SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI SUBYEK BUDAYA DAN SUBYEK
MORAL Analisis memberikan pertimbangan bagaimana visi dan misi manusia dalam menunaikan kewajiban hidupnya yang diamanatkan Maha Pencipta. Tegasnya, manusia bukanlah berjuang memburu cita-cita demi dirinya sendiri (kemandirian, obsesi, motivasi, cita-karsa, ataupun ego manusia) melainkan sebagai suatu kewajiban sosial dan moral sebagaimana kodrat dan martabat kepribadiannya yang luhur dan mulia. Kualitas kepribadian manusia ditentukan oleh kemampuan dan kemauannya untuk menunaikan kewajiban yang diamanatkan dan dipercayakan sebagai suatu kehormatan atas martabatnya yang luhur dan mulia itu. Jadi, keluhuran dan kemuliaan secara hakiki dan kodrati telah dianugerahkan dalam potensi martabat kepribadian manusia, sedangkan aktualitasnya (realitasnya) msih ditentukan oleh perjuangan dan karya pribadi manusia itu sendiri dalam mengembangkan potensi menjadi fungsional (praktis). Berdasarkan analisis wawasan manusia, maka pengetahuan manusia atas kepribadian manusia merupakan prasyarat pengembangan ipteks sekaligus puncak dan tujuan akhir peradaban demi pembinaan martabat kemanusiaan yang hakiki. Tanpa pengetahuan yang fundamental-integral-ideal secara kategoris pribadi manusia termasuk pendidikan akan mengalami dirtori atau penyimpangan, sebagaimana ajaran berbagai sistem filsafat yang mengakui kodarat-martabat manusia secara fenomenal seperti : materialisme, spiritualisme, idealisme, pragmatisme, naturalisme, individualisme, rasionalisme, humanisme termasuk komunisme dan atheisme. Analisa, misalnya ajaran materialisme: proses pembinaannya hanyalah sepenuhnya terpusat untuk jasmaniah manusia. Bukankah kebijaksanaan demikian merupakan kerugian, kesalahan, penyimpangan dan kegagalan manusia dalam membina, karena tidak mengerti tentang kepribadian manusia, akibatnya baik isi, proses, metode bahkan tujuan keseluruhannya secara normatif berantakan. Berdasarkan asas wawasan demikian, maka wajarlah kita perlu meningkatkan pemahaman (pengetahuan) kita atas potensi dan martabat kepribadian manusia secara lebih akurat dan valid secara mendasar sesuai dengan potensi dan integritas martabatnya. Dan dengan wawasan demikian akan melandasi danmemandu pembinaan dan pengembangan kepribadian manusia secara signifikan.