Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi
pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya
peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat jika gizi tidak
seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh
Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein
(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) dan Anemia Gizi Besi. Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein
(KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara
mendadak adalah gizi buruk.
1

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penaggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan saja, dan di
samping itu merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan
dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.
1
Berdasarkan data WHO, 10.5 juta anak di bawah 5 tahun meninggal di
negara berkembang, dan penyebab kematiannya antara lain adalah akibat gizi
buruk, yaitu sebesar 54%.
1

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004,
kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada tahun 2005
turun menjadi 4,42 juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 di antaranya
kasus gizi buruk) dan tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 di
antaranya kasus gizi buruk.
1

Dari gambar di atas terlihat kasus gizi buruk tertinggi ditemukan di wilayah
kerja Puskesmas Sekip sebanyak 2 kasus (15.3%) dan ditemukan 1 kasus masing-
masing di wilayah kerja puskesmas Makrayu, Gandus, 1 Ulu, 4 Ulu, 7 Ulu,
Kramasan, Taman Bacaan, Plaju, 11 Ilir, dan Sosial. Sedangkan di wilayah kerja
puskesmas lainnya tidak ditemukan kasus gizi buruk. Dari semua kasus gizi buruk
2




yang ada semuanya telah mendapatkan penanganan dan telah memenuhi target
standar pelayanan minimum yaitu 100%.
2

Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik
maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas
penduduk. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan
penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan
pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan
kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan
dan timbulnya berbagai penyakit menular akibat lingkungan hidup yang tidak
sehat.

Mulai tahun 1998 upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai
ditingkatkan dengan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis di
Puskesmas maupun Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) serta
upaya-upaya lain yang bersifat Rescue. Bantuan pangan ( beras Gakin dll ) juga
diberikan kepada keluarga miskin oleh sektor lain untuk menghindarkan
masyarakat dari ancaman kelaparan. Namun semua upaya tersebut nampaknya
belum juga dapat mengatasi masalah dan meningkatkan kembali status gizi
masyarakat, khususnya pada balita. Balita gizi buruk dan gizi kurang yang
mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul yang
terkadang malah lebih banyak sehingga terkesan penanggulangan yang dilakukan
tidak banyak artinya, sebab angka balita gizi buruk belum dapat ditekan secara
bermakna.
Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui faktor
faktor yang mempengaruhi terjadinya Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas
Sematang Borang Kota Palembang pada tahun 2014.

1.1.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
masalah yaitu bagaimana pemecahan masalah penanganan anak dengan gizi buruk
di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang?

3




1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kasus gizi buruk beserta pemecahan masalah
penanganan anak dengan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sematang
Borang.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sematang
Borang Palembang.
2. Mengetahui permasalahan yang menjadi penyebab ditemukannya kasus
gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang.

2.1.Manfaat
1. Bagi Dinas Kesehatan, membantu mengumpulkan data-data anak dengan
gizi buruk
2. Bagi Puskesmas, memotivasi para petugas pelaksana program kesehatan
untuk lebih giat dalam upaya pencapaian target program Puskesmas.
3. Bagi Tim penulis, dapat menambah pengetahuan tentang penanganan gizi
buruk di Puskesmas













4




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Gizi Buruk
Gizi buruk berdasarkan buku tatalaksana gizi buruk yang dikeluarkan
Kementerian Kesehatan tahun 2011 adalah anak dengan gambaran klinis tampak
sangat kurus atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh dengan
antropometri (BB/TB-PB) adalah < -3 SD, atau mungkiin > -3SD bila terdapat
edema berat seluruh tubuh.
3


2.2. Epidemiologi
Berdasarkan data WHO, 10.5 juta anak di bawah 5 tahun meninggal di
negara berkembang, dan penyebab kematiannya antara lain adalah akibat gizi
buruk, yaitu sebesar 54%.
3

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004,
kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada tahun 2005
turun menjadi 4,42 juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 di antaranya
kasus gizi buruk) dan tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 di
antaranya kasus gizi buruk.
4


