Anda di halaman 1dari 16

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manggis
2.1.1 Asal Usul Tanaman Manggis
Manggis (Garcinia mangostana L.) pada umumnya dikenal sebagai
tanaman budidaya. Jenis ini mirip sekali dengan Garcinia hombroniana
Pierre (Kepulauan Nikobar) dan dengan G. malaccensis T. Anderson,
yang berasal dari Malaysia. Manggis diduga merupakan hasil silangan
alotetraploid dari kedua jenis tersebut.
Asal-usul manggis diduga berasal dari Asia Tenggara, mungkin
dari Indonesia (Pulau Kalimantan). Tanaman manggis menyebar ke
timur sampai ke Papua Nugini dan Kepulauan Mindanau (Filipina),
dan ke utara melalui Semenanjung Malaysia menyebar terus ke
Thailand bagian selatan, Myanmar, Vietnam, dan Kamboja.
Tanaman manggis telah dikenal oleh para peneliti dari Barat sejak
awal tahun 1631. Hanya dalam dua abad terakhir tanaman manggis
tersebar ke negara-negara tropik lainnya, seperti Srilangka, India
bagian selatan, Amerika Tengah, Brazil, dan Queesland (Australia).
Penamaan ilmiah Garcinia mangostana kepada manggis diberikan
sesuai dengan nama penjelajah dari Perancis yang bernama Laurent
Garcin (1683 - 1751).
Pada awalnya dikenal dengan nama Mangostana Garcinia
Gaertner, termasuk ke dalam famili Guttiferae yang memiliki 35
genera dan lebih dari 800 spesies yang berasal dari daerah tropik. Di
antaranya sembilan genera dengan spesies yang merupakan pohon
buah-buahan. Lima genera dengan sekitar 50 spesies dari famili ini
berasal di kawasan Asia Tenggara.
5

Di negara lain, manggis dikenal dengan banyak nama, seperti
manggis di Indonesia dan Malaysia, manggustan di Filipina,
mangkhud di Laos dan Thailand, dan cay mangcut di Vietnam, di
Prancis disebut mangostanaier, di Spanyol disebut mangostan,
sedangkan di Belanda mangoestan.
2.1.2 Klasifikasi
Dalam ilmu biologi manggis dikenal dengan nama Garcinia
mangostana L, dengan klasifikasi lengkapnya sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathopyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledone
Ordo : Thalamiflora
Famili : Guttiferales
Genus : Guttiferae
Spesies : Garcinia mangostana
Setijo et al,2007)
2.1.3 Morfologi
Tanaman manggis merupakan tanaman tahunan. Habitus dari
tanaman berbentuk pohon dengan tajuk rimbun, mirip kerucut, bagian
bawah lebar dan bagian ujungnya menyempit. Pertumbuhan pohon
manggis termasuk lambat dan tingginya berkisar antara 6 - 20 m
(Setijo et al,2007).
Akar tanaman manggis yaitu akar tunggang yang membentuk akar
serabut, relative tidak banyak dibandingkan tanaman tahunan lainnya.
Akarnya berwarna putih kecoklatan, jumlah akar relative sedikit, tidak
membentuk bulu akar, pertumbuhan lambat, mudah terganggu dan
rusak, sehingga media kontak permukaan akar dengan media tumbuh
terbatas. Hal itu menjadi salah satu alasan bahwa kemampuan daya
serap air dan hara dari dalam tanah terbatas, sehingga mengakibatkan
6

pertumbuhan tanaman manggis lambat dan mulai berbuah lambat
setelah umur lebih dari 8 tahun (Setijo et al,2007).
Batang tanaman manggis berkayu keras, bulat, tegak, berwarna
kecokelatan. Batang manggis membentuk percabangan dan ranting
simpodial, yaitu sepasang ke arah kanan dan kiri batang dan cabang.
Cabang dan ranting tanaman mangggis selain tumbuh ke atas juga
tumbuh kearah samping (Setijo et al,2007).
Daun manggis yang pertama kali muncul adalah berasal dari biji
setelah tumbuh. Ukuran daun kecil dan berwarna merah, tampak indah.
Daun-daun yang terbentuk oleh tanaman manggis selanjutnya
berwujud daun tunggal, duduj daun berhadapan atau bersilangan,
berwujut helaian. Daun berbentuk elips memanjang 12-23 X 4,5-10
cm,bertangkai 1,5-2 cm. Daunnya kaku, tebal dan ukurannya
bervariasi sesuai dari faktor-faktor lingkungannya (Setijo etal,2007).

