Anda di halaman 1dari 20

H U K U M

- 1 -
Vol. V, No. 03/I/P3DI/Februari/2013
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
PENANGKAPAN DAN
PENETAPAN TERSANGKA
KASUS DUGAAN SUAP IMPOR
DAGING SAPI
Novianti
*)
Abstrak
Kasus dugaan suap impor daging sapi yang berawal dari operasi tangkap tangan yang
dilakukan KPK menimbulkan perdebatan dari berbagai pihak terkait adanya kejanggalan
dalam hal penangkapan dan penetapan tersangka oleh KPK. Dalam melihat apakah
terdapat kejanggalan dalam penangkapan dan penetapan tersangka tentu harus dilihat
pada aturan-aturan yang terdapat dalam KUHAP. Selain itu, penetapan tersangka
terhadap kasus dugaan suap tersebut hendaknya dilihat sebagai upaya penegakan hukum
tindak pidana korupsi. Oleh karena itu, KPK sebagai Institusi penegak hukum dalam
pemberantasan korupsi harus bisa membuktikan bahwa langkah hukum yang ditempuhnya
benar, jujur, dan sesuai fakta-fakta hukum.
A. Pendahuluan
Kasus dugaan suap impor daging sapi yang
terjadi belakangan ini cukup memprihatinkan
di tengah usaha pemerintah menggalakkan
swasembada pangan. Kasus dugaan korupsi
dalam pemberian kuota impor daging sapi
mencuat setelah Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) menangkap Ahmad Fathanah dengan
barang bukti satu miliar rupiah.
Adapun kronologi terungkapnya kasus
suap impor daging sapi, pada awalnya KPK
menerima informasi dari masyarakat tentang
transaksi suap daging impor yang dilakukan di
kantor PT Indoguna Utama bahwa akan ada
serah terima uang yang berkaitan dengan proses
impor daging sapi. Penyidik KPK yang mengikuti
Ahmad Fathanah lalu melakukan penangkapan
dan dalam penangkapan tersebut, KPK menyita
uang senilai satu miliar rupiah berupa pecahan
Rp100.000,00 yang dibungkus dalam kantong
plastik. Selain itu, disita pula sejumlah buku
tabungan dan berkas serta dokumen.
Dari hasil gelar perkara KPK
menyimpulkan bahwa sudah ada dua alat bukti
yang cukup terkait dugaan suap yang dilakukan
oleh Juard Eendi dan Arya Abdi Eendi selaku
pemberi uang kepada Ahmad Fathanah. Selain
itu, ditemukan dua alat bukti yang cukup untuk
mengaitkan kasus suap ini dengan salah satu
anggota DPR, Lut Hasan Ishaaq, berdasarkan
hasil gelar perkara yang dilakukan oleh KPK.
*)
Peneliti Madya bidang Hukum pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: novi_dpr@yahoo.com
- 2 -
Dalam kasus tersebut Luth ditetapkan sebagai
tersangka penerima suap bersama dengan
Ahmad Fathanah. Keduanya diduga menerima
pemberian uang (Suap) dari pengurus PT
Indoguna Utama, Arya Abdi Eendi dan Juard
Eendi juga ditetapkan menjadi tersangka oleh
KPK sebagai pemberi suap. Sebagai pihak yang
diduga menerima suap, Ahmad Fathanah dan
Lut Hasan Ishaaq, dijerat dengan Pasal 12
huruf a atau b atau Pasal 5 ayat (1) atau Pasal 11
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP. Sementara Arya dan Juard
dijerat dengan Pasal 5 ayat (1) atau Pasal 13 UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP selaku pihak yang diduga
berperan sebagai pemberi suap.
B. Penangkapan dan Penetapan
Tersangka Kasus Suap Impor
Daging Sapi
Penangkapan dan penetapan tersangka
yang berawal dari operasi tangkap tangan
yang dilakukan KPK terhadap kasus suap
impor daging sapi dinilai banyak pihak penuh
kejanggalan. Pakar hukum tata negara, Jimly
Asshiddiqie, menilai ada yang ganjil dengan
penetapan tersangka Luth Hasan Ishaaq oleh
KPK. KPK menetapkan Luth Hasan Ishaaq
sebagai tersangka sangat cepat hanya beberapa
menit setelah penangkapan. Hal senada juga
diungkapkan oleh Ketua DPP PKS yang juga
anggota Komisi VI DPR RI, Refrizal, mengatakan
penetapan tersangka terhadap Luth dilakukan
berdasarkan atas penangkapan terhadap Ahmad
Fathanah yang mengaku sebagai orang dekat
Luth. Selain itu, meski saat Fathanah ditangkap
KPK menyita uang satu miliar rupiah, namun
uang tersebut belum sampai di tangan Luth,
sehingga Luth tidak bisa langsung ditetapkan
sebagai tersangka dan penetapan Luth sebagai
tersangka terlalu cepat, tidak seperti kebanyakan
kasus lain yang ditangani KPK.
Terlepas adanya perdebatan terhadap
kejanggalan dalam penangkapan dan penetapan
tersangka dalam kasus dugaan suap impor daging
sapi, perlu di lihat beberapa ketentuan peraturan
perundangan yang terkait.
1. Penangkapan
Dari aspek hukum pidana terdapat dua
macam penangkapan, yakni tertangkap tangan
dan tidak dalam keadaan tertangkap tangan.
Menurut Pasal 1 butir 19 KUHAP:
Tertangkap tangan merupakan
tertangkapnya seorang pada waktu sedang
melakukan tindakan pidana, atau dengan
segera sesudah beberapa saat tindak pidana
itu dilakukan, atau sesaat kemudian
diserukan oleh khalayak ramai sebagai
orang yang melakukannya, atau apabila
sesaat kemudian padanya ditemukan benda
yang diduga keras telah dipergunakan
untuk melakukan tindak pidana itu yang
menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya,
atau turut melakukan atau membantu
melakukan tindak pidana.
Sedangkan penangkapan dalam hal
tertangkap tangan, menurut Pasal 18 ayat (2)
KUHAP yaitu: penangkapan dilakukan tanpa
surat perintah, dengan ketentuan bahwa:
penangkap harus segera menyerahkan tertangkap
beserta barang bukti yang ada kepada penyidik
atau penyidik pembantu terdekat. Selanjutnya
menurut Pasal 19 ayat (1) KUHAP menyatakan
penangkapan dapat dilakukan paling lama
satu hari. Berbeda dengan penangkapan dalam
keadaan tidak tertangkap tangan yakni harus
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh
undang-undang antara lain perintah penangkapan
dilakukan terhadap seorang
yang diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup
(Pasal 17). Pengertian bukti permulaan yang
cukup ialah bukti permulaan untuk menduga
adanya tindak pidana, (misal, ada saksi dan
barang bukti).
2. Penetapan Tersangka
Tersangka adalah seorang yang karena
perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak
pidana (Pasal 1 butir 14 KUHAP). Selanjutnya
Pasal 17 KUHAP menyebutkan, Perintah
penangkapan dilakukan terhadap seorang
yang diduga keras melakukan tindak pidana
berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
Berdasarkan kedua pasal itu jelas terlihat
perbedaannya bahwa untuk menetapkan
seseorang sebagai tersangka diperlukan bukti
- 3 -
permulaan. Bukti di sini tidak hanya sebatas alat
bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184
KUHAP, yakni keterangan saksi, keterangan
ahli, surat, keterangan terdakwa, dan petunjuk.
Namun, bukti di sini juga dapat meliputi barang
bukti yang secara garis besar dibagi menjadi
dua, yaitu barang-barang yang digunakan untuk
melakukan kejahatan (corpus delicti) dan barang-
barang hasil kejahatan (instrumenta delicti).
Sementara untuk melakukan penangkapan
terhadap seorang tersangka diperlukan bukti
permulaan yang cukup. Kata-kata bukti
permulaan yang cukup berdasarkan tolok ukur
pembuktian dalam doktrin hukum merujuk
pada bewijs minimum atau bukti minimum yang
diperlukan untuk memproses seseorang dalam
perkara pidana, yakni dua alat bukti.
Dengan demikian, dari beberapa ketentuan
yang terdapat dalam KUHAP, penangkapan
dan penetapan tersangka oleh KPK terhadap
kasus dugaan suap impor daging sapi, apakah
penuh kejanggalan atau tidak tentunya harus
dilihat pada aturan-aturan yang terdapat dalam
KUHAP. Selain itu upaya hukum praperadilan
(Pasal 77 KUHAP) juga dapat dilakukan untuk
melihat sah atau tidaknya penangkapan terhadap
tersangka.
C. Penanganan Kasus Dugaan
Suap Impor Daging Sapi
Dalam penanganan kasus suap impor
daging sapi pasca penetapan Luth Hasan Ishaaq
sebagai tersangka merupakan tugas berat bagi
KPK, mengingat KPK merupakan Institusi yang
dibentuk sebagai solusi pemberantasan korupsi,
sehingga harus bisa membuktikan bahwa langkah
hukum yang ditempuhnya benar, jujur, dan
sesuai fakta-fakta hukum.