2.3. Klasifikasi
Gizi buruk dibagi menjadi 3 yaitu, gizi buruk akibat kekurangan protein
(kwashikor), kekurangan karbohidrat (marasmus), atau gabungan keduanya.
Ketiganya dibedakan berdasarkan gambaran klinis yang ada.
4

2.3.1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala
yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak
dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan
kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati
dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun
5




setelah makan, karena masih merasa lapar. Gambaran klinis anak dengan gejala
marasmus berdasarkan Depkes RI yaitu :
1

a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar

2.3.2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk,bilamana dietnya
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian
tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus
dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut
c. Wajah bulat dan sembab
d. Mata sayu
e. Pembesaran hati
f. Perubahan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

2.3.3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian
disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-
tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan
kelainan biokimiawi terlihat pula.


6




2.4. Faktor Risiko Gizi Buruk
UNICEF membagi faktor penyebab terjadinya gizi buruk menjadi 2, yaitu
penyebab langsung dan tidak langsung.
4

1. Penyebab langsung
Yaitu makanan tidak seimbang untuk anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang cukup tetapi diserang diare
atau infeksi, nafsu makan menurun, akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Sebaliknya, anak yang makan tidak cukup baik, daya tahan tubuh melemah,
mudah diserang infeksi. Kebersihan lingkungan, tersedianya air bersih, dan
berperilaku hidup bersih dan sehat akan menentukan tingginya kejadian penyakit
infeksi.
2. Penyebab tidak langsung
Pertama, ketahanan pangan dalam keluarga adalah kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan makan untuk seluruh anggota keluarga baik dalam
jumlah maupun dalam komposisi zat gizinya. Kedua, pola pengasuhan anak,
berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberikan makan, merawat,
kebersihan memberi kasih saying dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan
dengan kesehatan ibu (fisik dan mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan,
pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh lainnya.
Ketiga, faktor pelayanan kesehatan yang baik, seperti; imunisasi, penimbangan
anak, pendidikan dan kesehatan gizi, serta pelayanan posyandu, puskesmas,
praktik bidan, dokter dan rumah sakit.









7




2.5. Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk di Puskesmas
5


Gambar 2.1. Alur pelayanan kasus gizi buruk Puskesmas

2.6. Penanganan Kasus Gizi Buruk
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase
stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil
memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana ini digunakan
baik pada penderita kwashiorkor, marasmus maupun marasmik-kwarshiorkor.
6


2.6.1. Tahap Penyesuaian
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima makanan
hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein (TETP). Tahap
penyesuaian ini dapat berlangsung singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih
lama, bergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan mencerna
makanan. Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg, makanan yang diberikan
berupa makanan bayi. Makanan utama adalah formula yang dimodifikasi. Contoh:
susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2% tepung. Secara berangsur ditambahkan
makanan lumat dan makanan lembek. Bila ada, berikan ASI.
6

Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti
makanan untuk anak di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan
8




makanan cair, kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan ketentuan
sebagai berikut :
6

a. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
b. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
c. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap dengan
keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk
meningkatkan energi ditambahkan 5% glukosa
d. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap 2-
3 jam. Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi tambahan
makanan lewat pipa (per-sonde).

2.6.2. Tahap Penyembuhan
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara
berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi
mencapai 150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan
sehari.

2.6.3. Tahap Lanjutan
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh
makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya
diberikan penyuluhan kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan,
memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya
belinya. Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah :
6

a. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat tanda-tanda
hipoglikemia.
b. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.
c. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat
hipomagnesimia.
d. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau
100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan
dengan dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
9




e. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe)
dan asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP
berat.