Gambar 1. Pohon manggis
Tanaman manggis berumah dua, bunga jantan dan betinanya di
hasilkan oleh tanaman yang berbeda. Bunga jantan tidak berfungsi
sebab pertumbuhannya tidak sempurna mengalami rudimenter, yaitu
mengecil dan kemudian mongering. Bunga betina tanaman manggis
tumbuh pada ujung ranting tanaman. Bunga muncul dari ketiak daun,
7

bertangkai silindris, panjang tangkai bunga 1-2 cm. Garis tengah bunga
antara 5-6 cm. Mahkota bunga terdiri dari 4 daun kelopak, dua daun
kelopak yang terluar sedikit lebih besar, dan 2 daun mahkota yang
terdalam lebih kecil. Kelopak bunga, melengkung kuat, tumpul, bentuk
telur terbalik, berdaging tebal, berwarna hijau kuning, tepi merah atau
hampir semua merah. Benang sari mandul (staminodia) biasanya
dalam tukal (kelompok). Bakal buah beruang 4-8, atau sesuai dengan
banyaknya sel telur. Kepala putik berjari-jari 4-8, benang sari berwarna
kuning, putik satu berwarna putih kekuningan. Dan manggis akan
berbunga biasanya muncul pada bulan Mei - Januari (Setijo etal,2007).
Buah manggis adalah buah yang selalu dihasilkan dari bunga
betina tanpa mengalami persarian (apomiksis). Buah berbentuk bola
diameter 3,5-7 cm, dengan kepala putik duduk tetap melekat di kulit
buah, dan kelopak tetap yang berasal dari kelopak bunga. Kulit
berdinding tebal lebih dari 9 mm dan berdaging warna ungu. Daging
buahnya tersusun dalam beberapa segmen atau juring. Juring yang
banyak di dapat adalah 5-7, sedangkan buah berjuring 4 dan 8 relatif
sedikit jumlahnya. Daging buah manggis berwarna putih bersih,
mengandung banyak air, berasa manis, segar, sedikit asam. Berat buah
lebih dari 140 gram (Setijo et al,2007).

Gambar 2. Manggis
Setiap segmen di buah manggis mempunyai bakal biji, namun
tidak semua bakal biji dalam segmen akan menjadi biji. Umumnya
mempunyai 2 biji. Biji buah manggis berbentuk agak bulat, pipih tidak
rata, berukuran kecil, diameter sekitar 2 cm, berwarna kecokelatan.
8

Endosperm biji diselimuti oleh selaput tipis (testa) dan daging tebal
berair berwarna putih. Biji manggis tidak mengalami dormansi dan
bersifat rekalsitran atau tidak tahan hidup lama. (Setijo etal,2007)
2.1.4 Kandungan pada buah
Dibalik warnanya yang gelap dan kesegarannya tersimpan berbagai
kandungan senyawa yang bermanfaat untuk kesehatan. Tanpa disadari
bahwa komposisi buah manggis yang dinikmatinya per 100 gram
memiliki kandungan seperti tabel dibawah ini.
KOMPOSISI NILAI
Air 70 80 g
Protein 0,5 g
Lemak 0,6 g
Karbohidrat 5,6 g
Kalsium 5,7 mg
Fosfor 9,4 mg
Besi 0,3 mg
Vitamin B1 0,06 mg
Vitamin B2 0,04 mg
Vitamin C 35 mg
Xanthone daging buah 107,76 mg
Xanthone kulit buah 29,00 mg
Energi 63 kkal
Tabel 1. Komposisi Nilai Gizi Buah Manggis per 100 gram
Selain itu, buah manggis juga mengandung senyawa
xanthone,yaitu senyawa antioksidan, antitumor, antikanker, dan anti
bakteri yang hanya ditemukan pada buah manggis. Xanthone
mempunyai kandungan antioksidan yang lebih efektif dibandingkan
dengan vitamin C dan vitamin E yang terkandung pada buah-buahan
lainnya. (http://www.scribd.com/doc/36165083/LKTI-o91o)
9


