Al Quran yg diturunkan oleh Allah Subhanahu wa taala kpd Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam secara lisan & berangsur-angsur antara tahun 610 & 632 atau selama kira-kira
22 tahun, dimana pd masa itu umat manusia khususnya penduduk Mekkah & Madinah masih
dalam kegelapan & buta huruf, telah membuktikan kebenaran wahyunya melalui konsistensinya
& kesesuainnya dgn ilmu pengetahuan & teknologi (IPTEK) yg ditemukan manusia pd masa yg
jauh setelah kematian Muhammad SAW. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai
kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam Al Quran & As sunnah sangat ideal &
agung.
Islam mengajarkan hidup yg dinamis, menghargai akal pikiran melalui pengembangan IPTEK,
bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material & spiritual, menghargai waktu, bersifat
terbuka, mengutamakan persaudaraan & sikap-sikap positif lainnya.
Anugerah terbesar yg sangat berharga bagi umat Islam adl Al Quran. Keluarbiasaan Al Quran
itu terletak pd aspek-aspek di dalamnya antara lain bahasa & gaya bahasanya, substansinya,
jangkauannya yg tiada terbatas, & multifunsinya bagi umat manusia. Banyak hikmah yg dpt kita
ambil dari Al Quran. Ayat 27 surat Al Fath, misalnya memberi kabar gembira kpd kaum
muslimin bahwa mereka akan menaklukan Mekkah, yg saat itu dikuasai kaum penyembah
berhala.
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kpd Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dgn
sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya
Allah dalam keadaan aman, dgn mencukur rambut kepala & mengguntingnya, sedang kamu tdk
merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yg tiada kamu ketahui & Dia memberikan sebelum
itu kemenangan yg dekat.
(Al Quran Q.S. 48: 27).
Ketika kita lbh dekat lagi, ayat tersebut mengumumkan adanya kemenangan lain yg akan terjadi
sebelum kemenangan di Mekkah. Sebagaimana dikemukakan ayat tersebut, kaum mukmin
terlebih dahulu menaklukkan bentang Khaibar, yg berada di bawah kekuasaan Yahudi, &
kemudian memasuki Mekkah dgn aman. Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yg akan terjadi
masa depan hanyalah salah satu diantara sekian byk hikmah yg terkandung dalam al Quran. Al
Quran mempunyai peran yg sangat penting dalam kehidpan umat Islam di dunia, baik pd
peradaban Islam dahulu maupun peradaban modern seperti sekarang ini.
Al Quran mempunyai multifungsi bagi umat manusia, yg terlihat pd ayat-ayatnya & dikuatkan
oleh Hadits, yg menyebutkan bahwa Al Quran adl sbg :
Dewasa ini, ilmu pengetahuan & teknologi (IPTEK) sudah semakin berkembang. Di era
globalisasi seperti sekarang ini, manusia memang perlu mengenbangkan IPTEK dalam
kehidupan yg semakin modern. Perkembangan IPTEK dpt memperbaiki kualitas hidup manusia.
Berbagai saran modern industi, komuikasi & transportasi, misalnya terbukti sangat bermanfaat.
Namun, di sisi lain IPTEK tdk jarang berdampak negatif karena merugikan & membahayakan
kehidupan & martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu orang di Hiroshima
& Nagasaki pd Perang Dunia II tahun 1945. Selain itu tdk sedikit yg memanfatkan teknologi
internet sbg sarana utk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime), pornografi, kekerasan, &
perjudian.
Disinilah peran Al Quran menjadi sangat penting dgn menjadikan Al Quran sbg pedoman
hidup agar kita tdk terjerumus pd hal-hal yg negatif sbg dampak berkembangnya IPTEK. Al
Quran & agama harus senantiasa kita jadikan sbg tuntunan utk menjalani kehidupan. Jika kita
menjadikan Aqidah Islam sbg landasan IPTEK, bukan berarti bahwa konsep IPTEK wajib
bersumber kpd Al Quran & Al Hadits, artinya bukan berarti bahwa ilmu astronomi, geologi,
agronomi, & lain sebagainya, harus didasarkan pd ayat tertentu dalam Al Quran, tetapi yg
dimaksud adl konsep IPTEK wajib berstandar pd Al Quran & Al Hadits. Singkat kata IPTEK
tdk boleh bertentangan dgn Al Quran.
Sebagai contoh adl Teori Evolusi yg dikemukakan Charles Darwin. Darwin menyatakan bahwa
manusia adl keturunan kera yg berevolusi selama jutaan tahun. Teori ini tdk mempunyai dasar
apapun, mengada-ada, tdk ilmiah, & yg pasti bertentangan dgn Al Quran yg mengatakan bahwa
manusia keturunan Adam, manusia pertama di dunia & bukan kera. Seiring perjalanan waktu,
teori evolusi mengalami keruntuhan lewat riset yg dilakukan oleh ilmuwan muslim, Harun
Yahya. Harun Yahya berhasil membuktikan bahwa spesies manusia tdk mungkin berasal dari
spesies kera yg berevolusi. Dan akhirnya terbukti bahwa teori evolusi hanya sebuah bualan
belaka & propaganda yg dilakukan Darwin.
