Anda di halaman 1dari 2

Virzah Syalvira-111211300089

Theory of International Relations in Islam


Hubungan Internasional dikenal dalam Islam sebagai Muamalat atau dalam hukum islam
sebagai Siyar. Siyar membicarakan mengenai hubungan timbal balik antara orang-orang
muslim dan non-muslim. Prinsip-prinsip dasar hubungan internasional dalam menjelaskan
hubungannya dengan non-muslim dapat dilihat dari sumber-sumber dan tradisi islam yaitu
dibagi antara muminun dan muahidun atau people without ahd (perjanjian) yang
didasarkan pada belieers dan non-belieers. !emudian" non-belieers dibagi dalam tiga
kategori yaitu muharibin orang-orang yang berperang" ahl al-ahd orang-orang dalam
perjanjian dengan islam" dan ahl dhimma yaitu non-muslim yang berada diba#ah kekuasan
islam yang meminta perlindungan dan kedamaian dengan syarat mereka membayar jizya.
Sedangkan belieers terdapat tiga kelompok" pertama muminun orang-orang yang percaya
bah#a $asulullah adalah penyampai pesan %llah" musalim amin yang merupakan non-
muslim tetapi merasa aman dengan islam" dan khaif muharib yang takut bertempur. &an
akademisi muslim membagi dua dunia" dar al-islam dan dar al-harb.
Dar al-islam secara umum diartikan sebagai teritorial dari 'egara islam. Shaybani tokoh
pengagas siyar ini mende(inisikan dar al-islam sebagai dar yang berada diba#ah otoritas
syariah" atau munculnya keputusan syariah yang berlaku" atau tempat dimana muslim hidup
dalam keadaan dilindungin. Menurut Shaybani dar al-harb dapat berubah menjadi dar al-
islam berdasarkan salah satu dari tiga kondisi berikut) pertama jika orang-orang di kota
berperang dengan islam kemudian menjadi muslim" maka kota itu akan menjadi bagian dari
islam. Kedua jika kota atau #ilayah dalam perbatasan dar al-harb berada di ba#ah
kekuasaan islam namun orang-orang tetap non-muslim maka tetap saja kota tersebut
merupakan dar al-islam. Ketiga jika kota di ba#ah pengaruh dar al-islam tapi berada di
pengaruh dar al-harb" dan kemudain orang-orang muslim menebusnya kembali.
Shaybani memberi contoh dari situasi dimana militer muslim memasuki dar al-harb dengan
i*in khali(ah dan ketika mengambil alih kota" penduduknya menolak untuk menerima islam.
!hali(ah pun akan meminta mereka untuk membayar jizya dan jika mereka setuju maka
mereka akan tinggal dengan rasa aman tanpa ancaman ataupun serangan. &an seorang
muslim tidak dapat menerapkan prinsip-prinsip syariah tanpa kesepakatan dengan ahl al-
dhimma. !arena tanpa kesepakatan dengan ahl al-dhimma maka #ilayah atau kota tersebut
tidak dapat dianggap sebagai dar al-islam. dan jika muslim ditaklukan oleh dar al-harb
setelah hidup di ba#ah dar al-islam" tidak akan merubah status #ilayah itu.
Sedangkan akademisi muslim modern seperti +%bd al-,adir%#dah mende(inisikan dar al-
Islam merupakan #ilayah dimana prinsip-prinsip dari peraturan syariah ditegakan dan
muslim dapat mepraktikan hukum-hukum islam. sehingga setiap tempat atau #ilayah yang
dihuni oleh mayoritas islam atau #ilayah yang ditaklukkan oleh muslim dan diperintah oleh
mereka" serta #ilayah yang ditaklukan dan dikuasai oleh non-muslim tetapi penduduk
muslim tetap bebas menerapkan syariah islam" maka disebut dar al-islam. &apat disimpulkan
baik dari para akademisi klasik dan modern bah#a dar al-islam berada di ba#ah control
penuh dari muslim dan semuanya tunduk kepada putusan syariah. &an beberapa akademisi
menambahkan #ilayah dimana muslim dapat mempraktekan syariah islam tanpa hambatan.
Dar al-harb dide(inisikan secara umum sebagai territorial musuh. Shaybani mende(inisikan
dar al-harb sebagai #ilayah yang ditegakannya peraturan berdasarkan prinsip-prinsip non-
islam. #alaupun kaum muslimin adalah bagian dari dar al-harb tersebut dengan mengadakan
kesepakatan bah#a peraturan dar al-harb tidak berlaku bagi kaum muslim" tetap saja #ilayah
tersebut adalah bagian dar al-harb. Sedangkan menurut +%bd al-,adir%#dah
mende(inisikan dar al-harb sebagai semua #ilayah non-islam yang diatur oleh non-muslim"
dimana hukum yang ditegakkan berdasarkan sumber-sumber non-muslim.
-erubahnya dar al-islam menjadi dar al-harb terdapat tiga kondisi" pertama ketika kaum
muslim dikalahkan oleh dar al-harb dan mengambil control #ilayah tersebut. !edua ketika
orang-orang mutrad dari islam dan mengambil #ilayah tersebut dengan menerapkan hukum-
hukum non-islam. &an terakhir ketika kaum dhimma membatalkan perjanjian yang ada dan
menang mela#an otoritas muslim. Shaybani dan beberapa akademisi kontemporer lainnya
membagi dar al-harb antara dar al-abd yaitu #ilayah dalam perjanjian dengan islam atau dar
al-mu#adaa yaitu #ilayah yang mengadakan perjanjian damai dengan islam dalam #aktu
tertentu.
!ebanyakan akademisi muslim kontemporer menyatakan bah#a dar al-ahd adalah tipe ketiga
dar yang merupakan #ilayah yang independent. 'ajib %rman*ani menyatakan bah#a
hubungan antara muslim dan non-muslim didasarkan pada dar al-ahd. .alaupun begitu dar
al-ahd tidak dapat dibuktikan.
%sal dari hubungan antara muslim dengan non-muslim mengabaikan aspek agama" #arna"
bahasa" dan tanpa hubungan permusuhan. -erdasarkan /hunaymi akademisi muslim modern
menyatakan bah#a hubungan muslim dengan 'egara-negara lain didasarkan pada bagaimana
'egara-negara lain memandang islam. 0ika 'egara-negara lain memiliki niat baik dengan
mengadakan perjanjian damai dengan muslim maka ini merupakan hubungan timbal balik.
Muslim dilarang mengambil singkap o((ensie menghadapi mereka" jika kaum muslim belum
sama sekali menyampaikan ajaran-ajaran islamnya kepada kaum yang tidak tahu sama sekali
mengenai islam. Penulis artikel memahami bah#a terdapat tiga karakteristik yang harus
dipenuhi dalam kepemimpinan dalam islam yaitu keturunan ,uraisy" memiliki hubungan
darah dan jihad.
1leh karena itu pandangan islam dalam menghadapi hubungan luar negri berdasarkan atas
rasa kepercayaan dan ketidakpercayaan yang diperkuat dengan adanya perjanjian. &ari
situlah saya menyimpulkan bah#a islam sangat damai dalam menghadapi hubungannya
dengan bangsa-bangsa lain" dan jihad terjadi ketika keadaan-keadaan khusus.

Anda mungkin juga menyukai