Anda di halaman 1dari 10

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat TuhanYang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan yang
berjudul Anastesi Inhalasi dalam rangka melengkapi persyaratan Kepaniteraan
Klinik Senior di SMF Anestesi RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
Dalam kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan rasa
terimakasih kepada dr. Jones Damanik, Sp.An yang telah memotivasi,
membimbing, dan mengarahkan penulis selama menjalani program Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian Anestesi dan dalam menyusun tulisan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itulah, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.


Pematangsiantar, Mei 2014

2

BAB I
PENDAHULUAN

Obat anestesi inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk
membantu pembedahan ialah N2O. kemudian menyusul, eter, kloroform, etil-
klorida, etilen, siklo-propan, trikloro-etilen, iso-propenil-vinil-eter, propenil-metil-
eter, fluoroksan, etil-vinil-eter, halotan, metoksi-fluran, enfluran, isofluran,
desfluran dan sevofluran.
Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk
praktek klinik ialah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran.
Obat-obat lain ditinggalkan, karena efek sampingnya yang tidak dikehendaki
misalnya:
1. Eter :kebakaran, peledakan, sekresi bronkus berlebihan, mual-
muntah, kerusakan hepar, baunya merangsang.
2. Kloroform :aritmia, kerusakan hepar
3. Etil-klorida :kebakaran, peledakan, depresi jantung, indeks terapi sempit,
dirusak kapur soda.
4. Triklor-etilen :dirusak kapur soda, bradi-aritmia, mutagenik?
5. Metoksifluan :toksis terhadap ginjal, kerusakan hepar dan kebakaran.

Saat ini obat anestesi inhalasi generasi baru yang mempunyai kelebihan
dibandingkan pendahulu-pendahulunya adalah sevofluran. Obat ini memiliki
onset kerja (induksi anestesi) yang cepat dan pemulihan dari pengaruh anestesi
yang juga cepat, sehingga saat ini banyak dipilih.







3

BAB II
PEMBAHASAN

ANASTESI INHALASI
Obat anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang
dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa
gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi
langsung ke udara inspirasi.
Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditetukan oleh sifat fisiknya:
1. Ambilan oleh paru
2. Difusi gas dari paru ke darah
3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya
Hiperventilasi akan menaikkan ambilan alveolus dan hipoventilasi akan
menurunkan ambilan alveolus. Dalam praktek kelarutan zat inhalasi dalam darah
adalah faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan
pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat yang tidak larut
dan lambat pada yang larut.
Kadar alveolus minimal ( KAM ) atau MAC ( minimum alveolar
concentration ) ialah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu
atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50 % pasien yang
dilakukan insisi standar. Pada umumnya immobilisasi tercapai pada 95 % pasien,
jika kadarnya dinaikkan diatas 30 % nilai KAM. Dalam keadaan seimbang,
tekanan parsial zat anestetik dalam alveoli sama dengan tekanan zat dalam darah
dan otak tempat kerja obat.
Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh:
1. Konsentrasi inspirasi.
Teoritis kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah penuh, maka
ambilan paru berhenti dan konsentrasi uap inpirasi sama dengan alveoli. Hal ini
dalam praktek tak pernah terjadi. Induksi makin cepat kalau konsentrasi makin
tinggi, asalkan tak terjadi depresi napas atau kejang laring. Induksi makin cepat
jika disertai oleh N2O (efek gas kedua).

4

2. Ventilasi alveolar
Ventilasi alveolar meningkat, konsentrasi alveolar makin tinggi dan sebaliknya.
3. Koefisien darah/gas
Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah
konsentrasi dalam alveoli dan sebaliknya.
4. Curah jantung atau aliran darah paru
Makin tinggi curah jantung makin cepat uap diambil
5. Hubungan ventilasi perfusi
Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestetik. Jumlah uap
dalam mesin anestesi bukan merupakan gambaran yang sebenarnya, karena
sebagian uap tersebut hilang dalam tabung sirkuit anestesi atau ke atmosfir sekitar
sebelum mencapai pernafasan.

N2O
N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen monooksida)
diperoleh dengan memanaskan amonium nitrat sampai 240C.
NH4NO3 --240 C ---- 2H2O + N2O
N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak
terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara. Zat ini dikemas dalam bentuk cair
dalam silinder warna biru 9000 liter atau 1800 liter dengan tekanan 750 psi atau
50 atm.
Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini
bersifat anestetik lemah, tetapi analgesianya kuat, sehingga sering digunakan
untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan.