Allah menciptakan manusia memiliki potensi akal dan pikiran sebagai bekal untuk hidup di
dunia. Melalui akal dan pikiran tersebut, manusia dapat memahami dan menyelidiki elemenelemen yang terdapat di alam serta memanfaatkannya untuk kesejahteraan mereka. Akal dan
pikiran tersebut merupakan kelebihan dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada
manusia sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Isra 70:
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Manusia juga diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka Bumi dengan kedudukan yang
lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya di alam ini. Ketika Allah dalam firmanNya di Q.S. Ar Radu 2 memilih kata sakhkhara yang berarti menundukkan atau
merendahkan, hal tersebut menunjukkan bahwa alam dengan segala manfaat yang dapat
diperoleh darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah
manusia.
Artinya: Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masingmasing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan
Tuhanmu.
Dengan demikian, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan
alam yang ditundukkan oleh Allah untuk manusia, manusia hendaknya memahami konsep dan
tugasnya sebagai khalifah di Bumi. Manusia jangan sampai ditundukkan oleh alam melalui
nilai-nilai materialistik dan keserakahan karena sesungguhnya hal tersebut melanggar kodrat
manusia yang diberikan oleh Allah.
Arah Pengembangan Teknologi
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam hendaknya memiliki dasar
dan motif bahwa yang mereka lakukan tersebut adalah untuk memperoleh kemakmuran dan
kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah sehingga terwujud
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman dalam Q.S. Al Bayyinah 5:
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Kondisi Umat Islam dalam Perkembangan Iptek Saat Ini
Terhambatnya kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
disebabkan umat Islam tidak memahami konsep dan mengoptimalkan fungsinya sebagai khalifah
di Bumi. Seharusnya, dengan memahami konsep dan fungsinya sebagai khalifah di Bumi, umat
Islam mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menguasai dan
memanfaatkan alam demi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Terlebih lagi, umat Islam adalah
umat pilihan Allah yang dianugerahi iman dan petunjuk berupa Al Quran dan sunnah rasul
PENDAHULUAN
Setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu
seseorang yang mempedalam ilmu tertentu di sebut sebagai spesialis, sedangkan
orang yang banyak tau tetapi tidak mendalam di sebut generalis. Karena
keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang ditemukn orang yang
menguasai beberapa ilmu secara mendalam.
Dalam pemikiran islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu.
Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberikan kebebasan dalam
mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Al-Quran dan sunah rasul.
Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran islam ada yang bersifat abadi (perennial
knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari allah. Ada
pula ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya
bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pemikiran manusia.
I.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
ulama dan intelektual mencoba membuat definisi ilmu berdasarkan kata ilmu yang
ada dalam al-Quran sampai-sampai Roshental mendefinisikan 120 definisi ilmu yang
didasarkan pada al-Quran, sehingga menyimpulkan : al-ilmu huwa al-Islam, wa alislam huwa al-ilm . Namun demikian sama sekali tidak ditemukan definsi ilmu di
dalam al-Quran ( maa huwal ilm? ).
Pendidikan Islam ialah sebagai pendidikan manusia seutuhnya (whole
human education); akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan
keterampilannya. Pendidikan Islam berusaha membentuk pribadi yang bernafaskan
ajaran-ajaran Islam, sehingga pribadi-pribadi yang terbentuk itu tidak terlepas dari
nilai-nilai agama. Hal ini mendorong perlunya mengetahui tujuan-tujuan pendidikan
Islam secara jelas.
Ontologi
Ontologi, sebagai sebuah istilah, berasal dari bahasa Yunani, yaitu on (ada)
dan ontos (berada), yang kemudian disenyawakan dengan kata logos (ilmu atau
studi tentang).Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau
merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Pembahasan mengenai
yang ada (being) yang dimaksud disini adalah adanya manusia, alam semesta dan
lain-lain.Ontologis merupakan cabang filsafat yang berupaya mendeskripsikan
hakekat wujud. Ontologi digunakan sebagai sinonim untuk metafisika menyangkut
penelitian terhadap masalah-masalah sifat kehidupan terutama manusia.
Ontologi merupakan kawasan yang tidak termasuk ilmu yang bersifat
otonom, ontologi merupakan sarana ilmiah menemukan jalan untuk menangani
suatu masalah secara ilmiah. Oleh karena itu ontologis dari ilmu pengetahuan
adalah analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan, objek materi ilmu
pengetahuan adalah hal-hal atau benda-benda empiris.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ontologi adalah suatu ilmu yang membahas dan mengkaji
secara komprehensip mengenai teori tentang suatu yang ada atau dapat juga
dikatakan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang obyek telaah ilmu
terhadap benda-benda empiris.
Epistemologi
pengertian atau konsep yang meliputi waktu, ruang, kualitas, kesadaran dan
keabsahan pengetahuan. Dengan kata lain epistemologi adalah suatu teori
pengetahuan.