Terkait dengan penanganan kasus dugaan
suap impor daging sapi tersebut, Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
saat ini sedang menelusuri aliran uang terkait
dengan dugaan suap impor daging sapi yang
melibatkan Luth Hasan Ishaaq. Penelusuran
dilakukan PPATK setelah KPK meminta agar
lembaga tersebut menelusuri aliran uang yang
berkaitan dengan kasus tersebut. Menurut Wakil
Kepala PPATK, Agus Santoso, PPATK dan KPK
selalu bekerjasama untuk membongkar dan
memberantas kejahatan pencucian uang yang
berasal dari hasil korupsi. Karena itu, dalam
kasus suap impor daging tersebut, KPK bisa
saja menggunakan ketentuan yang diatur dalam
UU No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU). Sehingga kelak di
pengadilan, jaksa bisa menuntut terdakwa secara
kumulatif.
Selain itu, perampasan harta hasil tindak
pidana korupsi (kasus penyuapan) oleh KPK
merujuk pada kesepakatan United Nations
Conference Against Corruption (UNCAC) 2003
yang merupakan landasan penuntutan terhadap
terdakwa kasus suap tersebut. Ketentuan
UNCAC 2003 menyebutkan bahwa terhadap
pelaku tindak kejahatan korupsi harus dilakukan
penyitaan atau perampasan (atas harta) yang
diperoleh dari hasil korupsi. Kesepakatan
UNCAC 2003 tersebut sudah diratikasi melalui
UU No. 7 tahun 2006 yang juga dijadikan
rujukan oleh KPK untuk penggunaan Pasal
18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Terkait
dengan perampasan harta hasil tindak pidana
korupsi tersebut, KPK akan menyiapkan surat
permohonan permintaan laporan keuangan
tersangka kasus suap pengaturan impor daging
Luth Hasan Ishaaq dan tiga tersangka lainnya.
Permohonan laporan keuangan tersebut, untuk
menyelidiki kemungkinan adanya transaksi
mencurigakan dalam rekening tersangka. Selain
pengiriman permohonan laporan keuangan,
KPK juga telah menyiapkan tim asset racing
untuk menelusuri keuangan tersangka, untuk
mengetahui kemungkinan adanya aliran dana
dari kasus suap impor daging sapi. Namun,
sampai saat ini KPK belum memblokir rekening
tersangka, dan belum memperluas dengan
dugaan kasus ke tindak pidana pencucian uang
(TPPU).
D. Penutup
Penangkapan dan penetapan tersangka
yang berawal dari operasi tangkap tangan yang
dilakukan KPK terhadap kasus suap impor daging
sapi dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan
dalam KUHAP yakni Pasal 18 ayat (2) dan Pasal
19 ayat (1) terkait dengan tertangkap tangan serta
Pasal 1 butir 14 KUHAP. Apa yang dilakukan
oleh KPK dengan melakukan penangkapan yang
- 4 -
diikuti dengan menetapkan tersangka, beberapa
saat setelah penangkapan dilakukan yang dinilai
banyak pihak penuh kejanggalan, harus dicermati
dengan mendasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan, khususnya KUHAP.
Untuk itu, upaya hukum praperadilan (Pasal 77
KUHAP) dapat dilakukan untuk melihat sah
atau tidaknya penangkapan terhadap tersangka.
Rujukan:
1. Konvensi PBB tentang Pemberantasan
Korupsi (UNCAC) Tahun 2003.
2. UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
4. Hidayat: Kasus Lut Persoalan Pribadi,
Kompas, 5 Februari 2013.
5. KPK Sisir Rekening Lut, Suara
Pembaruan, 1 Februari 2013.
6. Lut Hasan Bukan Pemain Tunggal, Suara
Pembaruan, 2 Februari 2013.
7. Suswono dan Lut Sering Komunikasi,
Kompas, 2 Februari 2013.
8. Uang Suap untuk Lut, Kompas, 7
Februari 2013.
HUB UNGA N
I NT E R NA S I ONA L
- 5 -
Vol. V, No. 03/I/P3DI/Februari/2013
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
PERSAINGAN EKONOMI
JEPANG-CINA DI
KAWASAN
Humphrey Wangke
*)
Abstrak
Persaingan power antara Jepang dan Cina semakin meluas ke bidang ekonomi. Jepang
tidak ingin terlalu lama berada di bawah kekuatan ekonomi Cina. Untuk itu, perdana
menteri baru Jepang, Shinzo Abe, segera mengeluarkan kebijakan baru berupa pelonggaran
nilai tukar yen agar ekspor manufaktur Jepang meningkat dan menghidupkan kembali
perekonomian Jepang yang selama dua dekade lesu. Di samping itu, ia juga berupaya
merangkul ASEAN agar tidak terlalu merapat ke Cina, paling tidak menjadi negara yang
mandiri, agar produk eskpor Jepang dapat mendominasi kembali pasar ASEAN.
A. Latar Belakang
Kekhawatiran terhadap perang mata uang
Jepang dan Cina muncul ketika berlangsung
pertemuan Forum Ekonomi Dunia (World
Economic Forum/WEF) akhir bulan Januari 2013
di Davos, Swiss. Jepang secara agresif melakukan
pelonggaran moneter melalui pembelian obligasi
pemerintah, mencetak uang baru, menerapkan
rezim suku bunga rendah untuk memompa
likuiditas di pasar, serta membiarkan tekanan
inasi naik. Kurs yen terhadap dolar AS yang
pada bulan Oktober masih berkisar pada 75
yen per dolar AS tiba-tiba melemah menjadi 90
yen per dolar AS pada bulan Desember 2012.
Diperkirakan nilai tukar yen akan terus melemah
mencapai level 100 yen per dolar AS pada
tahun 2013. Ini karena Jepang secara sengaja
memerosotkan nilai tukar yen, agar ekspor
terdorong dan perekonomian di dalam negeri
bisa tumbuh..
Pengusaha Jepang menyambut baik
pelemahan nilai tukar yen sebab kurs yen telah
mengalami apresiasi (penguatan) sebesar 40%
terhadap dolar AS dan 50% terhadap won Korea
Selatan dalam satu dekade terakhir. Apresiasi
yen telah lama dikeluhan korporasi Jepang
karena sangat menyulitkan daya saing produk
manufaktur. Karena itu muncul desakan agar kurs
yen tak dibiarkan terlalu menguat agar pemulihan
ekonomi Jepang dapat lebih dipercepat. Melalui
pelemahan nilai tukar yen, produk manufaktur
Jepang akan mendapatkan kembali daya
saingnya. Asumsinya, jika perekonomian Jepang
pulih, perekonomian global juga akan semakin
membaik. Dengan pertumbuhan ekonomi
*)
Peneliti bidang Bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian,
Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: dhanny_2000@yahoo.
com
- 6 -
Jepang, dunia bisa mengalami pertumbuhan
ekonomi juga, sebab Produk Domestik Bruto
(PDB) Jepang adalah 10% dari total PDB global.
Di satu sisi kebijakan ini diyakini akan
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
Jepang dan mengentaskan negara itu dari
jurang resesi. Namun di sisi lain, pelonggaran
moneter yang diikuti pelemahan mata uang akan
memengaruhi kinerja ekonomi negara lain yang
menjadi mitra dagangnya. Menurut Ketua Kerja
Sama dan Pembangunan (OECD), Angle Gurria,
Jepang kini berada di persimpangan jalan,
antara mengelola kurs atau membuat negara-
negara pesaingnya di pasar ekspor mengalami
dampak negatif. Korea Selatan menyatakan
akan membela kurs won yang sudah menguat
jika ekspor terganggu. Karena itu, perang kurs
bisa terjadi di tahun 2013 jika masalah ini tidak
cepat diselesaikan. Sebab kebijakan seperti ini
akan menjadi epidemi dengan aksi devaluasi oleh
sejumlah negara.
Tulisan ini akan menganalisis apakah
kebijakan Jepang akan merugikan negara lain dan
mengapa pemerintah baru Jepang di bawah PM
Shinzo Abe mengeluarkan kebijakan semacam
itu.
B. Jepang dan Pelonggaran Mata
Uang Yen
Shinzo Abe yang terpilih kembali sebagai
Perdana Menteri Jepang pada tanggal 26
Desember 2012, bertekad untuk bersikap lebih
tegas dalam sengketa perbatasan dengan Cina
di Laut Cina Selatan. Secara ekonomi, sejak
tahun 2010 posisi Jepang telah berada di bawah
Cina. Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang
pada tahun 2010 adalah 5.474 triliun dolar
AS, sementara PDB Cina telah mencapai 5.879
triliun dolar AS. Kekalahan perekonomian itu
karena lemahnya daya beli konsumen, serta
mata uang yen yang terlalu kuat. Selain itu,
perekonomian Jepang juga dibebani deasi,
permintaan domestik yang melambat dan
tekanan utang luar negeri sebesar 235 miliar
dolar AS. Dengan kondisi itu, sulit diharapkan
bahwa perekonomian Jepang akan tumbuh
berkelanjutan. Karena itu pelonggaran nilai tukar
yen tidak terlepas dari keinginan Abe mengejar
ketertinggalan ekonomi Jepang terhadap Cina.
PM Shinzo Abe memerlukan mitra untuk
saling berbagi sikap skeptis terhadap Cina di
antara negara-negara ASEAN. Upaya diplomasi
yang dilancarkan Jepang di Asia tenggara dan
Australia mendemonstrasikan kepentingan
ekonomi dan strategis pemerintahan Shinzo Abe.