2.1.5 Kandungan pada kulit buah
Kulit buah manggis merupakan bagian buah manggis yang
membungkus daging buah. Rasio bagian buah yang dikonsumsi
dengan bagian buah yang dibuang, lebih tinggi bagian buah yang
dibuang, dalam hal ini kulit buahnya yang mencapai 2/3 bagian buah
atau 66,6%. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk memanfaatkannya.
Kendala dalam pemanfaatan kulit buah manggis adalah rasanya pahit.
Rasa pahit pada kulit buah manggis tersebut ada kaitannya dengan
kandungan senyawa tannin yang terdapat di dalam jaringan kulit buah
manggis.
Senyawa tannin merupakan asam tannat, secara teoritis suatu
senyawa yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan larutan basa,
yang akan membentuk garam tannat dan air. Sifat larutan kapur tohor
yang basa kuat diharapkan dapat mengikat asam tannat yang
terkandung didalam kulit buah manggis. Dengan demikian rasa pahit
yang terkandung dalam kulit buah manggis dapat dinetralisir. Kulit
manggis menghasilkan warna merah keunguan, dan amat sulit
dibersihkan. Karena mengandung tanin, resin, dan crystallizable
mangostine (C
20
H
22
O
5
), yang mudah larut dalam alkohol atau eter,
tidak larut dalam air.
Berikut ini adalah jenis-jenis zat yang terkandung dalam kulit buah
manggis yaitu polythydroxy-xanthone, mangostin,3-isomangostein,
alpha-mangostin, beta-mangostin, gamma-mangostin, garcinone A, B,
C dan D, maclurin, mangostenol, catechin, potassium, calcium,
phosphor, besi, vitaminB1, B2, dan C, poly saccharides, stilbenes,
quinones, polyphenes,mangostinon A dan B, trapezifolixanthone,
tovophylin B, flavonoidepicatochin, dan gartanin.
Kulit buah manggis juga bersifat antijamur. Aktivitas antijamur
hasilisolasi beberapa xanton dan beberapa derivat mangostin terhadap
10

jamur Fusarium oxysporum f. sp. Vasinfectum, Alternaria tenuis, dan
Drechelaoryzae dapat menghambat pertumbuhan semua jamur
tersebut. Telah dilakukan pula penelitian terhadap aktivitas xanton
dalam kulit manggis terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
yang resisten terhadap antibiotik metisilin. Hasilnya menunjukkan
bahwa satu isolate aktif, alfamangostin, yang merupakan salah satu
derivat xanton, menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dengan
MIC sebesar 1,57 - 12,5 g/mL.
Kulit manggis juga mempunyai khasiat yang lain yaitu antioksidan,
mujarab mengatasi jantung koroner, HIV, dan sebagainya. Menurut
hasil penelitian kulit buah manggis memiliki aktivitas HIV tipe I
(Chen, 1966), antibakteri, antioksidan dan antimetastasis pada kanker
usus (Tambunan, 1998).
Ekstrak kulit manggis bersifat antiproliferasi untuk menghambat
pertumbuhan sel kanker. Xanthone mampu merawat beberapa jenis
penyakit kanker seperti kanker hati, pencernaan, paru-paru dan
sebagainya. Xanthone dalam kulit manggis juga ampuh mengatasi
penyakit tuberkulosis (TBC), asma, leukimia, antiinflamasi, dan
antidiare (www.scribd.com/doc/36165083/LKTI-o91o)
2.2 Diabetes
2.2.1 Pengertian
Diabetes Mellitus adalah sindroma yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara tuntunan dan suplai insulin, ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah, hiperglikemia dan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Suyono, 2001).
2.2.2 Klasifikasi
Menurut American Association (ADA) 1997, Diabetes Mellitus
dibagi menjadi :
11

