Anda di halaman 1dari 8

APENDISITIS

09:41:00 Admin No comments


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Appendicitis merupakan penyakit yang sering dijumpai sehingga harus dicurigai
sebagai keadaan yang paling mungkin menjadi penyebab nyeri akut abdomen.
Penyakit ini sering DITEMUKAN pada anak-anak dan dewasa muda. Insidensi
pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Insidensi tertinggi pada laki-laki
pada usia 10-14 tahun, sedangkan pada perempuan pada usia 15-19 tahun.
Penyakit ini jarang ditemukan pada anak-anak usia di bawah 2 tahun.
(1)

Diagnosis appendicitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya
tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data-data tersebut. Tak
jarang kasus-kasus appendicitis yang lolos dari diagnosis bahkan ada yang
salah didiagnosis. Kadang-kadang untuk menegakkan diagnosis appendicitis
sulit karena letak appendix di abdomen sangat bervariasi.
(2,3)

Penatalaksanaan appendicitis dilakukan dengan appendectomi, yaitu suatu
tindakan bedah dengan mengangkat appendix. Keputusan untuk melakukan
tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan
menimbulkan penyulit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas,
seperti dapat menyebabkan terjadinya perforasi atau ruptur pada appendix.
(1)


A. Definisi
Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendix. Peradangan ini pada
umumnya disebabkan oleh infeksi yang akan menyumbat appendix.
(3,4)

B. Anatomi
Appendix adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada secum
(bagian awal dari colon). Bentuknya seperti cacing putih.Secara anatomi
appendix sering disebut juga dengan appendix vermiformis atau umbai cacing.
(3)

Appendix terletak di bagian kanan bawah dari abdomen. Tepatnya di ileosecum
dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli. Muara appendix berada di sebelah
postero-medial secum.Dari topografi anatomi, letak pangkal appendix berada
pada titik Mc.Burney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan SIAS kanan yang
berjarak 1/3 dari SIAS kanan.
(4,5)

Seperti halnya pada bagian usus yang lain, appendix juga mempunyai
mesenterium. Mesenterium ini berupa selapis membran yang melekatkan
appendix pada struktur lain pada abdomen. Kedudukan ini memungkinkan
appendix dapat bergerak. Selanjutnya ukuran appendix dapat lebih panjang
daripada normal. Gabungan dari luasnya mesenterium dengan appendix yang
panjang menyebabkan appendix bergerak masuk ke pelvis (antara organ-organ
pelvis pada wanita). Hal ini juga dapat menyebabkan appendix bergerak ke
belakang colon yang disebut appendix retrocolic.
(3)

Appendix dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Persarafan
parasimpatis berasal dari cabang n. vagus yang mengikuti a. mesenterica
superior dan a. appendicularis. Sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.
thoracalis X. Karena itu nyeri viseral pada appendicitis bermula disekitar
umbilicus.Vaskularisasinya berasal dari a.appendicularis cabang dari
a.ileocolica, cabang dari a. mesenterica superior.
(2)

C. Fisiologi
Fungsi appendix pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga
berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam appendix
menghasilkan lendir. Lendir ini secara normal dialirkan ke appendix dan secum.
Hambatan aliran lendir di muara appendix berperan pada patogenesis
appendicitis.
(1,3,5)

Dinding appendix terdiri dari jaringan lymphe yang merupakan bagian dari sistem
imun dalam pembuatan antibodi. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yaitu Ig A. Immunoglobulin ini sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
(2,3)

D. Patofisiologi
Appendicitis pada umumnya disebabkan oleh obstruksi dan infeksi pada
appendix. Beberapa keadaan yang dapat berperan sebagai faktor pencetus
antara lain sumbatan lumen appendix oleh mukus yang terbentuk terus menerus
atau akibat feses yang masuk ke appendix yang berasal dari secum. Feses ini
mengeras seperti batu dan disebut fecalith.
(3)

Adanya obstruksi berakibat mukus yang diproduksi tidak dapat keluar dan
tertimbun di dalam lumen appendix. Obstruksi lumen appendix disebabkan oleh
penyempitan lumen akibat hiperplasia jaringan limfoid submukosa. Proses
selanjutnya invasi kuman ke dinding appendix sehingga terjadi proses infeksi.
Tubuh melakukan perlawanan dengan meningkatkan pertahanan tubuh terhadap
kuman-kuman tersebut. Proses ini dinamakan inflamasi. Jika proses infeksi dan
inflamasi ini menyebar sampai dinding appendix, appendix dapat ruptur. Dengan
ruptur, infeksi kuman tersebut akan menyebar mengenai abdomen, sehingga
akan terjadi peritonitis. Pada wanita bila invasi kuman sampai ke organ pelvis,
maka tuba fallopi dan ovarium dapat ikut terinfeksi dan mengakibatkan obstruksi
pada salurannya sehingga dapat terjadi infertilitas. Bila terjadi invasi kuman,
tubuh akan membatasi proses tersebut dengan menutup appendix dengan
omentum, usus halus atau adnexsa, sehingga terbentuk massa peri-
appendicular. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang
dapat mengalami perforasi. Appendix yang ruptur juga dapat menyebabkan
bakteri masuk ke aliran darah sehingga terjadi septicemia.
(1,3,6,7)

