Anda di halaman 1dari 14

KANKER LARING

1. Pengertian
Penyakit Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara
(laring) atau daerah lainnya di tenggorokan. Kanker di laring hampir selalu
merupakan karsinoma sel skuamosa. Kanker yang biasa terjadi pada
perokok. Kanker pita suara sejati, berbeda dengan karsinoma supraglotis dan
subglotis, biasanya ditemukan dini karena dampaknya pada suara. Bila
kanker pita suara terdiagnosis dini, maka dapat dicapai angka penyembuhan
98% dengan operasi singkat, tanpa keperluan trakeostomi permanen atau
kehilangan suara. Sebaliknya pada kasus lanjut, mungkin memerlukan terapi
yang lama, kehilangan laring dan kadang-kadang reseksi bedah yang
mencakup faring atau laher.
2. ETIOLOGI
kanker laring (pita suara) biasanya lebih banyak ditemukan pada pria dan
berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol. Adapun penyebab lain
biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebab kanker dapat
merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan.
Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker, sebagai berikut :
Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru paru, mulut,
laring (pita suara), dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker,
terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat
menyebabkan kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam
bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang
mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker
kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang
sering terdapat pada makanan laut yang tercemar seperti: kerang, ikan.
Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus
Epstein Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China
virus ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena
faktor lingkungan dan genetik.
3. Patofisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun.
Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan
merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam
berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para
ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit
keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma
sel skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar
dengan lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi
metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik)
metastase lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup
besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan
suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada
waktu pita suara masih dapat digerakan.
4. Gambaran klinik
Paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-
sembuh walaupun penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis
dan subglotis. Tidak seperti suara serak laringitis, tidak disertai oleh gejala
sistemik seperti demam.Rasa tidak enak ditenggorok, seperti ada sesuatu
yang tersangkut. Pada fase lanjut dapat disertai rasa sakit untuk menelan
atau berbicara.Sesak napas terjadi bila rima glotis tertutup atau hampir
tertutup tumor 80%. Sesak napas tidak timbul mendadak tetapi perlahan-
lahan. Karena itu penderita dapat beradaptasi, sehingga baru merasakan
sesak bila tumor sudah besar (terlambat berobat). Stridor terjadi akibat
sumbatan jalan napas.Bila sudah dijumpai pembesaran kelenjar berarti tumor
sudah masuk dalam stadium lanjut.Bahkan kadang-kadang tumornya dapat
teraba, menyebabkan pembengkakan laring.
Bila tumor laring mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala
disfagia, rasa sakit bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah
telinga.Apabila dijumpai kasus dengan jelas diatas, khususnya dengan
keluhan suara parau lebih dari dua minggu yang dengan pengobatan tidak
sembuh, diderita orang dewasa atau tua, sebaiknya penderita segera dirujuk.
5. Penatalaksanaan Medis
Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan laring (Laringektomi).Pengobatan dipilih berdasar
stadiumnya.Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya mempunyai
keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat
menyembuhkan tumor yang sudah lanjut, lebih-lebih jika sudah terdapat
pembesaran kelenjar leher. Oleh karena itu radioterapi sebaiknya
dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran
kelenjar leher. Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu
pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita
dengan keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi
serta dapat dipertahankannya suara yang normal. Fiksasi pita suara
menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum
menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati
dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi
radikal kelenjar leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada
jenis tumor supra dan subglotik. Pada penderita ini kemungkinan sembuh
tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh
sempurna. Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu
pita suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan
jalan napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita
suara satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago
aritenoid dan setengah kartilago tiroid. Trakeostomi sementara dilakukan dan
suara pasien akan parau setelah pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis
atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi.
Suara pasien masih utuh atau tetap normal. Karena epiglotis diangkat maka
resiko aspirasi akibat makanan peroral meningkat.
4. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar
laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3
cincin trakea, dan otot penghubung ke laring. Mengakibatkan kehilangan
suara dan sebuah lubang ( stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini
tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi
berhubungan dengan saluran udara pencernaan. Suatu sayatan radikal
telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini. Hal ini meliputi
pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot
sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius,
kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer,
1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau
berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan
pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech),
meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan
menggunakan organ laring. Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu
bantuan seorang binawicara.
6. Tes Diagnostik
Pada karsinoma laring, dilakukan pemeriksaaan larigoskopik langsung di
bawah anestesi umum. Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau
laringoskopi langsung dapat menunjukan tumor dengan jelas. Tempat yang
sering timbul tumor dapat dilihat pada gambar. Sinar-X dada, scan tulang,
untuk mengidentifikasi kemungkinan metaphase. darah lengkap, dapat
menyatakan anemi yang merupakan masalah umum. Laringografi dapat
dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh
limfe, kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsy
pada tumor. Gigi yang berlubang sebaiknya dicabut pada saat yang sama.
Pemeriksaan diagnostik, meliputi:
Laryngoskopi
Biopsi
CT scan
Rongen dada
Pergerakan pita suara
7. Nursing Care Plan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan
sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas,
batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
Batasan karakteristik : Sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau
kedalaman pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tidak normal,sianosis.
Tujuan : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : Bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak
sianosis,frekwensi napas normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1. Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan. Auskultasi bunyi napas.
Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada
pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2. Tinggikan kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase sekret,
kerja pernapasan dan ekspansi paru.
3. Dorong menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah pengumpulan
sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila
epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
4. Dorong batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret untuk
membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.
5. Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat
jumlah, warna dan konsistensi sekret. Rasional mencegah sekresi
menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan
pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6. Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah
posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher
atau balutan posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi.
Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang
tidak terkontrol dan menunjukkan sulit bernapas secara tiba-tiba.
7. Ganti selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah akumulasi
sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas. Catatan : ini
penyebab umum distres pernapasan atau henti napas pada paskaoperasi.
Kolaborasi
8. Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan
peningkatan masukan cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung) berarti
menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban
menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau
penghisapan sekret melalui stoma.
9. Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada. Rasional pengumpulan
sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang
memerlukan tindakan terapi lebih agresif.