Aksiologi
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios (layak, pantas) dan logos
(ilmu, studi mengenai). Dalam filsafat pembicaraan aksiologi dilakukan untuk
mengetahui batas arti, tipe, kriteria dan status epistemologis nilai-nilai. Atas dasar
itu pembicaraannya juga menyangkut pembahasan segala sesuatu yang bernilai
dan siapa yang menentukan bahwa sesuatu itu bernilai. bisa juga didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai.
Aksiologi meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian
makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam
kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan.Berbicara mengenai nilai itu
sendiri dapat kita jumpai dalam kehidupan seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur
dan curang. Bukanlah itu semua mengandung penilaian karena manusia yang
dengan perbuatannya berhasrat mencapai atau merealisasikan nilai.Teori tentang
nilai dapat kita bagi menjadi dua yaitu nilai etika dan nilai estetika. Nilai etika
adalah teori perbuatan manusia yang ditimbang menurut baik atau buruk, bermoral
atau tidak bermoral sedangkan nilai estetika adalah kajian filsafat yang bertalian
dengan keindahan dan kejelekan.
Dari argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aksiologi adalah
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Peranan Islam DALAM
IPTEK untuk meningkatkan keimanan manusia .kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan .
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar Drs. M.Syafei .
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.
Banjarmasin ,0ktober 2011
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif,
yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi,
dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Dengan ditemukannya mesin jahit, dalam 1
menit bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit dengan
tangan, hanya bisa 23 tusukan per menit (Qardhawi, 1997). Dahulu Ratu Isabella (Spanyol) di
abad XVI perlu waktu 5 bulan dengan sarana komunikasi tradisional untuk memperoleh kabar
penemuan benua Amerika oleh Columbus (?). Lalu di abad XIX Orang Eropa perlu 2 minggu
untuk memperoleh berita pembunuhan Presiden Abraham Lincoln. Tapi pada 1969, dengan
sarana komunikasi canggih, dunia hanya perlu waktu 1,3 detik untuk mengetahui kabar
pendaratan Neil Amstrong di bulan (Winarno, 2004). Dulu orang naik haji dengan kapal laut bisa
memakan waktu 17-20 hari untuk sampai ke Jeddah. Sekarang dengan naik pesawat terbang, kita
hanya perlu 12 jam saja. Subhanallah
Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan
kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia di
Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Pada tahun 1995, Elizabetta, seorang bayi Italia, lahir
dari rahim bibinya setelah dua tahun ibunya (bernama Luigi) meninggal. Ovum dan sperma
orang tuanya yang asli, ternyata telah disimpan di bank dan kemudian baru dititipkan pada
bibinya, Elenna adik Luigi (Kompas, 16/01/1995). Bayi tabung di Barat bisa berjalan walau pun
asal usul sperma dan ovumnya bukan dari suami isteri (Hadipermono, 1995). Bioteknologi dapat
digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah berbahaya, menjadi lebih berbahaya,
misalnya mengubah sifat genetik virus influenza hingga mampu membunuh manusia dalam
beberapa menit saja (Bakry, 1996). Kloning hewan rintisan Ian Willmut yang sukses
menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (human
cloning). Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami
kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan
hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang
memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber
crime) dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian.
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali.
Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya
mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Hubungan Agama dan IPTEK
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya, terdapat 3
(tiga) jenis paradigma (Lihat Yahya Farghal, 1990: 99-119):
Pertama,paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah
satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari
kehidupan .Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan
pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma
ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya.
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi
agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek.
Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip
dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi
secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam
hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara
ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan
iptek.
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan
pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam
yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits menjadi qaidah fikriyah
(landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran
dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001).paradigma ini memerintahkan manusia
untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu.
Ini bisa kita pahami dari ayat pertama surah AlAlaq ayat yang artinya Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan
untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala
pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islaminilah paradigma Islam yang menjadikan
Aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan seorang muslim. Paradigma inilah yang telah
mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek.
2
Peranan Islam Dalam Iptek
Peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis
segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah
dibawa oleh Rasulullah Saw.Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum
muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini
umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segalagalanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan.
Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem
pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta
tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap
diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim.
Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah
Islam.kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan fundamental dan
perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan
paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang
seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.Namun di sini perlu
dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek,. Yang dimaksud
menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah bahwa konsep iptek wajib bersumber
kepada al-Qur`an dan al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada alQur`an dan al-Hadits. Jika suatu konsep iptek bertentangan dengan al-Qur`an dan al-Hadits,
maka konsep itu berarti harus ditolak. Misalnya saja Teori Darwin yang menyatakan bahwa
manusia adalah hasil evolusi dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi
melalui seleksi alam menjadi organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern
sekarang. Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi
hasil dari evolusi organisme sederhana. Ini bertentangan dengan firman Allah SWT yang
menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh manusia sekarang adalah
keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya sebagaimana fantasi Teori Darwin
(Zallum, 2001).
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan
tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Kontras dengan ini, adalah apa yang ada di Barat sekarang dan juga negeri-negeri muslim yng
bertaqlid dan mengikuti Barat secara membabi buta. Selama sesuatu itu bermanfaat, yakni dapat
memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan absah untuk dilaksanakan.
Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama.Keberadaan standar manfaat
3
itulah yang dapat menjelaskan, mengapa orang Barat mengaplikasikan iptek secara tidak
bermoral, tidak berperikemanusiaan, dan bertentangan dengan nilai agama. Misalnya
menggunakan bom atom untuk membunuh ratusan ribu manusia tak berdosa, memanfaatkan bayi
tabung tanpa melihat moralitas ,mengkloning manusia manusia, mengekploitasi alam secara
serakah walaupun menimbulkan pencemaran yang berbahaya, dan seterusnya. Karena itu, sudah
saatnya standar manfaat yang salah itu
dikoreksi dan diganti dengan standar yang benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik
segala ilmu yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana yang secara
hakiki bermanfaat bagi manusia, dan mana yang secara hakiki berbahaya bagi manusia. Standar
itu adalah segala perintah dan larangan Allah SWT yang bentuknya secara praktis dan konkret
adalah syariah Islam.
B. Integrasi Pendidikan Iman,Takwa,dan IPTEK
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang
sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa
kepada Allah swt. Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan
yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek
hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan
gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan
dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan jasmani),
tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu,
penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat
sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam
kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat,
iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan.
Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan
mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu (Q.S. AnNur:39). Maka integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga
keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia
(hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti doa yang setiap saat
kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201).
Alasan Umat Islam harus menguasai IPTEK
1. Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara barat. Ini
fakta, tdk bisa dipungkiri.
2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-negara
Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
4
3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan IPTEK-nya,
misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai
sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.
Dampak Kemajuan Islam di Bidang IPTEK
(1) jumlah penduduk Muslim Eropa meningkat lebih dari 100 persen. Dilaporkan bahwa terdapat
sekitar 13 juta umat Muslim tinggal di Eropa saat ini: 3,2 juta di Jerman, 2 juta di Inggris, 4-5
juta di Prancis, dan selebihnya tersebar di bagian Eropa lainnya, terutama di Balkan. Angka ini
mewakili lebih dari 2% dari keseluruhan jumlah penduduk Eropa.
(2)Kesadaran Beragama di Kalangan Muslim Meningkat di Eropa. Penelitian terkait juga
mengungkap bahwa seiring dengan terus meningkatnya jumlah Muslim di Eropa, terdapat
kesadaran yang semakin besar dalam menjalankan agama di kalangan para mahasiswa. Menurut
survei yang dilakukan oleh surat kabar Prancis Le Monde di bulan Oktober 2001, dibandingkan
data yang dikumpulkan di tahun 1994, banyak kaum Muslims terus melaksanakan sholat, pergi
ke mesjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan mahasiswa
universitas.
(3) Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa asing di tahun 1999, majalah Turki
Aktel menyatakan, para peneliti Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan
menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam.
5
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek
setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya
diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan
syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar
manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam
mengaplikasikan iptek.
Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai
berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Mari kita simak firmanNya:
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali.
Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya
mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin? Sejauh manakah agama Islam dapat
berperan dalam mengendalikan perkembangan teknologi modern? Tulisan ini bertujuan
menjelaskan peran Islam dalam perkembangan dan pemanfaatan teknologi tersebut.
Paradigma Hubungan Agama-Iptek.
B.SARAN
kemajuan IPTEK sangat berdampak bagi kehidupan manusia didunia. Sebagai generasi muda
penerus bangsa sudah selayaknya kita belajar untuk menggunakan dan memanfaatkan Ilmu
pengetahuan dan teknologi sebaik mungkin namun tetap berdasar aturan-aturan Agama Islam .
Sudah semestinya kita bersatu menguasai IPTEK agar tidak kalah dengan bangsa lain itu.
Namun, tetap saja, jika kita telah mendapatkan IPTEK, segeralah imbangi diri anda dengan Iman
dan Taqwa
A. Pendahuluan
Manusia
selain
diciptakan
sebagai
abdullah
ia
juga
diutus
sebagai
.........(11 : )
Yang terpenting adalah ilmu itu tujuannya tidak boleh keluar dari nilai-nilai
islami yang sudah pasti nilai-nilai tersebut membawa kepada kemaslahatan
manusia. Seluruh ilmu, baik ilmu-ilmu teologi maupun ilmu-ilmu kealaman
merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan selama memerankan
peranan ini, maka ilmu itu suci.[1]
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan konsekuensi dari
konsep ilmu dalam Al Quran yang menyatakan bahwa hakikat ilmu itu adalah
menemukan sesuatu yang baru bagi masyarakat, artinya penemuan sesuatu yang
sebelumnya tidak diketahui orang.[2] Dijelaskan dalam surat al-'alaq
(5 : )
Jadi pada hakikatnya umat Islamlah yang paling berkewajiban untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai tanda ketaatannya
terhadap Allah SWT.