Appendix yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan ini menimbulkan keluhan berulang di perut kanan
bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang lagi dan disebut mengalami
eksaserbasi akut
(2)
.
E. Gejala Klinis
Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain
(4,5,6,7)
:
1. Nyeri abdominal.
Nyeri ini merupakan gejala klasik appendicitis. Mula-mula nyeri dirasakan samar-
samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium atau
sekitar umbilicus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di
abdomen kanan bawah (titik Mc. Burney). Nyeri akan bersifat tajam dan lebih
jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatik setempat. Bila terjadi
perangsangan peritoneum biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut
pada saat berjalan atau batuk.
2. Mual-muntah biasanya pada fase awal.
3. Nafsu makan menurun.
4. Obstipasi dan diare pada anak-anak.
5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya
tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,7-38,3 C.
Gejala appendicitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya
rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya.
Karena gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis appendicitis diketahui
setelah terjadi perforasi
(1,2)
.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang
perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan
gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi
perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses
appendiculer
(2,6)
.
2. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis
lokal yaitu:
- Nyeri tekan di Mc. Burney.
- Nyeri lepas.
- Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietal
(2,5,6)
.
Pada appendix letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak ada, yang
ada nyeri pinggang
(2,5,6)
.
3. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada
peritonitis generalisata akibat appendicitis perforata
(2)
.
Pemeriksaan Colok Dubur
Akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendicitis pelvika
akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur
(5)
.
Tanda-Tanda Khusus
1. Psoas Sign
Dilakukan dengan rangsangan m.psoas dengan cara penderita dalam posisi
terlentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita disuruh
hiperekstensi atau fleksi aktif. Psoas sign (+) bila terasa nyeri di abdomen kanan
bawah
(5,6)
.
2. Rovsing Sign
Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan bawah
(5,6)
.
3. Obturator Sign
Dilakukan dengan menyuruh penderita tidur terlentang, lalu dilakukan gerakan
fleksi dan endorotasi sendi panggul. Obturator sign (+) bila terasa nyeri di perut
kanan bawah
(5,6)
.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus
appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular
infiltrat, LED akan meningkat
(4,7)
.
- Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam
urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding
seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang
hampir sama dengan appendicitis
(4)
.
2. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis.
Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak
(4)
.
3. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,
terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya
(4)
.
4. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui
anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari
appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
(4)

5. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
(4,5)

6. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan
dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan
tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga
dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix.
(4)

H. Diagnosis Banding
1. Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual-muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut
lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik sering ditemukan. Panas
dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan appendicitis.
(2)

2. Limfadenitis mesenterica
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut
yang samar-samar terutama disebelah kanan, dan disertai dengan perasaan
mual dan muntah.
(2)

3. Peradangan pelvis
Tuba Fallopi kanan dan ovarium terletak dekat appendix. Radang kedua oergan
ini sering bersamaan sehingga disebut salpingo-ooforitis atau adnecitis.Untuk
menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan riwayat kontak sexsual. Suhu
biasanya lebih tinggi daripada appendicitis dannyeri perut bagian bawah lebih
difus. Biasanya disertai dengan keputihan. Pada colok vaginal jika uterus
diayunkan maka akan terasa nyeri.
(2,3)

4. Kehamilan Ektopik
Ada riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak menentu. Jika
terjadi ruptur tuba atau abortus diluar rahim dengan perdarahan akan timbul
nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin akan terjadi syok
hipovolemik. Pada pemeriksaan colok vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan
kavum Douglas, dan pada kuldosentesis akan didapatkan darah.
(2)

5. Diverticulitis
Meskipun diverticulitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi kadang-
kadang dapat juga terjadi disebelah kanan. Jika terjadi peradangan dan ruptur
pada diverticulum gejala klinis akan sukar dibedakan dengan gejala-gejala
appendicitis.
(3)

6. Batu Ureter atau Batu Ginjal
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalarr ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas. Hematuria sering ditemukan. Foto polos
abdomen atau urografi intravena dapat memestikan penyakit tersebut.
(2)

H. Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendicitis akut telah ditegakkan, maka harus segera dilakukan
appendektomi. Hal ini disebabkan perforasi dapat terjadi dalam waktu < 24 jam
setelah onset appendicitis.Penundaan tindakan pembedahan ini sambil diberikan
antibiotik dapat mengakibatkan terjadinya abses atau perforasi
(1,5,7)

Appendectomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terbuka dan
laparoscopi. Dengan cara terbuka dilakukan insisi di abdomen kanan bawah
kemudian ahli bedah mengeksplorasi dan mencari appendix yang
meradang.Setelah itu dilakukan pengangkatan appendix, dan abdomen ditutup
kembali.
Tindakan laparoscopi merupakan suatu tehnik baru untuk mengangkat appendix
dengan menggunakan lapariscop.Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus yang
meragukan dalam menegakkan diagnosis appendicitis. Pada appendicitis tanpa
komplikasi biasanya tidak diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada
appendicitis perforata.
(1,2,3,4)

Anda mungkin juga menyukai