a. Diabetes Tipe I atau IDDM
b. Diabetes Tipe II atau NIDDM
c. Diabetes Tipe lain
d. Diabetes Gestasional
2.2.3 Tanda dan Gejala
Tanda umum dari Diabetes Mellitus adalah poliuri, polidipsi dan
polifagi, rasa letih yang tidak jelas sebabnya, rasa gatal, peradangan
kulit yang menahun. Pada penderita kronis timbul gejala lain seperti
penurunan berat badan, kesemutan, luka sukar sembuh.
( Arif Mansjoer, 2000).
2.2.4 Patofisiologi
a. Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi
akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia post prandial (setelah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa keluar bersama urine (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan diekskresikan dalam urine, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik sebagai akibat kehilangan
cairan yang berlebihan pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi) (Price, 1994).
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein
dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
12

mengalami peningkatan nafsu makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori gejala lain mencakup kelelahan dan
kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glukoneogenolisis dan glukoneogenesis, namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut terjadi hiperglikemia. Disamping terjadi peningkatan
pemecahan lemak yang menyebabkan peningkatan produksi keton
akan terjadi gangguan keseimbangan asam basa menyebabkan
ketoasidosis (Suyono, 2001).
b. Diabetes Tipe II
Pada diabetes Tipe II tercipta dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin agar terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai penurunan reaksi intrasel sehingga insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa jaringan
(Arif mansjoer, 2000).
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan. Pada penderita toleransi harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes
tipe II (Price, 1994).
13

c. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita hamil yang tidak menderita diabetes
sebelum kehamilan. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat
sekresi hormon-hormon plasenta. Selama kehamilan perlu
dilakukan pemantauan kadar glukosa darah. Setelah melahirkan
kadar glukosa darah akan kembali normal.
2.2.5 Etiologi
Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh :
a. Diabetes Tipe I
1) Faktor genetika
2) Faktor imunologik
3) Faktor lingkungan
b. Diabetes Tipe II
1) Usia lebih dari 65 tahun
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnis
2.2.6 Komplikasi
a. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
1) Hipoglikemia
Merupakan akibat pemberian preparat atau insulin oral
yang berlebih. Glukosa darah bisa turun sampai 50-60 mg/dl.
Juga bisa disebabkan oleh konsumsi makan yang terlalu sedikit,
aktivitas fisik yang berat. Gejala hipoglikemia dikelompokkan
menjadi gejala adrenergik dan gejala sistem saraf pusat, sedang
stadiumnya dibagi menjadi 3. (Suyono, 2001). Pada
hipoglikemia ringan, kadar glukosa darah menurun, susunan
saraf pusat terangsang, pelimpahan adrenalin ke darah
14

menyebabkan gejala perspirosi, tremor, gelisah dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang menyebabkan penurunan kadar gula
sehingga sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar,
ketidakmampuan konsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusio,
penurunan daya ingat, diplobia. Pada hipoglikemia berat,
fungsi susunan saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, gejalanya disorientasi kejang, kehilangan kesadaran
(Suyono, 2001).
2) Diabetes Keto Acidosis (DKA)
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Gangguan klinis yang tampak adalah dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan acidosis. Kadar glukosa bervariasi berkisar antara
300-800 mg/dl.
3) Hiperglikemia
Hiperosmolar Non Ketosis (HHNK) Merupakan keadaan
yang didominasi oleh hiperosmolar dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran. Kelainan dasar biokimia
pada sindrom ini adalah kekurangan insulin efektif. Keadaan
hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik yang
menyebabkan kehilangan elektrolit dan cairan. Gejalanya
adalah hipertensi, dehidrasi berat, takikardia, kejang dan
hemiparase (Suyono,2001).
b. Komplikasi Jangka Panjang
1) Makrovaskuler
Perubahan pada pembuluh darah besar sering terjadi,
kelainan makrovaskuler meliputi penyakit arteri koroner,
penyakit cerebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer.
15

