0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan11 halaman
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian.
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.
Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat telah mengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian.
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.
Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat telah mengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian.
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.
Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat telah mengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Bahwa penulis telah menyelesaikan tugas mata kuliah Fisiologi Olahraga dengan membahas pernapasan buatan dalam bentuk makalah, penulis susun guna memenuhi dan melengkapi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Olahraga dan juga dengan harapan dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa-masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, harapan penulis semoga Allah SWT tetap memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, 23 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. B. Tujuan Penulisan ...........................................................................
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... B. Saran ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian. Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien. Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat telah mengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana caranya memberikan pertolongan pertama berupa pernafasan buatan.
BAB II PEMBAHASAN PERNAFASAN BUATAN 1. Pengertian Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2. 2. Tujuan Menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal. 3. Diagnosis Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan menggunakan metode Look Listen Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah dilakukan (jalan nafas aman). 4. Tindakan a. Tanpa Alat: Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi. b. Dengan Alat: Memberikan pernafasan buatan dengan alat Ambu bag (self inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik (ventilator/respirator). 5. Pemeriksaan pernafasan a. Look-Lihat 1) Gerak dada 2) Gerak cuping hidung (flaring nostril) 3) Retraksi sela iga 4) Gerak dada 5) Gerak cuping hidung (flaring nostril) 6) Retraksi sela iga b. Listen-Dengar. Suara nafas, suara tambahan c. Feel-Rasakan. Udara nafas keluar hidung-mulut d. Palpasi-Raba. Gerakan dada, simetris? e. Perkusi-Ketuk. Redup? Hipersonor? Simetris? f. Auskultasi (menggunakan stetoskop). Suara nafas ada? Simetris? Ronki atau whezing? g. Menilai pernafasan 1) Ada napas? Napas normal atau distres 2) Ada luka dada terbuka atau menghisap? 3) Ada Pneumothoraks tension? 4) Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ? 5) Ada Hemothoraks? 6) Ada emfisema bawah kulit? h. Tanda distres nafas 1) Nafas dangkal dan cepat 2) Gerak cuping hidung (flaring nostril) 3) Tarikan sela iga (retraksi) 4) Tarikan otot leher (tracheal tug) 5) Nadi cepat 6) Hipotensi 7) Vena leher distensi 8) Sianosis (tanda lambat) i. Pemberian nafas buatan 1) Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada nampak terangkat. 2) Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah menunggu sampai apnea dulu 3) Berikan tambahan oksigen bila tersedia. 4) Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan dengan menekan lambung karena akan berisiko aspirasi. 5) Nafas buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar tulang leher tidak banyak bergerak.
Pernapasan Buatan Mulut-Mulut Pernapasan buatan langsung mulut ke mulut sangatlah beresiko. Kemungkinan kontak dengan cairan tubuh korban termasuk muntahan sangat besar. Untuk melakukan pernapasan buatan mulut ke mulut gunakanlah alat pelindung barrier device, face shield. Alat pelindung ini berupa sebuah lembaran dari plastik tipis dan lentur menutupi wajah korban terutama bagian mulut korban, dilengkapi dengan katup satu arah sehingga cairan tubuh korban tidak mengenai penolong. Bisa dilipat sehingga praktis dibawa kemana-mana. Langkah-langkah memberikan pernapasan buatan mulut ke mulut: 1) Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT. 2) Baringkan korban pada posisi terlentang. 3) Atur posisi penolong. Berlutut disamping kepala korban. 4) Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway. 5) Pasang alat pelindung; barrier device, face shield. 6) Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar volume tidal terpenuhi. 7) Jepit lubang hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk. 8) Tutupi mulut korban dengan mulut penolong. Mulut penolong harus dapat menutupi keseluruhan mulut korban agar tidak terjadi kebocoran. 9) Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway. Beri kesempatan untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap hembusan 1,5-2 detik. Volume udara yang diberikan sebesar volume tidal yaitu 10 mL/ kgBB atau 700-1000 mL, atau sampai dengan dada korban terlihat mengembang. Hati-hati, jangan terlalu kuat atau terlalu banyak karena dapat melukai paru-paru korban atau masuk ke lambung. 10) Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pernapasan buatan dirasakan ada tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan baik, perbaiki tehnik membuka airway korban misalnya dengan memperbaiki posisi kepala. Jika setelah posisi diperbaiki masih terasa berat, curigai adanya sumbatan airway. Lakukan tindakan membebaskan jalan napas. 11) Bila tidak ada gangguan lain, teruskan pernapasan buatan dengan kecepatan 12-15 kali/ menit.
Gambar Barrier Device Gambar Teknik Pemberian Pernapasan Mulut-Mulut Menggunakan Barrie Device
Gambar Teknik Pemberian Pernapasan Mulut-Mulut Pernapasan Buatan Mulut-Hidung Tehnik pernapasan buatan mulut ke hidung dilakukan bila tidak mungkin melakukan pernapasan mulut ke mulut, misal mulut korban yang terkatup rapat dan tidak bisa dibuka (trismus), atau mulut korban mengalami cedera berat. Langkah-langkah yang dilakukan sama seperti pernapasan buatan mulut ke mulut. Perbedaannya adalah pernapasan buatan dilakukan ke hidung korban. Pada tehnik ini mulut korban yang harus ditutup.