Gambar 2.2. Penanganan kasus gizi buruk
6















10




BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

3.1. Puskesmas Sematang Borang

Gambar 3.1. Puskesmas Sematang Borang

3.2. Visi Puskesmas Sematang Borang
Tercapainya kecamatan Sematang Borang sehat menuju terwujudnya Palembang
Sehat.

3.3. Misi Puskesmas Sematang Borang
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional
2. Meningkatkan mutu pelayanan
3. Memberdayakan masyarakat agar dapat hidup sehat secara mandiri
4. Meningkatkan sarana dan prasarana yang bermutu prima

3.4.Motto Puskesmas Sematang Borang
Melayani Ikhlas setulus hati

3.5. Kebijakan Mutu
Puskesmas Sematang Borang memberikan layanan yang bermutu, adil dan
inovatif demi terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal


11




3.6. Letak Geografis
Puskesmas Sematang Borang mempunyai wilayah kerja meliputi 4
kelurahan yatu Kelurahan Lebung Gajah, kelurahan Sukamulya, dan
Karyamulya.
Tabel 3.1. Letak Geografis Puskesmas Sematang Borang Palembang
No Kelurahan Luas (m
2
)
1 Lebung Gajah 291
2 Sri Mulya 794.5
3 Sukamulya 1112.5
4 Karyamulya 663
Total 2861

Terdiri dari 23 RW dan 110 RT dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Sako
b. Sebelah selatan : Kecamatan IT II
c. Sebelah Timur : Kecamatan Kalidoni
d. Sebalah Barat : Kecamatan Sako
Wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang adalah merupakan wilayah
padat dengan sebagian daerah berupa dataran rendah, sebagian lain rawa-
rawa.

3.7.Keadaan Demografi
Wilayah kerja Puskesmas Sematag Borang meliputi empat kelurahan
dengan jumlah penduduk 34.360 jiwa

3.8.Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Sematang Borang memenuhi kebutuhan masyarakat melalui
pelayanan kesehatan masyarakat dan kesehatan perorangan.
Pelayanan kesehatan masyarakat meliputi:
a. Promosi Kesehatan
b. Sanitasi
12




c. P2M/PTM
d. KIA
e. Perbaikan gizi masyarakat
f. Keperawatan
g. Kesehatan sekolah
h. Kesehatan olah raga
i. Pengobatan tradisional
j. Kesehatan kerja
k. Kesehatan usila
Pelayanan kesehatan perorangan meliputi:
a. P2M/PTM
b. KIA
c. KB
d. Perbaikan gizi masyarakat
e. Pengobatan
f. Kesehatan mata
g. Gigi dan mulut
h. Kesehatan jiwa
i. Kesehatan Usila

3.9.Ketenagaan
Tabel 3.2. Ketenagaan Puskesmas Sematang Borang Palembang
No
JABATAN PEGAWAI /
JABATAN
JUMLAH KETERANGAN
1 Dokter Umum 2 orang Pimpinan dan
fungsional
2 Dokter Gigi 1 orang
3 Bidan DIII dan DI 7 orang
4 Perawat (SPK) 4 orang
5 Sanitaria (Tenaga Kesling) 2 orang
13




Lanjutan tabel ketenagaan Puskesmas Sematang Borang Palembang
No
JABATAN PEGAWAI /
JABATAN
JUMLAH KETERANGAN
6 Perawat Gigi (SPRG) 2 orang
7 Ast. Apoteker (SMF) 1 orang
8 Ast. Apoteker (DIII) 1 orang
9 Ahli Gizi (AKGZI) 1 orang
10 Tata Usaha 3 orang
11 SKM 2 orang






















14




3.10. Struktur Organisasi
Gambar 3.2. Struktur Organisasi Puskesmas Sematang Borang Palembang





























15




BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.Identifikasi Masalah
1. Identitas Anak :
a. Data Anak
Nama : Kiki Yanti
Umur : 22 bulan
Berat/tinggi badan : 6 kg/ 68 cm
Anak ke- : 2 dari 2 bersaudara
Berat/panjang badan lahir : 2300 gram/.... cm
Sats gizi sekarang : BB/U = Gizi buruk, BB/TB = Sangat kurus
Alamat : Jln. Rompok Mekarsari No.25 RT/RW
067/007 Kelurahan Lebung Gajah

b. Data Orangtua
Nama ayah : M. Harun
Umur : 20 thn
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh

Nama Ibu : Irmawati
Umur : 24 thn
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

