Anda di halaman 1dari 20

Monitoring Reproduksi Beruang Madu

Dengan Menggunakan Metode Analisis


Fecal Steroid Untuk Keperluaan
Konservasi
KELOMPOK 3

Oleh:
Nur Hidayat (B1J005193)
Tjan Heru (B1J006051)
Amy Putri W. (B1J006080)
Dewi Indriyati (B1J007045)
Esti Dwi Pratiwi (B1J007102)
Laras Dianingsih (B1J007109)
Aradea Bujana (B1J007123)
Laila Triana (B1J007134)
Edmunda Veka E. (B1J007140)
Isye Nur’an Nissa (B1J007168)
PENDAHULUAN
Konservasi conservation

Con (together) servare (keep/save)

upaya memelihara apa yang kita punya secara bijaksana yang dikemukakan
oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang
Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep
konservasi.
Macam konservasi :

• di dalam kawasan (konservasi insitu)


• di luar kawasan (konservasi exsitu).

Konservasi sumber daya alam adalah


kegiatan yang meliputi perlindungan,
pengawetan, pemeliharaan,
rehabilitas, introduksi, pelestarian,
pemanfaatan dan pengembangan
Pengelolahan satwa liar merupakan
bagian dari upaya konservasi satwa
liar.

Alikodra (1990) menyatakan bahwa


konservasi satwa liar meliputi dua hal
penting yang harus mendapat
perhatian, yaitu pemanfaatan yang
hati-hati dan pemanfaatan yang
harmonis.
TUJUAN

Mengetahui siklus reproduksi


beruang madu (Helarctos
malayanus) dengan metode analisis
fecal steroid dalam hukum
konservasi.
PEMBAHASAN
• Beruang madu merupakan jenis paling
kecil dari kedelapan jenis beruang yang
ada di dunia. Berat badannya berkisar
antara 30 sampai dengan 65 kilogram.
Biasanya hanya satu anak yang mendampingi
betina. Beruang madu betina hanya memiliki 4
puting susu dibandingkan jenis beruang lain.
Sifat-sifat fisik beruang madu adalah
sebagai berikut:
• Bulunya pendek, mengkilau dan pada umumnya hitam
(namun terdapat pula yang berwarna coklat kemerahan
maupun abu-abu),
• Mata berwarna coklat atau biru,
• Hampir setiap beruang madu mempunyai tanda di dada
yang unik (warnanya biasanya kuning, orange atau putih,
dan kadang-kadang bertitik-titik),
• Hidung dari beruang madu relatif lebar tetapi tidak terlalu
moncong,
• Kepalanya relatif besar sehingga dapat menyerupai anjing,
kupingnya kecil bundar dan dahinya yang penuh daging
terkadang tampak berkerut,
• Mempunyai lidah yang sangat panjang (paling panjang dari
semua jenis beruang yang ada),
• Lengan yang melengkung ke dalam, telapak yang tidak
berbulu dan kuku yang panjang, (maka beruang madu sangat
teradaptasi untuk memanjat pohon),
• Tangannya relatif besar dibandingkan dengan ukuran badan
(kemungkinan besar hal ini memudahkan beruang madu untuk
menggali tanah dan membongkar kayu mati untuk mencari
serangga).
• Beruang madu mempunyai penciuman yang sangat tajam
sehingga dapat mencium bekas injakan satwa lain maupun
manusia.
Beruang madu melahirkan di dalam
batang kayu yang bolong atau gua
kecil dimana anak beruang dilindungi
sehingga cukup besar untuk
mengikuti induknya dalam aktivitas
sehari-hari.
Penanganan hewan liar dengan cara
penangkaran
Mengakibatkan

Stres
Terganggu proses
reproduksinya
• Monitoring reproduksi satwa liar melalui
steroid tinja dan urin memiliki potensi
dalam memberikan informasi yang
berharga mengenai kesehatan secara
keseluruhan populasi tanpa bahaya dan
stress yang dialami satwa tersebut
(Schoenecker et al., 2004).
• Sampel tinja yang dikumpulkan berasal dari
beruang madu yang baru buang air besar.
Sampel dikumpulkan satu sampai tiga kali
dalam seminggu, terkecuali selain periode
estrus frekuensi sampel yang diambil
meningkat sampai dengan enam kali dalam
seminggu. Umumnya periode estrus ditandai
dengan adanya perkawinan dalam kelompok.
Ada beberapa perilaku lain yang berkolerasi
dengan estrus yang tidak terjadi pada
setiap
hewan yaitu :
– Menggosokkan vulva.
– Berdekatan dengan pejantan lain dengan
waktu yang lama.
– Agresifitas pada betina lain dalam kelompok.
Pembuatan Sampel

Sampel Tinja ( di ekstraksi)

Air
Suling
Metanol
Petrolium
Eter
Fraksi Metanol Dari
Ekstraksi

Encerka
n

Analisis
dengan
EIA
• EIA imunno-reaktif pada progesteron, androgen dan
estrogen merupakan metabolit yang diuji untuk
mendeteksi hewan tersebut berada dalam fase luteal
atau fase folikel. Terdapat empat tes pengujian untuk
menentukan progesteron, androgen dan metabolit
estrogen. Tes untuk 17-okso-androgen
(epiandrosterone antibodi) dan untuk 20a-OH-
pregnanes (pregnanediol antibodi) yang cocok untuk
memantau fase folikel dan luteal masing-masing.
Puncak androgen bertepatan dengan perilaku estrus
dan kehamilan. Karena estrogen dan 20-okso-
pregnanes yang tidak cocok untuk pemantauan siklus
estrus.
• Perhitungan panjangnya fase folikel
dan luteal didasarkan pada 17-oxo-
androgen dan 20a-OH-pregnane.
Konsentrasi 20a-OH-pregnane
digunakan untuk meningkatkan nilai-
nilai fase luteal 10 hari setelah 17-
okso-androgen (epiandrosterone
antibodi) mencapai tingkatan dasar.
• Sampel fecal harus segera dilindungi dan
dievakuasi uNtuk menghindari proses
dekomposisi. Penyimpanan sampel fecal
dengan pendinginan akan mengurangi
metabolisme bakteri .
• Metode pengawetan fecal steroid dengan
penyimpanan dalam etanol yang kemudian
diikuti pendinginan, penyimpanan dalam
etanol diikuti dengan lipolisasi,
pengeringan oven atau ektraksi steroid dari
matrix fecal dan kandungannya tetap stabil
di lingkungan (Beehner and Whitten,2004).
Kesimpulan
• Analisis fecal steroid digunakan
untuk memantau tingginya kadar
progesteron, androgen dan metabolit
estrogen.sehingga dapat dilakukan
evaluasi kematangan seksual,
kesuburan dan status reproduksi
untuk memprediksi potensi sukses
suatu populasi.
hatur nuhun

Anda mungkin juga menyukai