Pertama, Jepang ingin meredam
kebangkitan Cina yang ditandai kebangkitan
militer dan peningkatan pengaruhnya di Asia
Tenggara. Untuk itu, ia memperkuat diplomasi
dengan mengunjungi Vietnam, Tailand dan
Indonesia pada kesempatan pertama. Ia juga
mengutus Menteri Keuangan Taro Aso untuk
mengunjungi Myanmar dan Menteri Luar Negeri
Fumio Kishida mengunjungi Singapura, Brunei,
Australia, dan Filipina. Sejauh ini, Filipina sudah
menyatakan dukungan kepada PM Shinzo Abe
yang hendak mempersenjatai diri dalam konik
di Laut Cina Timur. Jepang juga memperluas
kerjasama dengan India di bidang ekonomi
dan pertahanan, agar kedua negara memikul
tanggung jawab sebagai penjaga kebebasan antara
Samudera Hindia dan Pasik.
Kedua, dalam upaya meredam pengaruh
Cina di ASEAN, PM Abe mengkampanyekan
wacara kebebasan, demokrasi dan Hak Asasi
Manusia (HAM), suatu hal yang akan sulit
dipenuhi oleh Cina. PM Abe ingin mengajak
ASEAN melindungi masa depan negara hukum
di kawasan. Ini juga merupakan serangan
tertutup terhadap Cina terkait status kepulauan
Senkaku yang sah menjadi milik Jepang menurut
hukum kelautan internasional. Ketiga, PM Abe
ingin memperkuat pergerakan modal, layanan
dan penduduk agar membantu pemulihan
perekonomian Jepang dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN.
PM Shinzo Abe tengah berusaha membawa
Jepang keluar dari krisis ekonomi. Sementara
pasar tradisional Jepang seperti Amerika Serikat
dan Uni Eropa sedang mengalami kesulitan.
Karena itu, Jepang harus mencari pasar alternatif.
Cina adalah pasar terbesar namun secara politik
tidak menguntungkan karena mereka secara
historis saling berkompetisi. Oleh karena itu,
PM Abe ingin lebih aktif berhubungan dengan
negara-negara ASEAN dengan motivasi ekonomi.
ASEAN selama ini merupakan organisasi negara-
negara yang sangat solid. Dengan kondisi
seperti itu akan lebih mudah bagi Abe untuk
menggalang kerjasama. Abe juga memandang
- 7 -
integrasi ASEAN tahun 2015 yang berkekuatan 2
triliun dolar AS dan populasi mencapai 600 juta
orang merupakan daya tarik untuk membantu
menyelamatkan perekonomian Jepang. Abe
menyadari, Jepang saat ini membutuhkan sumber
pertumbuhan baru untuk memperkuat ekonomi
Jepang yang sedang melemah. Banyak perusahan
Jepang yang memandang Asia Tenggara sebagai
kawasan investasi yang prospektif.
C. Egoisme Negara-negara Barat
Di era global saat ini sebuah negara tidak
dapat lagi secara bebas mengeluarkan kebijakan
tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap
negara lain. Ketika Jepang mengeluarkan sebuah
kebijakan percepatan melawan deasi, tujuan
pemerintah Jepang saat ini adalah keluar dari
kelesuan dan pelemahan yen. Bank Sentral
Jepang yang mengeluarkan target inasi baru
sebesar 2% serta program pembelian aset untuk
mengucurkan dana ke perekonomian nasional.
Independensi Bank Sentral Jepang dari intervensi
pemerintahnya menjadi masalah bagi negara-
negara Barat. Pengumuman pelemahan nilai
tukar yen oleh Bank Sentral Jepang dinilai
sebagai adanya desakan pemerintah. Kebijakan
yang diambil dianggap dapat menjadi pemicu
perang mata uang dan akan mendorong negara
lain berlomba-lomba memperlemah nilai
tukarnya agar ekspor meningkat. Kebijakan itu
juga dinilai tidak tepat waktu. Sebab, sekalipun
beberapa negara mengalami pertumbuhan,
namun krisis keuangan sebenarnya masih
membayangi dunia. Bahkan kericuhan yang
terjadi di Suriah dan negara-negara Arab lainnya
juga dapat memengaruhi kondisi ekonomi dunia
yang masih rapuh.
Namun kritik negara-negara Barat itu
tidak sepenuhnya benar. Perang mata uang
telah terjadi dan Jepang bukan negara yang
pertama kali melakukan pelemahan mata uang.
Uni Eropa yang tengah dilanda krisis hutang
Yunani ternyata juga telah melakukan hal yang
sama. Seperti yang dikatakan Presiden Bank
Sentral Eropa Mario Draghi, negara-negara Uni
Eropa yang kini sedang dalam proses pemulihan
ekonomi juga melakukan pelonggaran kebijakan
moneter untuk membantu perekonomian zona
euro agar kembali tumbuh.
Amerika Serikat telah dua kali melakukan
pelonggaran kurs mata uang. Pada Agustus 2010
Bank Sentral AS melakukan pelonggaran terhadap
nilai tukar dolar AS. Pada tahun 2011 Bank
Sentral AS kembali melakukan pelonggaran kurs
nilai tukar dolar AS. Berkat dua kali pelonggaran
nilai tukar itu, nilai tukar dolar AS mengalami
penurunan sebesar 11% terhadap sejumlah mata
uang dunia. Aksi ini akhirnya diikuti sejumlah
bank sentral lainnya seperti Bank Sentral Eropa,
Bank Sentral Swiss dan Bank Sentral Inggris.
Kebijakan Bank-bank sentral di Eropa ini yang
memicu persaingan devaluasi mata uang, namun
kebijakan semacam ini terbukti tidak berdampak
signikan terhadap perekonomian negara lain.
D. Posisi Indonesia
Indonesia tetap optimis akan mencatat
pertumbuhan ekonomi positif tahun 2013.
Dasarnya, kekuatan pasar domestik dan sumber
daya alam. Bank Indonesia (BI) dan pemerintah
terus mencermati kemungkinan merebaknya
perang mata uang (currency war) yang dipicu
pelonggaran moneter di kalangan negara-
negara maju. Indonesia yang berpengalaman
menghadapi krisis tahun 1998 dan 2008 ternyata
telah siap menghadapi kemungkinan terjadinya
perang kurs. BI dan pemerintah berupaya
menjaga agar rupiah tetap berada pada nilai
fundamental dan level ekuilibriumnya.Tujuannya,
selain menjaga daya saing produk Indonesia di
pasar ekspor dan meredam inasi yang dipicu
produk impor, stabilisasi rupiah akan diarahkan
pada level yang mampu menjaga kepercayaan
masyarakat internasional dan tidak berdampak
buruk terhadap kondisi makro ekonomi di dalam
negeri.
Namun Indonesia harus bersikap hati-hati,
mengingat peran investor asing dalam industri
keuangan Indonesia semakin besar. Besarnya
kepemilikan asing di pasar surat berharga negara
(SBN) dan pasar modal akan meningkatkan
potensi terjadinya pembalikan arus modal secara
tiba-tiba jika pasar keuangan global atau domestik
terguncang. Di pasar modal, kepemilikan
asing per Desember 2012 atas SBN mencapai
270 triliun rupiah (33%) dari total SBN yang
diperdagangkan (meningkat 2,2%) dibandingkan
kepemilikan asing atas SBN per Desember 2011
- 8 -
yang bernilai 222,86 triliun rupiah (30,8%). Di
pasar saham, kepemilikan asing terhadap total
emisi di pasar saham mencapai 1.481 triliun
atau 54,24% per November 2012, sementara
nilai emisi lokal hanya 1.234 triliun. Di tengah
belum stabilnya kondisi perekonomian global,
perkembangan ini tetap patut diwaspadai
karena berpotensi meningkatkan risiko di sektor
keuangan secara nasional.
Dengan menurunnya nilai mata uang
Jepang, Pemerintah Indonesia dituntut siap
menghadapi kemungkinan membanjirnya produk
murah Jepang ke dalam negeri. Pemerintah
Indonesia harus memperkuat sektor industri
di dalam negeri agar mampu bersaing dengan
menyiapkan sarana dan prasarana yang lebih
baik bagi perindustrian nasional. Pemerintah
Indonesia harus jeli melihat peluang agar produk
Indonesia dapat bersaing di pasar internasional.
E. Kesimpulan
Jepang melakukan pelonggaran nilai tukar
yen untuk memperbaiki kinerja perekonomiannya
yang selama dua dekade terakhir mengalami
kelesuan. Tujuannya bukan untuk mengacaukan
perekonomian negara lain seperti yang dicurigai
oleh negara-negara Eropa, tetapi lebih untuk
mengejar ketertinggalannya dari Cina. Sebab
dengan pelonggaran nilai kurs yen, ekspor
Jepang akan meningkat. Negara-negara ASEAN
termasuk yang menjadi sasaran kebijakan baru
pemerintah Jepang mengingat potensi ekonomi
yang dimiliki ASEAN serta untuk mengurangi
pengaruh ekonomi Cina di Asia Tenggara. Di
tengah perekonomian negara yang belum pasti,
Indonesia telah mempersiapkan diri menghadapi
segala kemungkinan, termasuk perang nilai mata
uang. Tetapi Indonesia tetap harus berhati-hati,
sebab perekonomian Indonesia di sektor jasa
keuangan mulai dikuasai investor asing.
Rujukan:
1. BI dan Pemerintah Jaga Rupiah, Suara
Pembaruan, 28 Januari 2013, hal. 21.