Namun satu fenomena yang paling memilukan yang dialami umat Islam
seluruh dunia saat ini adalah ketertinggalan dalam persoalan iptek, padahal untuk
kebutuhan kontemporer kehadiran iptek merupakan suatu keharusan yang tidak
dapat ditawar, terlebih-lebih iptek dapat membantu dan mempermudah manusia
dalam
memahami
(memarifati)
kekuasaan
Allah
dan
melaksanakan
tugas
kekhalifahan. [3]
Realitas tersebut sebenarnya tidak akan terjadi jika umat Islam kembali
kepada ajaran Islam yang hakiki. Untuk itulah sudah saatnya umat Islam bangkit
untuk mengejar ketertinggalannya dalam hal iptek, karena sebenarnya dalam
sejarah dijelaskan bahwa umat Islam pernah memegang kendali dalam dunia
intelektual, jadi sangat mungkin jika saat ini umat Islam bangkit dan meraih kembali
kejayaan Islam tersebut.
Pada makalah ini akan dipaparkan apa itu ipteks, konsep dan realitasnya
dalam Islam. Dan didalamnya juga akan dipaparkan rencana kerja guna memajukan
ipteks dalam dunia Islam.
B. Pengertian Ipteks
Mengenai kata Ipteks orang berbeda pendapat, ada yang menganggap
merupakan singkatan dari dua komponen yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi
dan ada pula yang memasukkan unsur seni di dalamnya sehingga singkatannya
menjadi ipteks.
Mengenai definisi ilmu pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang di susun secara logis dan
bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat.[4]
Lebih jauh Zalbawi Soejati mendefinisikan ilmu pengetahuan atau sains
sebagai sunnatullah artinya adalah ilmu yang mengarah perhatiaannya kepada
perilaku alam (bagaimana alam bertingkah laku).[5]
Menurut Ali Syariati dalam buku Cakrawala Islam yang ditulis oleh Amin Rais,
Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang dunia fisik dan fenomenanya. Ilmu
merupakan imagi mental manusia mengenai hal yang kongkret. Ia bertugas
menemukan hubungan prinsip, kausalitas, karakteistik di dalam diri manusia, alam,
dan entitas-entitas lainnya.[6]
Sedangkan kata teknologi berasal dari bahasa Yunani "teknikos" berarti
"teknik". Apabila ilmu bertujuan untuk berbuat sesuatu, maka teknologi bertujuan
untuk membuat sesuatu. Karena itu maka teknologi itu berarti suatu metode
penerapan ilmu untuk keperluan kehidupan manusia.[7]
Menurut Zalbawi Soejati, teknologi adalah wujud dari upaya manusia yang
sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan / sains
sehingga dapat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi umat manusia.[8]
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu
pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan manusia tentang alam
empiris yang disusun secara logis dan sistematis. Sedangkan Teknologi merupakan
penerapan dari ilmu pengetahuan tersebut, yang tujuan sebenarnya adalah untuk
kemaslahatan manusia.
Untuk
definisi
seni,
dalam
Ensiklopedia
Indonesia
diartikan
sebagai
penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan
perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera
pendengar
(seni
suara),
penglihatan
(seni
lukis),
atau
dilahirkan
dengan
Berbicara mengenai seni, identik dengan istilah estetika yaitu cabang filsafat
yang berurusan dengan keindahan, entah menurut realisasinya entah menurut
pandangan subyektif.[10]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni identik dengan rasa yang
timbulnya dari dalam jiwa, namun demikian gejala keindahan yang ditimbulkan oleh
seni bisa juga didekati dari sudut sains. Sebuah lukisan misalnya dapat dianalisa
menurut pembagian bidang, jadi menurut matematika. Komposisi warna dapat
dianalisa secara eksperimental menurut efek psikologis.
C. Konsep Ipteks Dalam Islam
Sudah menjadi pemikiran yang umum bahwasanya agama yang identik
dengan kesakralan dan stagnasi tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan
ipteks yang notabene selalu berkembang dengan pesat. Namun pemikiran ini tidak
berlaku lagi ketika agama tidak hanya dilihat dari ritualitas-ritualitas belaka namun
juga melihat nilai-nilai spiritualitas yang hakiki.
Menurut Harun Nasution, tidak tepat anggapan yang mengatakan bahwa
semua ajaran agama bersifat mutlak benar dan kekal. disamping ajaran-ajaran yang
bersifat absolut benar dan kekal itu terdapat ajaran-ajaran yang bersifat relatif dan
nisbi, yaitu yang dapat berubah dan boleh diubah. Dalam konteks Islam, agama
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, memang terdapat dua kelompok ajaran
tersebut, yaitu ajaran dasar dan ajaran dalam bentuk penafsiran dan penjelasan
tentang perincian dan pelaksanaan ajaran-ajaran dasar itu.[11]
Allah SWT. menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untu tiap
ciptaan itu sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam bentuk cair
mendidih bila dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal dan menjadi es bila
didinginkan sampai 0 C. Ciri-ciri seperti itu sudah lekat pada air sejak air itu
diciptakan dan manusia secara bertahap memahami ciri-ciri tersebut. Karakteristik
yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang dinamakan sunnatullah. Dari Al
Quran dapat diketahui banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk
memperhatikan alam semesta, mengkaji dan meneliti ciptaan Allah.[12] Disinilah
sesungguhnya hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu pengkajian terhadap
potensi
itu,
sehingga
teknologi
Ilahiyah
yang
transenden
Setelah membahas ipteks dalam Islam secara global, disini akan dipaparkan
beberapa fakta ilmiah dalam Al Quran. Al Quran merupakan satu-satunya mujizat
yang tak lekang dimakan zaman. Al Quran ini bersifat universal untuk seluruh umat
manusia.