Gambar Tekhnik Pemberian Napas Buatan Mulut-Hidung
Pernapasan Buatan Mulut-Stoma / Lubang Trakeostomi Pada korban yang pernah mengalami tindakan pembuatan lubang pernapasan di leher, masuknya udara pernapasan tidak lagi melalui mulut atau hidung. Udara masuk melalui lubang buatan di leher yang disebut stoma. Langkah-langkah melakukan pernapasan buatan mulut ke stoma pada dasarnya sama dengan mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
Pernapasan Buatan Mulut-Masker/ Sungkup Muka Tehnik pernapasan buatan mulut ke masker lebih efektif dan lebih aman dibanding cara-cara pernapasan yang telah dijelaskan sebelumnya. Masker yang digunakan mempunyai katup satu arah sehingga cairan maupun udara ekspirasi yang keluar dari korban kecil kemungkinannya mengenai penolong. Masker menutupi hidung dan mulut korban, sehingga tidak ada kontak/hubungan langsung antara penolong dengan korban. Efektivitas didapatkan karena masker yang digunakan akan menutupi baik mulut maupun hidung korban dan lebih terkontrol. Masker yang baik untuk pernapasan buatan memiliki ukuran yang sesuai, terbuat dari bahan transparan/ tembus pandang, dan dilengkapi katup satu arah atau dapat dihubungkan dengan katup satu arah pada bagian atasnya. Masker tersedia dengan berbagai ukuran. Kesesuaian ukuran penting agar masker dapat melekat erat pada wajah sehingga tidak terjadi kebocoran. Bahan transparan memungkinkan penolong dapat melihat adanya cairan mapun muntahan yang keluar dari korban. Langkah-langkah pernapasan buatan mulut ke masker: 1) Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT. 2) Baringkan korban pada posisi terlentang. 3) Atur posisi penolong. Bila penolong hanya seorang, berlutut disamping kepala korban. Bila penolong lebih dari satu orang, salah satu penolong yang memegangi masker berlutut di atas kepala korban menghadap ke kaki korban. 4) Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway. 5) Pasang masker yang ukurannya sesuai dengan korban.Masker yang ukurannya sesuai akan menutupi bagian hidung dan mulut korban sekaligus. Masker pernapasan buatan berbentuk menyerupai buah jambu air yang terbelah dua sama besar, ada bagian yang menyempit dan ada bagian yang melebar. Posisikan bagian yang menyempit di bagian hidung korban, dan bagian yang melebar di bagian dagu. 6) Pertahankan posisi masker dan rapatkan. Posisi masker yang benar dan rapat penting untuk keberhasilan pernapasan buatan. Mempertahankan posisi masker bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: Pertahankan posisi masker dengan posisi kedua tangan seperti saat melakukan jaw thrust atau triple airway manauver. Kedua ibu jari menahan masker bagian hidung, sementara jari-jari lainnya menahan bagian dagu dan merapatkannya dengan menahan masker bagian rahang bawah korban, sambil melakukan tindakan membuka airway. Pertahankan posisi masker dengan salah satu tangan menahan bagian hidung, tangan lainnya menahan bagian dagu sambil membuka airway korban. 7) Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar volume tidal terpenuhi. 8) Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway. Beri kesempatan untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap hembusan 1,5-2 detik. Volume udara yang diberikan sebesar volume tidal 10 mL/ kgBB, atau sampai dengan dada korban terlihat mengembang. 9) Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pernapasan buatan dirasakan ada tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan baik, perbaiki posisi kepala korban. Perbaiki tehnik membuka airway korban. Jika setelah posisi diperbaiki masih terasa berat, curigai adanya sumbatan airway. Lakukan tindakan membebaskan jalan napas. 10) Bila tidak ada gangguan lain, teruskan pernapasan buatan dengan kecepatan 12-15 kali/ menit.
BVM (Bag Valve Mask) Pernapasan buatan yang dilakukan dengan bantuan BVM lebih dianjurkan, karena memiliki lebih banyak keuntungan. Selain keuntungan seperti yang didapatkan dengan menggunakan masker, BVM memberikan oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi pada korban karena dapat dihubungkan dengan sumber oksigen. BVM dianjurkan digunakan oleh dua orang penolong. Sesuai namanya bag valve mask (BVM) terdiri dari kantung, katup satu arah, dan masker/ sungkup muka. Isi kantung sekitar 1600 mL dan dapat dihubungkan dengan sumber oksigen. Masker pada BVM memiliki bentuk yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Masker tersedia dalam berbagai ukuran untuk dewasa, anak, dan bayi. Penggunaan BVM untuk pernapasan buatan tidak akan dijelaskan lebih lanjut, karena penggunaannya memerlukan ketrampilan setingkat paramedis. PERHATIAN: 1) Pemompaan udara pernapasan dilakukan saat korban inspirasi. 2) Pemberian bantuan napas disesuaikan dengan kebutuhan korban. 3) Perhatikan volume tidal dan frekuensi napas yang dibutuhkan korban. 4) Pemasangan masker harus sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan korban dan ketat. 5) Bila korban memiliki gigi palsu, biarkan gigi palsu tersebut tetap pada tempatnya, karena akan mempermudah dicapainya posisi masker yang ketat. 6) Namun bila gigi tersebut lepas, segera keluarkan dari mulut korban dan amankan. Lepasnya gigi palsu merupakan ancaman terjadinya sumbatan jalan napas. Lakukan penilaian berkala keberadaan gigi palsu selama menolong korban.
Ambu bag (bag-valve-masker) Cara Menggunakan Ambu bag
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Breathing (Bernapas) adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP). Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.
B. SARAN Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang telah disusun meskipun saya menyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu saya berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membantu menyempurnakan makalah yang selanjutnya.