2. China Membidik Kapal Jepang, Kompas, 6
Februari 2013, hal. 10.
3. Ekonomi Global Masih Rapuh, Suara
Pembaruan, 28 Januari 2013, hal. 17.
4. Kurs Yen Anjlok, Kompas, 29 Januari 2013,
hal. 10.
5. Mengembalikan Kepercayaan Menjadi
Tantangan, Kompas, 28 Januari 2013 hal.
17.
6. Peran Asing Semakin Besar, Kompas, 31
Januari 2012, hal. 20.
KESEJAHTERAAN SOSIAL
- 9 -
Vol. V, No. 03/I/P3DI/Februari/2013
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
MEWASPADAI
POTENSI PENYAKIT
PASCABANJIR
Anih Sri Suryani
*)
Abstrak
Bencana banjir di berbagai wilayah Indonesia menimbulkan dampak buruk di berbagai
sektor, salah satunya kesehatan. Dampak banjir di sektor kesehatan berupa penyakit diare,
demam berdarah, penyakit kulit, leptospirosis, ISPA, serta memicu Keadaan Luar Biasa
(KLB) penyakit menular. Hal tersebut dikarenakan memburuknya kualitas lingkungan
dan sarana prasarana sanitasi akibat banjir. Upaya penanganan untuk meminimalisir
timbulnya berbagai penyakit dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat,
namun yang lebih utama diperlukan program dan kebijakan pemerintah yang terpadu
untuk mengurangi risiko.
A. Pendahuluan
Meningkatnya kasus banjir di Indonesia
dari tahun ke tahun telah menimbulkan
kecemasan. Dari tahun 1815 s.d. 2012 terjadi
setidaknya 4000 kejadian banjir di Indonesia dan
80%-nya terjadi dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir. Jumlah banjir di Pulau Jawa paling
banyak terjadi di Jawa Tengah (467 kejadian), di
Jawa Timur (413 kejadian), dan Jawa Barat (374
kejadian). Beberapa kota di antaranya Jakarta,
Semarang, Medan, dan Pontianak.
Banjir memengaruhi berbagai sektor
kehidupan. Dari sisi infrastruktur, banjir merusak
sarana dan prasarana pemukiman penduduk,
perkantoran, dan fasilitas umum. Banjir
mengganggu perekonomian karena mengganggu
produksi pertanian, merusak jalur transportasi,
dan menambah biaya distribusi. Banjir juga
menimbulkan gangguan kegiatan pabrik
karena mesin produksi terendam air atau listrik
dipadamkan, yang kemudian menjadi kendala di
bidang perekonomian.
Setelah banjir biasanya muncul banyak
penyakit. Bahaya bakteri e-coli dan leptospira
cenderung meningkat pascabanjir besar. Tidak
hanya penyakit kulit yang mengancam kesehatan
para korban banjir, namun juga beberapa
penyakit lainnya.
Mengingat tingginya frekuensi hujan dan
potensi banjir di berbagai wilayah Indonesia,
maka upaya preventif dan kuratif untuk
meminimalisir risiko kesehatan dan lingkungan
akibat banjir perlu dilakukan.
*)
Peneliti bidang Kesehatan Lingkungan pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan
Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: anih.suryani@dpr.go.id
- 10 -
B. Penyakit Pascabanjir
Banjir membawa kotoran seperti
sampah, air got, atau septik tank. Kondisi ini
menyebabkan nyamuk dan bibit kuman penyakit
mudah berkembang biak. Tidak jarang banjir
juga menimbulkan Keadaan Luar Biasa (KLB).
Kondisi basah juga tidak nyaman bagi tubuh
sehingga dapat menurunkan kondisi tubuh dan
daya tahan terhadap stres karena terbatasnya
akses terhadap sandang, pangan, dan papan.
Di awal tahun 2012, banyak daerah
terserang penyakit pascabanjir, salah satunya
adalah Kecamatan Matang Kuli, Aceh Utara yang
mengakibatkan penyakit ISPA dan gatal-gatal
akibat banjir. Kasus lain terjadi bulan November
2012 di Jakarta Barat yang menyebabkan 485
orang warga harus berobat. Sedangkan di Bekasi,
Jawa Barat, tercatat sedikitnya 17.082 warga
terserang penyakit pascabanjir, di mana sebanyak
7.219 warga terserang penyakit kulit, 4.233
terserang infeksi saluran atas (ISPA), dan 1.027
terserang Myalgia.
Beberapa penyakit menular yang harus
diwaspadai sehubungan dengan banjir:
1. Diare. Penyakit Diare sangat erat kaitannya
dengan kebersihan individu (personal
hygiene). Pada saat banjir, sumber-sumber
air minum masyarakat, khususnya sumber
air minum dari sumur dangkal, akan ikut
tercemar.
2. Demam berdarah. Saat musim hujan, terjadi
peningkatan tempat perindukan nyamuk
aedes aegypti, karena banyak sampah seperti
kaleng bekas, ban bekas, dan tempat-tempat
tertentu terisi air sehingga menimbulkan
genangan, tempat berkembang biak nyamuk
tersebut.
3. Penyakit leptospirosis. Leptospirosis
(demam banjir) disebabkan bakteri leptospira
menginfeksi manusia melalui kontak dengan
air atau tanah masuk ke dalam tubuh melalui
selaput lendir mata atau luka lecet. Bakteri
Leptospira ini bisa bertahan di dalam air
selama 28 hari. Penyakit ini termasuk salah
satu penyakit zoonosis karena ditularkan
melalui hewan. Di Indonesia, hewan penular
terutama adalah tikus, melalui kotoran dan
air kencingnya yang bercampur dengan
air banjir. Seseorang yang memiliki luka,
kemudian bermain atau terendam air banjir
yang sudah tercampur dengan kotoran atau
kencing tikus yang mengandung bakteri
lepstopira, berpotensi terinfeksi dan jatuh
sakit.
4. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Penyebab ISPA dapat berupa bakteri, virus,
dan berbagai mikroba lainnya. Gejala
utama dapat berupa batuk dan demam. Jika
berat, maka dapat atau mungkin disertai
sesak napas, nyeri dada, dll. ISPA mudah
menyebar di tempat yang banyak orang,
misalnya di tempat pengungsian korban
banjir.
5. Penyakit kulit. Penyakit kulit dapat berupa
infeksi, alergi, atau bentuk lain. Jika musim
banjir datang, maka masalah utamanya
adalah kebersihan yang tidak terjaga baik.
Seperti juga pada ISPA, berkumpulnya
banyak orang juga berperan dalam penularan
infeksi kulit.
6. Penyakit saluran cerna lain, misalnya
demam tifoid. Dalam hal ini, faktor
kebersihan makanan memegang peranan
penting.
7. Memburuknya penyakit kronis yang
mungkin memang sudah diderita. Hal ini
terjadi karena penurunan daya tahan tubuh
akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi
bila banjir yang terjadi selama berhari-hari.
Banjir dapat pula menimbulkan KLB
penyakit menular secara besar-besaran dan
meningkatkan potensi penularan penyakit. Risiko
terjadinya KLB epidemik penyakit menular
sebanding dengan kepadatan dan kepindahan
penduduk.
C. Upaya Penanganan
Dalam kondisi darurat bencana kebijakan
sanitasi ditujukan untuk mengurangi risiko
terjadinya penularan penyakit melalui media
lingkungan. Penanganan pascabanjir untuk
mengurangi risiko terhadap kesehatan dapat
dilakukan oleh masyarakat sendiri, namun lebih
diutamakan lagi adanya program dan kebijakan
yang terintegrasi dari Pemerintah.
Langkah-langkah teknis yang dapat
dilakukan masyarakat dalam upaya menghindari
timbulnya penyakit pascabanjir:
1. Membersihkan lingkungan tempat tinggal,
dimulai dengan mengumpulkan dan
- 11 -
membuang sampah yang terbawa arus air ke
tempat sampah. Membersihkan lantai dan
dinding rumah dengan cairan desifektan dan
mengubur lubang-lubang bekas air.
2. Berhati-hati menggunakan sumber air.
Air sumur atau air keran yang berpotensi
terkontaminasi sebaiknya tidak digunakan
dulu, meskipun dimasak/direbus dulu
sebelum digunakan.
3. Memakai alat pelindung yang beralas keras
(sandal/sepatu) apabila berjalan dalam
genangan air dan menghindari tempat
persembunyian tikus, dengan menutup
lubang tikus yang ada.
4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan
mengonsumsi suplemen vitamin, makanan
yang bergizi dan teratur, beristirahat
yang cukup, mencuci tangan dengan
sabun sebelum atau sesudah makan,
serta membuang makanan yang telah
terkontaminasi.
5. Mencuci sayuran terlebih dahulu sebelum
dimasak, menghindari mengkonsumsi
sayuran yang telah terkontaminasi, dan
menutup makanan yang akan disajikan.
6. Mendapatkan perawatan medis secepatnya
untuk mencegah penurunan kondisi tubuh
dan mengobati luka yang terbuka dengan
plester tahan air.
Upaya-upaya lain untuk meminimalisir
penyebaran penyakit pascabanjir perlu dilakukan
oleh lembaga dan institusi yang berwenang
dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat
dan memulihkan kondisi lingkungan pascabanjir
khususnya dalam bidang kesehatan dan sanitasi.
