Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Fisiologi Olahraga dengan membahas pernapasan buatan
dalam bentuk makalah, penulis susun guna memenuhi dan melengkapi salah satu tugas mata
kuliah Fisiologi Olahraga dan juga dengan harapan dapat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa-masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, harapan penulis semoga Allah SWT
tetap memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 23 April 2014


Penulis












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Tujuan Penulisan ...........................................................................

BAB II PEMBAHASAN
Pernapasan Buatan Mulut-Mulut ..............................................................
Pernapasan Buatan Mulut-Hidung .............................................................
Pernapasan Buatan Mulut-Stoma / Lubang Trakeostomi ...............................
Pernapasan Buatan Mulut-Masker/ Sungkup Muka ......................................
BVM (Bag Valve Mask) ..........................................................................

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................









BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari
kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien ditemukan
maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari
kecacatan atau kematian.
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari
gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan
cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila
terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih
dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada
penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.
Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat telah
mengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana caranya memberikan
pertolongan pertama berupa pernafasan buatan.









BAB II
PEMBAHASAN
PERNAFASAN BUATAN
1. Pengertian
Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk
menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.
2. Tujuan
Menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal.
3. Diagnosis
Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan menggunakan metode Look Listen
Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada pernafasan dan pengelolaan jalan nafas
telah dilakukan (jalan nafas aman).
4. Tindakan
a. Tanpa Alat: Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke
hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
b. Dengan Alat: Memberikan pernafasan buatan dengan alat Ambu bag (self inflating bag)
yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan dengan menggunakan
ventilator mekanik (ventilator/respirator).
5. Pemeriksaan pernafasan
a. Look-Lihat
1) Gerak dada
2) Gerak cuping hidung (flaring nostril)
3) Retraksi sela iga
4) Gerak dada
5) Gerak cuping hidung (flaring nostril)
6) Retraksi sela iga
b. Listen-Dengar. Suara nafas, suara tambahan
c. Feel-Rasakan. Udara nafas keluar hidung-mulut
d. Palpasi-Raba. Gerakan dada, simetris?
e. Perkusi-Ketuk. Redup? Hipersonor? Simetris?
f. Auskultasi (menggunakan stetoskop). Suara nafas ada? Simetris? Ronki atau whezing?
g. Menilai pernafasan
1) Ada napas? Napas normal atau distres
2) Ada luka dada terbuka atau menghisap?
3) Ada Pneumothoraks tension?
4) Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ?
5) Ada Hemothoraks?
6) Ada emfisema bawah kulit?
h. Tanda distres nafas
1) Nafas dangkal dan cepat
2) Gerak cuping hidung (flaring nostril)
3) Tarikan sela iga (retraksi)
4) Tarikan otot leher (tracheal tug)
5) Nadi cepat
6) Hipotensi
7) Vena leher distensi
8) Sianosis (tanda lambat)
i. Pemberian nafas buatan
1) Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada nampak terangkat.
2) Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah menunggu sampai apnea dulu
3) Berikan tambahan oksigen bila tersedia.
4) Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan dengan menekan
lambung karena akan berisiko aspirasi.
5) Nafas buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar
tulang leher tidak banyak bergerak.