Salah satu sifat asli Al-Quran yang membedakannya dari bible adalah bahwa untuk
mengilustrasikan penegasan yang berulang-ulang tentang kemahakuasaan Tuhan,
kitab tersebut merujuk kepada suatu keragaman gejala alam. [18]
Diantara aspek-aspek terpenting dari pemikiran ini, bahwa al-Qur'an berisi
informasi tentang fakta-fakta ilmiah yang amat sesuai dengan penemuan manusia,
yang diantaranya adalah sebagai berikut :
Bahwa seluruh kehidupan berasal dari air
(30 : )
Bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan gas (di dalam al-Qur'an disebut
dengan ad-Dukhan)
(11 :)
(5 : )
Bahwa kandungan oksigen di udara akan semakin berurang di tempat-tempat yang
tinggi
untuk
memecahkan
berbagai
problematika
keilmuan
yang
didapati
dalam
tentang
teknologi
kepada
umat
manusia.
Al-Qur'an
tidak
menghidangkan teknologi suatu ilmu yang murni dan lengkap, tetapi hanya
menyinggung beberapa aspek penting dari hasil teknologi itu dengan menyebutkan
beberapa kasus atau peristiwa teknik. Perlu diingat bahwa al-Qur'an bukan buku
teknik sebagaimana juga ia bukan buku sejarah (walaupun banyak juga kisah di
dalamnya), buka buku astronomi, fisika dan lain-lain, melainkan kitab suci yang
berisi petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia.
Karenanya kalau al-Qur'an menyinggung masalah teknik umpamanya, maka
maksudnya tidak lain adalah untuk menunjukkan bahwa al-Qur'an juga memberikan
perhatian
kepada
masalah
teknik
dan
menghimbau
agar
umat
Islam
memperhatikan dan mempelajari ilmu ini. Dalam hubungan ini, kita menemukan
beberapa ayat yang berkaiatn dengan ilmu teknologi, diantaranya:
(37 : )
Dan buatlah bahtera (kapal) dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami
Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT telah memerintahkan Nabi Nuh AS
untuk membuat bahtera agar Nuh bersama dengan orang beriman selamat dari
musibah air bah yang segera akan terjadi. Kapal Nabi Nuh boleh jadi kapal yang
pertama di dunia, dibuat dengan pengawasan langsung dan petunjuk wahyu Allah.
Dengan ayat ini pula al-Qur'an telah mengemukakan dan meminta perhatian
umat manusia akan salah satu cabang ilmu teknik yang paling urgen dalam hidup
ini, yaitu tekhnik perkapalan. Tidak dapat disangkal, betapa pentingnya masalah
perkapalan dalam hidup ini. Ia tidak saja merupakan alat perhubungan atau
pelayaran yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya, akan tetapi ia
juga sebagai alat pengangkutan yang sangat vital yang dapat mengangkut barang
dagangan dalam jumlah yang sangat besar. Tidaklah berlebihan apabila dikatakan
bahwa tidak ada perdagangan besar-besaran dan impor-export tanpa jika teknik
perkapalan tidak ada[20]. Fakta ilmiah tersebut merupakan bukti bahwa relevansi
al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan tekhnologi amatlah besar[21]. Dan masih
banyak lagi fakta ilmiah yang terkandung dan tersirat dalam al-Qur'an.
Disamping banyak tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, Al-Qur'an juga
membahas tentang seni, hal ini dapat dilihat pada firman Allah
(149 : )
Ayat di atas menunjukkan seni pahat yang dilakukan oleh kaum nabi Shaleh
yaitu memahat gunung untuk dijadikan rumah. Dalam ayat lain Allah berfirman:
(19 : ),
Ayat di atas menunjukkan perlunya seni dalam berbicara yaitu dengan nada
yang baik dan lemah lembut, tidak terlalu keras dan tidak terlalu lirih.
E. Realitas Ipteks Dalam Islam
Berbicara mengenai ipteks dalam Islam sebenarnya telah diajarkan oleh Allah
masa-masa awal mula manusia. Hal ini dapat dilihat dari realitas yang ada pada
masa Nabi Nuh dengan dibuatnya kapal yang pertama di dunia atas petunjuk Allah
langsung, bahkan sejak Nabi Adampun telah ada ilmu pengetahuan. Hal ini dapat
dilihat ketika Adam menyebutkan nama-nama benda yang ada di sekelilingnya.
