Anda di halaman 1dari 1

213

BERITA TERKINI
CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014
Uji Klinik Pertama Vildagliptin pada
Pasien DM Tipe 2 dengan Gagal Jantung
S
aat ini beberapa kelas obat hipoglikemia
telah tersedia dengan gambaran
efkasi yang mendekati kesetaraan satu
dengan lainnya, walaupun berbeda-beda
dalam patofsiologi kerjanya bagi pasien
diabetes melitus (DM) tipe 2, tetapi hampir
keseluruhan terdapat satu atau lebih efek
samping yang memperlukan perhatian bagi
klinisi.
Beberapa penelitian bahkan memperlihatkan
beberapa obat diabetes akan meningkatkan
risiko kardiovaskuler dibandingkan obat
lainnya. Pendekatan baru dalam manajemen
DM tipe 2 adalah berbasis hormon incretin;
Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) dan glucose-
dependent insulinotropic peptide (GIP).
Vildagliptin merupakan obat dari kelas baru
dipeptidyl peptidase IV (DPP4) inhibitors, yang
dengan menghambat DPP-4, vildagliptin
akan meningkatkan GLP-1, hormon intestinal
yang akan menyebabkan homeostasis
glukosa dan sekresi insulin. Vildagliptin dalam
penelitiannya terbukti signifkan dalam
menurunkan kadar HbA1c, kadar glukosa
puasa dan kadar glukosa prandial, bahkan
memperbaiki fungsi sel beta, memiliki
toleransi seperti halnya plasebo dan kejadian
hipoglikemia yang rendah. Saat ini menjadi
salah satu pilihan dalam manajemen DM tipe
2 dengan kontrol rendah pada pemberian
monoterapi.
Dalam kaitannya dengan risiko peningkatan
gagal jantung, yang sebenarnya sekitar
sepertiga hingga separuh pasien diabetes
mengalami penurunan ejeksi fraksi jantung,
tetapi hingga saat ini masih sangat sedikit
penelitian melihat pengaruh obat diabetes
terhadap left ventricular function dan atau
status gagal jantung, karena umumnya
penelitian obat diabetes akan memasukkan
pasien-pasien dengan gagal jantung dalam
kriteria eksklusi.
Penelitian baru-baru ini yang dipublikasi dalam
Heart Failure Congress 2013, disampaikan oleh
peneliti dr. McMurray menyampaikan hasil
penelitian VIVIDD (Vildagliptin in Ventricular
Dysfunction Diabetes Trial) memperlihatkan
pasien DM tipe 2 dengan disfungsi ventrikular
dan mendapatkan terapi dengan Vildagliptin,
tidak menyebabkan efek yang memperberat
LVEF dibandingkan plesebo.
Uji klinik VIVIDD fase III ini dengan kontrol
plasebo melibatkan total 254 pasien pria
dan wanita dalam rentang usia 18-65 tahun
dengan DM tipe 2 dan gagal jantung NYHA
kelas 1-3, terbagi atas kondisi awal LVEF adalah
30,6 % pada kelompok Vildagliptin dan 29,6 %
pada kelompok plasebo. Rerata HbA1c adalah
7,8 %.
Tujuan primer penelitian ini adalah
secara statistik vildagliptin tidak inferior
dibandingkan plasebo dalam perubahan
LVEF dari kondisi awal selama penelitian 52
minggu dan terlihat penurunan HbA1c secara
bermakna pada kelompok Vildagliptin, walau
terlihat secara bermakna peningkatan LVEDV
(berbeda 17,06 mL) dan tren peningkatan
pada LVESV (berbeda 9,44 mL) dibandingkan
plesebo.
Keseluruhan tidak ada perbedaan dalam waktu
terjadinya kejadian pertama kali gangguan
kardiovaskular antara 2 kelompok (35 kejadian
pada kelompok vildagliptin dan 31 kejadian
pada kelompok plasebo). Tetapi kematian
kardiovasculer lebih tinggi pada kelompok
vildagliptin. Berdasarkan hal tersebut salah
satu pembicara yaitu Dr.Wolfram Doehner
(Charite Universitats Medizin, Berlin, Jerman)
menyatakan data penelitian VIVIDD disambut
baik oleh para klinisi, yang menterapi
pasien gagal jantung dengan diabetes,
tetapi ekokardiografk seperti LVEF tidak
memberikan jaminan obat itu aman terhadap
kardiovaskuler. (ARI)
REFERENSI:
1. ORiordan M. Vildagliptin in HF patiens with diabetes meets echo end point, but questions remain. (Internet) 2013 (Cited 2013 May 30). Available from http://www.theheart.org/
article/1543777.do?utm_medium=email&utm_source=20130529_heartwire&utm_campaign=newsletter
2. Kalra S. Emerging Role of Dipeptidyl Peptidase-IV (DPP-4) Inhibitor Vildagliptin in the Management of Type 2 Diabetes. JAPI 2011;59:237-45

Anda mungkin juga menyukai