Upaya tersebut terdiri dari upaya pencegahan
(preventif ) yang bertujuan agar wabah penyakit
tidak menyebar dan upaya penanganan (kuratif )
kepada para penyintas bencana banjir yang
menunjukkan gejala-gejala terserang penyakit
dengan pengobatan sebaik-baiknya. Berdasarkan
UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, tanggung jawab pemerintah daerah
dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi: penjaminan pemenuhan hak
masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana,
perlindungan terhadap bencana, pengurangan
risiko bencana dan pengalokasian anggaran yang
memadai.
Upaya pencegahan penyebaran penyakit
akibat banjir yang dapat dilakukan pemerintah
(pemerintah daerah) antara lain:
1. Tindakan jangka pendek. Klorinasi dan
memasak air: Pastikan ketersediaan air
minum yang aman. Langkah ini merupakan
pencegahan paling penting pascabanjir,
untuk mengurangi risiko wabah penyakit
yang terbawa air.
2. Vaksinasi terhadap hepatitis A. Imunisasi
diperlukan bagi kelompok berisiko tinggi,
seperti orang-orang yang terlibat dalam
pengelolaan air minum, air limbah, atau
limbah.
3. Pencegahan malaria dan demam berdarah.
Banjir tidak selalu mengarah pada
peningkatan jumlah nyamuk secara langsung,
masih ada waktu untuk menerapkan langkah-
langkah pencegahan seperti penyemprotan
insektisida dan pemberantasan sarang
nyamuk. Oleh karena itu perlu dilakukan
deteksi dini di laboratorium agar dapat
melacak dan mencegah epidemi malaria
dan demam berdarah. Diagnosis dini dan
pengobatan untuk malaria (dalam waktu 24
jam dari onset demam) sangatlah penting.
4. Sanitasi. Mempromosikan praktek higienis
yang baik dilakukan dengan memasak
air hingga mendidih dan mempersiapkan
makanan yang bersih. Selain itu sanitasi
dipelihara melalui pembersihan lingkungan
dari sampah, lumpur, dan kotoran yang
dapat menimbulkan penyakit serta menjaga
kecukupan air bersih dan penyediaan sarana
kakus yang memadai.
Peran pemerintah daerah khususnya
lembaga/dinas yang terlibat dalam penanganan
kesehatan seperti Dinas Kesehatan, Dinas
Lingkungan Hidup, maupun Dinas Pekerjaan
Umum sangat diperlukan. Hal ini dilakukan
terkait dengan masalah ketersediaan logistik,
kesiapsiagaan tenaga atau personel, peningkatan
upaya pemetaan daerah rawan, dan peningkatan
koordinasi, baik lintas program maupun lintas
sektor serta perbaikan kualitas kesehatan
lingkungan dan kecukupan air bersih. Di
samping itu perlu disiapkan tim khusus untuk
menyiagakan rapid response team di setiap
tingkatan, agar dapat melakukan tindakan
segera bila diketahui adanya ancaman potensial
kemungkinan terjadinya peningkatan penyakit
menular.
Selain koordinasi antarsektor, koordinasi
dan kerja sama antarpemerintah daerah pun
sangat diperlukan, baik itu antarpemerintah
- 12 -
kabupaten/kota maupun provinsi. Hal ini
karena penyebab dan dampak banjir tidak hanya
diakibatkan dan dirasakan oleh satu kabupaten/
kota atau provinsi saja, melainkan juga lintas
provinsi. Sebagai contoh, banjir Jakarta,
penangangannya tidak hanya oleh Pemerintah
DKI Jakarta saja, melainkan juga oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Barat dan Banten. Demikian pula
banjir di DAS Bengawan Solo meliputi Provinsi
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
D. Penutup
Penyakit pascabanjir merupakan dampak
bencana yang mengancam sektor kesehatan.
Penanganannya meliputi usaha perbaikan kualitas
kesehatan lingkungan dan menjamin kecukupan
air bersih. Upaya mitigasi efek bencana bertujuan
untuk mengurangi dampak bencana terhadap
manusia dan harta benda. Di sektor kesehatan,
aktivitas mitigasi ditujukan untuk mengurangi
kerentanan sistem dan mengurangi besarnya
bahaya seperti timbulnya berbagai jenis penyakit
pascabanjir maupun adanya KLB penyakit
menular.
Karena keragaman jenis dan biaya
aktivitas mitigasi, prioritas pelaksanaan aktivitas
semacam itu perlu ditetapkan. Masyarakat perlu
mempersiapakan diri dengan melakukan proteksi
terhadap dirinya, keluarga dan lingkungannya
dalam mencegah penyebaran penyakit dengan
pembiasaan pola hidup sehat.
Bagi pemerintah, sektor kesehatan perlu
mendapat prioritas yang diwujudkan dalam
program pengelolaan bencana kesehatan nasional.
Program dan kegiatan tersebut hendaknya
dilaksanakan oleh pemerintah bekerja sama
dengan berbagai sektor yang terkait dan para
ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti kesehatan
dan kebijakan publik, kesehatan masyarakat,
administrasi rumah sakit, sistem penyediaan
air, pembangunan, arsitektur, perencanaan,
pendidikan, dan sebagainya. Upaya mitigasi
tersebut disusun agar saling melengkapi dengan
aktivitas kesiapsiagaan dan respon terhadap
bencana.
DPR RI berperan penting dalam
melakukan pengawasan terhadap kinerja
pemerintah agar hak masyarakat yang tertimpa
bencana tetap terjamin. DPR RI perlu
mendorong kinerja pihak terkait, di antaranya
Gubernur, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pekerjaan Umum, dan Kementerian Sosial untuk
bersama-sama mengatasi penyakit pascabanjir
ini.
Rujukan:
1. Hidayat, Bambang, 2002, Bencana
Mengancam Indonesia, Jakarta: Kompas
2. Pan American Health Organization, 2006,
Bencana Alam Perlindungan Kesehatan
Masyarakat, Alih Bahasa: Munaya Fauziah,
Wasington: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
3. Setiono, Kusdwiratri, Johan S. Masjur, Anna
Alisyahbana, 2010, Manusia, Kesehatan dan
Lingkungan, Bandung: PT Alumni.
4. Soemirat, Juli, 2011, Kesehatan Lingkungan,
Yogyakarata: Gadjah Mada University Press.
5. 10 Akibat dan Dampak Negatif Banjir yang
Utama, http://aimyaya.com, diakses tanggal
1 Februari 2013.
6. 17.082 orang Bekasi terserang penyakit
pascabanjir http://www.antaranews.com,
diakses 2 Februari 2013.
7. Ancaman Penyakit Pasca Banjir di Jakarta,
http://www.indosiar.com, diakses 1 Februari
2013.
8. Bahas banjir, Komisi V DPR panggil
Jokowi, http://www.merdeka.com, diakses 8
Februari 2013.
9. Mewaspadai 7 Penyakit ini Saat Banjir,
http://health.kompas.com, diakses 31
Januari 2013.
10. Penanggulangan Penyakit Pasca Banjir,
http://sehatindonesia.com, diakses 8 Februari
2013.
11. Penyakit Pasca-Banjir Serang Warga di
Jakbar, http://www.republika.co.id, diakses
31 Januari 2013.
12. Wamenkes: Waspadai Penyakit Potensial
Saat Banjir, http://id.berita.yahoo.com,
diakses 31 Januari 2013.
13. Warga Matang Kuli Terserang Penyakit
Pasca Banjir http://theglobejournal.com,
diakses 31 Januari 2013.
14. Waspadai Penyakit Pascabanjir, http://
www.antaranews.com, diakses 1 Februari
2013.
- 13 -
Vol. V, No. 03/I/P3DI/Februari/2013
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
EKONOMI DAN
KEBI J AKAN PUBLI K
UPAYA
STABILISASI HARGA
DAGING SAPI
Izzaty
*)
Abstrak
Harga daging sapi di Indonesia terus naik tak terkendali. Kondisi harga daging sapi di
pasar internasional yang cenderung turun tidak mampu menekan kenaikan harga di
dalam negeri. Penurunan kuota impor yang bertujuan untuk mewujudkan swasembada
juga mempengaruhi stabilitas harga.Untuk mengendalikan harga daging, Pemerintah perlu
melakukan upaya pemetaan data daging sapi, pembenahan tata niaga dan peningkatan
kinerja produksi sapi. Apabila semua berjalan, hal tersebut akan menghambat peran kartel
dalam menentukan harga dan pasokan daging. Kebijakan yang tepat sangat diperlukan
demi terwujudnya ketahanan pangan dan swasembada daging 2014.
A. Pendahuluan
Harga daging sapi di Indonesia terus naik
dan cenderung bertahan tinggi. Awal tahun 2012
harga daging sapi Rp65.000,00 per kg, harga itu
naik menjelang lebaran menjadi Rp85.000,00
per kg (naik 20%), dan saat Idul Adha naik lagi
di atas 30%. Sampai kini, harga daging sapi
pada kisaran Rp90.000,00 s.d. Rp95.000,00 per
kg, ini adalah harga eceran tertinggi di tingkat
konsumen di dunia. Harga daging di Indonesia
jauh lebih mahal dibanding di Singapura,
Malaysia, dan Australia. Pada Desember 2012,
harga daging di Malaysia Rp50.000,00 per kg,
Singapura Rp40.000,00 s.d. Rp50.000,00 per
kg, Tailand Rp40.000,00 s.d. Rp50.000,00 per
kg, dan Australia Rp40.000,00 s.d. Rp50.000,00
per kg.
