Pendidikan jasmani merupakan bagian yang terpenting dari proses secara
keseluruhan yang pola pencapaian tujuannya menggunakan aktivitas jasmani sedangkan
sasaran tujuan jasmani yang ingin dicapai meliputi tujuan dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif dapat diartikan sebagai aspek yang meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan kemampuan berfikir. Afektif dapat diartikan sebagai aspek yang menyangkut perasaan, moral dan emosi (kemampuan menerima,menanggapi, dan berkeyakinan). Psikomotor dapat diartikan sebagai aspek yang menyangkut ketrampilan motorik seperti gerak tubuh, perilaku bicara. Melihat pendidikan jasmani baik dari segi pola pencapaian tujuan maupun tujuan yang ingin dicapai maka perlu peninjauan yang lebih mendalam tentang pendidikan jasmani supaya nantinya tujuan pendidikan jasmani tersebut benar-benar memenuhi sasaran. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah saat ini masih ada beberapa kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran diantaranya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar peserta didik yaitu kekreatifan guru dalam membuat dan mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah serta penggunaan media pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik, sehingga dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah belum sepenuhnya melibatkan peserta didik secara afektif, kognitif, dan psikomotor dalam memperoleh pengetahuan. Kebanyakan guru hanya menggunakan cara atau strategi komando dalam pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran Sementara itu, kemajuan teknologi membawa dampak perubahan sikap hidup manusia dari banyak gerak kepada sikap diam atau sedikit gerak. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme tubuh sehingga terjadi penurunan kesegaran jasmani, kesehatan, ketrampilan bahkan mempengaruhi kapasitas, kreatifitas, dan kecerdasan (Nurhasan dkk, 2005: 1). Pendidikan juga memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri
Pendidikan jasmani sangat memiliki peranan penting dalam mencapai pola hidup sehat, apalagi aktivitas jasmani banyak melakukan aktivitas gerak tubuh. Menurut Nurhasan dkk, (2005: 4) bahwa dalam pembelajaran pendidikan jasmani menanamkan kegemaran olahraga dan memberikan keterampilan dasar yang dapat dikembangkan untuk olahraga. Pendidikan jasmani di sekolah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa dan bias memberikan gerak yang bervariasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Gerak juga memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Sejak bayi, kanak-kanak hingga dewasa, perkembangan gerak sangat mempengaruhi perkembangan secara keseluruhan baik fisik, intelektual, sosial, dan emosional. Sementara itu, kemajuan teknologi membawa dampak perubahan sikap hidup manusia dari banyak gerak kepada sikap diam atau sedikit gerak. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme tubuh sehingga terjadi penurunan kesegaran jasmani, kesehatan, ketrampilan bahkan mempengaruhi kapasitas, kreatifitas, dan kecerdasan (Nurhasan dkk, 2005: 1). Pendidikan juga memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah saat ini masih ada beberapa kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran diantaranya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar peserta didik yaitu kekreatifan guru dalam membuat dan mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah serta penggunaan media pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik, sehingga dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah belum sepenuhnya melibatkan peserta didik secara afektif, kognitif, dan psikomotor dalam memperoleh pengetahuan. Kebanyakan guru hanya menggunakan cara atau strategi komando dalam pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran Dari 32 orang siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 5 orang siswa (15,63%) dan siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar sebanyak 27 orang siswa (84,37%). Dari data ini diperoleh hasil belajar siswa masih rendah, karena dilihat dari nilai KKM yang berlaku di sekolah ini yaitu 73
Berdasarkan uraian di atas untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah siswa kelas VIII SMP N 1 Merbau Tahun Ajaran 2012/2013 diperlukan pembelajaran yang efektif bagi siswa, peneliti akan mengadakan penelitian mengenai Peningkatan Hasil Belajar Passing Bawah Dalam Permainan Bola Voli Melalui Metode Kinestetik Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Merbau Tahun Ajaran 2012/2013. A. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah : Hasil belajar passing bawah siswa masih rendah? Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga pemahaman siswa kurang dalam mempelajari materi Minat belajar siswa yang kurang Siswa kurang berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar B. Batasan Masalah Agar peneliti lebih terarah pada tujuan yang diharapkan, maka dari latar belakang masalah di atas yang menjadi fokus penelitian adalah Peningkatan hasil belajar passing bawah dalam permainan bola voli melalui metode kinestetik pada siswa kelas VIII SMP N 1 Merbau Tahun Ajaran 2012/2013. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Peningkatan Hasil Belajar Passing Bawah Dalam Permainan Bola Voli Melalui Metode Kinestetik Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Merbau Tahun Ajaran 2012/2013?. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar passing bawah dalam permainan bola voli melalui metode kinestetik pada siswa kelas VIII SMP N 1 Merbau Tahun Ajaran 2012/2013.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat untuk: 1. Sebagai bahan pertimbangan untuk pihak sekolah SMP N 1 Merbau Tahun Ajaran 2012/2013 dalam menerapkan pembelajaran di sekolah dengan menggunakan metode kinestetik. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru pendidikan jasmani di SMP N 1 Merbau Tahun Ajaran 2012/2013 Merbau untuk menerapkan sistem pembelajaran yang lebih baik nantinya. 3. Sebagai bahan informasi dan pustaka untuk para peneliti-peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian. 4. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti. A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan meteri ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2011: 22). Banyak ahli mengemukakan mengenai belajar. Pandangan beberapa ahli tentang belajar dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002: 12-13), yakni sebagai berikut: a) Belajar menurut James O. Whittaker adalah merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. b) Belajar menurut Cronbach adalah Learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. c) Belajar menurut Howard L. Kingskey adalah bahwa Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. 10 d) Slameto merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan imdividu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa definisi di atas, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terbentuk karena pengalaman maupun ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh sesorang. Pengalaman tersebut diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya maupun melalui ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Dari penjelasan di atas, belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut (Slameto, 2003: 3-5) : a) Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan pada dirinya. b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan- perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan maka semakin banyak dan baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha sendiri. Dalam proses belajar pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010: 22-23), yaitu: a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajara intelektual yang terdiri dari enam aspek yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis, dan evaluasi. b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa ketrampilan dan kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perceptual, ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dengan demikian tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan menanamkan sikap mental. Dengan mencapai tujuan belajar maka akan diperoleh hasil dari belajar itu sendiri. 2. Pembelajaran Berbagai definisi mengenai pembelajaran dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya yaitu Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru guna menarik dan memberi informasi kepada siswa, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh guru dapat membantu siswa dalam menghadapi tujuan. Definisi pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2005: 57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari definisi di atas, pembelajaran adalah sutu proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran harus didukung dengan baik oleh semua unsur dalam pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik, dan juga lingkungan belajar 2.3 Hasil belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Dua konsep tersebut dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Hal ini seiring dengan apa yang kemukakan oleh Sudjana (2004:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Selain itu, menurut Gagne dan Driscoll (1988:36) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa melalui proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar HASIL BELAJAR
Kata kinestesis, pertama kali digunakan oleh Bastian, berasal dari dua kata Yunani yang bermakna menggerakkan dan sensasi . Dalam berbagai referensi, kata kinestesis kerapkali digunakan secara bergantian dengan propriosepsi, karena menurut Sherington pro- Peran Kinestesis dalam Pembelajaran Motorik priosepsi mencakup rasa gerak yang secara bersama-sama merasakan terjadinya tegangan, tekanan, kekuatan, dan orientasi tubuh terhadap ruang tanpa melibatkan gerakan apapun (Sage, 1984:178)