2) Mikrovaskuler
Penyakit mikrovaskuler diabetik ditandai dengan penebalan
membran basalis pembuluh darah kapiler. Gejala ini meliputi
retinopati dibetikum jika mengenai pembuluh darah mata,
nefropati jika mengenai pembuluh darah ginjal.
2.2.7 Prinsip Pengelolaan Diabetes Mellitus
a. Penyuluhan Kesehatan
Edukasi Diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes dan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat
optimal dan penyesuaian keadaan psikologi serta kualitas hidup
yang lebih baik (Utama Hendra, 2005).
b. Diet
Tujuan penatalaksanaan diet adalah memberikan semua unsur
makanan essensial (vitamin, mineral), mencapai dan
mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya
dalam kondisi yang mendekati normal, menurunkan kadar lemak.
(Utama Hendra, 2005).
c. Pengobatan atau terapi
Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan
jasmani yang teratur, namun pengendalian kadar glukosa belum
juga tercapai dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemi secara oral maupun injeksi (Arif mansjoer, 2001)
Obat hipoglikemia oral diresepkan sebagai pelengkap bentuk
terapi lain. Penggunaan obat hipoglikemia oral mungkin perlu
dihentikan jika pasien mengalami hipoglikemia. Pemberian insulin
16

biasanya diberikan lewat penyuntikan dibawah kulit (subkutan) dan
pada keadaan khusus diberikan secara intravena.
2.3 Mencit (Mus musculus)
2.3.1 Taksonomi
Menurut Arrington (1972), klasifikasi mencit (Mus musculus)
yaitu
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
2.3.2 Tingkah Laku
Mencit berjalan, berlari dan berdiri dengan menggunakan keempat
kakinya, tetapi ketika makan dan berkelahi mencit akan berdiri
menggunakan kedua kaki belakang yang ditopang oleh ekor. Ekor
mencit akan berada pada posisi horizontal apabila sedang berlari dan
pada posisi vertikal apabila terkejut (Amori, 1996).
Mencit merupakan hewan nocturnal, sehingga aktivitas hidupnya
(makan, minum dan kawin) banyak terjadi pada sore dan malam hari
(Inglis, 1980). Menurut Amori (1996), mencit sangat aktif pada malam
hari dan tidak menyukai cahaya yang terang. Rasio periode terang dan
gelap yang dibutuhkan oleh mencit dalam satu hari (24 jam) adalah 10
jam terang dan 14 jam gelap. Seekor jantan yang dominan (memiliki
tingkat hirarki yang lebih tinggi) biasanya hidup bersama dengan
beberapa ekor mencit betina. Seekor jantan yang dominan
bertanggungjawab terhadap teritorialnya dan beberapa betina yang
didominasinya. Dua atau lebih mencit jantan dewasa yang disatukan
17

dalam satu kandang akan menunjukkan sifat agresif (peck order) dan
(Wikipedia, 2006b).
2.3.3 Sifat Biologis dan Reproduksi
Kriteria Keterangan
Lama hidup 1-2 tahun, dapat sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama bunting 19-21 hari
Frekuensi beranak 5-10 kali per tahun
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Berat lahir 0,5-1,0 g
Berat dewasa 20-40 g (jantan); 18-35 g
(betina) Kecepatan tumbuh 1 g/hari
Tabel 2. Sifat Biologis Mencit (Mus musculus)
Mencit memiliki kelenjar harderian di dekat mata yang
menghasilkan kotoran berwarna coklat kemerahan apabila mengalami
stress (tekanan). Mencit tidak memiliki penglihatan yang baik (buta
warna), tetapi sangat tajam dalam hal pendengaran yaitu mampu
mendengar frequensi suara ultrasonik sampai lebih dari 100 kHz
(Amori, 1996). Mencit juga memiliki pheromone yang berguna dalam
komunikasi. Pheromone ini dihasilkan oleh kelenjar preputial dan juga
melalui urin, serta melalui air mata pada mencit jantan. Pheromone ini
dideteksi dengan menggunakan organ Jacobson yang terletak di bagian
bawah hidung (Kimoto, 2005). Rambut disekitar mulut (whiskers)
pada mencit berfungsi untuk merasakan permukaan dan pergerakan
udara (Wikipedia, 2006b).
Sexing (pembedaan jenis kelamin antara jantan dan betina) pada
anak mencit dapat dilakukan dengan melihat jarak antara anus dan
bagian genital (ano-genital distance). Mencit jantan memiliki jarak
18

