mL x 2 mL x 10 biji.
Dosis :
1. Anti kejang :
- dewasa : diawali dengan 3-4 mg/kg berat badan/hari,
pemeliharaan : 3-4 kapsul/hari.
- anak-anak : diawali dengan 5 mg/kg berat badan/hari dalam 2-3
dosis terbagi, pemeliharaan : 4-8 mg/kg berat badan/hari.
2. Anti aritmia :
- dewasa : 2-4 kali sehari 100 mg.
- anak-anak : 5 mg/kg berat badan/hari dalam 2-3 dosis terbagi.

PENULISAN RESEP
R/ Ikaphen tab mg 100 No. II
2 dd tab I
_________________________

R/ Ranitidin tab No. II
2 dd tab I
_________________________

Anda mungkin juga menyukai