Saat kebijakan swasembada daging
dicanangkan akhir tahun 2009, target produksi
daging sapi lokal ditetapkan 420.000 ton pada
akhir 2014, dengan asumsi laju pertumbuhan
penduduk 1,2% per tahun. Dengan basis
konsumsi daging sapi 2 kilogram per kapita
dan sekitar 200 kilogram daging per sapi yang
dapat dikonsumsi, Indonesia butuh 350.000-
400.000 sapi per tahun. Berdasarkan sensus,
laju pertumbuhan penduduk 1,5% per tahun
sehingga kebutuhan daging sapi akan lebih dari
500.000 ton pada akhir 2014.
Pemerintah merencanakan pengurangan
kuota impor sapi secara bertahap.Target
penurunan kuota impor dimulai tahun 2012
sebesar 20%, 2013 sebesar 15%, dan 2014
sebesar 10%. Indonesia mengandalkan impor
sapi dari Australia dan Selandia Baru.
*)
Peneliti bidang Ekonomi Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data
dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: izzatym@yahoo.com
- 14 -
B. Tingginya Harga Daging Sapi
Sentra produsen sapi potong umumnya
mengandalkan sapi bakalan dari Australia tersebar
di berbagai daerah dan sebagian besar bermuara
pada sentra konsumen. DKI Jakarta dan Jawa
Barat membentuk pola distribusi sedemikian
rupa sehingga harga eceran daging sapi di
beberapa daerah di pasar domestik bergerak
harmonis dengan perbedaan marjin tertentu.
Menurut Kemendag, penyebab mahalnya
harga daging adalah ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran. Permintaan terhadap
daging meningkat sedangkan pasokan dalam
negeri kurang, ditambah lagi kuota impor daging
sapi dibatasi hanya 80.000 ton atau berkurang
5.000 ton dari tahun lalu.
Pemerintah berkomitmen melakukan
swasembada daging sapi untuk meningkatkan
populasi sapi lokal dan menurunkan kuota
impor daging sapi. Kuota adalah bentuk
hambatan perdagangan yang menentukan
jumlah maksimum suatu jenis barang yang
dapat diimpor dalam suatu periode tertentu.
Diharapkan kuota akan melindungi barang-
barang dalam negeri dari persaingan barang luar
negeri. Harga daging sapi terus bergejolak setelah
pemerintah memberlakukan penurunan kuota
impor. Tahun 2013 diperkirakan total kebutuhan
daging nasional sebanyak 521.000 ton, 441.000
ton dipenuhi dari dalam negeri, sedangkan
80.000 ton lainnya dimpor. Kuota impor daging
sapi sebesar 80.000 ton tersebut terdiri atas
32.000 ton daging beku dan 276 ribu ekor sapi
setara dengan 48 ribu ton daging.
Pengurangan kuota impor sapi
meningkatkan harga daging sapi di tingkat
peternak. Kenaikan harga daging dari peternak
naik antara 55,5-66,67%. Menurut Syukur
Iwantoro, Dirjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian, sepanjang 2012,
harga daging sapi dari peternak sudah mencapai
Rp28.000,00 hingga Rp30.000,00 per kg bobot
hidup. Padahal, harga daging sapi hidup tahun
2011 baru mencapai Rp18.000,00 per kg.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha
Importir Daging Indonesia (ASPIDI), Tomas
Sembiring, harga daging yang sangat mahal di
Indonesia merupakan dampak kebijakan proteksi
yang diberlakukan saat ini, bukan karena adanya
impor daging. Importir tidak dibolehkan menjual
di masyarakat umum, melainkan ke industri
pengolahan, hotel, restoran, dan katering.
Sebenarnya, jika importir tidak dilarang untuk
menyuplai daging ke pasar umum, harga daging
bisa turun. Namun kenyataannya, pemerintah
tidak membolehkan daging impor disuplai ke
pasar umum, sehingga kelangkaan daging tetap
terjadi.
Sebelum lahir UU No. 18 Tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan,
kewenangan pemberian perizinan impor daging
sapi sepenuhnya ada di tangan Kementan. Mulai
dari seleksi administrasi, syarat teknis, hingga
pemberian rekomendasi sekaligus izin impornya.
Setelah ada perubahan, mekanisme pengurusan
izin impor menjadi seperti saat ini. Pengusaha
yang mau mengimpor harus memenuhi syarat
administratif dan teknis perusahaan serta
mendapatkan penetapan sebagai importir
terdaftar (IT) di Kemendag. Pada tahap ini
muncul peluang terjadinya manipulasi oleh para
pelaksana teknis di lapangan.
Agar bisa mengimpor daging, pengusaha
harus punya izin impor dari. Dirjen Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kementan, melalui
Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman
dan Perizinan Pertanian (PPVTPP). Pemerintah
dalam Rapat Koordinasi Terbatas di Menko
Perekonomian yang dihadiri Kementan,
Kemendag, Kementerian Perindustrian, dan
asosiasi menetapkan besaran kuota impor daging
sapi secara nasional dengan mempertimbangkan
produksi dalam negeri dan kebutuhan.
Setelah ditetapkan kuota impor daging
sapi secara nasional, kemudian dilakukan rapat
tim teknis lintas sektoral, yang terdiri dari
Kementan, Kemendag, dan Kemenperin. Dalam
dua tahun terakhir (2011-2012), diskusi seperti
ini tidak terjadi lagi. Menurut Wakil Menteri
Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, tabel alokasi
kuota rekomendasi impor per perusahaan sudah
disiapkan terlebih dulu oleh pihak Kementan.
Tabel Kuota Impor Sapi
dan Daging Sapi
Tahun
Sapi (ribu
ekor)
Daging Sapi
Beku (ribu ton)
2009 765 110
2010 521 120
2011 560 100
2012 283 41
2013 276 32
Sumber: Kementrian Pertanian
- 15 -
Kemendag tak bisa menolak karena kewenangan
atas RPP ada di Kementan.
Dalam proses pemberian rekomendasi
kuota oleh Kementan inilah, ada celah yang
memungkinkan terjadinya intervensi dan
dimanfaatkan oleh rente. Peningkatan jumlah
importir yang semula 20 perusahaan menjadi
67 perusahaan serta penurunan kuota impor
membuat kecurangan terjadi. Ada importir yang
setelah mendapat kuota impor malah menjual
kuotanya kepada sesama importir. Pembelian
daging dari luar negeri memberikan keistimewaan
kepada importir yang berpengalaman. Dengan
adanya impor, importir daging sapi meraup
keuntungan yang sangat besar, Rp10.000,00 s.d.
Rp45.000,00 per kg. Jika impor 80.000 ton,
berarti importir meraup keuntungan Rp800
miliar s.d Rp3,8 triliun.
Anggota Komite Ekonomi Nasional
(KEN) Hermanto Siregar menduga adanya
praktek kartel untuk lima komoditas pangan
yakni beras, daging sapi, jagung, gula dan
kedelai. Dari perspektif perdagangan, komoditas
pangan strategis sering menjadi lahan spekulasi
bagi pelaku monopoli/oligopoli, terutama jika
sifat uktuasi harga pangan demikian tinggi dan
berpotensi menghasilkan rente ekonomi dan
keuntungan besar. Para pelaku kartel mampu
mengatur harga jual dan pasokan dalam negeri,
apalagi kinerja produksi sapi di dalam negeri
bermasalah. Struktur pasar yang oligopolistik
membuat pasar tidak esien dan harga daging
sapi terus mengalami kenaikan.
C. Upaya Stabilitasi Harga
Daging Sapi
Transparansi diperlukan dalam kebijakan
impor daging. Isu adanya kartel daging sapi
mencuat karena jumlah importir daging sangat
terbatas dan impor hanya diberikan pada pihak
tertentu. Selama ini importir tidak saling
mengetahui berapa kuota yang sudah diberikan
oleh pemerintah dan kepada perusahaan mana
saja diberikan. Pemerintah seharusnya membuka
informasi tentang mekanisme penentuan
importir dan pembagian kuota impor melalui
lelang secara terbuka.
Upaya pemetaan kebutuhan daging
diperlukan tidak hanya secara volume tetapi juga
jenis daging dan lainnya yang diperlukan sebagai
bahan pembahasan, terutama dalam penentuan
kuota importasi daging nasional Menurut Wakil
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Indonesia
(Apindo), selama ini yang ada adalah data sensus
sapi tapi tidak ada data untuk survey daging sapi.
Pemerintah selalu mengandalkan data sensus sapi
2011 atau pendataan sapi potong, sapi perah dan
kerbau 2011, yaitu 14,8 juta ekor. Dari data ini
Indonesia telah mencapai swasembada daging.
Fakta di lapangan, tidak semua populasi ini
berupa stok aktif sapi potong. Survei lanjutan
yang mengukur stok aktif siap potong harus
dilakukan di setiap kabupaten sehingga neraca
pasokan dan kebutuhan daging sapi dapat
diestimasi lebih akurat.
Selain itu, upaya mempermudah akses
pembiayaan dan pemberian insentif bagi
peternak, melindungi lahan pertanian dari alih
fungsi, membenahi infrastruktur distribusi,
serta mengembangkan riset di bidang teknologi
peternakan sapi merupakan langkah-langkah
yang harus diambil untuk memperkuat
produksi domestik. Langkah ini jelas lebih baik
dibandingkan impor. Impor memang jalan pintas
untuk mengatasi terbatasnya pasokan, tetapi akan
memperluas ruang gerak pemburu rente dari
proyek impor.
D. Penutup
Target Indonesia untuk bisa memproduksi
daging sapi secara swasembada memicu
kontroversi karena meningkatkan harga daging
sapi dan menganggu pasokan dalam negeri.
Peningkatan harga daging sapi terjadi akibat
ketidakseimbangan permintaan dan penawaran
serta pengaruh dari kebijakan penurunan kuota
impor secara bertahap. Transparansi dalam
mekanisme impor dan memperkuat produksi
domestik merupakan upaya untuk meredam
kenaikan harga dan menghambat munculnya
kartel daging sapi.
DPR perlu mendorong pemerintah untuk
mengedepankan produksi daging dalam negeri
dengan meningkatkan daya saing peternak
sapi lokal sehingga tidak hanya mengandalkan
impor. DPR juga perlu mendorong pemerintah
untuk melakukan evaluasi data dasar pencapaian
swasembada. Diperlukan kesepakatan data antar
lintas kementrian. Selain itu, DPR juga perlu
mengimbau pemerintah untuk membangun
- 16 -
komunikasi yang lebih intensif dengan seluruh
stakeholder seperti peternak sapi, pedagang sapi
dan importir daging sapi demi mendapatkan
hasil yang objektif dan menyeluruh mengenai
kebutuhan dan pasokan daging sapi.
Rujukan:
1. Arin, Bustanul. 2012. Momentum
Perbaikan Swasembada Daging Sapi, http://
barin.wordpress.com, diakses 5 Februari
2013.
2. Ilham, Nyak. 2013. Kebijakan Pengendalian
Harga Daging Sapi, http://pse.litbang.
deptan.go.id/ind/pdffiles/ART7-3a.pdf,
diakses 8 Februari 2013.
3. Bertahap Kurangi Impor Sapi,http://www.
jpnn.com, diakses 5 Februari 2013.
4. DPR Minta Pemerintah Cermati Kartel
Daging, http://www.antaranews.com,
diakses 2 Februari 2013.
5. Inilah Penyebab Lonjakan Harga Daging,
http://www.republika.co.id, diakses 3
Februari 2013.
6. Kebijakan Impor daging Harus Direvisi,
Pemerintah Tidak Prorakyat, Suara
Pembaharuan, 2 Februari 2013.
7. Menanggapi Mahalnya Daging Sapi: Ini
Upaya yang akan Komisi IV Lakukan,
http://www.romahurmuziy.com, diakses 9
Februari 2013.
8. Minimalkan Penyimpangan, Impor
Gunakan Tender Terbuka, http://www.
metrotvnews.com, diakses 6 Februari 2013.
9. Pasar Penentu Kuota Sapi, Majalah Tempo,
Senin 4 Februari 2013.
10. Proyek Impor, Media Indonesia, 2 Februari
2013.
- 17 -
Vol. V, No. 03/I/P3DI/Februari/2013
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
P E ME R I NTA HA N
DA L A M NE GE R I
TARIK MENARIK
KEPENTINGAN DALAM
RUU TENTANG DESA
Siti Nur Solechah
*)
Abstrak
DPR RI menjadwalkan pengesahan RUU tentang Desa pada April 2013. RUU yang
terdiri dari 18 bab, 96 pasal dan 445 DIM tersebut saat ini tengah dibahas dalam rapat-
rapat Panitia Kerja (Panja). Dari sepuluh isu krusial, ada lima isu yang gradasi krusialnya
tinggi, yakni pengaturan tentang desa adat, keuangan desa, masa jabatan kepala desa,
penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa, dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Di antara lima isu tersebut, isu tentang keuangan desa merupakan isu yang paling
krusial, karena memberikan harapan besar kepada pemangku kepentingan di desa dan
menjadi komoditas politik para politisi di DPR.
A. Pendahuluan
Sesuai dengan jadwal yang disepakati dalam
Rapat Pansus RUU tentang Desa, pengesahan
RUU Desa dijadwalkan April 2013. Menurut
pemberitaan media massa, Mendagri Gamawan
Fauzi menghendaki RUU tentang Desa sebaiknya
dibahas pasca Pemilu 2014, guna menghindari
politisasi pembahasan RUU tersebut. Sebaliknya,
pihak DPR RI menghendaki RUU Desa sebisa
mungkin segera diselesaikan.
Banyak yang berkepentingan dengan
pembahasan RUU Desa, mulai dari para
anggota Dewan, lembaga-lembaga seperti
Parade Nusantara, Relawan Pemberdayaan Desa
Nusantara, Persatuan Perangkat Desa Indonesia,
Aliansi Desa Indonesia, Asosiasi Kepala Desa,
Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia.
Janji para politisi yang akan memperjuangkan
agar satu desa mendapat aliran dana APBN
1 Miliar membuat lembaga-lembaga yang
mengatasnamakan kepedulian pada desa semakin
intensif mendesak RUU Desa untuk segera
diundangkan.
Dari besarnya animo para pemangku
kepentingan terhadap RUU Desa, serta
mengingat RUU tersebut menyentuh masyarakat
di tingkat grass-roots, menjadikan RUU
Desa bermuatan politik tinggi. Desa beserta
komunitasnya menjadi isu seksi untuk dijadikan
sebagai komoditas politik. Apa sebenarnya
muatan/isu-isu krusial yang diatur dalam RUU
tentang Desa?

*)
Peneliti bidang Politik dan Pemerintahan Indonesia pada Pusat Pengkajian, Pengolahan
Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: solikz@yahoo.com
- 18 -
B. Sistematika dan
Perkembangan Pembahasan
RUU tentang Desa
RUU Desa diajukan Pemerintah dengan
Surat Presiden No. R-02/Pres/01/2012 tanggal
4 Januari 2012. Pembahasan RUU Desa di
DPR RI ditangani oleh Panitia Khusus (Pansus).
Pansus yang dibentuk tersebut sekaligus
merupakan Pansus yang membahas juga RUU
tentang Pemerintahan Daerah (Pemda). Pansus
beranggotakan 30 (tiga puluh) orang. Pansus
telah mengadakan Kunjungan Kerja ke Daerah
yakni ke Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Papua,
Provinsi Bali, dan Provinsi Sulut, juga kunjungan
ke luar negeri yakni ke Brazil, China, Jerman,
dan Perancis.
RUU tentang Desa terdiri dari 18 bab,
96 pasal dan 445 DIM. Panja membagi RUU
tersebut menjadi 8 cluster. Kedelapan cluster
tersebut adalah, cluster 1: Judul, Konsiderans,
dan Ketentuan. Cluster 2: PenataanDesa,
Kewenangan Desa, Hak dan Kewajiban
Masyarakat dan Desa, Cluster 3: Pemerintahan
Desa, Pemilihan Kepala Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, Musyawarah Desa.
Cluster 4: KeuanganDesa, Badan Usaha Milik
Desa, Pembangunan Desa dan Pembangunan
KawasanPerdesaan, dan Kerjasama Desa. Cluster
5: Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Adat.
Cluster 6: Peraturan Desa. Cluster Pembinaan
dan Pengawasan, Ketentuan Sanksi, dan Cluster
8: Ketentuan Peralihan, Ketentuan Penutup
Dari catatan Sekretariat Pansus, Pansus
telah mengadakan 15 (lima belas) kali Rapat
Dengar Pendapat (RDP) dan Rapat Dengar
Pendapat Umum (RDPU). Pansus telah
mengadakan RDP antara lain dengan Sekjen
Kementerian Pertanian, Sekjen Kementerian
ESDM, Kepala BPN, Kepala Badan Informasi
Geospasial, Wakil Bupati Lombok dan para
Kepala Desa Lombok Tengah, dan DPRD
Kabupaten Paser.
Sementara RDPU diselenggarakan antara
lain dengan para pakar dan akademisi dari
berbagai perguruan tinggi antara lain dengan
Prof. Dr. Sediono MP. Tjondronegoro, Prof.
Dr. Tri Ratnawati, Dr. Sinyo Hari Sarundayang,
Prof. Ryas Rasyid. Juga RDPU dengan asosiasi
pemerintahan daerah dan asosiasi DPRD seperti;
APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh
Indonesia), APEKSI (Asosiasi Pemerintah
Kota Seluruh Indonesia). RDPU dengan LSM
dilaksanakan antara lain dengan Lembaga
Kerapatan Adat alam Minangkabau (LKAAM)
Sumatera Barat, Bina Desa, Walhi, Perhimpunan
Karsa. RDPU dengan lembaga penelitian
dilakukan dengan APMD Yogyakarta, Institute
for Research and Empowerment (IRE), dll.
Pada Masa Persidangan III Tahun Sidang
2012-2013, Pansus memasuki pembahasan
tingkat panitia kerja yang anggotanya berjumlah
19 (sembilanbelas) orang dari 9 (sembilan) fraksi.
Panja telah memulai pembahasan DIM RUU
Desa sejak tanggal 25 Januari 2013.
C. Isu-Isu Krusial RUU tentang
Desa
Dari DIM yang dibuat DPR terlihat,
DIM-DIM yang banyak mendapat respon dari
fraksi-fraksi mengindikasikan bahwa substansi
yang dimuat dalam DIM-DIM tersebut
merupakan isu-isu yang bersifat krusial, .antara
lain:
Pertama, pengaturan tentang desa adat.
RUU Desa tidak mengatur tentang desa adat.
Pada Bab I tentang Ketentuan Umum, dalam
Pasal 1 tidak ada rumusan apa yang dimaksud
dengan desa adat. Fraksi-fraksi yang mengusulkan
perumusan diaturnya desa adat adalah FPP,
F-P Gerindra dan F-PHanura. Usulan terkait
desa adat oleh fraksi-fraksi ini, akan terus
berkelanjutan mengikuti pengaturan pasal-pasal
selanjutnya. Seperti usulan F-PPP misalnya,
selalu mengusulkan diaturnya desa adat, seperti
pengaturan tentang kewenangan desa, akan
diikuti dengan pengaturan tentang kewenangan
desa adat, pengaturan tentang Peraturan
Desa akan diikuti dengan pengaturan tentang
Peraturan Desa Adat, demikian seterusnya
dengan pengaturan tentang pembentukan, dan
penggabungan serta penghapusan desa, dst.
Kedua, Keuangan desa. Pasal 57 ayat
(1) huruf b mengatur bahwa Pendapatan Desa
bersumber dari: b) bagian dari hasil pajak daerah
dan retribusi daerah kabupaten/kota; Merespon
huruf b), F-PD, F-PG dan F-PKB mengusulkan
bahwa desa mendapat alokasi 10% dari
bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten/kota. Sementara F-PG mengusulkan
untuk memperjelas prosentasenya yakni 10%
dari bagian dana perimbangan keuangan pusat
- 19 -
dan daerah yang diterima oleh kabupaten/
kota; Sedangkan F-PD dan F-PPP mengusukan
substansi baru, F-PD mengusulkan bahwa
Alokasi Dana Desa sebesar 5% yang berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
sedangkan F-PPP mengusulkan Alokasi Dana
Desa (ADD) sebesar paling sedikit 20% APBN;
sementara F-PKB mengusulkan bahwa alokasi
Dana Desa sebesar paling sedikit 10% dari
Pendapatan Dalam Negeri Netto (PDN Netto)
yang berasal dari APBN.
Ketiga, Masa Jabatan Kepala Desa. Pasal 46
menyatakan: Masa jabatan kepala desa adalah 6
(enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan
dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu)
kali masa jabatan.F-PD dan F-PG mengusulkan
bahwa masa jabatan kepala desa adalah 10
(sepuluh) tahun dan dapat dipilihkembali hanya
1 (satu) kali masa jabatan. Sedangkan F-PPP
mengusulkan bahwa masa jabatan kepala desa
adalah 8 (delapan) tahun dan dapat dipilih
kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Sementara F-PHanura mengusulkan bahwa masa
jabatan kepala desa adalah 5 (lima) tahun dan
dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali
masa jabatan.
Keempat, Penghasilan Tetap Kepala
Desa dan Perangkat Desa. Pasal 37 ayat (2)
menyatakan: penghasilan tetap kepala desa dan
perangkat desa paling sedikit sama dengan upah
minimum regional (UMR)kabupaten/kota.
F-PD mengusulkan bahwa penghasilan tetap
kepala desa dan perangkat desa adalah dua kali
lipat (UMR) untuk kepala desa dan sedikitnya
sama dengan (UMR) untuk perangkat desa,
serta mendapatkan tunjangan kesehatan. F-PPP
mengusulkan penghasilan tetap Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit 2 (dua) kali (UMR) Kabupaten/Kota.
Usulan F-PKB menyatakan bahwa penghasilan
tetap kepala desa paling sedikit dua kali (UMR)
kabupaten/kota.
Kelima, Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Pasal 48 mengatur: BPD berkedudukan
sebagai lembaga permusyawaratan dan
permufakatan. F-PKB mengusulkan bahwa
BPD berkedudukan sebagai lembaga perwakilan
masyarakat Desa dan sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa. F-PDIP mengusulkan
bahwa; anggota BPD adalah wakil dari penduduk
desa bersangkutan dan utusan lembaga yang
mewakili dan merepresentasikan lembaga
masyarakat dan lembaga adat yang ditetapkan
dengan cara musyawarah dan mufakat. F-PPP
mengusulkan, anggota BPD adalah wakil dari
penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah
yang ditetapkan dengan cara pemilihan langsung.
Sementara, terkait dengan jumlah anggota
BPD, RUU menetapkan 5 (lima) orang. F-PG
mengusulkan bahwa jumlah anggota BPD
ditetapkan 2 (orang) orang dari masing-masing
bagian wilayah desa. F-PDIP mengusulkan
sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh), 3 (tiga) orang
berasal wakil dari penduduk, dan 7 (tujuh) orang
berasal dari utusan lembaga masyarakat dan
lembaga adat. Sementara F-PPP mengusulkan
paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak
11 (sebelas) orang dengan memperhatikan
luas wilayah, keterwakilan perempuan, jumlah
penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
Terkait dengan masa keanggotaan
BPD, RUU menetapkan 6 (enam), dan dapat
diangkat kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa
keanggotaan. F-PD mengusulkan 10 (sepuluh)
tahun dan dapat diangkat kembali hanya
untuk 1 (satu) kali masa keanggotaan. F-PPP
mengusulkan 8 (delapan) tahun dan dapat dipilih
kembali. Sementara F-P Hanura mengusulkan 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali hanya
untuk 1 (satu) kali masa keanggotaan.
D. Analisis Kondisi Politik di
Seputar Pembahasan RUU
tentang Desa
Urgensi RUU Desa didasarkan pada
pertimbangan bahwa Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat, sehingga Pemerintah perlu menata
pengaturan terkait desa sehingga keberadaannya
mampu mewadahi dan menyelesaikan berbagai
permasalahan kemasyarakatan dan pemerintahan
sesuai dengan perkembangan dan dapat
menguatkan identitas lokal. Selain itu pengaturan
desa dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah terlalu umum sifatnya
dan belum sempurna sebagai visi dan kebijakan
untuk membangun kemandirian, demokrasi dan
kesejahteraanDesa.
Disamping itu telah ada kesepakatan
antara Pemerintah dan DPR untuk memecah
UU No. 32/2004 menjadi tiga UU, yakni UU
tentang Pemerintahan Daerah, UU tentang
- 20 -
Pemilukada dan UU tentang Desa. Dibahasnya
ketiga UU tersebut secara simultan diharapkan
bisa menghindari adanya pertentangan secara
substansial ketiga UU itu yang memang ketiganya
mempunyai banyak titik singgung.
RUU Desa mempunyai magnitude luar
biasa luas secara politis. Partai Golkar yang
menggulirkan isu perlunya aliran APBN ke desa
masing-masing satu miliar ditambah dengan
usulan fraksi-fraksi terkait besaran 5- 20% ADD
merupakan komoditas politik yang laku dijual
menjelang Pemilu 2014. Sementara dari pihak
Pemerintah menghendaki RUU Desa sebaiknya
dibahas setelah Pemilu 2014, supaya terhindar
dari motif politik sesaat. Disamping itu ide
pengucuran dana 1 M dan prosentase tertentu
untuk ADD akan memicu pemekaran desa
dan membahayakan keuangan negara. Namun
kesepakatan di Rapat Panja telah disepakati
bahwa pembahasan RUU tentang Desa tetap
diteruskan.
Selain itu, Badan Legislasi (Baleg) DPR
RI juga telah menyusun RUU Inisiatif tentang
Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat
Hukum Adat. RUU ini hanya terdiri dari
beberapa bab dengan 36 pasal. Sebaiknya
RUU ini diintegrasikan ke RUU tentang Desa,
mengingat substansi yang diatur hampir sama
dengan masyarakat adat yang diatur dalam RUU
tentang Desa.
E. Penutup
RUU tentang Desa sangat tinggi muatan
politiknya. Ada 10 isu krusial yang teridentikasi
di dalam RUU tersebut. Ada lima isu yang
gradasi krusialnya tinggi, namun yang paling
krusial adalah usulan prosentase 5- 20% ADD
untuk setiap desa. Isu tersebut merupakan isu
yang paling krusial dan paling banyak ditunggu
dan menjadi tuntutan khususnya pemangku
kepentingan di desa.
Apabila memang dituntut ada alokasi
ke desa, direkomendasikan bahwa sebaiknya
Pemerintah dan DPR menghitung berapa
sebenarnya dana yang selama ini dialokasikan
ke desa. Mengingat hampir semua kementerian
mempunyai program untuk pedesaan, karena
selama ini desa dijadikan obyek pembangunan.
Sebaiknya besaran anggaran untuk program desa
dari semua kementerian itu yang dialokasikan
menjadi ADD. Pemindahan pos anggaran ini
tidak akan membebani anggaran negara.
Rujukan:
1. Naskah Akademik (NA) RUU tentang Desa.
2. Rancangan Undang-undang tentang Desa.
3. Risalah Rapat Panja tanggal 16 Januari
2013.
4. Risalah Rapat Panja tanggal 25 Januari
2013.
5. Risalah RDPU dengan LSM dan Lembaga
Riset tanggal 10 Oktober 2012.
6. Fraksi PKB Paling Ngotot RUU Desa
Diteken April, Mendagri Cemas Bakal ada
Kucuran Rp 1 Miliar per Desa, Rakyat
Merdeka, 4 Februari 2013.

Anda mungkin juga menyukai