Namun pada makalah ini, realitas ipteks dalam Islam akan dimulai
pembahasannya pada masa Rasulullah SAW. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
pada masa Rasulullah SAW. dimulai dengan membuat tradisi baru yaitu mencatat
dan menulis. Dan ini dilanjutkan pada masa Khulafaur Rasyidin dengan adanya
inovasi-inovasi dalam berbagai bidang. Misalnya pada masa Umar bin Khattab
dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan terjadilah dua gerakan yaitu gerakan
perpindahan manusia, orang arab muslim keluar jazirah arab orang ajam dating
kejazirah arab.[22]
masa
Abbasiyah
pengembangan
ilmu
semakin
pesat
seluruh
khazanah
kebudayaan
dan
keilmuan.
Pusat
studi
Islam
Pada masa kemunduran ini telah terjadi kejumudan dalam dunia intelektual
Islam. Taqlid menjadi suatu tradisi yang sangat berkembang saat itu. Umat Islam
tidak mampu mempertahankan kegemilangan yang telah diraihnya pada masa
keemasannya, mereka hanya sekedar menirukan pendapat-pendapat pendahulunya
tanpa mampu menelaah dengan kritis.
Namun perlu diketahui bahwasanya pada masa ini telah lahir beberapa
ilmuan muslim antara lain: Ibnu Majah (1138), Ibnu Thufail (abad ke-12 M), Ibnu
Rusd (lahir 1128 M).[33] Namun pemikiran mereka tidak mampu mengalahkan
tradisi taqlid yang sudah mengakar.
Ditengah-tengah kejumudan yang terjadi di dunia Islam, muncullah upayaupaya untuk memperbaharui cara berfikir umat Islam menuju paradigma purifikasi
(pemurnian) praktek-praktek keagamaan yang menyimpang. Usaha ini dipelopori
oleh Ibnu Taimiyah di penghujung abad ke-13 dan awal abad ke-14 M.[34] Diparuh
abad ke-19 hingga awal abad ke-20 umat Islam mengenal modernisasi yang dari
sini melahirkan ilmuan-ilmuan Muslim seperti Jamaluddin al Afghani, Rasyid Ridha,
Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal dan masih banyak yang lainnya.
Gerakan ini terus berlanjut ketika umat Islam mulai bersentuhan dengan duni
modern. Ada tiga respon umat Islam terhadap modernisasi yang terjadi. Pertama,
golongan yang menolak dengan keras modernisasi. Kedua, golongan yang menelan
mentah-mentah modernisasi. Ketiga, golongan yang menerima modernisasi dengan
memfilter terlebih dahulu hal-hal yang tidak sejalan dengan pinsip-prinsip Islam.
Sebagaimana ilmu pengetahuan, seni dalam realitas dunia Islam juga sudah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan, Al-Qur'an sendiri jika dilihat dari
kacamata seni merupakan sebuah karya seni yang maha agung, yang nilai satranya
tidak ada yang mampu menandingi.
Khilafah Islam terdahulu tidak pernah melarang rakyatnya mempelajari seni
suara dan musik. Mereka dibiarkan mendirikan sekolah-sekolah musik dan
membangun pabrik alat-alat musik. Perhatian ke arah pendidikan musik telah
dicurahkan sejak akhir masa Daulah Umawiyah, yang kemudian dilanjutkan pada
masa kekhalifahan Abbasiyah sehingga di berbagai kota banyak berdiri sekolah
musik dengan berbagai tingkat pendidikan, mulai dari tingkat menengah sampai
tingkat perguruan tinggi.[35]
Catatan tentang kesenian umat Islam banyak disebut orang. Para penemu
dan pencipta alat musik Islam juga cukup banyak jumlahnya, yang muncul sejak
pertengahan abad kedua hijriah, misalnya Yunus al-khatib yang meninggal tahun
135 H, Khalil bin Ahmad (170 H), Ibnu An-Nadiem Al-Naushili (235 H), Hunain Ibnu
Ishak (264 H), dan lain-lain.[36]
F. Analisa
Hingga saat ini para pakar-pakar Islam sedang berusaha keras merebut
kembali kejayaan Islam yang pernah dirasakan oleh umat Islam pada masa silam.
Sebagai analisa disini penulis melihat perlu adanya rencana kerja yang harus
dilakukan oleh umat Islam pada umumnya dan pakar-pakar Islam pada khususnya.
Setelah penulis melakukan berbagai pembacaan, maka dapat penulis
rumuskan beberapa langkah konkrit yang harus ditempuh oleh imat Islam, antara
lain:
1. Sebagai langkah awal umat Islam tidak boleh menutup mata dari produk ipteks
barat. Artinya selama ipteks itu mendatangkan maslahat bagi umat manusia maka
harus dipelajari. Baik itu datangnya dari barat ataupun ilmu yang dilahirkan dari
dunia Islam sendiri.
2. Ilmu dalam Islam tidak bebas nilai. Artinya ipteks haruslah mempunyai nilai-nilai
moral dan terutama nilai-nilai religi.
3. Pengembangan ipteks tersebut haruslah menjadi sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah.
Konsep yang diajukan diatas diperkuat oleh beberapa pakar Islam. Antara
lain: Menurut Mahdi Ghulsyani dalam bukunya Filsafat Sains Menurut Al Quran,
mengajukan usulan-usulan berikut ini:
1. Seperti para ulama dan ilmuan abad-abad pertama zaman Islam, kita harus
mempelajari seluruh ilmu yang berguna dari orang lain.
merupakan
sebenarnya
penerapan
adalah
dari
untuk
ilmu
pengetahuan
kemaslahatan
tersebut,
manusia.
yang
Seni
tujuan
merupakan
DAFTAR PUSTAKA
Agdogan, Cemil. Islamia: Majalah Pemikiran Dan Peradaban Islam. INSISTS. Jakarta.