Pernapasan Buatan Mulut-Mulut
Pernapasan buatan langsung mulut ke mulut sangatlah beresiko. Kemungkinan kontak
dengan cairan tubuh korban termasuk muntahan sangat besar. Untuk melakukan pernapasan
buatan mulut ke mulut gunakanlah alat pelindung barrier device, face shield. Alat pelindung
ini berupa sebuah lembaran dari plastik tipis dan lentur menutupi wajah korban terutama
bagian mulut korban, dilengkapi dengan katup satu arah sehingga cairan tubuh korban tidak
mengenai penolong. Bisa dilipat sehingga praktis dibawa kemana-mana.
Langkah-langkah memberikan pernapasan buatan mulut ke mulut:
1) Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT.
2) Baringkan korban pada posisi terlentang.
3) Atur posisi penolong. Berlutut disamping kepala korban.
4) Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway.
5) Pasang alat pelindung; barrier device, face shield.
6) Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar volume tidal
terpenuhi.
7) Jepit lubang hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk.
8) Tutupi mulut korban dengan mulut penolong. Mulut penolong harus dapat menutupi
keseluruhan mulut korban agar tidak terjadi kebocoran.
9) Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway. Beri
kesempatan untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap hembusan 1,5-2 detik.
Volume udara yang diberikan sebesar volume tidal yaitu 10 mL/ kgBB atau 700-1000
mL, atau sampai dengan dada korban terlihat mengembang. Hati-hati, jangan terlalu kuat
atau terlalu banyak karena dapat melukai paru-paru korban atau masuk ke lambung.
10) Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pernapasan buatan dirasakan ada
tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan baik, perbaiki tehnik
membuka airway korban misalnya dengan memperbaiki posisi kepala. Jika setelah posisi
diperbaiki masih terasa berat, curigai adanya sumbatan airway. Lakukan tindakan
membebaskan jalan napas.
11) Bila tidak ada gangguan lain, teruskan pernapasan buatan dengan kecepatan 12-15 kali/
menit.






Gambar Barrier Device Gambar Teknik Pemberian Pernapasan
Mulut-Mulut Menggunakan Barrie Device






Gambar Teknik Pemberian Pernapasan Mulut-Mulut
Pernapasan Buatan Mulut-Hidung
Tehnik pernapasan buatan mulut ke hidung dilakukan bila tidak mungkin melakukan
pernapasan mulut ke mulut, misal mulut korban yang terkatup rapat dan tidak bisa dibuka
(trismus), atau mulut korban mengalami cedera berat. Langkah-langkah yang dilakukan sama
seperti pernapasan buatan mulut ke mulut. Perbedaannya adalah pernapasan buatan dilakukan
ke hidung korban. Pada tehnik ini mulut korban yang harus ditutup.






Gambar Tekhnik Pemberian Napas Buatan Mulut-Hidung

Pernapasan Buatan Mulut-Stoma / Lubang Trakeostomi
Pada korban yang pernah mengalami tindakan pembuatan lubang pernapasan di leher,
masuknya udara pernapasan tidak lagi melalui mulut atau hidung. Udara masuk melalui
lubang buatan di leher yang disebut stoma. Langkah-langkah melakukan pernapasan buatan
mulut ke stoma pada dasarnya sama dengan mulut ke mulut atau mulut ke hidung.