2. Analisa Kasus Penderita
a. Riwayat Hidup Anak Sebelumnya
- Lahir cukup bulan, persalinan ditolong bidan
- Imunisasi anak tidak lengkap
- Dari kecil anak tidak pernah dirawat
16




b. Hasil Diagnosa Dokter : Marasmus
c. Tindakan yang Telah Dilakukan di Puskesmas
- Ibu membawa anak ke puskesmas Multiwahana karena panas,lalu
diambil sampel feses selama 2 hari untuk pelacakan AFP.
- Balita dirujuk ke Puskesmas Sematang Borang
- Tanggal 18 Desember 2013 dilakukan kunjungan rumah untuk
memantau keadaan balita
- Tanggal 19 Desember 2013 balita datang ke Puskesmas Sematang
Borang karena BAB > 3x/hari, lalu diberi obat dan MP-ASI berupa
biskuit
- Balita diberi vitamin A dan penyuluhan/konseling
- Balita dirujuk ke Rumah Sakit

3. Rencana Intervensi Gizi
Perhitungan kebutuhan gizi per hari fase rehabilitasi :
Kalori = 100 kkal x 12 kg
= 1200 kkal/hari
Protein = 2 gr x 12 kg
= 24 gr

HA =

= 195 gram

Lemak =

= 35 gram
4. Biaya
Rencana intervensi gizi dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
pemulihan untuk balita berupa bahan makanan lokal untuk menambah
asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Contoh bahan
makanan lokal yang diberikan satu hari :

17




Tabel 4.1. Bahan Makanan Lokal yang Diberikan Satu Hari
Bahan Makanan Berat (gram) Harga
Beras / p 150 Rp 1500
Ayam / p 50 Rp 2000
Tahu / p 100 Rp 1000
Wortel / p 150 Rp 1500
Total biaya / hari Rp 6000

Kandungan gizi dari makanan tambahan tersebut adalah :
Kalori = 775 kkal
Protein = 18,5 gram
Lemak = 9 gram
HA = 63 gram
Sesuai dengan pagu yang ditentukan bahwa dana yang disediakan dari
Dinas Kesehatan : Rp 6000/org x 90 hari = Rp 540.000/org, maka untuk
balita gizi buruk dapat diberikan bahan makanan lokal selama 90 hari
berupa :
1. Beras/penukar : 13,5 kg
2. Ayam/penukar : 4,5 kg
3. Tahu/penukar : 9 kg
4. Wortel/penukar : 13,5 kg
Pemberian bahan makanan lokal ini hanyalah sebagai makanan
tambahan/pendamping. Anak tetap diberikan makanan lain untuk
melengkapi kebutuhan gizi/hari sesuai Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan.
5. Pencatatan hasil timbangan setiap bulan
Tabel 4.2. Pencatatan hasil timbangan Kiki Yanti setiap bulan
Des 13 Jan 14 Feb 14 Mar 14 Apr 14 Mei 14 Jun 14 Jul 14 Ags 14 Sep 14
BB 5,4 5,8 5,9 6,1 6,2 6,4 6,1 6,3 6,5 6,5
TB 68 69,5 70 70 70 70 74 74 74 74

18




c. Data Anak II
Nama : Siti Rahibah
Umur : 14 bulan
Berat/tinggi badan : 6,5 kg/ 72 cm
Anak ke- : 1 dari 1 bersaudara
Sats gizi sekarang : BB/U = Gizi buruk, BB/TB = Sangat kurus
Alamat : RT 5, Kelurahan Sri Mulya

d. Data Orangtua
Nama ayah : Rohadi
Pekerjaan : Buruh

Nama Ibu : Evi T
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

4.2. Rumusan Masalah
Penemuan dan pemecahan masalah kejadian gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Sematang Borang Kota Palembang.

4.3. Penyebab Masalah
Penyebab masalah dari kasus ini dijabarkan pada grafik Fish Bone
Penyebab Adanya Penemuan kejadian gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas
Sematang Borang Kota Palembang.
19




Gambar 4.1. Grafik Fish Bone Penyebab Adanya Penemuan kejadian gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang Kota
Palembang.