HALOTAN
Merupakan alkana terhalogenisasi dengan ikatan karbon-florida sehingga
bersifat tidak mudah terbakar atau meledak (meski dicampur oksigen). Halotan
berbentuk cairan tidak berwarna dan berbau enak. Botol berwarna amber dan
pengawet timol berguna untuk menghambat dekomposisi oksidatif spontan.
Halotan merupakan anestetik kuat dengan efek analgesia lemah, di mana induksi
dan tahapan anestesia dilalui dengan mulus, bahkan pasien akan segera bangun
5

setelah anestetik dihentikan. Gas ini merupakan agen anestestik inhalasi paling
murah, dan karena keamanannya hingga kini tetap digunakan di dunia.
Efek terhadap Sistem Organ
Respirasi Pernapasan cepat dan dangkal,
bronkodilatasi
Jantung Penurunan tekanan darah dan curah
jantung, menghambat otot jantung
dan otot polos pembuluh darah,
automatisitas miokard
Otak Menurunkan resistensi vaskular
serebral dan meningkatkan aliran
darah otak
Ginjal Menurunkan aliran darah renal, laju
filtrasi glomerulus, dan jumlah urin
Hati Penurunan aliran darah hepatik

Kontraindikasi dan Interaksi Obat
Halotan dikontraindikasikan pada pasien dengan disfungsi hati, atau pernah
mendapat halotan sebelumnya. Halotan sebaiknya digunakan secara hati-hati pada
pasien dengan massa intrakranial (kemungkinan adanya peningkatan TIK). Efek
depresi miokard oleh halotan dapat dieksaserbasi oleh agen penghambat
adrenergik (seperti propanolol) dan agen penghambat kanal ion kalsium (seperti
verapamil). Penggunaannya bersama dengan antidepresan dan inhibitor
monoamin oksidase (MAO-I) dihubungkan dengan fluktuasi tekanan darah dan
aritmia. Kombinasi halotan dan aminofilin berakibat aritmia ventrikel.

ENFLURAN
Enfluran (etran, aliran) merupakan halogenisasi eter dan cepat populer setelah
ada kecuriagan gangguan fungsi hepar oleh halotan pada pengguanan berulang.
Pada EEG menunjukkan tanda-tanda epileptik, apalagi disertai hipokapnia, karena
itu hindari penggunaannya pada pasien dengan riwayat epilepsi, walaupun ada
6

yang beranggapan bukan indikasi kontra untuk dpakai pada kasus dengan riwayat
epilepsi. Kombinasi dengan adrenalin lebih aman 3 kali dibanding halotan.
Enfluran yang dimetabolisme hanya 2-8% oleh hepar menjadi produk non-
volatil yang dikeluarkan lewat urin. Ssisanya dikeluarkan lewat paru dalam bentuk
asli. Induksi dan pulih dari anestesia lebih cepat dibanding halotan. Vasodlatasi
serebral antara halotan dan isofluran.
Efek depresi napas lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif
dibanding halotan. Depresi terhadap sirkulasi lebih kuat dibanding halotan,
depresi lebih jarang menimbulkan aritmia. Efek relaksasi terhadap otot lurik lebih
baik dibanding halotan.

ISOFLURAN
Merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Memiliki struktur
kimia yang mirip dengan enfluran, isofluran berbeda secara farmakologis dengan
enfluran. Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi
menyebabkan pasien menahan napas dan batuk. Tanda untuk mengamati
kedalaman anestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi
napas, serta peningkatan frekuensi denyut jantung.
Efek terhadap Sistem Organ
Jantung Depresi kardiak minimal, curah
jantung dijaga dengan peningkatan
frekuensi nadi, iskemia miokard
Respirasi Depresi napas dan menekan respons
ventilasi terhadap hipoksia,
bronkodilator
SSP Meningkatkan TIK, namun
menurunkan kebutuhan oksigen
Neuromuskular Merelaksasi otot skeletal serta
meningkatkan efek pelumpuh otot
depolarisasi maupun nondepolarisasi
lebih baik dibandingkan enfluran
7

Ginjal Menurunkan aliran darah renal, laju
filtrasi glomerulus, dan jumlah urin
Hati Menurunkan aliran darah hepatik
total (arteri hepatik dan vena porta),
fungsi hati tidak terganggu.