Thn I No 4, Januari-Maret 2005.
Al Faruqi, Ismail Raji. Islamisasi Pengetahuan. Pustaka. Bandung. 1984
Al Baghdadi, abdurrahman. Seni Dalam Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik & Tari.
Gema Insani Press. Jakarta. 1991
Amsari, Fuad. Islam Kaaffah: Tantangan Sosial Dan Aplikasinya Di Indonesia. Gema
Insani Press. Jakarta. 1995.
Arif, Syamsuddin. Islamia: Majalah Pemikiran Dan Peradaban Islam. INSISTS. Jakarta.
Thn I No 6, Juli September 2005.
Bucaille, Maurice. Asal Usul Manusia: Menurut Bibel AL-Quran Sain. Mizan Bandung.
1998.
Butt, Nasim. Sains dan Masyarakat Islam. Pustaka Hidayah. Bandung. 2001.
Federspiel, Howard M. Kajian Al-Qur'an di Indonesia. Mizan. Bandung. 1996.
Gani, Bustami A & Umam, Chatibul (ed). Beberapa Aspek Ilmiah tentang Al-Qur'an,
PTIQ, Jakarta, 1986.
Ghuslsyani, Mahdi. Filsafat-Sains Menurut AL-Quran. Mizan. Bandung. 1998.
Hartoko, Dick. Manusia Dan Seni. Kanisius. Yogyakarta. 1993
Komaruddin. Kamus Riset. Angkasa. Bandung. 1987.
Muntasyir, Rizal & Munir, Misnal. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2001
Mushoffa Imam, & Musbikin, Aziz. Kloning Manusia Abad XXI ; Antara Harapan,
Tantangan Dan Pertentangan.Forum Studi Himanda.Yogyakarta. 2001.
Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat : Diskripsi
Analisis Abad Keemasan Islam. Risalah Gusti. Surabaya. 1996.
Nasution, Harun. Islam Rasional. Mizan. Bandung. 1995.
Nurhakim, Moh. Metodologi Studi Islam. UMM Press. Malang. 2004.
Rais, M.Amin. Cakrawala Islam : Antara Cita Dan Fakta. Mizan. Bandung. 1999.
Shihab, M. Quraish. Lentera Hati: kisah Hikmah Dan Kehidupan. Mizan. Bandung.
1999.
Soejoeti, Zalbawi, et.al.. Al-Islam & Iptek, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1998.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
Kencana. Jakarta Timur. 2003.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Dep Dik Bud. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka .Jalarta 1999.
Tim Penyusun ensiklopedia indonesia. Ensiklopedia Indonesia. PT. Ikhtiar Baru-Van
Hoeve. Jakarta. jilid V
[4] Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka
.Jalarta 1999. h:371
[19] Nasim Butt. Sains dan Masyarakat Islam. Pustaka Hidayah. Bandung.
2001. h: 60.
[20] Bustami A Gani & Chatibul Umam (ed). Beberapa Aspek Ilmiah tentang
al-Qur'an, PTIQ, Jakarta, 1986. h : 162.
[21] Howard M. Federspiel. Kajian Al-Qur'an di Indonesia. Mizan. Bandung.
1996. h: 233.
[22] Musyrifah Sunanto. Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam. Kencana. Jakarta Timur. 2003. h: 29.
[23]Mehdi Nakosteen. Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat :
Diskripsi Analisis Abad Keemasan Islam. Risalah Gusti. Surabaya. 1996. h:208
[24] Musyrifah Sunanto. Op.Cit., h: 79
[25] A.E. Sabra dalam Syamsuddin Arif. Islamia: Majalah Pemikiran Dan
Peradaban Islam. INSISTS. Jakarta. Thn I No 6, Juli September 2005. h: 88
[26] Ali Kettani. 1984. h: 85 dalam Rizal Muntasyir & Misnal Munir. Filsafat
Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2001 h:129
[27] Syamsuddin Arif. Op.Cit., h: 89
[28] Moh Nurhakim. Metodologi Studi Islam. UMM Press. Malang. 2004. h:
160.
[29]Syamsuddin Arif. Op.Cit., h: 91
[30] David C. Lindberg dalam Ibid.
[31] Parvez Hoodbhoy dalam Ibid, h: 93
[32] Cemil Agdogan. Islamia: Majalah Pemikiran Dan Peradaban Islam.
INSISTS. Jakarta. Thn I No 4, Januari-Maret 2005. h: 95
[33] Moh Nurhakim. Op.Cit., h: 162.
[34] Moh Nurhakim. Ibid, h: 163.
[35] Abdurrahman Al-Baghdadi. Op.Cit. h: 97
[36] Ibid. h: 97-98
[37] Mahdi Ghuslsyani. Op.Cit., h:60-61