anus-genital yang lebih jauh daripada mencit betina dan saat dewasa
testes-nya menonjol keluar. Mencit betina memiliki lima pasang
kelenjar mamae (mammary gland) dan lima pasang puting susu
(Wikipedia, 2006b). Mencit betina mengalami estrus setiap 4-5 hari
dengan lama estrus berkisar antara 12-14 jam. Perkawinan pada mencit
dapat dideteksi dengan mengamati sumbatan pada vagina (vaginal
plugs). Sumbatan pada vagina ini dibentuk oleh campuran sekresi dari
kelenjar asesoris kelamin pada mencit jantan, yang memiliki fungsi
untuk mencegah kopulasi berikutnya (Inglis, 1980). Mencit yang baru
lahir adalah buta dan tidak berbulu. Bulu (fur) tumbuh setelah tiga hari
dan mata terbuka sekitar 1-2 minggu. Mencit betina mencapai dewasa
kelamin dan tubuh sekitar umur enam minggu dan jantan delapan
minggu (Amori, 1996).
2.3.4 Mencit sebagai Hewan Model/Percobaan
Hewan percobaan adalah hewan yang dipelihara secara intensif di
laboratorium untuk digunakan dalam percobaan atau penelitian. Salah
satu hewan percobaan yang sering digunakan adalah mencit (Mus
musculus) (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Menurut Falconer
(1981), mencit sebagai hewan percobaan sangat praktis untuk
penelitian kuantitatif, karena sifatnya yang mudah berkembangbiak,
selain itu mencit juga dapat digunakan sebagai hewan model untuk
mempelajari seleksi terhadap sifat-sifat kuantitatif.
Alasan penggunaan mencit sebagai hewan laboratorium dan objek
penelitian dalam bidang peternakan diantaranya adalah biaya yang
dibutuhkan tidak begitu mahal, efisien dalam waktu, kemampuan
reproduksi tinggi pada waktu yang singkat, dan sifat genetik dapat
dibuat seseragam mungkin dalam waktu yang lebih pendek
dibandingkan dengan ternak yang lebih besar (Arrington, 1972).
Wikipedia (2006b), menyatakan bahwa mencit sangat cocok sebagai
hewan model karena secara fisiologis mirip dengan manusia. Menurut
Schuler (2006), terdapat kemiripan yang tinggi diantara genome
19

mencit, sapi, babi dan manusia sehingga mencit digunakan sebagai
hewan model untuk mempelajari pengetahuan dasar genetika, genetika
kualitatif dan kuantitatif, dan metode pemuliaan. Genome merupakan
total kromosom dalam inti sel (Muladno, 2002). Selanjutnya menurut
Muladno (2002), ukuran genome tidak mencerminkan ukuran makhluk
hidup, selain itu kemungkinan ukuran genome yang hampir sama pada
dua makhluk hidup juga mempunyai organisasi genome yang hampir
sama pula.
Kebanyakan dari mencit laboratorium adalah persilangan antar
sub-spesies, umumnya adalah Mus musculus domesticus dengan Mus
musculus musculus. Mencit laboratorium umumnya berwarna putih
dan albino. Banyak dari strain mencit adalah inbred (hasil dari silang
dalam/kawin keluarga) yang memiliki sifat genetik yang identik.
(Wikipedia, 2006b).

Gambar 3. Mencit

Anda mungkin juga menyukai