Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Kekurangan insulin akan menyebabkan terhambatnya proses pengangkutan glukosa ke dalam sel,
sehingga proses glikolisis dan glikogenesis juga terganggu. Oksidasi gula melalui glikolisis
menghasilkan piruvat dalam keadaan aerob dan laktat dalam keadaan anaerob. Piruvat akan diubah
mengalami dekarboksilasi menjadi asetil koenzim A atau karboksilasi menjadi oksaloasetat, yang
selanjutnya kedua bentuk ini akan masuk ke daur asam trikarboksilat, yang dimulai dengan reaksi
kondensasi antara oksaloasetat dengan asetil koenzim A sehingga menghasilkan sitrat yang kemudian
akan menghasilkan energi dalam jumlah besar. Asetil koenzim A juga dihasilkan oleh katabolisme asam
lemak. Sehingga kekurangan insulin akan menyebabkan berkurangnya piruvat hasil glikolisis yang
selanjutnya sel akan kekurangan oksaloasetat sehingga masuknya asetil koenzim A ke dalam daur asam
trikarboksilat juga akan terganggu, sehingga kekurangan insulin akan menyebabkan terhalangnya
reaksi pertama daur asam trikarboksilat tersebut yang menghasilkan energi. Asetil koenzim A ini
bukannya dipakai sebagai sumber energi, malah diubah menjadi asetoasetat, aseton, dan B
hidroksibutirat yang dikeluarkan oleh sel dan dieksresikan melalui urin.
Wirahadikusumah M. Biokimia: Metabolisme energy, karbohidrat, dan lipid. Penerbit ITB
Bandung. 1985.H:1-196
Insulin merupakan protein kecil yang disintesis oleh sel beta pulau-pulau Langerhans di pankreas, yang
beraksi melalui reseptor di permukaan membran sel dan target utamanya adalah sel hati, adiposit dan
otot. Sinyal insulin menyebabkan terjadinya proses uptake dan storage glukosa ke dalam sel. Sehingga
glukosa tidak akan masuk ke dalam sel jika tidak ada sinyal dari insulin. Diabetes mellitus disebabkan
oleh kekurangan insulin secara absolut maupun relatif atau resistensi sel terhadap insulin. Akibat DM
selain terjadinya hiperglikemia juga menimbulkan komplikasi lanjut, yaitu:
a. Mikroangiopati
Yaitu terjadinya abnormalitas dinding pembuluh darah kecil dimana menipisnya membran basal
yang berhubungan dengan rendahnya kontrol glukosa. Menipisnya dinding pembuluh darah ini yang
menjadi dasar mudahnya terjadi pecah pembuluh darah pada saat tekanan darah meningkat. Sehingga
penderita DM mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami stroke.
b. Retinopati
Dapat menyebabkan kebutaan karena perdarahan vitreus yang berasal dari pembuluh darah
retina.
c. Nefropati
Nefropati menyebabkan gagal ginjal karena meningkatnya laju filtrasi ginjal, ukuran
glomerulus dan terjadinya mikroalbuminuria. Tahap lebih lanjut menyebabkan proteinuria dan
kemudian hilangnya fungsi ginjal. Sebagaimana diketahui salah satu fungsi ginjal adalah mengatur
tekanan darah. Berkurangnya fungsi ginjal ini juga akan meningkatkan risiko stroke karena
peningkatan tekanan darah dapat meningkatkan risiko stroke.
d. Neuropati
Neuropati disebabkan oleh mikroangiopati dari pembuluh darah saraf dan tidak
normalnya metabolisme glukosa di sel saraf.
e. Makroangiopati (atau peningkatan aterosklerosis/ or accelerated atherosclerosis)
Aterosklerosis menjadi dasar terjadinya penyumbatan pembuluh darah kecil seperti di
otak dan pembuluh darah koroner, hal ini yang mendasari terjadinya stroke dan penyakit jantung
iskemik. Plak aterosklerosis yang terlepas juga dapat menjadi aterom yang dapat menyumbat
percabangan pembuluh darah kecil yang menyebabkan terjadinya iskemia sampai infark. Pada pasien
dengan makroangiopati biasanya mengalami dislipidemia (peningkatan trigliserida, penurunan
kolesterol HDL dan peningkatan kolesterol LDL).
60% pasien DM meninggal karena penyakit pembuluh darah (vascular disease) dan 35% CHD

(coronary heart disease).


Gaw A, Murphy MJ, Cowan RA, O'Reilly DS, Steward MJ, Shepherd J. Clinical Biochemistry
an Illustrated Colour Text. 3rd ed.Churchill Livingstone. Edinburgh. 2004. P: 58-61.
Di negara berkembang penyakit kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian dan disability.
Tahun 2000 48,6% kematian disebabkan oleh CVD. Diperkirakan pada tahun 2020 masih 46,4% dari
semua kematian dan jumlah keparahan dari DM akan meningkat dari 51 juta pada tahun 1995 menjadi
72 juta pada tahun 2025.
Dislipidemia dan toleransi glukosa terganggu sering berperan bersama sebagai elemen sindrom
metabolik. Sindrom metabolik merupakan kumpulan gangguan fisiologis yang berasosiasi dengan
resistensi insulin, yaitu hiperinsulinemia, TGT, hipertensi, peningkatan trigliserida plasma, dan
rendahnya kolesterol HDL plasma. Kondisi tersebut berhubungan dengan diabetes dan aterosklerosis.
Di negara berkembang (developed countries) TGT ditemukan lebih tinggi pada strata sosial ekonomi
rendah. Di negara sedang berkembang (developing c.) diabetes atau TGT ditemukan lebih banyak pada
penduduk urban dibandingkan rural. Pada kedua kelompok tersebut (depeloped dan developing c)
resistensi insulin lebih banyak terjadi dibandingkan dengan defisiensi insulin.
Life course perspectives on coronary heart disease, stroke and diabetes. WHO. Geneva. 2002

Anda mungkin juga menyukai