Pernapasan Buatan Mulut-Masker/ Sungkup Muka
Tehnik pernapasan buatan mulut ke masker lebih efektif dan lebih aman dibanding
cara-cara pernapasan yang telah dijelaskan sebelumnya. Masker yang digunakan mempunyai
katup satu arah sehingga cairan maupun udara ekspirasi yang keluar dari korban kecil
kemungkinannya mengenai penolong. Masker menutupi hidung dan mulut korban, sehingga
tidak ada kontak/hubungan langsung antara penolong dengan korban. Efektivitas didapatkan
karena masker yang digunakan akan menutupi baik mulut maupun hidung korban dan lebih
terkontrol.
Masker yang baik untuk pernapasan buatan memiliki ukuran yang sesuai, terbuat dari
bahan transparan/ tembus pandang, dan dilengkapi katup satu arah atau dapat dihubungkan
dengan katup satu arah pada bagian atasnya. Masker tersedia dengan berbagai ukuran.
Kesesuaian ukuran penting agar masker dapat melekat erat pada wajah sehingga tidak terjadi
kebocoran. Bahan transparan memungkinkan penolong dapat melihat adanya cairan mapun
muntahan yang keluar dari korban.
Langkah-langkah pernapasan buatan mulut ke masker:
1) Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT.
2) Baringkan korban pada posisi terlentang.
3) Atur posisi penolong. Bila penolong hanya seorang, berlutut disamping kepala korban.
Bila penolong lebih dari satu orang, salah satu penolong yang memegangi masker berlutut
di atas kepala korban menghadap ke kaki korban.
4) Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway.
5) Pasang masker yang ukurannya sesuai dengan korban.Masker yang ukurannya sesuai
akan menutupi bagian hidung dan mulut korban sekaligus. Masker pernapasan buatan
berbentuk menyerupai buah jambu air yang terbelah dua sama besar, ada bagian yang
menyempit dan ada bagian yang melebar. Posisikan bagian yang menyempit di bagian
hidung korban, dan bagian yang melebar di bagian dagu.
6) Pertahankan posisi masker dan rapatkan. Posisi masker yang benar dan rapat penting
untuk keberhasilan pernapasan buatan. Mempertahankan posisi masker bisa dilakukan
dengan dua cara, yaitu: Pertahankan posisi masker dengan posisi kedua tangan seperti
saat melakukan jaw thrust atau triple airway manauver. Kedua ibu jari menahan masker
bagian hidung, sementara jari-jari lainnya menahan bagian dagu dan merapatkannya
dengan menahan masker bagian rahang bawah korban, sambil melakukan tindakan
membuka airway. Pertahankan posisi masker dengan salah satu tangan menahan bagian
hidung, tangan lainnya menahan bagian dagu sambil membuka airway korban.
7) Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar volume tidal
terpenuhi.
8) Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway. Beri
kesempatan untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap hembusan 1,5-2 detik.
Volume udara yang diberikan sebesar volume tidal 10 mL/ kgBB, atau sampai dengan
dada korban terlihat mengembang.
9) Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pernapasan buatan dirasakan ada
tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan baik, perbaiki posisi kepala
korban. Perbaiki tehnik membuka airway korban. Jika setelah posisi diperbaiki masih
terasa berat, curigai adanya sumbatan airway. Lakukan tindakan membebaskan jalan
napas.
10) Bila tidak ada gangguan lain, teruskan pernapasan buatan dengan kecepatan 12-15 kali/
menit.

BVM (Bag Valve Mask)
Pernapasan buatan yang dilakukan dengan bantuan BVM lebih dianjurkan, karena
memiliki lebih banyak keuntungan. Selain keuntungan seperti yang didapatkan dengan
menggunakan masker, BVM memberikan oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi pada
korban karena dapat dihubungkan dengan sumber oksigen. BVM dianjurkan digunakan oleh
dua orang penolong.
Sesuai namanya bag valve mask (BVM) terdiri dari kantung, katup satu arah, dan
masker/ sungkup muka. Isi kantung sekitar 1600 mL dan dapat dihubungkan dengan sumber
oksigen. Masker pada BVM memiliki bentuk yang sama seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Masker tersedia dalam berbagai ukuran untuk dewasa, anak, dan bayi.
Penggunaan BVM untuk pernapasan buatan tidak akan dijelaskan lebih lanjut, karena
penggunaannya memerlukan ketrampilan setingkat paramedis.
PERHATIAN:
1) Pemompaan udara pernapasan dilakukan saat korban inspirasi.
2) Pemberian bantuan napas disesuaikan dengan kebutuhan korban.
3) Perhatikan volume tidal dan frekuensi napas yang dibutuhkan korban.
4) Pemasangan masker harus sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan korban dan ketat.
5) Bila korban memiliki gigi palsu, biarkan gigi palsu tersebut tetap pada tempatnya, karena
akan mempermudah dicapainya posisi masker yang ketat.
6) Namun bila gigi tersebut lepas, segera keluarkan dari mulut korban dan amankan.
Lepasnya gigi palsu merupakan ancaman terjadinya sumbatan jalan napas. Lakukan
penilaian berkala keberadaan gigi palsu selama menolong korban.







Ambu bag (bag-valve-masker) Cara Menggunakan Ambu bag

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan
mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Breathing (Bernapas) adalah usaha
seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan
salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari
gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan
cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila
terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih
dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada
penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang telah
disusun meskipun saya menyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu saya
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membantu
menyempurnakan makalah yang selanjutnya.










DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanmakalahmatakuliahakpercianjur.blogspot.com/2013/04/makalah-airway-
breating.html
http://dentalresource.org/topic49emergencies.htm
http://www.ensiklopediapramuka.com/2012/10/pppk-resusitasi.html

Anda mungkin juga menyukai