Kesadaran ibu terhadap
gizi balita kurang

Pasien tinggal di
daerah padat
penduduk dimana
tingkat kebersihan
sangat rendah
Tingkat Sosial
ekonomi pasien
rendah

Kesadararan masyarakat
masih kurang terhadap
penyuluhan yang
diadakan

Peran kader masih
kurang

Dana

Metode
Ibu tidak
menimbang balita
secara teratur

Ibu kurang
perhatian
terhadap balita
Ibu kurang
memahami
pentingnya
kandungan gizi
dalam makanan
balita
Balita kurang
mengkonsumsi
makanan bergizi
Pendidikan ibu
yang rendah

Ibu kurang
memperhatikan
kandungan gizi
dalam makanan
yang dikonsumsi
oleh balita
Pengetahuan ibu
kurang terhadap
gizi balita
Manusia Sarana
Lingkungan
Gizi buruk pada balita
diwilayah kerja puskesmas
Sematang Borang
Palembang

Belum adanya posyandu di
wilayah ditemukannya kasus gizi
buruk

20




Penyebab terdapatnya kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sematang
Borang, yaitu:
a. Manusia
Rendahnya tingkat pengetahuan dan kepedulian orang tua mengenai status
gizi anak mereka merupakan masalah utama yang menyebabkan tidak adanya
kemajuan dalam upaya peningkatan gizi anak. Usia orang tua yang terlalu
muda dan tingkat pendidikan yang rendah juga menjadi faktor yang
berpengaruh terhadap kasus gizi buruk ini.
b. Metode
Ditinjau dari metode, hal yang dapat mempengaruhi adalah rendahnya
kesadararan masyarakat masih kurang terhadap penyuluhan yang diadakan.
Selain itu kader juga kurang berperan aktif dalam mensosialisasikan mengenai
gizi buruk kepada penduduk dan penting juga untuk dilakukan pelatihan bagi
kader sehingga dapat ikut berperan aktif dalam penemuan kasus baru gizi
buruk. Pelatihan bagi kader juga dilakukan secara tidak menyeluruh dan
seksama. Peran kader juga masih kurang karena kebanyakan kader adalah ibu
rumah tangga sehingga kurang dapat berperan aktif dalam mensosialisasikan
mengenai gejala gizi buruk.
c. Sarana
Masalah yang ditemui dalam sarana adalah belum adanya posyandu di
wilayah ditemukannya kasus gizi buruk. Posyandu di wilayah tempat
ditemukannya gizi buruk masih dalam proses pengurusan. Kendala yang
dihadapi adalah belum adanya kader di wilayah tersebut. Bila posyandu telah
ada, diharapkan penimbangan bayi akan dilaksanakan lebih teratur setiap bulan
oleh ibu-ibu sehingga kasus gizi buruk bisa dihindari.
d. Dana
Dalam hal dana, sebagian besar penderita adalah penduduk dengan
sosioekonomi menengah ke bawah. Apabila pasien ingin berobat ke pelayanan
kesehatan, maka membutuhkan biaya dari segi transportasi sehingga pasien
malas untuk berobat ke pelayanan kesehatan.

21




e. Lingkungan
Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya gizi buruk pada
kasus ini:
1. Dilihat dari segi lingkungan, tidak adanya bentuk dukungan dari warga
sekitar rumah pasien menyebabkan pasien menjadi kurang termotivasi untuk
turut serta menyukseskan program Puskesmas dalam meningkatkan status gizi
anak mereka.
2. Kepadatan rumah
Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan
ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat
kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni
10 m
2
/ orang.
Kepadatan penghuni dalam 1 rumah tinggal akan memberikan pengaruh
bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan perjubelan (over crowded). Hal ini tidak sehat
karena disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah
satu anggota keluarga terkena penyakit akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain.