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Karakteristik data :Ketidakmampuan berbicara, perubahan pada karakteristik
suara.
Tujuan : Komunikasi klien akan efektif .
Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara
yang tepat setelah sembuh.
Rencana tindakan :
Mandiri
1. Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas
terganggu,gunakan gambaran anatomik atau model untuk membantu
penjelasan.Rasional untuk mengurangi rasa takut pada klien.
2. Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti
pendengaran dan penglihatan.Rasional adanya masalah lain mempengaruhi
rencana untuk pilihan komunikasi.
3. Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya
papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa isyarat.Rasional
memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah. Catatan
: posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat membatasi kemampuan untuk
menulis atau membuat tanda.
4. Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi.Rasional kehilangan bicara
dan stres menganggu komunikasi dan menyebabkan frustrasi dan hambatan
ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerja.
5. Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik. Rasional
mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang
lain.
6. Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV,
radio dan kalender. Rasional mempertahankan kontak dengan pola hidup
normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain.
7. Beritahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan
atau tergantung pada tersedianya alat bantu suara. Rasional memberikan
dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti
komunikasi dan bicara tersedia dmungkin.
8. Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin.Rasional
meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensi disfungsi pita
permanen.
9. Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur
ini dengan tepat. Rasional memberikan model peran, meningkatkan motivasi
untuk pemecahan masalah dan mempelajari cara baru untuk berkomunikasi.
Kolaborasi
10. Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen
rehabilitasi (contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok laringektomi)
selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber komunikasi (bila ada).
Rasional Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara
(contoh bicara esofageal) sangat bervariasi, tergantung pada luasnya
prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup
aktif. Waktu rehabilitasi memerlukan waktu panjang dan memerlukan sumber
dukungan untuk proses belajar.

Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan
jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data : Ketidaknyamanan pada area bedah atau nyeri karena
menelan, nyeri wajah, perilaku distraksi, gelisah, perilaku berhati-hati.
Tujuan : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan
ekpresi wajah ceria.
Rencana tindakan :
1. Sokong kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana
menyokong leher selama aktivitas.Rasional kelemahan otot diakibatkan oleh
reseksi otot dan saraf pada struktur leher dan atau bahu. Kurang sokongan
meningkatkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan cedera pada area
jahitan.
2. Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan
hati-hati bila tidak mampu menelan. Rasional menelan menyebabkan aktivitas
otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema atau regangan jahitan.
3. Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan tenggorok
untuk trauma baru.Rasional dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang
memerlukan evaluasi lanjut atau intervensi.Jaringan terinflamasi dan kongesti
dapat dengan mudah mengalami trauma dengan penghisapan kateter dan
selang makanan.
4. Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi
efek analgesik. Rasional alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
5. Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan
kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan.
6. Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon
sesuai indikasi. Rasional derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak
psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat
menurunkan atau menghilangkan nyeri.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan
mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena
perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Karakteristik data : tidak adekuatnya masukan makanan,ketidakmampuan
mencerna makanan, menolak makan, kurang tertarik pada makanan,laporan
gangguan sensasi pengecap, penurunan berat badan, kelemahan otot yang
diperlukan untuk menelan atau mengunyah.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan
atau insisi sesuai waktunya.
Rencana tindakan :
1. Auskultasi bunyi usus. Rasional makan dimulai hanya setelah bunyi usus
membik setelah operasi.
2. Pertahankan selang makan, contoh periksa letak selang : dengan
mendorongkan air hangat sesuai indikasi. Rasional selang dimasukan pada
pembedahan dan biasanya dijahit.Awalnya selang digabungkan dengan
penghisap untuk menurunkan mual dan muntah. Dorongan air untuk
mempertahankan kepatenan selang.
3. Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung
spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien
akan pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan orang terdekat
mampu melakukan prosedur ini sebelum pulang dan bahwa makanan tepat
dan alat tersedia di rumah. Rasional membantu meningkatkan keberhasilan
nutrisi dan mempertahankan martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa
tergantung pada orang lain untuk kebutuhan sangat mendasar pada
penyediaan makanan.
4. Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat
tanda kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare.Rasional kandungan makanan
dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada
kecepatan atau tipe formula.
5. Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan halus)
atau makanan selang (contoh makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual)
sesuai indikasi. Rasional macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk
tambahan atau batasan faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau
memberikan makanan yang disediakan pasien.

Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan
anatomi wajah dan leher.
Karakteristik data :perasaan negatif tentang citra diri, perubahan dalam
keterlibatan sosial, ansietas, depresi, kurang kontak mata.
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif
pada diri sendiri.
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh
sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip
dengan orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan
peran yang telahterjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola
hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana tindakan :
1. Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi
persepsi situasi atau harapan yang akan datang.Rasional alat dalam
mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian
dan intervensi secara konstruktif.
2. Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji
pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri. Rasional dapat menunjukkan
depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau intervensi
lebih intensif.
3. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah. Rasional pasien
dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan
menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses
kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik.
4. Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik. Rasional penolakan
dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan
gambaran diri yang baru.
5. Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber
pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.
Rasional pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien
menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam
pemahaman proses yang pasien lalui dan membantu mereka dalam emosi
mereka. Tujuannya adalah memampukan mereka untuk melawan
kecendrungan untuk menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Jiwa Waham Ali
    LP Jiwa Waham Ali
    Dokumen7 halaman
    LP Jiwa Waham Ali
    Ken Arok
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Diare
    Laporan Pendahuluan Diare
    Dokumen54 halaman
    Laporan Pendahuluan Diare
    Chaxx Potter Cii'princessjhutteckk
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DBD
    Leaflet DBD
    Dokumen3 halaman
    Leaflet DBD
    Ika Setyawati
    100% (1)
  • Buku Standar Asuhan Keperawatan
    Buku Standar Asuhan Keperawatan
    Dokumen19 halaman
    Buku Standar Asuhan Keperawatan
    Shelvi Hidayat
    92% (38)
  • Tindakan Suction
    Tindakan Suction
    Dokumen7 halaman
    Tindakan Suction
    Chaxx Potter Cii'princessjhutteckk
    Belum ada peringkat
  • Etika Isi Makalah Kelompok 3 Semester VII.B
    Etika Isi Makalah Kelompok 3 Semester VII.B
    Dokumen37 halaman
    Etika Isi Makalah Kelompok 3 Semester VII.B
    Res YH Res
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Kinerja Perawat
    Kuesioner Kinerja Perawat
    Dokumen6 halaman
    Kuesioner Kinerja Perawat
    Nuralifiyah Maghfira
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen27 halaman
    Bab I
    Chaxx Potter Cii'princessjhutteckk
    Belum ada peringkat
  • Pathway
    Pathway
    Dokumen1 halaman
    Pathway
    Ayu Komang Dian Cahyanti
    100% (4)
  • Tumor
    Tumor
    Dokumen9 halaman
    Tumor
    Chaxx Potter Cii'princessjhutteckk
    Belum ada peringkat
  • SAP Tensi Nadi Lagi
    SAP Tensi Nadi Lagi
    Dokumen7 halaman
    SAP Tensi Nadi Lagi
    Chaxx Potter Cii'princessjhutteckk
    Belum ada peringkat
  • Buku
    Buku
    Dokumen27 halaman
    Buku
    Tova Geograf
    Belum ada peringkat
  • Sap Hiv Aids
    Sap Hiv Aids
    Dokumen8 halaman
    Sap Hiv Aids
    Sujiyanto
    Belum ada peringkat
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Dokumen8 halaman
    Sap Hipertensi
    Chaxx Potter Cii'princessjhutteckk
    Belum ada peringkat
  • Hak Dan Kewajiban Pasien
    Hak Dan Kewajiban Pasien
    Dokumen7 halaman
    Hak Dan Kewajiban Pasien
    Ririn Halimatus Sa'diah
    100% (2)
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Dokumen8 halaman
    Sap Hipertensi
    Chaxx Potter Cii'princessjhutteckk
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan Lingkungan
    Kesehatan Lingkungan
    Dokumen12 halaman
    Kesehatan Lingkungan
    Chaxx Potter Cii'princessjhutteckk
    Belum ada peringkat
  • Luka Bakar4
    Luka Bakar4
    Dokumen18 halaman
    Luka Bakar4
    Muhamad Ivan
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Tibia Fibula
    Fraktur Tibia Fibula
    Dokumen34 halaman
    Fraktur Tibia Fibula
    Chaxx Potter Cii'princessjhutteckk
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DBD
    Leaflet DBD
    Dokumen3 halaman
    Leaflet DBD
    Ika Setyawati
    100% (1)