DESFLURAN
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat
absorben dan tidak korosif untuk logam. Karena sukar menguap, dibutuhkan
vaporiser khusus untuk desfluran. Dengan struktur yang mirip isofluran, hanya
saja atom klorin pada isofluran diganti oleh fluorin pada desfluran, sehingga
kelarutan desfluran lebih rendah (mendekati N
2
O) dengan potensi yang juga lebih
rendah sehingga memberikan induksi dan pemulihan yang lebih cepat
dibandingkan isofluran (5-10 menit setelah obat dihentikan, pasien sudah respons
terhadap rangsang verbal). Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah
singkat atau bedah rawat jalan. Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan
batuk, spasme laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi.
Desfluran bersifat kali lebih poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi
17 kali lebih poten dibanding N
2
O.
Efek terhadap Sistem Organ
Respirasi Penurunan volume tidak dan
peningkatan laju napas
SSP Vasodilatasi pembuluh darah
serebral, sehingga terjadi peningkatan
TIK, serta penurunan konsumsi
oksigen oleh otak

SEVOFLURAN
Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin.
Peningkatan kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat
untuk induksi inhalasi yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa.
8

Induksi inhalasi 4-8% sevofluran dalam 50% kombinasi N
2
O dan oksigen dapat
dicapai dalam 1-3 menit.
Efek terhadap Sistem Organ
SSP Peningkatan TIK, meski beberapa
riset menunjukkan adanya penurunan
aliran darah serebral. Kebutuhan otak
akan oksigen juga mengalami
penurunan
Neuromuskular Relaksasi otot yang adekuat sehingga
membantu dilakukannya intubasi
pada anak setelah induksi inhalasi
Ginjal Menurunkan aliran darah renal dalam
jumlah sedikit
Hati Menjaga aliran darah dan oksigen
untuk hati

Kontraindikasi dan Interaksi Obat
Sevofluran dikontraindikasikan pada hipovolemik berat, hipertermia
maligna, dan hipertensi intrakranial. Sevofluran juga sama seperti agen
anestetik inhalasi lainnya, dapat meningkatkan kerja pelumpuh otot.












9

PERBEDAAN ANESTETIK INHALASI
Perbandingan anestetik inhalasi baik secara fisik-kimia maupun secara
klinik farmakologi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. fisik dan kimia anestetik inhalasi
Anestetik inhalasi N2O Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran
Berat molekul
Titik didih(C)
Tekanan Uap(mmHg20 C)
Bau
Turunan eter
Pengawet
Koef partisi darah/gas
Dengan kapur soda 40 C
MAC (KAM) 37 C Usia 30-55
tahun tekana 760 mmHg
44
-68
5200
Manis
Bukan
-
0.47
Stabil
104-105
197
50-50.2
243-244
Organik
Bukan
Perlu
2.4
Tidak
0.75
184
56.6
172-174.5
Eter
Ya
-
1.9
Stabil
1.63-1.70
184
48.5
238-240
Eter
Ya
-
1.4
Stabil
1.15-1.20
168
22.8-23.5
669-673
Eter
Ya
-
0.42
stabil
6.0-6.6
200
58.5
160-170
Eter
Ya
-
0.65
Tidak
1.80-2.0


Tabel 2. Farmakologi klinik anestetik inhalasi
N2O Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran
Kardiovaskuler
Tekanan darah
Laju nadi
Tahanan vaskuler
Curah jantung
TB
TB
TB
TB
TB



TB










TB


TB atau

TB atau


TB


Respirasi
Volume tidal
Laju napas
PaCO2 Istirahat
Challenge



TB


























Serebral
Aliran darah
Tekanan intrakranial
Laju metabolisme
Seizure
































Blokade
Pelumpuh otot non-depol













Ginjal
Aliran darah
Laju filtrasi Glomerulus
Output urin























?
?



?
?
Hepar
Aliran darah












Metabolisme 0.004% 15-20% 2-5% 0.2% <0.1% 2-3%



10

DAFTAR PUSTAKA

Latief S A, Suryadi K A, Dachlan M R,. Anestetik Inhalasi dalam buku:
Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua, hal 48-64, penerbit Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI , Jakarta, 2002.

Joenoerham J, Latief S A, Anestesi Umum dalam buku : Anestesiologi, editor:
Muhiman M, Thaib R M, Sunatrio S, Dahlan R, hal 93-102, Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI Jakarta, 1989.

Anda mungkin juga menyukai