Penyelesaian masalah yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Rendahnya tingkat pengetahuan dan kepedulian orang tua terhadap status gizi
anak
Memberikan edukasi kepada orangtua mengenai gizi buruk, penanganan
dan komplikasi yang dapat terjadi jika anak tidak segera diintervensi
2. Kurangnya peran dan pelatihan kader
Meningkatkan pelatihan bagi kader guna menyebarluaskan informasi
mengenai gizi buruk kepada masyarakat
Meningkatkan keaktifan kader untuk melakukan pendataan dan penemuan
kasus gizi buruk.
3. Sosial ekonomi yang rendah di keluarga pasien
22




Tingkat sosial ekonomi yang rendah di keluarga pasien, membuat
diberikannya dana uuntuk membeli bahan makan yang dibutuhkan untuk
memperbaiki status gizi anak dari dinas kesehatan kota Palembang.
Sesuai dengan pagu yang ditentukan bahwa dana yang disediakan dari
Dinas Kesehatan : Rp 6000/org x 90 hari = Rp 540.000/org, maka untuk
balita gizi buruk dapat diberikan bahan makanan lokal selama 90 hari berupa:
Beras/penukar : 13,5 kg
Ayam/penukar : 4,5 kg
Tahu/penukar : 9 kg
Wortel/penukar : 13,5 kg
Pemberian bahan makanan lokal ini hanyalah sebagai makanan
tambahan/pendamping. Anak tetap diberikan makanan lain untuk melengkapi
kebutuhan gizi/hari sesuai Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan.
4. Kurangnya dukungan lingkungan sekitar
Mengajak masyarakat berperan serta memberi dukungan moril kepada
keluarga pasien dalam menjalankan program yang digalakkan
Puskesmas.














23




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1) Ditemukan dua anak dengan status gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas
Sematang Borang Kota Palembang, atas nama :
Kiki Yanti/perempuan/22 bulan. Kasus ditemukan pada bulan
Desember 2013.
Siti Rahibah/perempuan/14 bulan. Kasus ditemukan pada bulan
September 2014.
2) Berdasarkan evaluasi program penemuan kasus gizi buruk di wilayah
kerja Puskesmas Sematang Borang Kota Palembang yang belum
mencapai target diperoleh masalah-masalah:
Rendahnya tingkat pengetahuan dan kepedulian orang tua terhadap
status gizi anak
Kurangnya peran kader
Sosial ekonomi yang rendah di keluarga pasien
Kurangnya dukungan lingkungan sekitar
Lingkungan padat penduduk

5.2. Saran
Program yang dijalankan Puskesmas Sematang Borang dalam menangani
kasus gizi buruk di wilayah kerja mereka sudah sangat bagus. Petugas
kesehatan telah berperan aktif dan mengupayakan kemampuan maksimal
dalam menjalankan program yang telah dibuat. Masalah timbul karena pihak
keluarga pasien memiliki pengetahuan dan kepedulian yang kurang terhadap
status gizi anak mereka. Sehingga pemecahan masalah terpilih adalah dengan
memberikan edukasi mengenai pentingnya proses tumbuh kembang anak, dan
24




pentingnya untuk secepatnya memperbaiki status gizi anak dengan cara
merujuk anak ke rumah sakit.
Saran yang dapat diberikan dengan melihat dari hasil pencapaian semua
program, analisa masalah, prioritas masalah yang ada di puskesmas dimana
dalam pelaksanaannya masih ada kesenjangan (belum tercapainya hasil
kegiatan sesuai dengan target yang ditentukan) sehingga berdasarkan hal
tersebut diatas perlunya dilaksanakan hal-hal sebagai berikut :
Meningkatkan keaaktifan kader guna menyebarluaskan informasi
mengenai gizi buruk kepada masyarakat
Segera mengadakan fasilitas posyandu di wilayah sekitar ditemukannya
kasus gizi buruk yang saat ini masih dalam proses.




















25




DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
2. Dinkes, Kota Palembang. 2013. Profil Kesehatan Kota Palembang
Tahun2013. Palembang.
3. WHO. 2000
4. Dinkes. 2005. Modul Manajemen Gizi Buruk. Dinkes : Semarang
5. Dinkes. 2007. Pedoman Penyelenggaraan pelatihan tatalaksana anak gizi
buruk bagi tenaga kesehatan. Dinkes : Jakarta
6. Dinkes. 2006. Petunjuk Teknis Tatalaksana anak gizi buruk. Dinkes : Jakarta
7. Menkes, RI. 2011. Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai